FIKIH KONTEMPORER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Kontemporer Yang Berjudul
1. Intan (2002010013)
2. Khoirur Rizal
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelmpok pada mata kuliah Fiqih Kontemporer. Sholawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad Saw.
Ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat, karena penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan kerja sama dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,
saran serta kritikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran masukan serta kritikan yang membangun dari berbaga pihak. Dan kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh kalangan, baik
pembaca khususnya bagi penulis.
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian parfum beralkohol .................................................................
B. Parfum alkohol dalam ilmu kimia ............................................................
C. Sumber hukum parfum beralkohol............................................................
1. Sumber hukum yang tidak memperbolehkan.................................
2. Sumber hukum yang membolehkan...............................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, parfum adalah wangi-wangian yang biasanya digunakan
pada tubuh ataupun pakaian, parfum merupakan suatu hal yang biasa digunakan
manusia untuk mendukung aktifitas manusia sehari-hari, kemanapun ia pergi.
Penggunaan parfuum pun dianjurkan dalam islam, bahkan rasulullah sendiri secara
pribadi menyukai parfum. namun, parfum juga memiliki berbagai jenis, yaitu parfum
non alkohol dan parfum beralkohol. Parfum beralkohol yaitu yang didalamnya
unsurnya terdapat kandungan alkohol sedangkan parfum non alkoholadalah parfum
yang didalamnya tidak terdapat kandungan alkoholnya. Ada banyak orang yang lebih
memilih menggunakan parfum beralkohol karena wanginya yang tahan lama, namun
juga ada yang lebih memilih menggunakan parfum non alkohol karena beranggapan
bahwa parfum beralkohol adalah najis.
Dalam hal ini, memang terdapat perdebatan tentang apakah parfum beralkohol boleh
digunakan atau tidak, karna seperti yang kita ketahui bahwa terdapat minuman yang
mengandung alkohol adalah haram. Maka dari itu, untuk lebih jelasnya, disini penulis
akan membahas dan menjelaskan tentang hukum penggunaan parfum beralkohol.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian parfum beralkohol?
2. Seperti apa parfum beralkohol dalam ilmu kimia?
3. Bagaimana sumber hukum dan hukum penggunaan parfum beralkohol?
C. Tujuan
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih kontemporer, tujuan
pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih jelas tentang apa hukum
menggunakan parfum beralkohol.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Jajang Nurjaman, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010, hal 27-30
Pemanfaatan alkohol untuk digunakan sebagai sandang dan papan seperti
contonya digunakan sebagai parfum, sebagian ulma mengatakan hukumnya najis
dan adajuga yang mengatakan tidak najis.
Imam Mazhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali)
Mereka sepakat menyatakan bahwa alkohol adalah najis, dengan
mengkiaskannya kepada khamr karena kesamaan illat atau sebabnya, yaitu
sama-sama memabukan.ulama yang menyatakan bahwa alkohol adalah
najis beralndaskan pada surah al-Maidah (5) ayat 90, didalam ayat tersebut
dikatakan bahwa khamr termasuk rijs yang artinya najis, dan najis adalah
kotor, jadi harus dijauhi. Atas dasar tersebut mereka menetapkan bahwa
alkohol dan semua yang memabukan adalah najis. Bahkan Sebagian
Mazhab Hanafi menegaskan bila alkohol mengenai pakaian , maka
pakaian itu tidak boleh untuk shalat. Jika tetap dipakai, maka shalatnya
tidak sah.
Sebaliknya, Imam Rabi’ah ar-Ra’yi (guru Imam Malik), al-lais bin Sa’ad,
Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H/878 M; Ulama
Mazhab Syafi’i), sebagian ulama baghdad kontemporer, dan Mazhab az-
Zahiri mengatakan bahwa khamr adalah suci. Pendapat ini beralasan pada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa para sahabat menumpahkan
khamer di jalan-jalan madinah saat turrnnya ayatt tentang larangan
meminum khamr. Seandainya khamr itu najis, tentu sahabat tidak
melakukannya karena Nabi Saw melarangnya, tetapi disini nabi tidak
melarangnya. Mereka menegaskan mengenai kata rijsun dalam surah Al-
Maidah (5) ayat 90, jika diartikan najis, maka yang dimaksud adalah najis
secara hukumnya bukan najis secara secara materi. Menurut mereka, hal
ini sejalan dengan dengan firman Allah Swt dalam surah at-Taubah (9)
ayat 28, yang artinya, “sesungguhnya orang-orang musyrik itu adalah
najis.” Selain itu, kata rijsunjuga menjadi sifat bagi judi, berkurban untuk
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah. Namun tak seorang
ulama yang menyatakan benda-benda tersebut adalah najis aini.
