Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TATA PERGAULAN
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hadis
Dosen Pembimbing : Muh. Fuad Achsan, M.Pd.

Disusun Oleh :

Annisa Luthfiyyah Kaltsum 23010220114


Gaidha Lutfi Fadzilatunnisa 23010220115
Aulia Mardhiyah 23010220116
Muhammad Iqbal Ali Wafa 23010220117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur mari kita panjatkan


kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan berkah, rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya bagi kita semua. Allah SWT ialah Tuhan
Semesta Alam yang senantiasa memberikan petunjuk dan pertolongan bagi
para hamba-Nya yang meminta kepada-Nya. Dengan kehendak dan kuasa-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliyah hadist yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis yang diampu oleh
Bapak Muh Fuad Achsan, M.Pd. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
haturkan bagi baginda Rasulullah Muhammad saw yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di Yaumul Akhir kelak. Semoga berkah dan rahmat
Allah SWT selalu tercurahkan kepada beliau, keluarga dan para sahabat
serta semoga kita dapat berkumpul dan hidup berbahagia di akirat nanti.
Aamiin... Allahumma aamiin...
Makalah ini disusun dengan harapan bahwa para pembaca dapat
mengetahui, mengenal, dan lebih mendalami mengenai apa itu Tata
Pergaulan. Tak ada jalan yang tak berlubang. Penulis menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini karena kurangnya
pengetahuan dan wawasan penulis. Untuk itu, penulis ucapkan permintaan
maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca.
Apabila ada kritik dan saran dari para pembaca kami ucapkan terima kasih
atas kritikan dan sarannya. Semoga penulis dapat memperbaiki kesalahan
tersebut serta dapat menulis lebih baik lagi kedepannya.
Salatiga, 30 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Hadits Tentang Tata Pergaulan...............................................................................3
B. Pergaulam Sesama Muslim....................................................................................3
C. Batasan Tertentu Antara Lawan Jenis....................................................................5
D. Pergaulan dengan Non Muslim..............................................................................5
E. Etika Pergaulan Muslim yang Ideal........................................................................7
1. Menjaga Pandangan Mata......................................................................................7
2. Tidak Menyakiti.....................................................................................................8
3. Menjawab Salam....................................................................................................8
4. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran................8
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................9
F. Simpulan................................................................................................................9
G. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cara bergaul remaja merupakan hal yang sangat berperan dalam
kehidupan remaja terutama cara bergaul terhadap sesama. Sebagian umat
Islam, kita tentu mengetahui dengan baik bahwa Allah SWT telah
menetapkan batas-batas dalam pergaulan. Yang mana dalam pergaulan
terkadang manusia tidak lepas dari kesalahan, dosa, dan kekhilafan. Untuk
itu perlu rujukannya dalam bertingkah laku.Rujukan tersebut diantaranya
adalah hadist-hadist sabda Rasulullah SAW, karena risalah pertama yang
disampaikan kepada umat Islam adalah tentang akhlak. Hendaknya dalam
kehidupan sehari-hari kita mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah
disampaikan pada kita secara jelas. Agar dalam pergaulan sehari-hari, kita
tidak melampaui batas yang telah ditetapkan, maka kita harus dapat
memahami sabda-sabda Rasulullah tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa hanya pergaulan bebas dan
semacamnya hampir-hampir tidak memiliki rem atau batasan, kaum muda
saat ini berbuat sekehendak hatinya. Begitu pula halnya kebiasaan
nongkrong atau duduk dipinggir jalan hampir jadi tradisi serta hubungan
silaturrahmi pun jarang dilakukan.

Untuk itulah, kita sebagai orang yang berilmu agar bisa mencari jalan
keluar untuk berbagai macam permasalahan dan kemudian kita dapat
memprakteknya dalam kehidupan sehari-hari.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tata pergaulan yang baik menurut islam?
2. Apa hadist yang menerangkan tata pergaulan remaja islam?
3. Bagaimana tata cara pergaulan lawan jenis berdasarkan hadis?
4. Apa hikmah dari hadits tata pergaulan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tata pergaulan baik menurut islam.
2. Memahami dan mampu mengamalkan hadis tentang tata pergaulan.
3. Membawa perubahan dalam lingkup diri sendiri dan lingkungan
sekitar berdasar hadis tata pergaulan.
4. Mampu menjadikan hadis tersebut sebagai dasar dalam bergaul lawan
jenis.
5. Mengerti batasan-batasan tertentu dalam bergaul dan menempatkannya
sesuai dengan porsi dan tempatnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Tata Pergaulan

