Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FIKIH KONTEMPORER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Kontemporer Yang Berjudul

(Hukum Menggunakan Parfum Beralkohol)

Dosen Pengampu : Hud Leo Perkasa Maki, M.H.I

Disusun oleh Kelompok 6 :

1. Intan (2002010013)
2. Khoirur Rizal

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO LAMPUNG

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelmpok pada mata kuliah Fiqih Kontemporer. Sholawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad Saw.

Ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat, karena penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan kerja sama dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,
saran serta kritikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran masukan serta kritikan yang membangun dari berbaga pihak. Dan kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh kalangan, baik
pembaca khususnya bagi penulis.


DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian parfum beralkohol .................................................................
B. Parfum alkohol dalam ilmu kimia ............................................................
C. Sumber hukum parfum beralkohol............................................................
1. Sumber hukum yang tidak memperbolehkan.................................
2. Sumber hukum yang membolehkan...............................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, parfum adalah wangi-wangian yang biasanya digunakan
pada tubuh ataupun pakaian, parfum merupakan suatu hal yang biasa digunakan
manusia untuk mendukung aktifitas manusia sehari-hari, kemanapun ia pergi.
Penggunaan parfuum pun dianjurkan dalam islam, bahkan rasulullah sendiri secara
pribadi menyukai parfum. namun, parfum juga memiliki berbagai jenis, yaitu parfum
non alkohol dan parfum beralkohol. Parfum beralkohol yaitu yang didalamnya
unsurnya terdapat kandungan alkohol sedangkan parfum non alkoholadalah parfum
yang didalamnya tidak terdapat kandungan alkoholnya. Ada banyak orang yang lebih
memilih menggunakan parfum beralkohol karena wanginya yang tahan lama, namun
juga ada yang lebih memilih menggunakan parfum non alkohol karena beranggapan
bahwa parfum beralkohol adalah najis.
Dalam hal ini, memang terdapat perdebatan tentang apakah parfum beralkohol boleh
digunakan atau tidak, karna seperti yang kita ketahui bahwa terdapat minuman yang
mengandung alkohol adalah haram. Maka dari itu, untuk lebih jelasnya, disini penulis
akan membahas dan menjelaskan tentang hukum penggunaan parfum beralkohol.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian parfum beralkohol?
2. Seperti apa parfum beralkohol dalam ilmu kimia?
3. Bagaimana sumber hukum dan hukum penggunaan parfum beralkohol?

C. Tujuan
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih kontemporer, tujuan
pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih jelas tentang apa hukum
menggunakan parfum beralkohol.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Parfum Beralkohol


