Dosen Pengampu:
Meki Johendra, M.Ag
Disusun Oleh:
Tri Syilia Ratih Wardani
Ishfi Ni’ami
Penulis
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar
Ma'ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma'ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari
pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu
adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja
yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara
peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada
Allah Ta'ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri
utama masyarakat orang-orang yang beriman setiap kali Al Qur'an memaparkan
ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan
risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan
dorongan bagi orang-orang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi
masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena
kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali dengannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
2. Apa Saja Hadits Tentang Perintah Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Hadits Tentang Perintah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar
4
dijelaskan secara tegas di dalam syariat Islam akan tetapi dipercaya sebagai sesuatu
yang dianggap baik dalam kehidupan di masyarakat. Misalnya mempersilahkan
orang yang lebih tua untuk memimpin doa Ketika sedang dalam majelis dan lain
sebagainya.
Mungkar juga dikategorikan dalam dua bagian yakni haram dan makruh.
Mungkar yang masuk pada kategori haram pada umumnya merujuk pada ketentuan
yang dianggap dalam syariat Islam sebagai sesuatu yang dilarang oleh Allah swt.
Secara umum umat Islam akan sepakat bahwa perbuatan tersebut dilarang dalam
agama. Oleh sebab itu makanya perbuatan tersebut sebisa mungkin untuk
dijauhkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa larangan yang secara zhahir
jelas-jelas dan disepakati sebagai sesuatu yang buruk adalah berjudi, merampok,
berzina dan lain sebagainya.
Sedangkan mungkar yang masuk pada kategori makruh adalah perbuatan
atau tindakan yang masuk pada perbuatan yang tidak disenangi oleh Allah swt.
Namun, menghindari perbuatan tersebut bukan merupakan paksaan, melainkan
anjuran. Oleh sebab itu makanya ketika perbuatan mungkar makruh ini
ditinggalkan dipercaya akan terhindar dari dosa. Contoh dari perbutan ini adalah
merokok, makan sambil berdiri dan lain sebagainya.1
Akan tetapi, dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar ini kita
tidak perlu memaksakan diri misalnya, dengan cara-cara tertentu yang
bersifat memaksa, sehingga mengakibatkan kita celaka
Oleh karena itu, dalam melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar
diperlukan metode tertentu agar berhasil dengan baik. Di antara metode
yang diajarkan Al-Quran adalah sebagai berikut:
1
Nur Ikhlas Journal of Da’wah (Legitimasi Hadis Amar Makruf Nahi Mungkar sebagai Pesan
Dakwah ) Volume 1 Nomor 1 (2022) 133-147 STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau. Hal
172
5
tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling
tahu siapa yang mendapat petunjuk (An-nahl:125)
2
Rachmat Syafe’I, “Al- Hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum)”( Bandung, CV Pustaka Setia),
2000, hlm. 235-243
6
B. Ada Beberapa Hadits Yang Menjelaskan Tentang Perintah Untuk
Melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar Di Antaranya Yakni:
حدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز بن محمد عن عمرو بن أبي عمرو و عبد هللا األنصاري
عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال والذي نفسي بيده لتأمرن: عن حذيفة عن اليمان
بالمعروف ولتنهون عن المنكر أو ليوشكن هللا أن يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فال
يستجاب لكم
7
2) Anjuran Mengubah Kemungkaran
« َم ْن َرأَى:ُسو َل هللاِ ﷺ يَقُ ْول ُ س ِم ْعتُ َر َ :َ قَال،ُع ْنه َ ُي هللا َ ض ِ س ِع ْي ٍد ال ُخد ِْري ِ َر َ ع ْن أَبِي َ
ف
ُ َضعْ َ فَإِ ْن لَ ْم يَست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َوذَلِكَ أ،سانِ ِه
َ فَإِ ْن لَ ْم يَست َِط ْع فَبِ ِل،ِِم ْن ُك ْم ُم ْنكَرا ً فَ ْليُغَيِ ْرهُ بِيَ ِده
»ان
ِ اإل ْي َم
ِ
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan
tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa,
ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya
iman.” (HR. Muslim)
Prinsip amar makruf nahi mungkar yang telah diajarkan dalam syara’
merupakan perilaku yang diagungkan dalam agama Islam. Oleh sebab itu
perlu dibentuk aturan-aturan kuat dengan kesepakatan Bersama yang
harusnya tidak menyalahi dalil-dalil yang ada sesuai dengan prinsip
universal Islam yang ada di dalam Al-Qur’an maupun hadis Nabi
Muhammad saw. Hal ini tidak lain bertujuan agar pesan amar makruf nahi
mungkar tidak lari dari tujuan dasarnya yakni kemaslahan. Setidaknya amar
makruf nahi mungkar dapat dibatasi dalam beberapa syarat yakni:
Pertama, Harus mengetahui secara jelas apa yang akan
diperintahkan atau yang dilarang tersebut. Dengan jika berdakwah
hendaklah harus mengetahui betul hukum yang dibebankan kepada
perbuatan tersebut yang telah dijelaskan di dalam syara’. Agar pesan yang
diajarkan tidak menjurus pada taklid semata tanpa pandang bulu serta
derajat seseorang. Sesuai dengan firman Allah di dalam Qur’an Surat Al-
Maidah ayat 48: “....,maka, tetapkanlah hukum di antara mereka sesuai
dengan yang Allah turunkan. Dan, jangan engkau mengikuti hawa nafsu
mereka (sehingga meninggalkan) kebenaran yang datang kepadamu....”
diperkuat dengan dalil lain “..., janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
8
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.”
