Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HADITS

HADITS TENTANG AJAKAN KEPADA KEBAIKAN

Dosen Pengampu:
Meki Johendra, M.Ag

Disusun Oleh:
Tri Syilia Ratih Wardani
Ishfi Ni’ami

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hadis Tentang Ajakan Kepada Kebaikan” ini yang sangat sederhana dan dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan dan pedoman bagi para pembaca. Makalah ini disusun dan dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Meki Johendra, M.Ag


selaku dosen pengampu mata kuliah Hadis. Semoga makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis sadar bahwa masih banyak
kekurangan didalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu penulis berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan masukan kepada penulis sehingga untuk
kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Bengkulu, 14 Desember 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 3

A. Latar Belakang ........................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4

A. Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar ..................... 4


B. Ada Beberapa Hadits Yang Menjelaskan Tentang Perintah Untuk
Melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar .......................................................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar
Ma'ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma'ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari
pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu
adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja
yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara
peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada
Allah Ta'ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri
utama masyarakat orang-orang yang beriman setiap kali Al Qur'an memaparkan
ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan
risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan
dorongan bagi orang-orang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi
masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena
kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali dengannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
2. Apa Saja Hadits Tentang Perintah Amar Ma’ruf Nahi Munkar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Hadits Tentang Perintah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar

Umat Islam diperintahkan untuk mengajak saudara-saudaranya


sesama manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang
diperintahkan Allah dan menjauhi kesesatan yang dilarang-Nya. Amar
ma'ruf dan nahi munkar sangat penting dalam ajaran Islam. Mereka yang
melakukannya akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan,
sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT.
Dengan demikian, amar ma'ruf dan nahi munkar sangat besar
pengaruhnya bagi ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun
untuk masyarakat. Tidak heran bila Al-Quran menyebutkan bahwa amar
ma'ruf dan nahi munkar merupakan salah satu kewajiban umat Islam yang
merupakan umat terbaik. Mereka yang tidak mau melakukan amar ma'ruf
dan nahi munkar sangat dicela dan dianggap telah berbuat kejelekan
walaupun ia sendiri tidak melakukannya.
Berdasarkan pandangan dan pendapat dari ulama-ulama terdahulu terkait
Amar Makruf setidaknya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Wajib, Sunnah dan
Mubah.
Pertama, Tindakan makruf dapat dikategorikan menjadi kewajiban apabila
perintah ini dijelaskan oleh Allah dan Nabi sebagai sebuah tindakan yang mengikat
dan berdosa apabila tidak dilakukan. Misalnya kegiatan makruf dalam bentuk
shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan zakat serta kegiatan lain
yang mengikat sesuai syariah;
Kedua, Makruf yang berarti perbuatan sunnah, yakni sebuah tindakan
berbentuk kebaikan yang dianjurkan oleh agama, akan tetapi perbuatan itu tidak
mengikat, namun tetap bernilai ibadah melakukannya. Contoh dari tindakan atau
perbuatan tersebut adalah memberi pertolongan kepada orang lain seperti
bersedekah, membantu yang sedang kesusahan dan lain sebagainya;
Ketiga, perbuatan makruf yang memiliki arti kebolehan untuk dilakukan
dan tidak mengikat, perbuatan baik tersebut juga tidak mendatangkan dosa atau
ganjaran buruk apabila tidak dilakukan. Perbuatan makruf seperti ini biasanya tidak