: ‫وْ ُل‬EEُ‫َيخطُبُ يَق‬


ْ ‫لم‬EE‫ه و س‬EE‫لى هللا علي‬EE‫ول هللاِ ص‬EE‫ْت رس‬
ُ ‫ ِمع‬E‫ َس‬: ‫ال‬E ِ ‫هُ َر‬E‫َو َع ْن‬
َ Eَ‫هُ ق‬E‫ى هللاُ َ ْعن‬E‫ض‬
.ٌ‫ ل‬E‫ا َم َر ُج‬EEَ‫ فَق‬.‫ َر ٍم‬Eْ‫ َع ِذيْ َمح‬E‫رْ َأةُ ِاالَّ َم‬EE‫ر ْال َم‬Eُ ِ‫الَيَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل بِِإ ْم َرَأ ٍة اِالَّ َو َم َعهَا ُذوْ َمحْ َر ٍم َوالَ تُ َساف‬
َ Eَ‫ فَق‬،‫ َذا‬E‫او َك‬
: ‫ال‬E ْ E‫ْت فِى َغ‬
َ ‫ز َو ٍة َك َذ‬E ُ ‫ ا َّجةً َو ِإنِّى ِا ْكتَتَب‬E‫ت َح‬ ْ ‫ َر َج‬Eَ‫ِإن ِإ ْم َرَأتِى خ‬ َّ ،‫ هللا‬E‫يارسول‬:‫فقال‬
)‫ (متفق عليه‬. َ‫اِ ْنطَلِ ْق فَ َحجِّ َم َع ِإ ْم َرَأتِك‬

"Ibnu Abbas berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW berkotbah,


"Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan, melainkan
(hendaklah) besertanya (ada) mahramnya, dan janganlah bersafar (bepergian)
seorang perempuan, melainkan dengan mahramnya. "Seorang berdiri dan
berkata : Ya Rasulullah, istri saya keluar untuk haji, dan saya telah
mendaftarkan diri pada peperangan anu dan anu." Maka beliau bersabda,
"Pergilah dan berhajilah bersama istrimu.".1

B. Pergaulam Sesama Muslim


Dengan Dasar hadis diatas, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan di telaah, salah satunya ialah larangan dalam pergaulan atau
dapat di artikan sebagai batasan batasan tertentu dalam pergaulan baik
menurut pandangan islam. Larangan tersebut, antara lain dimaksudkan
sebagai batasan dalam pergaulan antara lawan jenis demi menghindari fitnah.
Dalam kenyataannya, di negara-negara yang menganut pergaulan bebas,
norma-norma hukum dan kesopanan merupakan salah satu pembeda antara
manusia dengan binatang seakan-akan hilang. Hal ini karena kesenangan dan

1
Rahmat Syafe’i, Al-Hadis, Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum (Bandung, Pustaka Setia,
2000), cet. Ke-10 Hal. 217-218

