T.A 2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt karena rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Hukum Menggunakan Parfum
Beralkohol”
.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan karya kami. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
A. Kesimpulan................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakanng
Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika yang
digandrungi oleh manusia. Khususnya kaum wanita. Apalagi dalam perkembangan yang
semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu yang beralkohol atau non alkohol
sangatlah diperlukan untuk menunjang penampilan dalam bergaul agar tampak lebih
sempurna. Disamping itu, memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang
dianjurkan Rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah.1
1
Siti Rifaah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis
Atas Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad
Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo,
Semarang, 2012, h. 1.
1
Terlepas candu dan ganja dalam pembahasan kali ini agar tidak melebar, penulis hanya
memfokuskan masalah alkohol dalam campuran yang digunakan pada parfum.2
Dalam menggunakan parfum beralkohol, banyak orang masih bimbang tentang
hukum menggunakannya. Oleh karena itu, ada sebagian orang yang takut menggunakan
parfum beralkohol di dalam shalat. Mereka takut apabila menggunakan parfum beralkohol
di dalam shalat akan menyebabkan shalatnya tidak sah, sehingga mereka lebih memilih
menggunakan parfum non alkohol ketika hendak shalat.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis dalam pembahasan ini akan lebih
menfokuskan untuk berbicara seputar problematika dalam hukum menggunakan parfum
beralkohol.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,maka
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Dasar Parfum dan Alkohol ?
2. Bagaimana Pendapat Ulama dan Dalil Hukum Menggunakan Parfum
Beralkohol ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Konsep Dasar Parfum dan Alkohol
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Pendapat Ulama dan Dalil Hukum
Menggunakan Parfum Beralkohol
BAB II
2
Siti Rifaah, op.cit, h. 19.
2
PEMBAHASAN
3
Kam. Kamus besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa-ed., sebagaimana dikutip Siti Rifaah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan
Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi
Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo, Semarang, 2012, h. 18.
4
M. Dahlan Al Barry, sebagaimana dikutip Siti Rifaah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan
Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi
Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo, Semarang, 2012, h. 19.
5
Haya Binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Bekasi: PT Darul Falah,
2010), h. 155-156.
6
Ibid.
7
Ibid.
3
itu, memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianjurkan
Rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah.8
المرسلين سنن من أربع:ءالحن,والتعطر,والسواك,والنكاح
Artinya: Empat perkara yang merupakan sunnah para rasul : (1) Memakai
hinna’, (2) memakai parfum, (3) bersiwak dan (4) menikah.
4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alkohol yaitu cairan tidak
berwarna yang mudah menguap, mudah terbakar, di pakai dalam industri atau
pengobatan, merupakan unsur yang memabukkan, dll. Kebanyakan minuman
keras, C2H5OH, etanol, senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon
jenuh.
d) Hukum Alkohol
Berdasarkan firman Allah SWT.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya meminum
khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah
adalah perbuatan-perbuatan keji yang termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kehencian di antara kamu lantaran meminum khamer dun berjudi itu dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang. Maku berhentilah
kamu mengerjakan perbuatan itu. (Surat Al-Maidah ayat 90-91).12
Atas dasar ayat tersebut, manusia diwajibkan untuk menghentikan
perjudian, berkorban untuk pahala, dan bertenung (mengundi nasib), juga
khamr. Adapun salah satu hadis yang menjadi dasar bahwa khamr itu haram,
yaitu:
Hadis riwayat Jamaah kecuali Turmudzi dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Barang-siapa minum arak (khamer) di dunia
kemudian tidak bertaubat, maka ia cegah mendapatkannya di akherat.”
Mengonsumsi alkohol untuk kebutuhan sandang dan pangan akan
terkait dengan dua persoalan, yaitu berkaitan dengan kebutuhan pangan, serta
sandang, dan papan. Bagi para ulama yang mengkiaskan alkohol dengan khamr
menyatakan hukum menggunakan alkohol sebagai bahan pangan adalah mutlak
haram termasuk dosa besar, dan peminumnya wajib diberi hukuman had
(cambuk), tanpa memperhatikan kadarnya. Ini merupakan pendapat ulama
kawasan Hijaz, termasuk mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan Hambali.13
Sedangkan bagi ulama yang mengkiaskan dengan nabidz maka
hukumnya boleh sampai batas kadar yang tidak memabukkan. Ini merupakan
12
QS. Al-Maidah [5] : 90-91.
13
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual..., h. 203.
5
pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf (ulama mazhab Hanafi).