4
dijelaskan secara tegas di dalam syariat Islam akan tetapi dipercaya sebagai sesuatu
yang dianggap baik dalam kehidupan di masyarakat. Misalnya mempersilahkan
orang yang lebih tua untuk memimpin doa Ketika sedang dalam majelis dan lain
sebagainya.
Mungkar juga dikategorikan dalam dua bagian yakni haram dan makruh.
Mungkar yang masuk pada kategori haram pada umumnya merujuk pada ketentuan
yang dianggap dalam syariat Islam sebagai sesuatu yang dilarang oleh Allah swt.
Secara umum umat Islam akan sepakat bahwa perbuatan tersebut dilarang dalam
agama. Oleh sebab itu makanya perbuatan tersebut sebisa mungkin untuk
dijauhkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa larangan yang secara zhahir
jelas-jelas dan disepakati sebagai sesuatu yang buruk adalah berjudi, merampok,
berzina dan lain sebagainya.
Sedangkan mungkar yang masuk pada kategori makruh adalah perbuatan
atau tindakan yang masuk pada perbuatan yang tidak disenangi oleh Allah swt.
Namun, menghindari perbuatan tersebut bukan merupakan paksaan, melainkan
anjuran. Oleh sebab itu makanya ketika perbuatan mungkar makruh ini
ditinggalkan dipercaya akan terhindar dari dosa. Contoh dari perbutan ini adalah
merokok, makan sambil berdiri dan lain sebagainya.1
Akan tetapi, dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar ini kita
tidak perlu memaksakan diri misalnya, dengan cara-cara tertentu yang
bersifat memaksa, sehingga mengakibatkan kita celaka
Oleh karena itu, dalam melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar
diperlukan metode tertentu agar berhasil dengan baik. Di antara metode
yang diajarkan Al-Quran adalah sebagai berikut:

‫س ُۗنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ه‬


َ ْ‫ِي اَح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ا ُ ْدعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ‫سبِ ْي ِل ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِديْن‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬
Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan
cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling

1
Nur Ikhlas Journal of Da’wah (Legitimasi Hadis Amar Makruf Nahi Mungkar sebagai Pesan
Dakwah ) Volume 1 Nomor 1 (2022) 133-147 STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau. Hal
172

5
tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling
tahu siapa yang mendapat petunjuk (An-nahl:125)

Menurut Al-Faqih Abu Laits Samarqandhi, ada lima syarat dalam


melakukan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, yaitu:

1. Berilmu, karena masyarakat umumnya belum mengerti mana yang


ma'ruf dan mana yang munkar.
2. Ikhlas semata, mencari rida allah swt. Dalam menegakkan agama- nya
3. Menggunakan metode yang baik, penuh kasih sayang terhadap objek
(orang yang dinasihati), kata-kata lunak, sikap ramah-tamah.
Sebagaimana pesan allah kepada nabi musa dan harun a.s. Ketika
menghadapi fir'aun.
4. Sabar dan tenang, berdasarkan firman allah swt.
5. Melakukan hal-hal yang diperintahkan (menyesuaikan ucapan dan
perbuatan), agar terhindar dari ejekan masyarakat dan ancaman Allah
SWT.

Namun demikian, yang paling penting, sebagaimana telah


disebutkan di atas, adalah keinginan dan usaha untuk melakukan Amar
Ma'ruf Dan Nahi Munkar. Jika tidak ada usaha dari umat Islam untuk
melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, yakni membiarkan orang-orang
yang melakukan kemunkaran bebas berkeliaran tanpa adanya usaha untuk
mencegahnya atau mengajak mereka agar tidak melakukan kemaksiatan
dan kemunkaran tersebut, Allah SWT. akan menurunkan azab-Nya dan
Dia tidak akan menerima doa kaum muslimin yang ada di tempat itu.
Naudzubillah.2

2
Rachmat Syafe’I, “Al- Hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum)”( Bandung, CV Pustaka Setia),
2000, hlm. 235-243

6
B. Ada Beberapa Hadits Yang Menjelaskan Tentang Perintah Untuk
Melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar Di Antaranya Yakni:

1) Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar

‫حدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز بن محمد عن عمرو بن أبي عمرو و عبد هللا األنصاري‬
‫ عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال والذي نفسي بيده لتأمرن‬: ‫عن حذيفة عن اليمان‬
‫بالمعروف ولتنهون عن المنكر أو ليوشكن هللا أن يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فال‬
‫يستجاب لكم‬

Artinya: "Hudzaifah berkata bahwa Nabi saw. bersabda; 'Demi


Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, kamu harus menganjurkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau kalau tidak pasti Allah
akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdo'a, maka tidak
diterima do'amu." (HR. At-Tirmidzi)

Menurut sebagian ulama, maksud dari hadits di atas bahwa


kemunkaran harus diubah dengan:

