Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ARTI KANDUNGAN QUR’AN DAN HADITS TENTANG


ETIKA PERGAULAN, TENTANG KERJA DAN TENTANG
MAKANAN YANG HALAL DAN BAIK

Dosen Pengampu : Moh. Adzkiyaunuha, M.Pd.

Disusun oleh :
Siti Fatimah

Mata Kuliah : Materi Al-Qur’an Hadits

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MISBAHUL ULUM

(STIT-MU) GUMAWANG BELITANG

OKU TIMUR

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bimillahirrahmanir rahiim

Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah


SWT yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah SWT. Ketaatan,
ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah SWT dibuktikan dalam bentuk
pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariah Islam.
Banyak diantara kita yang belum mengetahui atau belum memahami definisi dan
apa saja yang diatur oleh syariah, sehingga sering diabaikan terutama yang
berkaiatan dengan ibadah.

Di dalam makalah ini, penyusun akan mencoba untuk menyajikan tentang


Arti Kandungan Qur’an Dan Hadits Tentang Etika Pergaulan, Tentang Kerja Dan
Tentang Makanan Yang Halal Dan Baik

Semoga apa yang disajikan oleh makalah ini dapat memberi pencerahan
bagi kita semua, sehingga kita dapat menjalani kehidupan di dunia sesuai yang
telah diatur oleh agama islam dan pada akhirnya selamat di alam akhirat nanti,
Amin.

Wassalamualaikum wr.wb

OKU Timur, April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Arti Kandungan Qur’an Dan Hadits Tentang Etika Pergaulan......3


B. Arti Kandungan Qur’an Dan Hadits Tentang Kerja.......................6
C. Arti Kandungan Qur’an Dan Hadits Tentang
Makanan Halal dan Baik................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................16
B. Saran...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bergaul dengan orang banyak di tengah-tengah masyarakat mempunyai
nilai keutamaan lebih dibanding dengan hidup menyendiri menjauh dari mereka
dengan syarat mengikuti mereka dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun
sosial seperti menghadiri shalat jum’ah, shalat berjamaah, majlis-majlis ta’lim,
mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah (ta’ziyah), membantu meringankan
beban sebagian anggota masyarakat yang memerlukan, memberikan bimbingan
kepada yang tidak tahu/tidak mengerti atas suatu persoalan keagamaan maupun
sosial serta mampu mengendalikan diri dari mengikuti hal-hal yang tidak baik dan
tabah serta sabar atas segala gangguan yang mungkin timbul.
Setiap manusia diwajibkan untuk melakukan usaha dan berperilaku
baik.Usaha yang dilakukan haruslah sungguh-sungguh dengan niat ikhlas. Tidak
boleh setengah - setengah karena hasilnya tidak akan maksimal. Dalam Islam juga
diwajibkan untuk berikhtiar dan tidak hanya pasrah. Allah akan memberikan
karunia terhadap setiap usaha yang dikerjakan dan juga disertai dengan doa.

Kehidupan manusia tak pernah berpisah dengan lingkungan sekitarnya.


Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup , diantaranya manusia, hewan
dan tumbuhan. Makhluk hidup tersebut merupakan satu kesatuan dalam hubungan
sosial antar makhluk hidup. Manusia membutuhkan bahan yang dapat ia olah
menjadi makanan yang dapat membuat dia tidak letih dalam menjalankan
aktivitas kehidupannya atau dapat dikatakan manusia membutuhkan hewan dan
tumbuhan sebagai bahan untuk membuat olahan dari kulit ia dapat makan dan
dapat menambah energi tubuhnya yang akan habis,hewan juga membutuhkan
manusia namun ada juga hewan yang hidup di alam liar sehingga tidak
membutuhkan bantuan manusia dalam hidupnya. Makhluk hidup yang diciptakan
Allah SWT. diciptakan untuk tetap bertasbih dan bersujud kepada-Nya.,apakah itu
manusia,hewan maupun tumbuhan. Semuanya tetap harus mematuhi perintah dari
Tuhan-nya dan menjauhi segala larangannya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa arti kandungan Qur’an dan hadits tentang etika pergaulan?


