Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TATA PERGAULAN DALAM ISLAM

Makalah ini dibuat dengan tujuan mmenuhi tugas mata kulah “Hadits”

Dosen Pengampu “Dr. H. Subki M.Pd

Disusun oleh :

Aril (230102074)

1C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas kuasa dan segala kelimpahan rahmatnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah “ HADITS “dalam bentukmaupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi para pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik. Makalah ini saya akui masih memiliki banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
makalah

Mataram, Kamis 30 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

A. TATA PERGAULAN DALAM ISLAM...........................................................................2

B. MACAM MACAM TATA PERGAULAN DALAM ISLAM........................................3

BAB III............................................................................................................................................8

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................8

B. SARAN...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pergaulan antara manusia, baik dalam sosialisasinya di masyarakat maupun di


organisasi-organisasi selalu diperlukan etika atau sopan santun dalam pergaulan.
Nampaknya hal ini sudah menjadi bagian dari fitrah manusia, bahwa manusia memiliki
rasa ingin dihargai oleh orang lain sekaligus ingin menghargai orang lain.

Etika merupakan masalah manusia pada umumnya di manapun manusia berada dalam
komunitasnya, pasti etika dan sopan santun itu berperan sebagai pedoman tingkah laku
baik maupun buruk di dalam pergaulan mereka. Remaja yang merupakan bagian dari
manusia tentu juga memerlukan pedoman tingkah laku agar pergaulannya dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan norma masyarakatnya atau sesuai dengan norma agama yang
dianutnya, sehingga mereka terhindar dari pergaulan yang menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat dan norma agama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tata Pergaulan Dalam Islam

2. Apa Saja Tata Pergaulan Dalam Islam

C. Tujuan
1. Untuk Memenuhi Tugas

2. Memahami tata pergaulan dalam Islam

3. Mengetahui Macam Macam tata pergaulan dalam islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. TATA PERGAULAN DALAM ISLAM


Setelah Allah swt menciptakan nabi Adam AS, kemudian iapun menciptakan
pasangan hidupnya berupa seorang wanita yang memberikan keturunan sampai saat
ini,dan tidak akan pernah putus sampai malaikat Israfil meniupkan terompetnya (kiamat)
atau akhir dari kehidupan. Bergantilahdengan kehidupan yang hakiki yaitu akhirat.
Sebelum mengahapi kehidupan yang abadi, tentunya para manusia harus melewati
kehidupah dunia dan lika liku kehidupan, susah, senang, bahagia, sedih, dan lainnya.
Dalam Islam telah diatur bagaimana tata cara bergaul atau bersosialisasi dengan sesama
makhluk hidup, baik sesamamuslim atau non Muslim agar tercipta kehidupan yang
harmonis dan tidak ada percekcokan apalagi sampai saling bertumpah darah. Dan artikel
ini akan menjelaskan bagaiamana tata cara pergaulan yang baik dan benar,walaupun
bukan satu agama,mengingat di era sekarang ini banyak sekali yang mengabaikanya.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa
membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk
membaur bersama manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain 1. Dalam islam
pergaulan diatur sedemikian mungkin sehingga menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti halnya konflik dan lain sebagainya. Seoerti yang kita ketahui bahwa
Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan dan berasal dari berbagai
suku dan Allah menghendaki manusia untuk saling mengenal satu sama lain sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

1
Rachmat Syafe'I, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta: PT. Pustaka Setia, 2003, h.217

2
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat: 13).

Islam adalah agama yang mulia dan mengatur segala aspek kehidupan termasuk
pergaulan. Dalam islam ada beberapa etika yang harus dipenuhi dan hal ini disebut
dengan etika islam. Secara bahasa kata etika berasal dari kata ethokos (Yunani) atau
ethos yang memiliki arti karakter, kebiasaan, kecenderungan dan penggunaan.
Kata etika itu sendiri juga cenderung identik dengan kata dalam bahasa latin mos yang
artinya adat atau tata cara kehidupan 2. Dengan kata lain etika islami adalah sistem atau
tata cara yang mengatur tingkah laku seseorang terutama dalam masyarakat. Etika
islam adalah etika yang dilandasi oleh hukum islam dan mutlak mengikat semua umat
muslim terutama dalam pergaulan. Pokok dasar etika islam tercantum dalam alqur’an
seperti firman Allah dalam Al qur’an surat Al qalam ayat 4 dan Ali Imran ayat 104
yang bunyinya ”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang
agung”. (Al Qalam ; 4) ”Hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada
kebaikan (al-khair) menyerukan kepada ma’ruf (yang baik) dan melarang dari perbuatan
munkar dan itulah orangorang yang bahagia” (Q.S. Ali-Imran: 104) Sebagaimana yang
telah kita ketahui bahwa islam itu adalah Agama Rahmatan lil’alamin yang mencakup
segala aspek kehidupan dari terkecil hingga terendah, mulai dari politik, sosial, ekonomi,
budaya, dan lain sebagainya. Bahkan islam pun mengatur tata cara pergaulan yang baik
dan berakhlak kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Melalui tulisan ini saya
ingin memaparkan bagaimana tata cara pergaulan dalam perspektif Hadits yang telah
disabdakan oleh Rasulullah SAW.