3
kebebasan dijadikan sebagai rujukan utama. Akibatnya, perzinahan sudah
bukan hal yang aneh, tetapi sudah biasa terjadi, bahkan di tempat-tempat
umum sekalipun.
Dalam Islam Istilah Berduaan (Berkhilwat) antara lawan jenis sangat
tidak dibenarkan, bahkan secara hukum disebut Haram. Uqbah bin Amir ra.
Menerangkan :
‫ول‬
َ E‫يارس‬
ُ :‫ار‬ َ ‫ فَقَا َل َر ُج ٌل ِمنَ اَأْل ْن‬.‫ ِإيَّا ُك ْم َوال ُّدخوْ َل عَل َى النِّ َسا ِء‬:‫َأ َّن َرسُو ُل هللاِ عليه وسلّم قَا َل‬
ِ E‫ص‬
.‫ت‬ُ ْ‫ ْال َح ْم ُو ْال َمو‬:‫هللاِ ! َأفَ َرَأيْتَ ْال َح ْم َو؟ قال‬
“Bahwasannya Rasulullah SAW beristirahat: janganlah kamu masuk ke
kamar-kamar perempuan. Seorang laki-laki Anshar berkata: YA Rasulullah
terangkan saya bagaimana hukum masuk ke dalam kamar ipar perempuan.
Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah kematian (kebinasaan).” (Bukhari dan
Muslim).2
Nabi tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan, maka
hal ini memeberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk berduaan saja
dalam sebuah bilik dengan seorang perempuan tanpa mahramnya.
Ahli hadis tidak ada yang mengetahui nama orang anshar yang bertanya
kepada Rasul tentang hukum kerabat-kerabat si suami yang selain dari ayah
dan anaknya, masuk ke tempat istri si suami itu. Diterangkan oleh An
Nawawy, bahwa yang dimaksud dengan Hamwu disini, ialah kerabat-kerabat
si suami seperti saudaranya, anak saudaranya dan kerabat-kerabat lain yang
boleh mengawini istrinya bila ia di ceraikan atau meninggal. Yang tidak
masuk ke dalam kerabat disini ialah ayah dan anak si suami karena mereka
menganggap mahram.
Nabi menerangkan bahwa kerabat-kerabat si suami menjumpai si istri
itu sama dengan menjumpai kematian, karena menyendiri dalam kamar
memudahkan timbul nafsu jahat yang membawa pada kemurkaan Allah dan
membawa kepada kebinasaan, atau menyebabkan si suami menceraikan
istrinya jika sang suami pencemburu. Jelasnya, ketakutan akan mudahnya
timbul kejahatan dari kerabat-kerabat itu lebih mudah daripada yang
2
Al Bukhari 67:111: Muslim 39:8: Al Lu'lu-U Wal Marjan 3;69-70)

4
dilakukan oleh yang bukan kerabat. Karena keluarga itu lebih leluasa masuk
ke dalam bilik-bilik si perempuan dengan tidak menimbulkan keserasian tang
tidak-tidak. Mengingat hal ini perlu dihindari masuk ke dalam bilik orang
lain.
Dikarenakan jika kita berada dalam satu bilik dengan seorang
perempuan yang bukan mahram. Dikhawatirkan kita akan terjebak untuk
mengikuti hawa nafsu. Apabila seorang mengikutinya meskipun hanya
melebihi. Saya terpaksa mengikuti langkah itu dengan langkah berikutnya.

C. Batasan Tertentu Antara Lawan Jenis

ِّ َ‫َص ْيبَهُ ِمن‬


‫الزنَا‬ َ ِ‫ ُكت‬،‫ هللاُ عنه النب ّي ص م قال‬E‫ع َْن ابى هريرة رضيى‬
ِ ‫ب َعلَى اب ِْن أ َد َم ن‬
، ‫ وألدنان زنا هما االستماع واللسان زناه الكالم‬،‫ظر‬ ْ َّ‫َان ِزنَاهُ َما الن‬
ِ ‫ ْال َع ْين‬،ّ‫ك اَل َم َحالَة‬
ُ ‫ُم ْد ِر‬
‫ والرجل زنا ها الخطى واقلب يهوى ويتمنى ويصدق ذلك الفرج‬، ‫واليد زنا ها البطشى‬
.‫اويكذبه‬

Dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW. Dia pernah berkata: “telah ditentukan
bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya.
Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina
lisan adalah berbicara. Zina tangan adalah memukul, zina kaki adalah
berjalan serta zina hati adalah bernafsu dan berangan-angan, yang semuanya
dibuktikan atau tidk dibuktikan dengan kemaluan. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam Hadits tersebut mengandung arti bahwa hadits Imam Bukhari
termasuk zina anggota tubuh , tetapi semuanya tidak hanya dilakukan lewat
kemaluan saja melainkan lewat anggota tubuh lainnya. Misalnya pandangan
mata karena awal mula timbulnya kehancuran dari pandangan mata yang
tidak diatur atau tidak dijaga terhadap hal-hal yang memancing nafsu birahi ,
kemudian lisannya bicara yang tidak baik misalnya menggunjing orang lain,
berdusta dan berbicara yang tidak menimbulkan perbuatan yang
menimbulkan masalah dengan lawan jenis .