(Q.S. Al-Isra’: 36).
Apapun bentuk perbuatan, perlakuan seorang manusia selama di
dunia akan ada balasannya di akhirat kelak, sesuai pepatah yang sangat
sering kita dengar “apa yang ditanam itulah yang akan dituai nantinya”.3
3
Nur Ikhlas Journal of Da’wah (Legitimasi Hadis Amar Makruf Nahi Mungkar sebagai Pesan
Dakwah ) Volume 1 Nomor 1 (2022) 133-147 STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau. Hal
144
9
Tidak diragukan lagi bahwa hadis tersebut merupakan berita
gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk mengerjakan
kebaikan Allah SWT memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang
suka mengajak kepada kebaikan. Tentu saja bila ajakan tersebut didasari
keikhlasan, bukan untuk mencari materi atau keuntungan dunia.
Dijelaskan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim, Abu Al-Abbas bin Sa'ad As- Saidy berkata, "Ketika akan
mengikuti Perang Khaibar, Rasulullah SAW bersabda, "Besok pagi saya
akan memberikan bendera ini kepada seseorang yang akan mendapatkan
kemenangan, ia mencintai Allah SWT dan Rasul- Nya. Begitu pula Allah
dan Rasul-Nya 'mencintainya. Pada malam itu, banyak orang yang bertanya,
"Siapakah kiranya orang yang akan diserahi bendera itu? Maka pada pagi
harinya semua sahabat mendekati Rasulullah SAW.. dengan harapan agar
mereka diberi bendera itu. Nabi bertanya, "Di manakah Ali bin Abi Thalib?"
Dijawab "la sakit mata." Nabi berkata, "Panggil ia ke sinil" Ketika Ali
datang, Nabi mengusapkan air liur beliau pada mata Ali dan seketika itu
juga ia sembuh, bagaikan tidak pernah sakit. Lalu Rasulullah SAW
menyerahkan bendera kepadanya. Ali bertanya, "Ya Rasulullah SAW,
apakah kami perangi mereka hingga masuk Islam seperti kami ini? Nabi
menjawab, "Berjalan dengan tenang hingga sampai di daerah mereka,
kemudian ajaklah mereka kembali kepada jalan Islam. Beri tahukan kepada
mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak Allah SWT Demi
Allah, kalau Allah memberi petunjuk kepada seseorang karena
propagandamu, maka itu lebih menguntungkan bagimu daripada mendapat
keuntungan ghanimah yang sebanyak-banyaknya dari binatang ternak yang
merah dan bagus-bagus.”
Hadis ini lebih menegaskan lagi, betapa besar pahala orang yang
mau mengajak kepada kebaikan dan orang yang menuruti ajakannya.
Adapun bagi mereka yang suka mengajak kepada kejelekan dan kesesatan,
mereka akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang
mengerjakan ajakannya walaupun dia sendiri tidak berbuat. Kalau dia
10
mengajak orang lain untuk membunuh atau mencuri, misalnya, dia pun akan
mendapat dosa sama dengan orang yang membunuh atau mencuri meskipun
dia sendiri tidak melakukannya.
Namun demikian, tidaklah bijaksana jika seorang muslim hanya
mengharapkan pahala dari melakukan amar ma'ruf nahi munkar, sedangkan
dia sendiri lupa untuk mengajak kepada dirinya agar melaksanakan apa-apa
yang ia ajarkan kepada orang lain. Bagaimanapun, orang seperti itu tidak
lepas dari siksa Allah SWT.
Di antara penyebab kesuksesan dakwah Nabi SAW. dalam waktu
yang singkat sehingga mampu mengubah bangsa Arab yang terkenal
jahiliyah dari segi akhlaknya dan keras perangainya, adalah sikap beliau
SAW. yang tidak hanya banyak bicara, tetapi juga melaksanakan segala
sesuatu yang beliau ucapkan sebelum orang lain melakukannya. Beliau
SAW memberikan teladan dengan melaksanakan atau membuktikan apa
yang diucapkannya. Hal itu sesuai dengan perintah Allah SWT. Kepadanya:
11
dihindari adalah melakukan kejelekan atau mengajak orang lain berbuat
kejelekan.4
4
Rachmat Syafe’I, “Al- Hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum)”( Bandung, CV Pustaka Setia),
2000, hlm.243-249
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pendapat para ulama mengenai amar makruf
nahi mungkar dan dilakukan Analisa dari pemahaman yang mendalam
mengenai Amar makruf nahii mungkar pada makalah ini dapat disimpulkan
bahwa di dalam kehidupan sehari-hari sering kali terjerumus pada jal-hal
yang munkar. Hadis-hadis tentang amar makruf nahi mungkar harus
disampakainkan melalui pesan yang inklusif atau terbuka terhadap
perbedaan dengan metode penyampaian yang paling lembut dan mudah
diterima terlebih dahulu. Hadis-hadis yang digunakan sebagai alat agar
amar makruf nahii mungkar bisa dipahami secara harfiah dan selalu
mengedepankan prinsip universal islam yakni dengan nuansa belas kasih
sesama umat manusia.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Nur Ikhlas Journal of Da’wah (Legitimasi Hadis Amar Makruf Nahi Mungkar
sebagai Pesan Dakwah ) Volume 1 Nomor 1 (2022) 133-147 STAIN Sultan
Abdurrahman Kepulauan Riau
Rachmat Syafe’I, “Al- Hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum)”( Bandung,
CV Pustaka Setia), 2000.
14