1. Kekuasaan bagi para penguasa


2. Nasihat atau ceramah bagi para ulama, kaum cerdik pandai, juru
penerang, bagian penyuluhan, para wakil rakyat, dan lain-lain
3. Membencinya di dalam hati bagi masyarakat umum

Setiap orang memiliki kedudukan dan kekuatan sendiri-sendiri


untuk mencegah kemunkaran. Dengan kata lain, hadis tersebut
menunjukkan bahwa umat Islam harus berusaha melaksanakan amar ma'ruf
dan nahi munkar menurut kemampuannya, sekalipun hanya melalui hati.
Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa amar ma'ruf dan nahi munkar sangat
penting dalam Islam dan harus dilaksanakan oleh semua umat Islam agar
tercipta tatanan hidup yang baik di masyarakat. Hal ini karena masing-
masing individu bersedia untuk menegur atau memberi nasihat kepada
individu lainnya ketika ia lalai dan melakukan kesalahan.

7
2) Anjuran Mengubah Kemungkaran

‫ « َم ْن َرأَى‬:ُ‫سو َل هللاِ ﷺ يَقُ ْول‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ :َ‫ قَال‬،ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫س ِع ْي ٍد ال ُخد ِْري ِ َر‬ َ ‫ع ْن أَبِي‬ َ
‫ف‬
ُ َ‫ضع‬ْ َ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َوذَلِكَ أ‬،‫سانِ ِه‬
َ ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَست َِط ْع فَبِ ِل‬،ِ‫ِم ْن ُك ْم ُم ْنكَرا ً فَ ْليُغَيِ ْرهُ بِيَ ِده‬
»‫ان‬
ِ ‫اإل ْي َم‬
ِ
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan
tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa,
ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya
iman.” (HR. Muslim)
Prinsip amar makruf nahi mungkar yang telah diajarkan dalam syara’
merupakan perilaku yang diagungkan dalam agama Islam. Oleh sebab itu
perlu dibentuk aturan-aturan kuat dengan kesepakatan Bersama yang
harusnya tidak menyalahi dalil-dalil yang ada sesuai dengan prinsip
universal Islam yang ada di dalam Al-Qur’an maupun hadis Nabi
Muhammad saw. Hal ini tidak lain bertujuan agar pesan amar makruf nahi
mungkar tidak lari dari tujuan dasarnya yakni kemaslahan. Setidaknya amar
makruf nahi mungkar dapat dibatasi dalam beberapa syarat yakni:
Pertama, Harus mengetahui secara jelas apa yang akan
diperintahkan atau yang dilarang tersebut. Dengan jika berdakwah
hendaklah harus mengetahui betul hukum yang dibebankan kepada
perbuatan tersebut yang telah dijelaskan di dalam syara’. Agar pesan yang
diajarkan tidak menjurus pada taklid semata tanpa pandang bulu serta
derajat seseorang. Sesuai dengan firman Allah di dalam Qur’an Surat Al-
Maidah ayat 48: “....,maka, tetapkanlah hukum di antara mereka sesuai
dengan yang Allah turunkan. Dan, jangan engkau mengikuti hawa nafsu
mereka (sehingga meninggalkan) kebenaran yang datang kepadamu....”
diperkuat dengan dalil lain “..., janganlah kamu mengikuti apa yang kamu

8
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.”
(Q.S. Al-Isra’: 36).
Apapun bentuk perbuatan, perlakuan seorang manusia selama di
dunia akan ada balasannya di akhirat kelak, sesuai pepatah yang sangat
sering kita dengar “apa yang ditanam itulah yang akan dituai nantinya”.3

