Disusun oleh :
Siti Fatimah
OKU TIMUR
2023
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bimillahirrahmanir rahiim
Semoga apa yang disajikan oleh makalah ini dapat memberi pencerahan
bagi kita semua, sehingga kita dapat menjalani kehidupan di dunia sesuai yang
telah diatur oleh agama islam dan pada akhirnya selamat di alam akhirat nanti,
Amin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................16
B. Saran...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bergaul dengan orang banyak di tengah-tengah masyarakat mempunyai
nilai keutamaan lebih dibanding dengan hidup menyendiri menjauh dari mereka
dengan syarat mengikuti mereka dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun
sosial seperti menghadiri shalat jum’ah, shalat berjamaah, majlis-majlis ta’lim,
mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah (ta’ziyah), membantu meringankan
beban sebagian anggota masyarakat yang memerlukan, memberikan bimbingan
kepada yang tidak tahu/tidak mengerti atas suatu persoalan keagamaan maupun
sosial serta mampu mengendalikan diri dari mengikuti hal-hal yang tidak baik dan
tabah serta sabar atas segala gangguan yang mungkin timbul.
Setiap manusia diwajibkan untuk melakukan usaha dan berperilaku
baik.Usaha yang dilakukan haruslah sungguh-sungguh dengan niat ikhlas. Tidak
boleh setengah - setengah karena hasilnya tidak akan maksimal. Dalam Islam juga
diwajibkan untuk berikhtiar dan tidak hanya pasrah. Allah akan memberikan
karunia terhadap setiap usaha yang dikerjakan dan juga disertai dengan doa.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti kandungan Qur’an dan hadits tentang etika pergaulan.
2. Untuk mengetahui arti kandungan Qur’an dan hadits tentang kerja.
3. Untuk mengetahui arti kandungan Qur’an dan hadits tentang makanan halal dan
baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Etika Bergaul
Perhatian Islam terhadap pergaulan sangat besar sekali, karena adanya
urgensi yang besar dan dampak sensitif, sehingga Islam memerintahkan umatnya
agar bergaul dengan orang-orang yang benar. Allah SWT berfirman:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (Q.S At-Taubah: 119).
Islam juga menganjurkan agar bergaul dengan para ahli ibadah. Allah
SWT berfirman,
Artinya : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas” (Q.S. Al-Kahfi:28).
3
masuk ke dalam kamar ipar perempuan. Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah
kematian (kebinasaan).”(H.R.Bukhari Muslim).
Nabi SAW tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan,
maka hal ini memberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk berdua-duaan
saja dalam sebuah bilik dengan seorang perempuan tanpa mahramnya. Ahli hadis
tidak ada yang mengetahui nama orang anshar yang bertanya kepada Rasul
tentang hukum kerabat-kerabat si suami yang selain dari ayah dan anaknya,
masuk ke tempat istri si suami itu. Diterangkan oleh An Nawawy, bahwa yang
dimaksud dengan Hamwu disini, ialah kerabat-kerabat si suami seperti
saudaranya, anak saudaranya dan kerabat-kerabat lain yang boleh mengawini
istrinya bila ia di ceraikan atau meninggal.
4
atau tidak dijaga terhadap hal-hal yang memancing nafsu birahi , kemudian
lisannya bicara yang tidak baik misalnya menggunjing orang lain, berdusta dan
berbicara yang tidak menjurus perbuatan yang menimbulkan hasrat dengan lawan
jenis.
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.
Kata kerja berarti usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos
berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat . Dalam kamus besar bahasa
Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
5
seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan
fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.
b.) Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah).
Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban orang lain (benalu). Rasulullah
pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya
mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali
atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung
lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau
ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
c.) Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena
memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan
melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah
menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang
dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada
diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR
Ibnu Majah).
d.) Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).
Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam
melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial,
dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari segala penderitaan di
lingkungan sekitar.
6
Terdapat pada Al-Qur’an yang artinya: “Hendaklah kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian harta yang Allah telah
menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7).
Intinya adalah semua manusia wajib berkerja keras. Nabi Daud adalah
pandai besi, Nabi Zakariya adalah tukang kayu, Nabi Muhammad SAW adalah
pengembala hingga akhirnya ia jadi pedangang yang berhasil.
ت َغ ًـدا رواه الـبيهقى َ ِش اَبَ ًـدا َو ْاع َـم ْـل اِل ِخ َـرت
َ ك َكَأن
ُ َّك تَ ُـم ْو ُ َّك تَع ْـي َ َاِ ْع َـم ْـل لِ ُـدنْـي
ِ َ اك َكَأن
7
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka
kerjakan”.
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang
akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itu lah, Islam menegaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah, Orang yang
bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Selain itu manusia
di tuntut untuk berusaha dan bekerja keras serta beramal sholeh didunia ini tetapi
tidak meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah SWT, karena yang dibawa
manusia kelak di akhirat hanyalah ketakwaannya, ketaatannya dan amal nya
kepada Allah SWT bukanlah sebuah kenikmatan yang diperoleh manusia selama
hidupnya di dunia ini, dimana Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk
duniamu seakan – akan kamuhidup selamanya, dan beribadahlah untuk
akhiratmu seakan – akan kamu mati besok.”