2. Apa arti kandungan Qur’an dan hadits tentang kerja?
3. Apa arti kandungan Qur’an dan hadits tentang makanan halal dan baik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui arti kandungan Qur’an dan hadits tentang etika pergaulan.
2. Untuk mengetahui arti kandungan Qur’an dan hadits tentang kerja.
3. Untuk mengetahui arti kandungan Qur’an dan hadits tentang makanan halal dan
baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI KANDUNGAN QUR’AN DAN HADITS TENTANG ETIKA


PERGAULAN

1. Etika Bergaul
Perhatian Islam terhadap pergaulan sangat besar sekali, karena adanya
urgensi yang besar dan dampak sensitif, sehingga Islam memerintahkan umatnya
agar bergaul dengan orang-orang yang benar. Allah SWT berfirman:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (Q.S At-Taubah: 119).

Islam juga menganjurkan agar bergaul dengan para ahli ibadah. Allah
SWT berfirman,
Artinya : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas” (Q.S. Al-Kahfi:28).

Islam menjadikan setiap pergaulan yang ikatan dan hubungannya tidak


dibangun di atas ketakwaan kepada Allah Subhanallah wa ta’ala sebagai sesuatu
pergaulan yang mengantarkan kepada permusuhan yang nyata. Allah berfirman:
Artinya : “Teman-teman karib pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Az-Zukhruf : 67).

2. Tata Cara Pergaulan Lawan Jenis


a.) Haram Duduk Berdua Dengan Perempuan Bukan Muhram.

Uqbah Ibn Amir ra. menerangkan yang artinya: “Bahwsannya Rasulullah


SAW bersabda: janganlah kamu masuk ke kamar-kamar perempuan. Seorang
laki-laki Anshar berkata: Ya Rasulullah terangkan padaku bagaimana hukum

3
masuk ke dalam kamar ipar perempuan. Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah
kematian (kebinasaan).”(H.R.Bukhari Muslim).
Nabi SAW tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan,
maka hal ini memberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk berdua-duaan
saja dalam sebuah bilik dengan seorang perempuan tanpa mahramnya. Ahli hadis
tidak ada yang mengetahui nama orang anshar yang bertanya kepada Rasul
tentang hukum kerabat-kerabat si suami yang selain dari ayah dan anaknya,
masuk ke tempat istri si suami itu. Diterangkan oleh An Nawawy, bahwa yang
dimaksud dengan Hamwu disini, ialah kerabat-kerabat si suami seperti
saudaranya, anak saudaranya dan kerabat-kerabat lain yang boleh mengawini
istrinya bila ia di ceraikan atau meninggal.

Dikarenakan jika kita berada dalam satu tempat dengan seorang


perempuan yang bukan mahram. Dikhawatirkan kita akan terjebak untuk
mengikuti hawa nafsu. Apabila seorang bergerak mengikutinya meskipun hanya
selangkah. Ia akan terpaksa untuk mengikuti langkah itu dengan langkah
berikutnya. Dalam Al-Kafi, Imam As shidiq a.s diriwayatkan berkata:
“waspadalah hawa nafsumu sebagaimana engkau mewaspadai musuhmu. Sebab
tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia selain kaetundukan pada
hawa nafsu dan perkataan lidahnya.”

b.) Haram melihat perempuan yang Bukan Mahram


Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “telah ditentukan
bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya.
Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan
adalah berbicara. Zina tangan adalah memukul, zina kaki adalah berjalan serta
zina hati adalah bernafsu dan berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau
tidk dibuktikan oleh kemaluan. (HR. Bukhari Muslim(.
Dalam Hadits tersebut mengandung arti bahwa hadits Imam Bukhari
termasuk zina anggota tubuh , tetapi semuanya tidak hanya dilakukan lewat
kemaluan saja melainkan lewat anggota tubuh lainnya. Misalnya pandangan mata
karena awal mula timbulnya hasrat dari pandangan mata yang tidak terkontrol

4
atau tidak dijaga terhadap hal-hal yang memancing nafsu birahi , kemudian
lisannya bicara yang tidak baik misalnya menggunjing orang lain, berdusta dan
berbicara yang tidak menjurus perbuatan yang menimbulkan hasrat dengan lawan
jenis.