3) Keutamaan Mengajak Kepada Kebaikan


َ‫ َي ْعنُونَ ابْن‬- ‫س ِعي ٍد َوابْنُ حُجْ ٍر قَالُوا َحدَّثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل‬ َ ‫َحدَّثَنَا َيحْ َيى بْنُ أَي‬
َ ُ‫ُّوب َوقُتَ ْي َبةُ بْن‬
‫ قَا َل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أَ ِبى ه َُري َْرةَ أَ َّن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َ ‫ع ِن ْال َعالَ ِء‬
َ ‫ع ْن أَ ِبي ِه‬ َ - ‫َج ْعف ٍَر‬
ِ ‫ص َذلِكَ ِم ْن أ ُ ُج‬
‫ور ِه ْم‬ ُ ُ‫ور َم ْن تَ ِب َعهُ الَ َي ْنق‬ ِ ‫عا ِإلَى ُهدًى َكانَ لَهُ ِمنَ األَجْ ِر ِم ْث ُل أ ُ ُج‬َ ‫« َم ْن َد‬
ِ َ‫ص ذَلِكَ ِم ْن آث‬
‫ام ِه ْم‬ ُ ُ‫اإلثْ ِم ِمثْ ُل آثَ ِام َم ْن تَ ِب َعهُ الَ َي ْنق‬
ِ َ‫علَ ْي ِه ِمن‬
َ َ‫ضالَلَ ٍة َكان‬
َ ‫عا ِإلَى‬
َ ‫ش ْيئًا َو َم ْن َد‬
َ
»‫ش ْيئًا‬
َ
Artinya: “… dari Abu Hurairah ia berkata, bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda; ‘Barang siapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun. Dan barang
siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa
sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa dikurangi
dari mereka sedikitpun.” (HR. Muslim, Malik, Abu Dawud &
Tirmidzi)

Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mengajak kepada


kebaikan akan mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan
ajakannya tanpa dikurangi sedikit pun. Begitu pula orang yang mengajak
kepada kesesatan akan mendapat dosa sebesar dosa orang yang
mengerjakan ajakannya tanpa dikurangi sedikit pun.

3
Nur Ikhlas Journal of Da’wah (Legitimasi Hadis Amar Makruf Nahi Mungkar sebagai Pesan
Dakwah ) Volume 1 Nomor 1 (2022) 133-147 STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau. Hal
144

9
Tidak diragukan lagi bahwa hadis tersebut merupakan berita
gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk mengerjakan
kebaikan Allah SWT memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang
suka mengajak kepada kebaikan. Tentu saja bila ajakan tersebut didasari
keikhlasan, bukan untuk mencari materi atau keuntungan dunia.
Dijelaskan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim, Abu Al-Abbas bin Sa'ad As- Saidy berkata, "Ketika akan
mengikuti Perang Khaibar, Rasulullah SAW bersabda, "Besok pagi saya
akan memberikan bendera ini kepada seseorang yang akan mendapatkan
kemenangan, ia mencintai Allah SWT dan Rasul- Nya. Begitu pula Allah
dan Rasul-Nya 'mencintainya. Pada malam itu, banyak orang yang bertanya,
"Siapakah kiranya orang yang akan diserahi bendera itu? Maka pada pagi
harinya semua sahabat mendekati Rasulullah SAW.. dengan harapan agar
mereka diberi bendera itu. Nabi bertanya, "Di manakah Ali bin Abi Thalib?"
Dijawab "la sakit mata." Nabi berkata, "Panggil ia ke sinil" Ketika Ali
datang, Nabi mengusapkan air liur beliau pada mata Ali dan seketika itu
juga ia sembuh, bagaikan tidak pernah sakit. Lalu Rasulullah SAW
menyerahkan bendera kepadanya. Ali bertanya, "Ya Rasulullah SAW,
apakah kami perangi mereka hingga masuk Islam seperti kami ini? Nabi
menjawab, "Berjalan dengan tenang hingga sampai di daerah mereka,
kemudian ajaklah mereka kembali kepada jalan Islam. Beri tahukan kepada
mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak Allah SWT Demi
Allah, kalau Allah memberi petunjuk kepada seseorang karena
propagandamu, maka itu lebih menguntungkan bagimu daripada mendapat
keuntungan ghanimah yang sebanyak-banyaknya dari binatang ternak yang
merah dan bagus-bagus.”
Hadis ini lebih menegaskan lagi, betapa besar pahala orang yang
mau mengajak kepada kebaikan dan orang yang menuruti ajakannya.
Adapun bagi mereka yang suka mengajak kepada kejelekan dan kesesatan,
mereka akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang
mengerjakan ajakannya walaupun dia sendiri tidak berbuat. Kalau dia