Presepektif islam atau kamus-kamus besar lainnya pada umumnya tidak ada
artinya parfum beralkohol secara khusus. Kedua kata ini memiliki dua arti tersendiri.
Parfum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wewangian yang berupa
cairan, didalam cairan terdapat zat pewangi. Sedangkan parfum menurut kamus
ilmiah populer adalah zat penghilang bau badan, pewangi. Sedangkan alkohol berasal
dari bahasa arab, yaitu al-ghau atau al-khuhul, khamr yang berarti raksasa, nama itu
diberikan kepada pati arak, karena sifatnya seperti raksasa. Selain itu, dapat diartikan
minuman memabukkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alkohol adalah zat cair yang tidak
berwarna dan mudah menguap, mudah terbakar, digunakan dalam industri obat-
obatan, berdasarkan banyak definisi alkohol, meskipun dalam redaksinya beda tapi
esensi dan tujuannya sama yaitu sama-sama zat cair yang apabila dikonsumsi bisa
memabukkan. Dan segala sesuatu yang memabukan hukumnya haram. Selain kata
alkohol, ada sesuatu yang memabukan yaitu cairan menurut asalnya, seperti khamr
dan nabidz, dan ada pula yang padat yaitu opium dan ganja.1
Akohol ini juga ditemukan di selain minuman, seperti di rendaman air bunga dan
buah, dibuat wewangian dan lainnya.
Jadi parfum beralkohol adalah parfum yang terdapat kandungan alkoholnya, yang
dimaksud disitu adalah alkohol etanol, yaitu senyawa murni yang bisa digunakan
sebagai pelarut wewangian sehingga kita bisa merasakan aroma yang semerbak
harum.
B. Parfum Alkohol Dalam Ilmu Kimia
Alkohol dalam ilmu kimia adalah istilah yang lebih umum untuk senyawa
organik yang memiliki gugus hidroksil (OH) terikat pada atom karbon, yang alkohol
sendiri terikat pada atomhidrogen atau karbon lain. Bahan minyak biasanya larut
dengan menggunakan pelarut (solvet), pelarut yang digunakan untuk minyak wangi
adalah etanol atau campuran etanol dan air. parfum juga dapat dilarutkan dalam
minyak netral seperti dalam fraksi minyak kelapa, atau dalam larutan pernis (lilin)
seperti dalam minyak jojoba (sejenis tanaman).
1
Eri Kusheriyadi, Presepsi Ulama Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, IAIN Pare-pare, 2020
Dalam pembuatan parfum etanol digunakan Sebagai pelarut (solvet) parfum, etanol
juga digunakan sebagai deodoran (menghilangkan bau tak sedap atau bau busuk).
LPPOM MUI, Alkohol yang dimaksud dalam parfum adalah etanol. Menurut fatwa
MUI, etanol yang merupakan senyawa murni bukan berasal dari industri minuman
khamer dan sifatnya tidak najis. Hal ini berbeda dengan khamr yang bersifat najis.
Oleh karena itu, etanoltersebut dijual sebagai pelarut parfum, yang notabee memang
dipakai diluar (tidak dimaksutkan ke dalam tubuh). Etanol juga disebut etil alkohol,
alkohol murni, alkohol abolut. Etanol merupakan sejenis unsur yang mudah terbakar
(flammable), tak berwarna (colorless), memiliki wangi yang khas dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol dibuat
melalui fermentasi molase yaitu residu yang didapat dari pemurnian gula tebu,
patidari padi-padian, kentang dan beras dan difermentasi dengan cara yang sama
menjadi etanol, sehingga hasilnya sering dinamakan alkohol padi-padian (grai
alkohol). Selain fermentsi, etanol juga dibuat melalui hidrasi etilena dengan katalis
asam. Dengan katalis asam sulfat atau katalis asam lainnya. Pertama-tama melibatkan
konversi ezimatik pati menjadi gula, gula kemudian diubah menjadi etanol dan
karbondioksida oleh kerja zimase, suatu zimase yang dihasilkan oleh sel-sel ragi yang
hidup. Etanol dibuat dengan dua metode, pertama, peragian dari molase (tetes) dari
tebu. Kedua, adisi air kepada etilena dengan hadirnya suatu katalis asam.
Oleh karena itu, etanol adalah zat yang suci, ada tiga hal yang menjadi pertimbangan
dari kesimpulan tersebut yaitu:
a. Hukum asal-usul etanol jika berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan bahan
lainnya yang najis maka halal.
b. Etanol dapat berubah statusnya menjadi haram, jika digabungkan dengan
minuman terlarang seperti khamr.
c. Etanol ketika dalam miras yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan bukan
etanolnya.
Jika melihat etanol (alkohol) yang menjadi campuran dalam parfum, maka
penulisannya dapat dikatakan bahwa pelarut (solvet) dalam parfum adalah etanol
yang suci , dan bukanlah khamr. Banyak orang yang menyamakan minuman
beralkohol dengan khamr, disinilah yang seringnya kurang dipahami dan ini
adalah titik masalah bagi beberapa orang yang mengutuk larangan menggunakan
parfum beralkohol, berpikir bahwa alkohol dalam parfum adalah khamr. Khamer
ingin diminum stetes atau seember, sama-sama haram alkohol tidak sama dengan
khamr. Karena orang tidak akan mampu minum alkohol dalam bentuk murni,
karena akan menyebabkan kematian.
Alkohol merupakan komponen kimia terbesar setelah air yang terdapat pada
minuman keras, akan tetapi alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia yang
dapat menyebabkan mabuk, karena banyak senyawa lain yang ditemukan dalam
minuman keras yang juga memabukan bila diminum pada konsentrasi yang cukup
tinggi. pada umumnya golongan alkohol adalah bersifat narkosis (memabukan),
demikian juga komponen-komponen lain yang terdapat pada minuman keras
seperti aseton, beberapa ester. Jadi,alkohol adalah senyawa kimia, sedangkan
khamer adalah sifat suatu makanan, minuman atau benda yang dikonsumsi.
Pengertian khamr tidak terletak pada sub kimianya, tetapi definisinya terletak pada
akibat yang dihasilkannya, yaitu iskar (memabukkan). Jadi apapun itu jika
dimakan atau diminum akan mmberikan efek mabuk, dikategorikan sebagai
khamr.
Jadi definisi khamr yang benar menurut para ulama adalah segalanya yang
memberikan efek iskar(memabukan). Dan di sini jelas tidak semua makanan yang
mengandung alkohol. Karena menurut ahli kesehatan, tentu saja beberapa
makanan seperti singkong, durian, dan buah-buahan lainnya bahkan mengandung
alkohol. Namun mengapa tidak pernah disebutkan bahwa makanan itu haram
karena mengandung alkohol. Dan karena definisi segala sesuatu yaang memberi
efek iskar (memabukan), maka ganja, candu, narkoba dansejensnya masih bisa
dimasukan sebagai khamr. Meskipun benda itu bahkan tidak mengandung alkohol.
senyawa alkohol itu sendiri jika kita minum, bukan efek mabuk yang dihasilkan,
melainkan kematian. Penggunaan parfum beralkohol bukan dengan menikmatinya
dan kandungan alkoholnya tidak terasa, apalagi membuat orang pingsan atau
mabuk. Kalau khamr pasti membuat mabuk. Alkohol (etanol) dan minumn
beralkohol adalah dua hal yang berbeda. Minuman beralkohol pastinya diminum
dan diharamkan sedangkan alkohol (etanol) seperti hukum zat pada asalnya itu
halal. Etanol bisa menjadi haram jika menyebabkan dampak negatif.2
C. Hukum Parfum Beralkohol
a. Pendapat Ulama menggunakan Parfum Beralkohol.