D. Pergaulan dengan Non Muslim

5
Seperti halnya pergaulan dengan sesama muslim, pergaulan dengan non
muslim juga harus menggunakan akhlak yang baik, dan juga harus
diperlakukan seperti saudara sekemanusiaan. Sebagaimana pesan islam yang
dirumuskan oleh sayyidina Ali,
“Tanamkanlah dalam hatimu rahmat kepada rakyat serta cinta kasih dan
kelemah lembutan terhadap mereka! Jangan sekali-kali engkau menjadi
binatang buas yang siap menerkam mereka, karena sesungguhnya mereka
hanya dua kelompok. Saudaramu seagama atau serupa penciptaan
(sekemausiaan denganmu). Banyak dari mereka tergelinciran dan dihadapkan
kepada mereka aneka penyakit, serta terjadi dari aktivitas mereka apa saja
yang disengaja dan yang keliru, maka anugerahilah mereka pemaafan dan
pengampunanmu sebagaimana engkau suka dan ridha dianugerahi Allah
pemaafan dan pengampunan-Nya. Karena engkau di atas mereka, sedang
yang menugaskanmu berada di atasmu dan Allah di atas yang
menugaskanmu”. 3
Apa yang dirumuskan itu, menggambarkan pandangan islam tentang
hubungan keseluruhan tanpa melihat berbedaan jenis, suku, atau agama.
Karena mereka berasal dari satu keturunan. Tiada perbedaan antara mereka
dari segi kemanusiaan, karena itu tidak wajar ada istilah “pihak lain” karena
semua manusia sama dari segi kemanusiaan. Yang ada hanya “kita” bukan
“kami”.
Apa yang dikemukakan di atas, pada hakikatnya besumber dari al-
Quran dan Sunnah Nabi, kedua macam hubungan yang telah disebut di atas
tidak boleh dipertentengan. 6 Shihab Quraish, Wasathiyyah, wawasan Islam
tentang Modersasi Beragama (Ciputat: Lentera Hati), cet. Ke-2, hlm. 76 7
karena hubungan keagamaan tidak membatalkan hubungan kemanusiaan Al-
Quran menyebutkan:

3
Shihab Quraish, Wasathiyyah, wawasan Islam tentang Modersasi Beragama (Ciputat: Lentera
Hati), cet. Ke-2, hlm. 76

6
ۚ ‫ل لتَع‬E ‫ى وجع ۡل ٰنَ ُكمۡ ُشعُوبٗ ا وقَبٓا‬E َ‫ٰيَٓأيُّها ٱلنَّ نَّا َخلَ ۡق ٰنَ ُكم من َذ َكر وُأنث‬
ِ ‫م ِعن َد ٱهَّلل‬Eۡ‫ ْا ِإ َّن َأ ۡك َر َم ُك‬E‫ارفُ ٓو‬
َ َ ِ َ ‫َ َ ِئ‬ َ َ َ ٰ َ ٖ ِّ ‫َ َ اسُ ِإ‬
]13:‫ [ الحُـجُـرات‬١٣ ‫ير‬ ٞ ِ‫َأ ۡتقَ ٰى ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم خَ ب‬
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seoran,g perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. AL-
Hujurat [49]: 13).4
Dari ayat ini, dapat diketahui bahwa seluruh manusia, baik itu kaya atau
miskin, muda atau tua, kecil atau besar itu tidak menjamin ketinggian
derajatnya dihadapan tuhan semesta alam. Akan tetapi, ketinggian derajat bisa
dibedangn tergantung kadar ketaqwaannya kepada sang Khalik. Dengan ini,
agama juga tidak membatasi kehidupan social baik dengan seagama maupun
beda agama. Jika diperhatiakan apabila semua etnis agama, suku dan budaya
bersatu, akan terjadi kehidupan yang nyaman dan tentram karena satu dengan
yang lain saling tolong menolong, memudahkan segala urusan yang bersifat
Duniawi atau Ukhrowi.

E. Etika Pergaulan Muslim yang Ideal

1. Menjaga Pandangan Mata


Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap
muslim atau muslimat, sesuaidengan perintah Allah SWT. Dalam al-
Qur'an :

Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:


"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

4
Depatemen Agama Republik Indonesia, Al-‘Aliyy (Bandung: Diponerogo, 2006), Hal. 412

7
Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang
duduk dipinggir jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang
lewat, dari berbagai uisa dan berbagai tipe. Maka bagi para lelaki
jangalah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan
muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu pula, tidak boleh
memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang
lewat. Pandangan seperti tidak hanya akan melanggar aturan Islam.
Tetapi akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan memarahan
dari orang yang dipandangnya, apalagi begi mereka yang mudah
tersinggung. Oleh karena itu, mereka yang sedang duduk dipinggir
harus betul-betul menjaga pandangannya.

2. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan,
tangan, kaki, dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai
atau membicarakannya, dengan tangan misalnya melempar dengan
batu-batu kesil atau benda apa saja yang akan menyebabkan orang
lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan lain-lain yang
akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung perasaannya.

3. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun
mengucapkan- nya sunnat. Oleh karena itu, jika ada yang
mengucapkan salam ketika duduk dijalan, hukum menjawabnya
adalah wajib. Untuk lebih jelas tentang salam ini, akan dibahas di
bawah.

4. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada


Kemungkaran.
Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang
yang berjalan dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai
kendaraan dengan ngebut, dan lain-lain, diwajibkan menegurnya atau

8
memberinya nasihat dengan cara yang bijak. Jika tidak mampu,
karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati
supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.5

BAB III
PENUTUP

F. Simpulan
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebagai muslim
sudah selayaknya kita mengetahui dan memahami bebrapa penggalan
hadis yang mengatur tentang tata pergaulan sesuai dengan syari’at yang
telah di bawa Nabi Muhammad Saw. Selain daripada itu, tak hanya
mengetahui dan memahami konsep dari hadis tersebut, namun juga
mengimplementasikan-nya dalam kehidupan. Seperti yang bisa kita lihat
dilingkungan sekitar kita pada dewasa ini, banyak sekali penyimpangan
tata pergaulan dari kalangan muslim maupun non muslim, sebagai muslim
yang budiman kita selayaknya memberi penjelasan tentang tata pergaulan
yang dewasa ini sudah banyak ditinggalkan.
Singkatnya kita perlu mengambil pelajaran dari bebrapa penggalan
hadis tersebut, diantaranya; menjaga pandangan antara lawan jenis, tidak
berduaan anata lawan jenis, serta mengetahui batasan- batasan tertentu
antara lawan jenis. Selain untuk sesama muslim, kita juga perlu
menerapkan prinsip tata pergaualan pada non muslim, diantaranya ; sikap
toleransi, gotong royong, kerja sama, tidak saling menyalahkan, dan
bebrapa sikap lainnya yang mirip dengan perlakuan kita sebagai muslim
untuk muslim.
5
Syamsuddin, D. 2002. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta:
Logos.

9
Dewasa ini terdapat banyak sekali penyelewengan yang dapat kita
rasakan dan kita amati, salah satunya mengenai pacaran yang sekarang
sudah seperti hal yang amat menjadi kebutuhan bagi kaum muda.
Layaknya penggila cinta pada makhluk-Nya seorang bahkan terkadang
dapat lupa dengan banyak hal karena dalam pikirannya hanya ada seorang
pacar yang menemaninya dalam suka maupun duka, kala jauh maupaun
dekat walau tanpa sadar mereka mengoleksi banyak sekali dosa tiap
harinya. Melihat hal tersebut perlu kita luruskan degan hadis dan bebrapa
dalil yang menguatkan bahwasanya tata pergaulan sangatlah perlu
diperhatikan dalam kehidupan sehari hari dan dalam bermasyarakat.

G. Saran
Penyusun menyarankan kepada pembaca untuk mendeskripsikan
dan mendiskusikan lebih lanjut mengenai Hadis tata pergaulan dan
pergaulan menurut pandangan islam. Hal ini perlu dilakukan agar
pembaca semakin detail dalam mencari informasi, serta lebih banyak
mendapatkan pengetahuan. Agar kita semua dapat mengenal tata
pergaulan yang baik menurut pandangan islam dan dapat mengambil
pelajaran yang ada di dalamnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari dalam lingkup pribadi maupun bermasyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rachmat, Syafe'I. 2003. Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta:
PT. Pustaka Setia.
Ṣihab, M. Q. 2002. Tafsir Al Miṣbāh: Pesan, kesan dan Keserasian AlQur'an
Volume 2. Jakarta: Lentera Hati.
An-Nawawi, 2000. Matan Hadits Arba’in, Jakarta: Pustak Ibnu ‘Umar
Shihab, Quraish, Wasathiyyah. 2003 Wawasan Islam tentang Modersasi
Beragama. Ciputat: Lentera Hati, cet. Ke-2
Depatemen Agama Republik Indonesia, 2006. Al-‘Aliyy Bandung: Diponerogo,
cet, ke10
Syamsuddin, D. 2002. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat
Madani. Jakarta: Logos.

11

Anda mungkin juga menyukai