3. Hadist tentang Larangan Berduaan Tanpa Mahram

ِ ٰ ِٰ ِ ٰ ِ ٍ َّ‫عن اِب ِن عب‬


ُ ُ‫صلَّي اللّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم خَي ْت‬
‫ اَل خَي ْلُ َو‬: ‫ب َي ُق و ُل‬ َ ‫ت َر ُسو َل اللّه‬ ُ ‫ مَس ْع‬,‫اس َرض َي اللّهُ َعْن ُه َما‬ َ ْ َْ
‫ َف َق َام‬, ‫واَل تُ َس ا فِ ُر اَلْ َم ْر َأةُ اِاَّل َم َع ِذي حَمْ َرٍم‬, ٍ ‫ٍ ِإ‬ ِ ِ
َ ‫َّن َر ُج ٌل ب ا ْم َرَأة اَّل َو َم َع َه ا ذُو حَمْ َرم‬
‫ت يِف َغ ْز َو ِة َك َذا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ٰ َ ‫ يارس‬: ‫ َفق َال‬,‫رج ل‬
ُ ‫ت َح َّجةً َوايِّن ا ْكتُتْب‬ ْ ‫ول اللّ ه ِإ َّن ا ْم َر َأيِت َخ َر َج‬ ُ ََ َ ٌ َُ
)‫ظ اْمل ْسلِ ٍم‬
ُ ‫(مَّت َف ٌق َعلَْي ِه َواللَّ ْف‬ ِ ِ ِ
ُ َ ِ‫ انْطَل ْق فَ ُح َّج َم َع ا ْمَر َأت‬: ‫ قَ َال‬,‫َو َك َذا‬
‫ك‬
ُ
Artinya : "Ibnu Abbas berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW
berkotbah, "Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan,
melainkan (hendaklah) besertanya (ada) mahramnya, dan janganlah bersafar
(bepergian) seorang perempuan, melainkan dengan mahramnya. "Seorang berdiri
dan berkata : Ya Rasulullah, istri saya keluar untuk haji, dan saya telah
mendaftarkan diri pada peperangan anu dan anu." Maka beliau bersabda,
"Pergilah dan berhajilah bersama istrimu." (Mutatafaq’alaih).

Hadits tersebut menunjukkan haram bersepi-sepian (berduan) laki-laki dan


perempuan yang bukan mahramnya. Dan ini sudah disepakati ulama. Telah
dijelaskan dalam suatu hadits lain alasan larangan ini, ialah karena yang menjadi
pihak ketiga adalah syetan yang akan menggoda mereka.

B. ARTI KANDUNGAN QUR’AN DAN HADITS TENTANG KERJA

Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.
Kata kerja berarti usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos
berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat . Dalam kamus besar bahasa
Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan

5
seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan
fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.

1. Prinsip Dasar Etos Kerja dalam Islam


a.) Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan
maupun cara menjalankannya. Dicontohkan orang yang berprofesi sebagai
pedagang ikan di pasar. Namun jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang
tidak baik (membahayakan orang lain) misalkan menjual ikan berformalin, maka
dapat dikatakan profesi yang semula halal menjadi haram (‘haram lighairihi’).
Berbeda dengan orang yang berprofesi menjadi PSK. Mau dengan alasan apapun
tetap profesi PSK adalah haram (‘haram lidzatihi’)

b.) Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah).
Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban orang lain (benalu). Rasulullah
pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya
mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali
atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung
lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau
ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).

c.) Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena
memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan
melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah
menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang
dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada
diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR
Ibnu Majah).

d.) Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).
Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam
melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial,
dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari segala penderitaan di
lingkungan sekitar.

6
Terdapat pada Al-Qur’an yang artinya: “Hendaklah kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian harta yang Allah telah
menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7).