Imam asy-Syafi’i berpendapat bahwa hukumnya dosa kecil dan tidak wajib
diberi hukuman had namun hak kesaksiannya tidak gugur.
Adapun para ulama kontemporer cenderung berpendapat bahwa
meminum minuman yang mengandung unsur alkohol walaupun kadarnya hanya
sedikit dan tidak memabukkan, sebaiknya dihindarkan untuk tidak diminum.
Dalam hal pemanfaatan alkohol untuk keperluan sandang dan papan (seperti
pembersih alat-alat tertentu di rumah tangga, rumah sakit, kegiatan industri, dan
laboratorium), sebagian ulama mengatakan hukumnya najis dan sebagian
lainnya mengatakan tidak najis.
Imam mazhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) sepakat
mengatakan bahwa alkohol adalah najis, dengan mengkiaskannya kepada
khamr karena persamaan illat atau sebabnya, yaitu sama-sama memabukkan.
Ulama yang menghukumkan khamr sebagai najis beralasan pada surah Al-
Maidah:90. Dalam ayat itu disebutkan bahwa khamr termasuk rijs yang
diartikan sebagai najis, dan najis adalah kotor berdasarkan firman Allah swt.
dalam surah Al-A’raf:157, karenanya harus dijauhi.
Sebaliknya Imam Rabi’ah ar-Ra’yi (guru Imam Malik), al-Lais bin
Sa’ad, Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264H/878M; ulama
mazhab Syafi’i), sebagian ulama Baghdad kontemporer, dan mazhab az-Zahiri
mengatakan bahwa khamr adalah suci dan tidak najis.
Di antara ulama kontemporer yang berpendapat bahwa khamr itu
adalah suci meskipun haram, adalah Muhammad bin Ali asy-Syaukani.
Demikian pula Muhammad Rasyid Ridha dalam kitab tafsir al-Manar,
menyatakan ketidak najisan alkohol atas dasar tidak adanya dalil sharih (tegas)
tentang kenajisannya.14
Dari metode penalaran hukum dari sekian pendapat dengan
mempertimbangkan berbagai argumentasi dan diproyeksikan kepada
permasalahan dan tututan yang dihadapi, yang memungkinkan untuk diambil
(ditarjih), untuk kemudian ditetapkan adalah:
a Bahwa khamr, apalagi alkohol dan zat-zat kimia lainnya adalah suci,
tidak najis, sehingga dapat digunakan untuk obat-obatan antiseptic (obat
luar), kosmetika, pafum, dan sebagainya.
14
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual..., h. 204-205.
6
b Bahwa alkohol adalah zat-zat kimia bukanlah khamr dan juga tidak
diqiyaskan kepada khamr, sehingga keharamannya bukan bersifat
dzatiyah (‘ainy) tetapi pada efek atau kadar yang memabukkan. Namun
demikian, karena alkohol dan zat-zat kimia itu bersifat adiktif, maka
penggunaannya tidaklah bebas, tetapi harus terkontrol. Karena itu,
penggunaan alkohol untuk keni’ matan semata, sebagai bahan makanan
dan minuman misalnya, hukumnya haram karena cenderung mengarah
pada kerusakan. Penggunaannya hanya dibolehkan untuk kepentingan
pengobatan dibawah kontrol dan kendali dokter atau ahli pengobatan.15
Alkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum yang berasal dari
khamr adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamr adalah tidak
najis. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk makanan,
minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram.
Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk
proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya:
mubah, apabila secara medis tidak membahayakan.
Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk
proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan, hukumnya:
haram, apabila secara medis membahayakan.16
e) Macam-Macam Parfum
1) Eau Fraiche adalah jenis parfum yang paling ringan di antara semuanya,
mengandung 1% hingga 3% perfume oil. Biasanya wangi bertahan kurang dari
satu jam. Namun, kita bisa akali dengan trik untuk jaga wanginya tahan lama.
2) Eau de Cologne meski biasa diidentikkan dengan aroma laki-laki, jenis ini
pada dasarnya bersifat universal dengan aroma yang ringan, segar, dan fruity.
Kandungan perfume oil sebanyak 2% hingga 4% dan bertahan selama 2 jam.
15
Dadang Syaripudin, Kedudukan Hukum Alkohol, dalam Majalah Islam Asy-Syari’ah Vol
VIII, No. 39, Januari-Juni 2004, h. 185-186.
16
Ma’ruf Amin et. Al., Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 736-
737.
7
3) Eau de Toilette mengandung 5% sampai 15% perfume oil, eau de toilette
adalah jenis yang memiliki kekuatan dan ketahanan aroma yang sedang.