2
Jajang Nurjaman, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010, hal 27-30
Pemanfaatan alkohol untuk digunakan sebagai sandang dan papan seperti
contonya digunakan sebagai parfum, sebagian ulma mengatakan hukumnya najis
dan adajuga yang mengatakan tidak najis.
 Imam Mazhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali)
Mereka sepakat menyatakan bahwa alkohol adalah najis, dengan
mengkiaskannya kepada khamr karena kesamaan illat atau sebabnya, yaitu
sama-sama memabukan.ulama yang menyatakan bahwa alkohol adalah
najis beralndaskan pada surah al-Maidah (5) ayat 90, didalam ayat tersebut
dikatakan bahwa khamr termasuk rijs yang artinya najis, dan najis adalah
kotor, jadi harus dijauhi. Atas dasar tersebut mereka menetapkan bahwa
alkohol dan semua yang memabukan adalah najis. Bahkan Sebagian
Mazhab Hanafi menegaskan bila alkohol mengenai pakaian , maka
pakaian itu tidak boleh untuk shalat. Jika tetap dipakai, maka shalatnya
tidak sah.
 Sebaliknya, Imam Rabi’ah ar-Ra’yi (guru Imam Malik), al-lais bin Sa’ad,
Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H/878 M; Ulama
Mazhab Syafi’i), sebagian ulama baghdad kontemporer, dan Mazhab az-
Zahiri mengatakan bahwa khamr adalah suci. Pendapat ini beralasan pada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa para sahabat menumpahkan
khamer di jalan-jalan madinah saat turrnnya ayatt tentang larangan
meminum khamr. Seandainya khamr itu najis, tentu sahabat tidak
melakukannya karena Nabi Saw melarangnya, tetapi disini nabi tidak
melarangnya. Mereka menegaskan mengenai kata rijsun dalam surah Al-
Maidah (5) ayat 90, jika diartikan najis, maka yang dimaksud adalah najis
secara hukumnya bukan najis secara secara materi. Menurut mereka, hal
ini sejalan dengan dengan firman Allah Swt dalam surah at-Taubah (9)
ayat 28, yang artinya, “sesungguhnya orang-orang musyrik itu adalah
najis.” Selain itu, kata rijsunjuga menjadi sifat bagi judi, berkurban untuk
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah. Namun tak seorang
ulama yang menyatakan benda-benda tersebut adalah najis aini.

Menggunakan parfum merupakan anjuran dari Rasulullah SAW, dan hukumnya


sunnah. Dan rasulullah sendiri juga menyukai wewangian. Bahkan didalam
beribadah, umat islam dianjurkan untuk memakai wewangian, agar suasana
ibadah menjadi lebih khusyu’.