2. Sikap kerja keras


Bekerja adalah bagian pokok dari hidup, hidup untuk bekerja dan bekerja
untuk hidup, bekerja secara umum adalah semua aktifitas manusia untuk
memperoleh/mencapai sesuatu. Kerja keras adalah usaha maksimal untuk
memenuhi keperluan hidup di dunia dan di akhirat disertai sikap optimis. Setiap
orang wajib berikhtiar maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan
akhirat. Kebutuhan hidup manusia baik jasmani maupun rohani harus terpenuhi.
Kebutuhan jasmani antara lain makan, pakaian dan tempa tinggal sedangkan
kebutuhan rohani diantaranya ilmu pengetahuan dan nasehat. Kebutuhan itu akan
diperoleh dengan syarat apabila manusia mau bekerja keras dan berdo’a maka
Allah pasti akan memberikan nikmat dan rizki-Nya.

Intinya adalah semua manusia wajib berkerja keras. Nabi Daud adalah
pandai besi, Nabi Zakariya adalah tukang kayu, Nabi Muhammad SAW adalah
pengembala hingga akhirnya ia jadi pedangang yang berhasil.

Dalam hadis disebutkan :

‫ت َغ ًـدا رواه الـبيهقى‬ َ ِ‫ش اَبَ ًـدا َو ْاع َـم ْـل اِل ِخ َـرت‬
َ ‫ك َكَأن‬
ُ ‫َّك تَ ُـم ْو‬ ُ ‫َّك تَع ْـي‬ َ َ‫اِ ْع َـم ْـل لِ ُـدنْـي‬
ِ َ ‫اك َكَأن‬

Artinya : “Bekerjalah untuk duniamu seolah - olah kamu akan hidup


selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati
besok pagi”.(QS. HR. Al Baihaqi)

Islam memandang bahwa suatu pekerjaan tidak memandang persoalan


gender baik laki – laki atau perempuan semuanya sama tetapi yang
membedakannya adalah dasar pengabdiannya yaitu suatu dorongan keimanannya
yang shahih, sebagaimana firman Allah SWT QS An-Nahl: 97.
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki –laki mau pun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan

7
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka
kerjakan”.

Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang
akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itu lah, Islam menegaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah, Orang yang
bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Selain itu manusia
di tuntut untuk berusaha dan bekerja keras serta beramal sholeh didunia ini tetapi
tidak meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah SWT, karena yang dibawa
manusia kelak di akhirat hanyalah ketakwaannya, ketaatannya dan amal nya
kepada Allah SWT bukanlah sebuah kenikmatan yang diperoleh manusia selama
hidupnya di dunia ini, dimana Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk
duniamu seakan – akan kamuhidup selamanya, dan beribadahlah untuk
akhiratmu seakan – akan kamu mati besok.”

Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di ataslebih baik dari pada tangan
di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat
lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat
bekerja.”

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa lebih baik bekerja dari pada meminta,
sesusah – susahnya mencari kerja setidaknya seorang muslim haruslah bekerja
keras, berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya , dimana
sesungguhnya Allah menyukai orang - orang yang pekerja keras dan Allah tidak
menyukai orang - orang yang malas.

C. ARTI KANDUNGAN QUR’AN DAN HADITS TENTANG MAKANAN


HALAL DAN BAIK

8
1. Pengertian Halal dan Haram
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti disahkan, diizinkan, dan
diperbolehkan. Allah SWT menghalalkan semua makanan yang mengandung
maslahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik
kepada individu maupun masyarakat. Pada umumnya semua makanan dan
minuman yang ada di dunia ini halal, semua untuk dimakan dan diminum kecuali
ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan yang terdapat
dalam hadist Nabi Muhammad SAW.

Kata haram berasal dari bahasa Arab ( ‫)ݦݛ ح‬yang berarti larangan (dilarang
oleh agama). Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau
yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk
menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau
buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan setelah hidayah dari Allah
dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan
berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya.

