Anda di halaman 1dari 13

RIBA

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas fiqh muammalah


Dosen Pengampu : Taufiq Hidayat Nazar. Lc., M.H

Disusun Oleh :
Ayu Sri Ningsih : 200201100
Diah novita sari : 2002011006

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
2021/2022

I
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
RIBA......................................................................................................................................................3
A. Pengertian Riba.........................................................................................................................3
B. Dasar hukum Riba......................................................................................................................3
1. Al- Qur’an.............................................................................................................................4
2. As-Sunnah..............................................................................................................................5
3. Ijma........................................................................................................................................5
C. Macam-macam Riba..................................................................................................................5
D. Pendapat ulama mengenai Riba................................................................................................6
E. Hikmah penharaman Riba.........................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

II
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk
dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas dalam syari’at Islam.
Allah telah menurunkan rezeki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusiia dengan
cara yang telah dihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan yang mengandug
Riba.
Di kursuskan mengenai Riba dapat dikatakan telah “klasik” baik dalam
perkembangan pemikiran Islam maupun dalam peradaban Islam karena Riba merupakan
permasalahan yang pelik dan sering terjadi pada masyarakat, hal ini disebabkan
perbuatan Riba sangat erat kaitannya dengan transaksi-transaksi dibidang perekonomian
(dalam Islam disebut kegiatan muamalah) yang sering dilakukan oleh manusia dalam
aktifitasnya sehari-hari. Pada dasarnya transaksi Riba dapat terjadi dari transaksi hutang-
piutang, namun bentuk dari sumber tersebut bisa berupa qard.
Allah SWT menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan Riba, disebabkan
Riba mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan orang lain, hal ini
mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma’para ulama. Bahkan dapat
dikatakan tentang pelarangannya sudah menjadi aksioma dalam ajaran agama Islam.
Beberapa pemikir Islam berpendapat bahwa Riba tidak hanya dianggap sebagai sesuatu
yang tidak bermoral akan tetapi merupakan sesuatu yang menghambat aktifitas
perekonomian masyarakat, sehingga orang kaya semakin kaya sedangkan orang miskin
akan semakin miskin dan tertindas.
Manusia merupakan makhluk yang “rakus”, mempunyai hawa nafsu yang bergejolak
dan selalu merasa kekurangan sesuai dengan watak dan karateristiknya, tida pernah
merasa puas, sehingga transaksitransaksi yang halal susah didapatkan karena disebabkan
keuntungannya yang sangat minim, atau maka harampun jadi (Riba). Ironis memang,
justru yang banyak melakukan transaksi Riba adalah yang dikalangan umat Muslim yan
notabene mengetahui aturan-aturan (the rules of syariah) syari’at Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang akan di bahas pada makalah ini
yaitu:
1. Pengertian Riba.
2. Dasar Hukum Riba.
3. Macam-Macam Riba.
4. Pendapat Ulama Tentang Riba.
5. Hikmah Pengharaman Riba.
2

C. Tujuan Masalah
Berdasarka rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini yaitu:
1. Agar pembaca dapat mengetahui apa pengertian dari Riba
2. Agar pembaca dapat memahami dasar hukum Riba
3. Agar pembaca dapat mengetahui macam-macam Riba
4. Agar pembaca dapat mengetahui pendapat ulama tentang Riba
5. Agar pembaca mengetahui hikmah pengharaman Riba
3

BAB II
RIBA

A. Pengertian Riba
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu: karena salah satu
perbuatan riba adalah ,( ‫ال ّز‬BB‫ ) دةي‬Bertambah . Meminta tambahan dari sesuatu yang
dihutangkan.karena salah satu perbuatan riba ,( ‫ ) النام‬Berkembang, berbunga . Adalah
membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipin jamkan kepada orang lain.
Berlebihan atau menggelembung, kata-kata ini berasal dari firman Allah yang artinya
“Bumi jadi subur dan gembur” (Al-Haj: 5). Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud
dengan riba menurut Al-Mali ialah: "Akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu
yang tidak diketahui perimbangannya menurut ukuran syara', ketika berakad atau dengan
mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya".
Menurut Abdurrahman al-Jaiziri yang dimaksud dengan riba ialah akad yang
terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut aturan syara'
atau terlambat salah satunya.
Syaikh Muhammad Abdulah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba
ialah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta
kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji
pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.1
Riba secara etimologi bermakna ziyadah (tambahan). Secara linguistik, riba
mempunyai arti tumbuh dan membesar. Adapun secara terminologi, terdapat beberapa
definisi riba dari para ulama, di antaranya sebagai berikut.
1. Imam Sarakhsi dari mazhab Hanafi mendefinisikan riba sebagai tambahan yang
disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh (padanan) yang
dibenarkan oleh syariat atas penambahan tersebut.
2. Imam Nawawi mendefinisikan riba sebagai penambahan atas harta pokok karena
adanya unsur waktu.
Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa salah satu bentuk riba yang disinyalir
para ulama adalah tambahan atas modal pokok (kapital). Secara garis besar, riba
digolongkan menjadi dua, yaitu riba utang piutang dan riba jual beli. Riba utang piutang
dibagi lagi menjadi dua, yaitu riba qiradh dan riba jahiliyah, sedangkan, riba jual beli
terbagi menjadi dua macam, yaitu riba fadhal dan riba nasi'ah.