Berikut adalah beberapa hadis tentang menggunakan parfum:

 ( Dari ibni Abbas ra berkata Rasululah SAW bersabda, “hari ini adalah
hari besar yang dijadikan Allah untuk muslimin. Siapa diantara kamu yang
datang shalat jumat hendaklah mandidan bila punya parfum hendaklah
dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak”).
 (Dari Abu Hurairah ra, “parfum laki-laki adalah yang aromanya kuat tapi
warnanya tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya lembut tapi
warnanya kelihatan jelas” (HR. At-Tarmizi dan Nasa’i).

Jika sudah jelas zat khamer adalah suci dan tidak najis, maka tidak menjadi
masalah dengan parfum beralkohol. Pokok pada semua kewajiban adalah suci,
sedangkan semua yang haram itu belum tentu najis.opium itu haram, akan
tetapi ia suci, dan semua yang dikumi najis itu sudah pasti haram dan tidak
semua yang haram itu najis.Karena hukum yang diberlakukan pada sesuatu
yang dihukumi najis itu adalah larangan menyentuhnya, bagaimanapun
bentuknya. Sesuatu yang najis pasti dilarang. Sebaliknya, sesuatu yang haram
tidak dapat dipastikan sebagai sesuatu yang najis. Penggunaan sutra dan emas
diharamkan (untuk laki-laki), padahal keduanya suci menurut hukum islam
dan ijma (bagi wanita). Setelah seseorang memahami ini, maka dia akan
mengerti bahwa diharamkannya khamr atas dasar pada banyaknya nash tidak
berarti bahwa khamer itu najis, kecuali jika ada dalil lain yang menyatakan
kenajisannya, jika tidak ada, maka khamer tetap pada kedudukan dasarnya
yang suci.3

Jadi, Akibat hukum penggunaan parfum yang mengandung alkohol menurut


syariat islam yaitu mubah atau boleh saja digunakan dalam kehidupan sehari-
hari atau digunakan dalam shalat, baik yang kandungan alkoholnya banyak
atau sedikit, tetapi jika kandungan alkohol tersebut berasal dari sumber yang
najis, maka hukumnya tetap najis.

3
Z Abidin, Parfum Beralkohol Dalam Islam, STAIN Kudus, 2016, hal 18-28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 parfum beralkohol adalah parfum yang terdapat kandungan alkoholnya, yang
dimaksud disitu adalah alkohol etanol, yaitu senyawa murni yang bisa
digunakan sebagai pelarut wewangian sehingga kita bisa merasakan aroma
yang semerbak harum.
 Bahan minyak biasanya larut dengan menggunakan pelarut (solvet), pelarut
yang digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau campuran etanol dan
air. Dalam pembuatan parfum etanol digunakan Sebagai pelarut (solvet)
parfum. Jika melihat etanol (alkohol) yang menjadi campuran dalam parfum,
maka penulisannya dapat dikatakan bahwa pelarut (solvet) dalam parfum
adalah etanol yang suci , dan bukanlah khamr.
 Hukum asal-usul etanol jika berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan bahan
lainnya yang najis maka halal.
 Etanol dapat berubah statusnya menjadi haram, jika digabungkan dengan
minuman terlarang seperti khamr.
 Etanol ketika dalam miras yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan
bukan etanolnya.
 diharamkannya khamr atas dasar pada banyaknya nash tidak berarti bahwa
khamer itu najis. mengenai kata rijsun dalam surah Al-Maidah (5) ayat 90, jika
diartikan najis, maka yang dimaksud adalah najis secara hukumnya bukan
najis secara secara materi.
 Jadi, Akibat hukum penggunaan parfum yang mengandung alkohol menurut
syariat islam yaitu mubah atau boleh saja digunakan dalam kehidupan sehari-
hari atau digunakan dalam shalat, baik yang kandungan alkoholnya banyak
atau sedikit, tetapi jika kandungan alkohol tersebut berasal dari sumber yang
najis, maka hukumnya najis.
DAFTAR PUSTAKA

Jajang Nurjaman, 2010, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta

Eri Kusheriyadi, 2020, Presepsi Ulama Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol, IAIN Pare-
pare

Z Abidin, 2016, Parfum Beralkohol Dalam Islam, STAIN Kudus

Anda mungkin juga menyukai