2. Dalil yang Menerangkan Halal dan Haram


Adapun dalil yang menerangkan halal dan haram:
a.) “… Barang yang di halalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah halal, dan
barang yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah haram. Dan sesuatu
yang tidak dilarang-Nya, mak barang itu termasuk yang diafkan-Nya, sebagai
kemudahan bagi kamu.”(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi) Fiqih sunnah oleh
Sulaiman Ar Rasyid).

b.) “Dan makanlah makan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman pada-
Nya.”(QS. Al Maidah : 88).

c.) “Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian menjadi
minuman dan sebagainnya (menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang ada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”(QS.An Nahl : 10).

9
d.) “Wahai orang beriman sesungguhnya arak (khimar), berjudi, qurban untuk
berhala, undian dengan panah adalah dosa dan termasuk perbuatan syaitan,
maka juhilah agar kamu mendapat keberuntungan “(QS.Al Maidah :90).

e.) “Sesungguhnya Sa‟ad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar
didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka beliau
bersabda kepadanya : “Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-doamu “(HR.
Tabrani).

f.) “Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci yang telah diberikan Allah pada
kamu…”(QS. An Nahl :114).

g.) Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:


“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih
pantas untuknya”.

h.) “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”.


(QS. Al-Baqarah: 195).

3. Jenis-jenis Makanan Halal


Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh
jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak
halal bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka.

Makanan halal dari segi jenis ada tiga :


a.) Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam,
kambing, sapi, burung, ikan.
b.) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-
lain.
c.) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.

Makanan halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :


a.) Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti
bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.

10
b.) Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan
itu halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
c.) Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.
d.) Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).

Binatang yang berkehidupan didarat, ada yang halal dan ada pula yang
haram. Binatang yang halal diantaranya : Unta, Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam,
Ikan,dan lain sebagainya.

4. Jenis-jenis Makanan Haram


a.) Bangkai
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang
syar’i dan juga bukan hasil perburuan.
Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3).
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan”. (QS. Al-An’am: 121).

Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:


 Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
 Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.
 Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
 An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
 Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
 Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.
 Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.

11
8.) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca
basmalah.
 Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya.

Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:


1.) Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa semua
hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.
2.) Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu Umar secara marfu:
“Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu
adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”.
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
3.) Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan kecuali An-
Nasa’i, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Penyembelihan untuk janin
adalah penyembelihan induknya”. Maksudnya jika hewan yang disembelih
sedang hamil, maka janin yang ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa
harus disembelih ulang.

b.) Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah
Al-An’am ayat 145: “Atau darah yang mengalir”. Dikecualikan darinya hati dan
limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ibnu Umar yang baru berlalu. Juga
dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah penyembelihan.

c.) Daging babi


Seperti dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga. Yang diinginkan
dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya termasuk
lemaknya.

d.) Khamar
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

12
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-
Ma`idah: 90)

Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar r.a secara marfu:
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.

e.) Semua hewan buas yang bertaring


Sahabat Abu Tsa’labah Al-Khusyany r.a berkata: “Sesungguhnya
Rasulullah SWA melarang dari (mengkonsumsi) semua hewan buas yang
bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim darinya
dengan lafazh, “Semua hewan buas yang bertaring maka memakannya adalah
haram”.
Yang diinginkan di sini adalah semua hewan buas yang bertaring dan
menggunakan taringnya untuk menghadapi dan memangsa manusia dan hewan
lainnya. Jumhur ulama berpendapat haramnya berlandaskan hadits di atas dan
hadits-hadits lain yang semakna dengannya.

f.) Semua burung yang memiliki cakar


Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar
yang kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur
ulama dari kalangan Imam Empat kecuali Imam Malik- dan selainnya menyatakan
pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu Abbas r.a : “Beliau (Nabi) melarang
untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan semua burung yang
memiliki cakar”. (HR. Muslim)

g.) Jallalah
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain, baik
berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda,
angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses), dan sebagian
gagak. Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad dalam
satu riwayat dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi’iyah, mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu Umar r.a beliau berkata:

13
“Rasulullah SAW melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum
susunya” (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`i (3787))

Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:

1.) Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah yang
diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan
makanannya adalah feses dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga
semua hewan air pemakan feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air
adalah halal dimakan.
2.) Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih dari
feses maka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja mereka berselisih
pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan, dan yang benarnya
dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau kepada sangkaan besar.

