Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PARFUM BERALKOHOL MENURUT ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Kontemporer
Dosen Pengampu : Hud Leo Perkasa Maki, M.H.I

Disusun Oleh:

Muhammad Arifin 1902012008


Muhammad Ghifari Arfananda 1902012009
Mukrominudin 1802031014

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Fikih Konteporer ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini,
dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk 
dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam
pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbasan ilmu  pengetahuan
dan  keterampilan yang kami miliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini,kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada bapak Hud Leo Perkasa Maki, M.H.I selaku Dosen Fikih Konteporer. Dan
juga kepada teman–teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan
kepada kami. Kami menyadari  bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang.
Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan pihak yang berkepentingan.

Metro, 5 Oktober 2021

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Parfum dan alkohol................................................................. 2
B. Dalil Hukum menggunakan Parfum Beralkohol................................... 2

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika yang
digandrungi oleh manusia. Khususnya kaum wanita. Apalagi dalam
perkembangan yang semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu yang
beralkohol atau non alkohol sangatlah diperlukan untuk menunjang
penampilan dalam bergaul agar tampak lebih sempurna. Disamping itu,
memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianjurkan
rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah. Namun, dewasa ini
sebagian besar parfum yang berada dipasaran mengandung alkohol yang
digunakan sebagai pelarut. Padahal dalam hukum Islam, alkohol merupakan
salah satu zat yang diharamkan karena efek yang ditimbulkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Parfum dan alkohol?
2. Bagaimana Dalil Hukum menggunakan Parfum Beralkohol?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Parfum dan alkohol
2. Untuk Mengetahui Dalil Hukum menggunakan Parfum Beralkohol

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Parfum dan alkohol


Parfum menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah minyak wangi,
bau wangi-wangian yang berupa cairan, zat pewangi. Sedangkan parfum
menurut kamus Ilmiah Populer adalah zat pewangi tubuh, wewangian.1
Alcohol (al-kuh; atau al-kuhul dalam bahasa Arab dan alcohol dalam
bahasa Inggris pengertiannya adalah sesuatu yang menguap, saripati atau
intisari). Alcohol diartikan sebagai cairan tidak berwarna yang mudah
menguap dan mudah terbakar. Umumnya diapakai dalam industry dan
pengobatan serta merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam
kebanyakan minuman keras. Alcohol dibuat melalui proses fermentasi
berbagai zat yang mengandung hidrat alang (seperti melase, gula tebu, dan
sari buah).2
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, alcohol berarti zat cair yang
memabukkan (sebagai yang dicampurkan diminuman keras dan sebagainya).3
B. Dalil Hukum menggunakan parfum
1. Dalil Hukum menggunakan parfum non-alkohol
Dalam sebuah hadis riwayat At-Tirmidzi dan An-Nasa’I, dari Abu
Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Wewangian orang
laki-laki adalah yang tercium baunya dan tidak tampak warnanya.
Sedangkan wewangian wanita adalah yang tampak warnanya dan tidak
tercium baunya.”4
Hadis yang ditakhrij ashhabus-sunan Dari Abu Musa Al-Asy’ary
bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

1
M. Dahlan Al Barry, sebagaimana dikutip Siti Rifaah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat Kh. Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz
Sulkhan Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program
Studi Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, Semarang, 2012, hal. 18
2
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual: Jawban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:
gema Insani Press, 2003), hal. 203
3
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, cet.
5) 1976, hal. 32
4
Haya Binti Mubarok Al-Barik, Engsiklopedia Wanita Muslimah, (Bekasi: PT Darul Falah,
2010), hal. 155-156