10
mengajak orang lain untuk membunuh atau mencuri, misalnya, dia pun akan
mendapat dosa sama dengan orang yang membunuh atau mencuri meskipun
dia sendiri tidak melakukannya.
Namun demikian, tidaklah bijaksana jika seorang muslim hanya
mengharapkan pahala dari melakukan amar ma'ruf nahi munkar, sedangkan
dia sendiri lupa untuk mengajak kepada dirinya agar melaksanakan apa-apa
yang ia ajarkan kepada orang lain. Bagaimanapun, orang seperti itu tidak
lepas dari siksa Allah SWT.
Di antara penyebab kesuksesan dakwah Nabi SAW. dalam waktu
yang singkat sehingga mampu mengubah bangsa Arab yang terkenal
jahiliyah dari segi akhlaknya dan keras perangainya, adalah sikap beliau
SAW. yang tidak hanya banyak bicara, tetapi juga melaksanakan segala
sesuatu yang beliau ucapkan sebelum orang lain melakukannya. Beliau
SAW memberikan teladan dengan melaksanakan atau membuktikan apa
yang diucapkannya. Hal itu sesuai dengan perintah Allah SWT. Kepadanya:

َ‫ض ْال ُمؤْ ِم ِنيْن‬


ِ ‫سكَ َو َح ِر‬ ُ َّ‫َّللا ۚ َال ت ُ َكل‬
َ ‫ف ا َِّال نَ ْف‬ َ ‫فَقَاتِ ْل فِ ْي‬
ِ ‫سبِ ْي ِل ه‬
Artinya: Maka, berperanglah engkau (Nabi Muhammad) di
jalan Allah. Tidaklah engkau dibebani (tanggung jawab), kecuali
(yang terkait) dengan dirimu sendiri. Kobarkanlah (semangat)
orang-orang mukmin (untuk berperang). (Qs. An-nisa:84)

Pada ayat di atas terdapat kata-kata, "Tidaklah dibebankan, kecuali


pada dirimu sendiri. Hal itu sesuai dengan salah satu hadis Nabi. "Mulailah
dari dirimu sendiri lalu keluargamu!" Setiap orang menurut Rasulullah
SAW. adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini
berarti setiap orang harus tampil terlebih dahulu. 78)
Dengan demikian, jelaslah bahwa mengajak kepada diri sendiri
untuk melakukan kebaikan adalah sangat utama, dan merupakan salah satu
kunci kesuksesan dalam berdakwah. Apalagi jika ia pun mengajak kepada
orang lain dan orang tersebut melakukannya. Perbuatan yang harus

11
dihindari adalah melakukan kejelekan atau mengajak orang lain berbuat
kejelekan.4

4
Rachmat Syafe’I, “Al- Hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum)”( Bandung, CV Pustaka Setia),
2000, hlm.243-249

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pendapat para ulama mengenai amar makruf
nahi mungkar dan dilakukan Analisa dari pemahaman yang mendalam
mengenai Amar makruf nahii mungkar pada makalah ini dapat disimpulkan
bahwa di dalam kehidupan sehari-hari sering kali terjerumus pada jal-hal
yang munkar. Hadis-hadis tentang amar makruf nahi mungkar harus
disampakainkan melalui pesan yang inklusif atau terbuka terhadap
perbedaan dengan metode penyampaian yang paling lembut dan mudah
diterima terlebih dahulu. Hadis-hadis yang digunakan sebagai alat agar
amar makruf nahii mungkar bisa dipahami secara harfiah dan selalu
mengedepankan prinsip universal islam yakni dengan nuansa belas kasih
sesama umat manusia.
B. Saran

Kami banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik


dan saran yang membangun kepada kami demi menyempurnakan makalah
ini di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi saya pada khususnya juga para pembaca pada umumnya, sekian
terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nur Ikhlas Journal of Da’wah (Legitimasi Hadis Amar Makruf Nahi Mungkar
sebagai Pesan Dakwah ) Volume 1 Nomor 1 (2022) 133-147 STAIN Sultan
Abdurrahman Kepulauan Riau
Rachmat Syafe’I, “Al- Hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum)”( Bandung,
CV Pustaka Setia), 2000.

14

Anda mungkin juga menyukai