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di ataslebih baik dari pada tangan
di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat
lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat
bekerja.”
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa lebih baik bekerja dari pada meminta,
sesusah – susahnya mencari kerja setidaknya seorang muslim haruslah bekerja
keras, berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya , dimana
sesungguhnya Allah menyukai orang - orang yang pekerja keras dan Allah tidak
menyukai orang - orang yang malas.
8
1. Pengertian Halal dan Haram
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti disahkan, diizinkan, dan
diperbolehkan. Allah SWT menghalalkan semua makanan yang mengandung
maslahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik
kepada individu maupun masyarakat. Pada umumnya semua makanan dan
minuman yang ada di dunia ini halal, semua untuk dimakan dan diminum kecuali
ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan yang terdapat
dalam hadist Nabi Muhammad SAW.
Kata haram berasal dari bahasa Arab ( )ݦݛ حyang berarti larangan (dilarang
oleh agama). Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau
yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk
menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau
buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan setelah hidayah dari Allah
dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan
berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya.
b.) “Dan makanlah makan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman pada-
Nya.”(QS. Al Maidah : 88).
c.) “Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian menjadi
minuman dan sebagainnya (menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang ada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”(QS.An Nahl : 10).
9
d.) “Wahai orang beriman sesungguhnya arak (khimar), berjudi, qurban untuk
berhala, undian dengan panah adalah dosa dan termasuk perbuatan syaitan,
maka juhilah agar kamu mendapat keberuntungan “(QS.Al Maidah :90).
e.) “Sesungguhnya Sa‟ad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar
didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka beliau
bersabda kepadanya : “Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-doamu “(HR.
Tabrani).
f.) “Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci yang telah diberikan Allah pada
kamu…”(QS. An Nahl :114).
10
b.) Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan
itu halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
c.) Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.
d.) Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).
Binatang yang berkehidupan didarat, ada yang halal dan ada pula yang
haram. Binatang yang halal diantaranya : Unta, Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam,
Ikan,dan lain sebagainya.
11
8.) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca
basmalah.
Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya.
b.) Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah
Al-An’am ayat 145: “Atau darah yang mengalir”. Dikecualikan darinya hati dan
limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ibnu Umar yang baru berlalu. Juga
dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah penyembelihan.
d.) Khamar
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
12
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-
Ma`idah: 90)
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar r.a secara marfu:
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
g.) Jallalah
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain, baik
berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda,
angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses), dan sebagian
gagak. Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad dalam
satu riwayat dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah, mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu Umar r.a beliau berkata:
13
“Rasulullah SAW melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum
susunya” (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`i (3787))
1.) Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah yang
diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan
makanannya adalah feses dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga
semua hewan air pemakan feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air
adalah halal dimakan.
2.) Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih dari
feses maka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka berselisih
pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan, dan yang benarnya
dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau kepada sangkaan besar.
i.) Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr r.a :
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah SAW lalu kamipun
memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
14
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi Muhammad
SAW. Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-
Hanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan
pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah.
j.) Anjing
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan Nabi Muhammad
SAW bersabda:“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan
mengharamkan harganya “.
BAB III
PENUTUP
15
A. Kesimpulan
Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’, serta memenuhi
segala hal yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut kadarnya.
Haram bersepi-sepian (berduan) laki-laki dan perem-puan yang bukan
mahramnya. Karena yang menjadi pihak ketiga adalah syetan yang akan
menggoda mereka.
Anjuran sopan santun ketika duduk di jalan, yaitu : Menjaga pandangan
mata, tidak menyakiti, menjawab Salam, memerintahkan kepada kebaikan dan
melarang kepada kemungkaran, dan salam juga merupakan doa yang berisi
permohonan kepada Allah SWT agar orang yang diberi salam memperoleh
keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang
akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itu lah, Islam menegaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah, Orang yang
bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Selain itu manusia
di tuntut untuk berusaha dan bekerja keras serta beramal sholeh didunia ini tetapi
tidak meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah SWT, karena yang dibawa
manusia kelak di akhirat hanyalah ketakwaannya, ketaatannya dan amal nya
kepada Allah SWT bukanlah sebuah kenikmatan yang diperoleh manusia selama
hidupnya di duniaini,
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini
adalah halal untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu
yang terdapat dalam Al-Qur’an atau yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad
SAW. Tiap benda yang ada di permukaan bumi menuruthukum asalnya adalah
halal kecuali kalau ada larangan secara syar’i.
Makanan dan minuman yang halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani maupun rohani. Hasil dari
makanan dan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah meskipun
16
jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman yang haram, selain dilarang oleh Allah
S.W.T juga mengandung banyak mudharat (Kejelekan) daripada kebaikannya.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami
berharap makalah ini tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain
itu kami juga berharap pembaca berkenan memberikan masukan baik berupa
kritik maupun saran.
17
DAFTAR PUSTAKA