2
ِِ ِ ِ ِ
ْ ْ‫َ ﺯَﺍﻧﻴَﺔٌ ﻓَ ِﻬﻲﺭِﺤﻳ َﻬﺎ ﻣ ْﻦ ﻟﻴَﺠ ُﺪﻭﺍ َﻗ ْﻮﻡٍ َﻋﻠَﻰ ﻓَ َﻤَّﺮﺕ‬
‫ﺍﺳَﺘ ْﻌﻄََﺮﺕْ ْﺍﻣَﺮﺃَﺓٍ ﺃَﻤُّﻳَﺎ‬
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui
sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai
maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i, Abu
Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no.
323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan-perbuatan
tersebut bida menjerumus kedosa besar. Sebab mengenakan wewangian
agar baunya bisa dicium oleh kaum laki-laki, sama dengan
menampakkan dirinya dihapkan mereka dan membangkitkan birahi
mereka. Maka tidak heran jika wanita semacam ini sebagai wanita
pezina.
Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika
yang digandrungi oleh manusia. Khususnya kaum wanita. Apalagi dalam
perkembangan yang semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu
yang beralkohol atau non alkohol sangatlah diperlukan untuk menunjang
penampilan dalam bergaul agar tampak lebih sempurna. Disamping itu,
memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang
dianjurkan rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah.5
Artinya: Empat perkara yang merupakan sunnah para rasul:
memakai hinna’, memakai parfum, bersiwal, dan menikah.
Disunnahkan bagi seorang wanita yang hendak berihram untuk
memakai minyak wangi dan menyisir rambut. Diriwayatkan dalam
sebuah hadis dari Aisyah ra, ia berkata: “kami pergi bersama Rasulullah
SAW ke Mekkah, lalu kami mengolesi dai-dahi kami dengan minyak
kasturi ketika hendak ihram. Ketika salah seorang dari kami berkeringat,
minyak itu terlihat mengalir dari wajah kami dan Rasulullah melihatnya,
namun tidak melarangnya”. Hadis tersebut dijadikan dadi sunnahnya
minyak wangi ketika akan berihram. Aroma wangi dan warnya tidak

5
Jajang Nurjaman. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol”.
Skipsi pada Program Studi Muamalat. Fakultas Syari’ah dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta, 2010, Hal. ii

3
mudarat, karenan yang diharamkan adalah ketika memakainya setelah
ihram.6
2. Dalil Hukum menggunakan parfum beralkohol
Minyak biasanya dilarutkan dengan menggunakan solvent
(pelarut), solvent yang digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau
campuran antara etanol dan air. Minyak wangi juga bisa dilarutkan dalam
minyak yang sifatnya netral seperti dalam fraksi minyak kelapa, atau
dalam larutan lak (lilin), seperti dalam minyak jojoba (salah satu jenis
tanaman).
LP POM MUI, alcohol yang dimaksudkan dalam parfum adalah
etanol. Menurut fatwa MUI, etanol yang merupakan senyawa murni
bukan berasal dari industry minuman khamr sifatnya tidak najis. Hal ini
berbeda dengan khamr yang bersifat najis. Oleh karena itu, etanol
tersebut dijual sebagai pelarut parfum, yang notabene memang dipakai
diluar (tidak dimaksudkan ke dalam tubuh).
Etanol disebut juga etil alcohol, alcohol murni, alcohol absolut atau
alcohol saja. Etanol merupakan sejenis yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, memiliki wangi yang khas dan merupakan
alcohol yang paling sering diguanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari it, etanol adalah zat yang suci, ada tiga point yang dibuat
pertimbangan dari kesimpulan diatas:
a. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan
zat lain adalah halal
b. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram, jika ia menyatu dengan
minuman yang haram seperti miras
c. Etanol ketika berada dalam miras yang dihukumi adalah campuran
mirasnya dan bukan etanolnya lagi
Jika melihat alcohol yang ada dalam parfum, maka penulis dapat
katakan bahwa yang jadi solvent dalam parfum tersebut adalah etanol
yang suci, bukanlah khamr.7