B. Dasar hukum Riba


Riba di dalam islam itu di haramkan. Adapun pengharaman riba tersebut berdasarkan
al-Qur’an, sunnah, dan ijma’.

1
Hendi suhendi, fiqih muamalah, jakarta 2010, hl. 57-58
4

1. Al- Qur’an
Alqur‟an adalah sumber pertma dan utama bagi ekonomi Islam, didalam nya
dapat kita temui hal yang berkitan dengan ekonomi dan juga terdapat hukum-
hukum riba.
a. QS. Al-Baqarah ayat 275
allah berfirman bahwasanya allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
Riba. Disitu sudah sangat jelas bahwasanya allah telah mengharamkan Riba
di dalam islam.
b. QS. Al-Baqarah ayat 278-279
allah berfirman yang artinya “ hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada allah da tinggalkanlah sisa-sisa Riba (yang belum di pungut) jika
kamu orang-orang beriman. Jika kamu tidak meninggalkan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah bahwa allah dan rosulnya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan Riba), maka begimu pokok
hartamu, kamu tidak mengniaya dan tidak pula di aniaya.
c. QS. Al-Baqarah ayat 275- 280
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang
itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu Mengetahui".
Dari ketiga ayat tersebut dapat di simpulkan bahwa, Islam dengan
tegas melarang manusia memakan harta sesama nya dengan bathil atau
singkat nya melarang manusia berbuat riba.
5

2. As-Sunnah
As-Sunah merupakan sumber kudua dalam perundang-undangan Islam.
Didalamnya dapat kita temui khazanah aturan perekonomian Islam diantaranya:
a. "Diriwayatkan oleh abdurrahman bin Abu bakar bahwa ayah nya berkata
Rasulullah SAW melarang penjualan emas dengan emas perak dengan perak
kecuali sama berat nya, dan membolehan kita mejual emas dengan perak
dan begitu juga sebalik nya sesuai sesuai dengaa. keinginan
kita."(Hr.bukhori)
b. Jabir berkata bahwa rasulullah SAW. Mengutuk orang yang menerima riba,
ornag yang membayarnua. Dan orang-orang yang mencatat nya, dan dua
ornag saksi nya, kemudian beliau bersabda. "mereka semua itu
sama"(HR.Muslim)
c. Diriwayatkan oleh ibn mas’ud r.a bahwasanya Rosulullah SAW telah
melaknat pemakan Riba, yang mewakilinya, saksinya, dan penulisnya.
(HR.Abu Dawud dan lain-lain)

3. Ijma
Seluruh ijma’ telah sepakat bahwasanya riba diharamkan di dalam islam.2

C. Macam-macam Riba
Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba dengan sebab hutang
piutang dan riba yang berhubungan dengan jual beli.
1. Riba akibat hutang-piutang.
a. Riba Qardh ( ‫ ( القرض‬yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtarid)
b. Riba Jahiliyah ) ‫ ( الجاهليه‬yaitu hutang yang dibayar dari pokoknya, karena si
peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang telah
ditetapkan.
Dengan kata lain dalam hal hutang piutang orang yang memberi hutang
mengambil manfaat dari yang berhutang dikarenakan pihak yang berhutang
tidak mampu membayarnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

2. Riba akibat dalam jual-beli


a. Riba Fadhal ( ‫ الفضل‬,( yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis
barang ribawi, dalam hadis Ubadah bin Shamat disebutkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
‫ ينهى عن بيع الذهب بالذهب والفضة‬: ‫ اني سمعت رسول هلال صلعم‬: ‫عن عبادة بن الصامت قال‬
‫بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملح بالملح مثال بمثل وسواء بسواء يد بيد فاءذا‬
‫اختلف هذه االصناف فبيعوا كيف شئتم اذا كان يد بيد‬.