B. MACAM MACAM TATA PERGAULAN DALAM ISLAM


1. Larangan berduaan tanpa mahram

Rasulullah Saw. Menjelaskan dalam hadits yang artinya :

2
Ibid
3
"Ibnu Abbas berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW berkotbah, "Janganlah seorang
laki-laki bersama dengan seorang perempuan, melainkan (hendaklah) besertanya (ada)
mahramnya, dan janganlah bersafar (bepergian) seorang perempuan, melainkan dengan
mahramnya. "Seorang berdiri dan berkata : Ya Rasulullah, istri saya keluar untuk haji,
dan saya telah mendaftarkan diri pada peperangan anu dan anu." Maka beliau bersabda,
"Pergilah dan berhajilah bersama istrimu." (Mutatafaq’alaih)

Penjelasan hadist di atas bahwa bagi lawan jenis dilarang untuk berdua (khalwah),
kecuali sudah halal. Istilah pacaran, di zaman sekarang tidak heran banyak sekali dari
kalangan lakilaki dan perempuan melakukan itu, dengan alasan hak asasi manusia atau
kebebasan serta alasan mengikuti perkembangan zaman, jika tidak berpacaran dianggap
tidak gaul atau ketinggalan zaman. Padahal ini benar-benar telah melanggar syariat islam
dan ini sudah disinggung dari Rasulullah SAW, karena perkembangan zaman dan hiruk
pikuknya lingkungan, maka hilanglah karakter islam dari para pemuda di era modern ini.
Jadi, hadits ini berlaku untuk zaman sekarang bukan hanya zaman Rasulullah saja, maka
dari sebagai pemuda muslim tidak boleh terlena dari perkembangan zaman dan harus
menjaga batas antara lawan jenis, khawatir hal yang tidak diinginkan terjadi.

Oleh karena itu, larangan Islam, tidak semata-mata untuk membatasi pergaulan,
tetapi lebihdari itu yaitu, untuk menyelamatkan peradaban manusia. Berduaan dengan
lawan jenis merupakan salah satu langkah awal terhadap terjadinya fitnah. Dengan
demikian, larangan perbuatan tersebut, sebenarnya sebagai langkah preventif agar tidak
melanggar norma-norma hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan yang telah
disepakati masyarakat.

Adapun larangan bagi seorang wanita untuk berpegian sendiri tanpa mahramnya,
ini yg dikhawatirkan dari setiap orang jika ada dari keluarganya atau kerabat bepergian
sendiri, karena banyak tangan-tangan jail di luar sana. Dengan di temani oleh
mahramnya, maka akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi diantara
ulama banyak sekali pendapat tentang ini, karena ada yang mengatakan bahwa larangan
ini bersifat mutlak.Dengan demikian, perjalanan apa saja, baik yang dekat maupun yang
jauh, harus disertai mahram. Ada yang berpendapat bahwa perjalanan tersebut adalah
perjalanan jauh yang memerlukan waktu minimal dua hari. Ada pula yang berpendapat
4
bahwa larangan tersebut ditujukan bagi wanita yang masih muda-muda saja, sedangkan
bagi wanita yang sudah tua diperbolehkan, dan masih banyak pendapat lainnya.

Pada dasarnya jika dikaji lebih dalam, hal ini bersifat kondisional saja. Jika
seorang wanita sanggup menjaga dirinya sendiri dan takut mengganggu aktivitas
mahramnya maka dibolehkan. Misalnya, pergi ke kantor, kuliah, acara penting, maka ini
dibolehkan.