6
Su’ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 454-455
7
M. Dahlan Al Barry, op.cit, hal. 23-25

4
Athiah Saqr (ahli fiqh Mesir) dalam bukunya Islam wa Masyakil
al-Hajah mengemukakan bahwa mengingat alcohol kini sudah banyak
digunakan dalam berbagai keperluan (Seperti medis, obat-obatan, parfu,,
dan sebagainya), maka ia cenderung mengambil pendapat yang
mengatakan kesuciannya, karena pendapat ini sesuai dengan prinsip al-
yusr ‘kemudahan’ dan ‘adam al-haraj ‘menghindarkan kesulitan’ dalam
hukum Islam. Bahkan menurut lembaga Fatwa Negara Kuwait dalam
kumpulan fatwanya (Majmu’ah Fatawa Syari’iyah: II/267) bahwa
diperbolehkan untuk parfum yang mengandung alcohol dan juga
diperbolehkan untuk menjual belikannya.
Memakai parfum hendak ibadah sangat dianjurkan dalam Islam.
Bagaimana jika memakai parfum yang bercampur dengan alcohol?
Boleh, larena terdapat kemaslahatan dan diisyaratkan campuran
alkoholnya sesuai kadar. Menurut sebagian ulama bahwa menggunakan
parfum tersebut dihukumi suci, walaupun alcohol melebihi kadar
kebutuhan dalam perbaikan minyak wangi (ishlah).8
Namun Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa yang lebih
baik adalah kita bersikap berhati-hati yaitu dengan tidak
memakainya. Karena sesungguhnya Allah berfirman tentang khamr:

     


     
   
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al-
Maidah: 90)
Allah memerintahkan untuk menjauhi hal tersebut. Di mana
perintah ini mutlak, bukan hanya sekedar meminum atau memakainya
(bukan untuk diminum). Oleh karena itulah yang lebih hati-hati adalah
seseorang menghindari penggunaan minyak wangi yang mengandung
8
Ahmad Idris Marzuki dan Maimun Zubair, Ngaji Fiqih: Untuk Bekal Dunia Akhirat
(Buku Satu), (Kediri: Santri Salaf Press), 2014, hal. 77

5
alkohol. Akan tetapi, Beliau juga menegaskan bahwa beliau tidak
menggunakan minyak wangi yang mengandung alkohol namun beliau
juga tidak melarang orang lain untuk menggunakannya. (disarikan dari
majalah As Sunnah edisi 02 tahun IX/1426/2005 hal 49-51)

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, etanol suci bahasan dasarnya, sepanjang
bahan dasar tersebut merupakan bahan yang suci dan dari bahan nabati.
Ketika etanol digunakan sebagai bahan produksi parfum sebagai pelarut,
maka parfum masih bersifat suci (halal), mengingat yang menyebabkan
alcohol diharamkan dalam Islam adalah karena efek yang ditimbulkannya,
bukan karena najis bahan dasarnya. Selama kadar alcohol dalam parfum
tersebut tidak memabukkan sipemakai atau orang yang ada didekatnya.

B. Saran
Demikian pembahasan yang kami sampaikan.harapan kami, dengan
adanya tulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita.

7
DAFTAR PUSTAKA

Al Barry, M. Dahlan. 2012. sebagaimana dikutip Siti Rifaah “Tinjauan Hukum


Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat Kh.
Abdul Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan Di Pondok Pesantren Putri Al
Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi Muamalah,
Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, Semarang

Budi Utomo, Setiawan. 2003. Fiqih Aktual: Jawban Tuntas Masalah


Kontemporer, (Jakarta: gema Insani Press.

Marzuki, Ahmad Idris dan Maimun Zubair, 2014. Ngaji Fiqih: Untuk Bekal
Dunia Akhirat (Buku Satu), (Kediri: Santri Salaf Press.

Mubarok Al-Barik, Haya Binti. 2010. Engsiklopedia Wanita Muslimah, Bekasi:


PT Darul Falah

Nurjaman, Jajang. 2010. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum
Beralkohol”. Skipsi pada Program Studi Muamalat. Fakultas Syari’ah dan
Hukum. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN


Balai Pustaka, cet. 5.

Shalih, Su’ad Ibrahim. 2011. Fiqh Ibadah Wanita. Jakarta: Amzah,

Anda mungkin juga menyukai