2
Rachmat syafei, fiqih muamalah, bandung, hl 260-261
6

Maksud dari hadis di atas adalah seseorang menukar barang berupa emas
harus dengan emas pula yang sepadan dan beratnya juga harus sama, perak
dengan perak dan harus diserahterimakan secara langsung.
b. Riba Nasi’ah ( ‫ئة ربا‬BBB‫ النس‬,( yaitu penangguhan atas penyerahan atau
penerimaan jenis barang ribawi yang diperlukan dengan jenis barang ribawi
lainnya. Riba nasi’ah muncul dan terjadi karena adanya perbedaan,
perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang
diserahkan kemudian.
Jenis barang ribawi menurut para fiqih Islam telah dibahas dengan
panjang lebar dalam kitab-kitab mereka, dimana barang ribawi itu meliputi
emas dan perak; baik dalam bentuk uang maupun lainnya, bahan makanan
pokok dan tambahan; seperti beras, gandum, sayuran, jagung dan buah-
buahan.3

D. Pendapat ulama mengenai Riba


Riba sebagai topik yang masih diperdebatkan tentang kaitannya dengan bunga
menarik beberapa ahli ekonom muslim dunia dalam memberikan pandangannya
mengenai riba, diantaranya adalah:
1. Muhammad Asad
Mufassir modern ini berpendapat: “ Garis besarnya, kekejian riba terkai
dengan keuntungan yang diperoleh melalui pinjaman-pinjaman berbunga yang
mengandung unsur eksploitasi atas orang-orang yang berekonomi lemah oleh
orang-orang yang kuat yang berekonomi kaya.”4
2. Yusuf Qaradhawi
Beliau berpandangan bahwa bunga yang berlaku saat ini adalah riba yang
diharamkan Islam. Banyak dampak buruk bunga dari lembaga keuangan yang
dukuasai oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Beliau juga tidak menyepakati bahwa
bunga yang termasuk riba adalah bunga yang tinggi dan berlipat ganda. Teori
Islam menegaskan bahwa uang tidak dapat melahirkan uang, namun bekerjalah
yang dapat melahirkan uang.5
3. Muhammad Abduh
Berpendapat bahwa riba yang diharamkan adalah bentuk riba yang
dipraktikkan pada masa Arab pra-islam, atau disebut riba Jahiliyah. Riba ini
terjadi apabila peminjam tidak dapat melunasi utangnya pada saat jatuh tempo,
3
Antonio Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2014), hlm. 41-42.
4
Muhammad Ghafur, Memahami Bunga dan Riba Ala Muslim Indonesia,(Yogyakarta: Biruni press, 2008).hal.
104
5
. Ibid., hal. 108
7

maka pemberi pinjaman memberi tambahan “beban” atas keterlambatan


pelunasan tersebut. Ringkasnya beliau berpendapat bahwa penambahan bunga
(bunga) yang pertama dalam suatu utang tertentu adalah halal, tetapi jika pada
saat jatuh tempo dibebankan imbalan lagi, maka tambahan yang kedua ini
diharamkan.6
4. Muhammad Shahrur (Pemikir Muslim Syiria)
Beliau berpendapat bahwa kegiatan jual beli dengan menarik keuntungan dari
orang-orang yang tidak berhak menerima sedekah diperblehkan selama tidak
melebihi pokok utang aslinya. Namun pemungutan tambahan bunga atau riba atas
orang yang berhak menerima sedekah adalah haram dan dilarang agama.
Prinsipnya, selama bunga tidak berlipat ganda lebih dari 100 %per tahun, seperti
praktik perbankan saat ini adalah halal.
5. Syekh AL-Azhar Sayyid Muhammad Thanthawi
(Mufti Mesir yang pernah menjabat Pimpinan Tertinggi Al-Azhar) Beliau
cenderung membolehkan bank konvensional misalnya deposito dan berbagai
bentuk produk lainnya walau dengan penentuan harga terlebih dahulu
Menurutnya penentuan tersebut dapat menghalangi adanya perselisihan atau
penipuan dikemudian hari dan juga karena penentuan bunga dilakukan setelah
perhitungan yang teliti dan terlaksana antara nasabah dengan bank atas ddasar
kerelaan.7

E. Hikmah penharaman Riba


1. Melindungi harta orang Muslim agar tidak termakan dengan batil
2. Memotivasi orang Muslim untuk menginvestasikan hartanya pada usaha-usaha yang
bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang menimbulkan kesulitan dan kemarahan
di antara kaum Muslimin.
3. Menjauhkan orang Muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaannya, karena
pemakan riba adalah orang yang zhalim dan akibat kezhalimannya adalah
kesusahan.
4. Membuka pintu-pintu kebaikkan didepan orang Muslim agar ia mencari bekal untuk
akhiratnya, Misalnya dengan memberi pinjaman kepada saudara seagamanya tanpa
meminta uang tambahan aas hutangnnya (riba), memberi tempo waktu kepada
6
Muhammad Ghafur, Memahami Bunga dan Riba Ala Muslim Indonesia,(Yogyakarta, Biruni press:2008). hal.
105
7
Muhammad Ghafur, Memahami Bunga dan Riba Ala Muslim Indonesia, (Yogyakarta:Biruni press, 2008),
hlm.108
8