Wanginya bertahan hingga 3 jam.
4) Eau de Parfum konsentrasi perfume oil-nya sebanyak 15% hingga 20%,
membuat wanginya tahan hingga 8 jam.
5) Perfume jenis ini memiliki wangi yang paling tahan lama, sekaligus harga
yang paling mahal. Teksturnya lebih oil dibanding jenis parfum lainnya. Tidak
lain karena kandungan parfum murninya hingga 20% - 30%. Tidak heran bila
wanginya bertahan hingga 24 jam.
Adapun hukum memakai parfum yang beralkohol, maka Syaikh Ibnu Utsaimin
menjelaskan bahwa yang lebih baik adalah kita bersikap berhati-hati yaitu dengan
tidak memakainya.Karena sesungguhnya Allah SWT berfirman tentang khamr Q.S al-
Maidah [5] : 90:
17
Siti Rifaah, op.cit, h. 23-25.
18
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual..., h. 205-206.
19
Ahmad Idris Marzuki dan Maimun Zubair, Ngaji Fiqih: Untuk Bekal Dunia-Akherat (Buku
Satu), (Kediri: Santri Salaf Press, 2014), h. 77.
9
ْ َش ْي ٰط ِن ف
ُاجتَنِبُ ْوه ٌ اب َوااْل َ ْزاَل ُم ِر ْج
َّ س ِّمنْ َع َم ِل ال ُ ص ِ ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي
َ س ُر َوااْل َ ْن
َلَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْون
Artinya: “...Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”
Allah memerintahkan untuk menjauhi hal tersebut. Di mana perintah ini
mutlak, bukan hanya sekedar meminum atau memakainya (bukan untuk diminum).
Oleh karena itulah yang lebih hati-hati adalah seseorang menghindari penggunaan
minyak wangi yang mengandung alkohol. Akan tetapi, Beliau juga menegaskan
bahwa beliau tidak menggunakan minyak wangi yang mengandung alkohol namun
beliau juga tidak melarang orang lain untuk menggunakannya
Memakai parfum yang mengandung alkohol boleh hukumnya. Alkohol
menjadi haram jika digunakan untuk mabuk-mabukkan. Jika dipakai untuk tujuan
yang baik, misalnya untuk bahan bakar hukumnya tidak haram. Alkohol tidak najis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa parfum
beralkohol merupakan parfum yang mengandung etanol sebagai solvent (zat pelarut).
Untuk mengeluarkan aroma yang dibutuhkan dalam parfum tersebut dibutuhkan bahan
khusus, biasanya bahan tersebut berupa alkohol atau lemak yang fungsinya untuk
melarutkannya menjadi cairan parfum. Parfum jenis spray lebih banyak menggunakan
alkohol dan gas, karena jika alkoholya tidak banyak maka parfum tidak dapat
disemprotkan.
Oleh karena itu, etanol suci bahan dasarnya, sepanjang bahan dasar tersebut
merupakan bahan yang suci dan dari bahan nabati. Ketika etanol digunakan sebagai
bahan produksi parfum sebagi pelarut, maka parfum tersebut masih bersifat suci
(halal), mengingat yag menyebabkan alkohol diharamkan dalam Islam adalah karena
efek yang ditimbulkannya, bukan karena najis bahan dasarnya. Selama kadar alkohol
dalam parfum tersebut tidak memabukkan si pemakai atau orang yang ada didekatnya
Sebagai konsumen hendaknya hati-hati dengan tidak hanya
mempertimbangkan efek wangi dari parfum tersebut tanpa memperhatikan kandungan
alkoholnya, bila perlu sebelum membelinya menanyakan terlebih dahulu kepada para
ahli agar lebih terjaga dari mafsadat.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi
pemakalah dan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Maka dari itu makalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Idris Marzuki dan Maimun Zubair, Ngaji Fiqih: Untuk Bekal Dunia-Akherat (Buku
Satu), Kediri: Santri Salaf Press, 2014.
Dadang Syaripudin, Kedudukan Hukum Alkohol, dalam Majalah Islam Asy-Syari’ah Vol
VIII, No. 39, Januari-Juni 2004
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.Toha Putra, 1989.
Jajang Nurjaman, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol”, Skripsi
pada Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2010.
Haya Binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Bekasi: PT Darul Falah, 2010.
Ma’ruf Amin et. Al., Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Jakarta: Erlangga, 2009.
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual: Jawaban tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.
Siti Rifaah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas
Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan Di Pondok Pesantren
Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi Muamalah,
Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo, Semarang, 2012.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka, Cet. 5,
1976.
12