h.) Keledai jinak (bukan yang liar)


Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian
riwayat darinya. Dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah SWT bersabda:
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-
daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim).
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir r.a berkata: “Saat
(perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi Muhammad
SAW melarang kami dari keledai jinak”. (HR. Muslim).
Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu Abdil Barr
menyatakan, “Tidak ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang
pengharamannya”.

i.) Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr r.a :
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah SAW lalu kamipun
memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

14
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi Muhammad
SAW. Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, Al-
Hanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan
pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah.

j.) Anjing
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan Nabi Muhammad
SAW bersabda:“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan
mengharamkan harganya “.

5. Dampak Negatif Mengkomsumsi Makanan Haram


a.) Merusak Jiwa
b.) Berbahaya Dan Merusak Hak Orang Lain
c.) Memubazirkan Dan Membahayakan Kesehatan
d.) Menimbulkan Permusuhan Dan Kebencian
e.) Menghalangi Mengingat Allah
f.) Doa yang dilakukan oleh pengonsumsi makanan dan minuman haram tidak
maqbul
g.) Nama baik, kepercaaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.

6. Sebab-Sebab Haramnya Makanan


a.) Sebab ada nash al-quran atau al-hadist
b.) Sebab disuruh membunuhnya
c.) Sebab dilarang membunuhnya,seperti kodok (katak)
d.) Sebab keji (kotor menjijikan)
e.) Sebab memberi madlarat.

BAB III
PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’, serta memenuhi
segala hal yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut kadarnya.
Haram bersepi-sepian (berduan) laki-laki dan perem-puan yang bukan
mahramnya. Karena yang menjadi pihak ketiga adalah syetan yang akan
menggoda mereka.
Anjuran sopan santun ketika duduk di jalan, yaitu : Menjaga pandangan
mata, tidak menyakiti, menjawab Salam, memerintahkan kepada kebaikan dan
melarang kepada kemungkaran, dan salam juga merupakan doa yang berisi
permohonan kepada Allah SWT agar orang yang diberi salam memperoleh
keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang
akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itu lah, Islam menegaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah, Orang yang
bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Selain itu manusia
di tuntut untuk berusaha dan bekerja keras serta beramal sholeh didunia ini tetapi
tidak meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah SWT, karena yang dibawa
manusia kelak di akhirat hanyalah ketakwaannya, ketaatannya dan amal nya
kepada Allah SWT bukanlah sebuah kenikmatan yang diperoleh manusia selama
hidupnya di duniaini,
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini
adalah halal untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu
yang terdapat dalam Al-Qur’an atau yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad
SAW. Tiap benda yang ada di permukaan bumi menuruthukum asalnya adalah
halal kecuali kalau ada larangan secara syar’i.
Makanan dan minuman yang halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani maupun rohani. Hasil dari
makanan dan minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah meskipun

16
jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman yang haram, selain dilarang oleh Allah
S.W.T juga mengandung banyak mudharat (Kejelekan) daripada kebaikannya.

B. Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami
berharap makalah ini tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain
itu kami juga berharap pembaca berkenan memberikan masukan baik berupa
kritik maupun saran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ash Shidqi, Teuku Muhammad Hasby. 2003. Mutiara Hadits 6. Semarang: PT


Pustaka Rizqi Putra.
Fatimah, Muhammad Khair. 1989. Etika Muslim Sehari-hari.
Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR.
Khomeni, Imam. 2004. 40 Hadist Telaah atas Hadits-hadits Mistis dan Akhlak.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Nashirudin Al-alnai, Muhammad. 199M. Silsilatul Alhaadits adh-Dhaifah wal
maudhu’ah. Jakarta: Gema Insani Press.
Nawawy, Imam. 1999. Riadhus Sholihin Imam Nawawy. Jakarta: Pustaka
Armani.
Thobib, Al-Asyhar. 2003. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan
Rohani. Jakarta: Al-Mawadi Prima.

Anda mungkin juga menyukai