peminjam hingga bisa membayar hutangnya, memberi kemudahan kepadanya dan


menyayanginya karena ingin mendapatkan keridhoan Allah Ta'ala.
5. sebagai upaya menutup semua jalan yang bisa mengarah pada permusuhan sesama
muslim (secara salah satu pihak akan merasa dirugikan)
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dilihat dari materi yang telah kelompok kami susun, dapat di simpulkan bahwa “
Riba” berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan presentasi tentu dari jumlah pinjaman pokok, yang di bebankan kepada
peminjam. Sedangkan riba secara bahasa yaitu bermakna ziyadah (tambahan). Dan
menurut istilah riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal dengan
cara yang bathil.
Adapun riba itu ada beberapa macam yaitu:
1. Riba fadli
2. Riba qardhi
3. Riba yadh
4. Riba nasa’
Allah SWT dengan tegas melarang Riba yang terdapat di dalam al-Quran di antaranya
yaitu :
1. QS. Al-Baqarah ayat 278-279
2. QS. Ar-rum ayat 39
3. QS. Al-Baqarah ayat 275
Lalu pendapat ulama mengenai Riba di antaranya yaitu :
1. Muhammad Asad berpendapat: “ Garis besarnya, kekejian riba terkai dengan
keuntungan yang diperoleh melalui pinjaman-pinjaman berbunga yang
mengandung unsur eksploitasi atas orang-orang yang berekonomi lemah oleh
orang-orang yang kuat yang berekonomi kaya.”
2. Yusuf Qaradhawi berpandangan bahwa bunga yang berlaku saat ini adalah riba
yang diharamkan Islam. Banyak dampak buruk bunga dari lembaga keuangan
yang dukuasai oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Beliau juga tidak menyepakati
bahwa bunga yang termasuk riba adalah bunga yang tinggi dan berlipat ganda.
Teori Islam menegaskan bahwa uang tidak dapat melahirkan uang, namun
bekerjalah yang dapat melahirkan uang.
3. Muhammad Abduh Berpendapat bahwa riba yang diharamkan adalah bentuk riba
yang dipraktikkan pada masa Arab pra-islam, atau disebut riba Jahiliyah. Riba ini
terjadi apabila peminjam tidak dapat melunasi utangnya pada saat jatuh tempo,
maka pemberi pinjaman memberi tambahan “beban” atas keterlambatan
pelunasan tersebut. Ringkasnya beliau berpendapat bahwa penambahan bunga
(bunga) yang pertama dalam suatu utang tertentu adalah halal, tetapi jika pada
10

saat jatuh tempo dibebankan imbalan lagi, maka tambahan yang kedua ini
diharamkan.

Dengan adanya pengharaman riba terdapat hikamah yang dapat kita ambil di
antaranya yaitu :
1. Melindungi harta orang Muslim agar tidak termakan dengan batil
Memotivasi orang Muslim untuk menginvestasikan hartanya pada usaha-usaha
yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang menimbulkan kesulitan dan
kemarahan di antara kaum Muslimin.
2. Menjauhkan orang Muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaannya,
karena pemakan riba adalah orang yang zhalim dan akibat kezhalimannya adalah
kesusahan.
3. Membuka pintu-pintu kebaikkan didepan orang Muslim agar ia mencari bekal
untuk akhiratnya, Misalnya dengan memberi pinjaman kepada saudara
seagamanya tanpa meminta uang tambahan aas hutangnnya (riba), memberi
tempo waktu kepada peminjam hingga bisa membayar hutangnya, memberi
kemudahan kepadanya dan menyayanginya karena ingin mendapatkan keridhoan
Allah Ta'ala.
4. Sebagai upaya menutup semua jalan yang bisa mengarah pada permusuhan
sesama muslim (secara salah satu pihak akan merasa dirugikan)

B. Saran
Mungkin hanya itu materi yang dapat kami jelaskan, tentunya banyak kekurangan
dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
apabila ada saran maupun kritik yang ingin disampaikan pada saya silahkan sampaikan
kepada saya. Apabila ada kesalahan saya mohon maaf dan dimaklumi, karena saya
adalah manusia dan hamba Allah yang tidak luput dari kekurangan maupun kesalahan.
11

DAFTAR PUSTAKA

Suhendi hendi, fiqih muamalah, jakarta 2010


Syafe’i rachmat, fiqih muamalah, bandung : Pustaka setia 2001
Syafe’i antonio, Bankk syariah dari teori ke praktik, jakarta : gema insani 2014
Ghafur muhammad, Memahami bunga dan riba ala muslim indonesia, yogyakarta : biruni
press 2008
Nsdution khoiruddin, Riba dan poligami, sebuah studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, cet
1, yogyakarta: Puetska pelajar bekerja sama dengan academia 1996

Anda mungkin juga menyukai