( Dari ibni Abbas ra berkata Rasululah SAW bersabda, “hari ini adalah
hari besar yang dijadikan Allah untuk muslimin. Siapa diantara kamu yang
datang shalat jumat hendaklah mandidan bila punya parfum hendaklah
dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak”).
(Dari Abu Hurairah ra, “parfum laki-laki adalah yang aromanya kuat tapi
warnanya tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya lembut tapi
warnanya kelihatan jelas” (HR. At-Tarmizi dan Nasa’i).
Jika sudah jelas zat khamer adalah suci dan tidak najis, maka tidak menjadi
masalah dengan parfum beralkohol. Pokok pada semua kewajiban adalah suci,
sedangkan semua yang haram itu belum tentu najis.opium itu haram, akan
tetapi ia suci, dan semua yang dikumi najis itu sudah pasti haram dan tidak
semua yang haram itu najis.Karena hukum yang diberlakukan pada sesuatu
yang dihukumi najis itu adalah larangan menyentuhnya, bagaimanapun
bentuknya. Sesuatu yang najis pasti dilarang. Sebaliknya, sesuatu yang haram
tidak dapat dipastikan sebagai sesuatu yang najis. Penggunaan sutra dan emas
diharamkan (untuk laki-laki), padahal keduanya suci menurut hukum islam
dan ijma (bagi wanita). Setelah seseorang memahami ini, maka dia akan
mengerti bahwa diharamkannya khamr atas dasar pada banyaknya nash tidak
berarti bahwa khamer itu najis, kecuali jika ada dalil lain yang menyatakan
kenajisannya, jika tidak ada, maka khamer tetap pada kedudukan dasarnya
yang suci.3
3
Z Abidin, Parfum Beralkohol Dalam Islam, STAIN Kudus, 2016, hal 18-28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
parfum beralkohol adalah parfum yang terdapat kandungan alkoholnya, yang
dimaksud disitu adalah alkohol etanol, yaitu senyawa murni yang bisa
digunakan sebagai pelarut wewangian sehingga kita bisa merasakan aroma
yang semerbak harum.
Bahan minyak biasanya larut dengan menggunakan pelarut (solvet), pelarut
yang digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau campuran etanol dan
air. Dalam pembuatan parfum etanol digunakan Sebagai pelarut (solvet)
parfum. Jika melihat etanol (alkohol) yang menjadi campuran dalam parfum,
maka penulisannya dapat dikatakan bahwa pelarut (solvet) dalam parfum
adalah etanol yang suci , dan bukanlah khamr.
Hukum asal-usul etanol jika berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan bahan
lainnya yang najis maka halal.
Etanol dapat berubah statusnya menjadi haram, jika digabungkan dengan
minuman terlarang seperti khamr.
Etanol ketika dalam miras yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan
bukan etanolnya.
diharamkannya khamr atas dasar pada banyaknya nash tidak berarti bahwa
khamer itu najis. mengenai kata rijsun dalam surah Al-Maidah (5) ayat 90, jika
diartikan najis, maka yang dimaksud adalah najis secara hukumnya bukan
najis secara secara materi.
Jadi, Akibat hukum penggunaan parfum yang mengandung alkohol menurut
syariat islam yaitu mubah atau boleh saja digunakan dalam kehidupan sehari-
hari atau digunakan dalam shalat, baik yang kandungan alkoholnya banyak
atau sedikit, tetapi jika kandungan alkohol tersebut berasal dari sumber yang
najis, maka hukumnya najis.
DAFTAR PUSTAKA
Jajang Nurjaman, 2010, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Eri Kusheriyadi, 2020, Presepsi Ulama Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, IAIN Pare-
pare