Dengan demikian, yang menjadi standar adalah kemaslahatan dan keamanan.


Begitu pula pergi haji, kalau diperkirakan akan aman, apalagi pada saat ini telah ada
petugas pembimbing haji yang akan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
kelancaran para jamaah haji, maka seorang wanita yang pergi haji tidak disertai
mahramnya diperbolehkan kalau memang dia sudah memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan ibadah haji

2. Sopan Santun Duduk Dijalan

Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya

"Dari Abu Said Al-Khudry r.a. Rasulullah SAW. bersabda, Kami semua harus
menghindari untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan)-dalam riwayat lain, di jalan –
mereka berkata, "Mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk
mengobrol. Nabi bersabda, "Jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu
tempat untuk mengobrol, berilah hak jalan." Mereka bertanya, "Apakah hak jalan itu?"
Nabi bersabda, "Menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, menjawab
salam, memerintahkan kepada kebaikan dan larangan kemunkaran. (H.R Bukhari,
Muslim, dan Abu Dawud)

Rasulullah SAW dalam hadits ini telah melarang para sahabat untuk duduk di pinggir
jalan,baik di kursi-kursi khusus, di atas pohon, di trotoar, dan lain sebagainya. Karena ini
adalahsebuah kekhawatiran yang berkaitan dengan adab, khawatir menghalangi pejalan
kaki,mengganggu, dan berbuat gaduh.Di zaman modern ini telah kita lihat banyak sekali
kursi-kursi khusus di sepanjang jalan,baik di trotoar di taman, di tempat-tempat umum
lainnya, guna memperindah dan menjaditempat peristirahatan para pejalan, baik pejalan

5
kaki atau pengendara. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sesuatu yg
tidak diinginkan. Maka dari itu, jauh sebelumnya Rasulullah telah memperingati para
sahabat kala itu agar tidak nongkrong di pinggir jalan. Banyak para sahabat yg bertanya,
mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat kita berkumpul dan lain sebagainya.
Dalam hal ini Rasulullah bukan melarang, melainkan ada larangan tertentu yang tidak
boleh dilakukan oleh seorang muslim. Berikut ini larangan yang tidak boleh dilakukan,
diantaranya3 :
1) Menjaga Pandangan Mata

Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap muslim atau muslimat,
sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an :

Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang duduk dipinggir jalan. Ini
karena akan banyak sekali orang yang lewat, dari berbagai uisa dan berbagai tipe. Maka
bagi para lelaki jangalah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan
muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu pula, tidak boleh memandang dengan
pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat. Pandangan seperti tidak hanya
akan melanggar aturan Islam. Tetapi akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan
memarahan dari orang yang dipandangnya, apalagi begi mereka yang mudah tersinggung.
Oleh karena itu, mereka yang sedang duduk dipinggir harus betul-betul menjaga
pandangannya.

2) Tidak Menyakiti

3
Kahar Munsyur, Bulughul Maram, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 3, hal.225

6
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki, dan lain-lain.
Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya, dengan tangan misalnya
melempar dengan batu-batu kesil atau benda apa saja yang akan menyebabkan orang
lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan lain-lain yang akan menyakiti
orang yang lewat atau menyinggung perasaannya.

3) Menjawab Salam

Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan- nya sunnat. Oleh
karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk dijalan, hukum menjawabnya
adalah wajib. Untuk lebih jelas tentang salam ini, akan dibahas di bawah.

4) Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran.

Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan
sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut, dan lain-lain,
diwajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara yang bijak. Jika tidak
mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati supaya orang
tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.

3. Menyebarluaskan agama islam

"Dari Abdullah bin Salam ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, "Hai Manusia,
siarkanlah salam dan hubungan kekeluarga-keluarga dan berilah makan dan shalatl;ah
pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk surga dengan sejahtera."

(H.R. Tirmidzi )

Mengucapkan salah adalah sesuatu amalan yang harus selalu dilakukan oleh sesama
muslim ketika bertemu, terhadap orang yang di kenal maupun tidak di kenal, dan ini
merupakan identitas seorang muslim terhadap muslim lainnya. Mengucapkan salam
juga hukumnya sunah muakad. Allah berfirman dalam Al-qur'an :

‫واذا حييتم بتحية فحي بها او مثلها ان هللا كان على كل شيء حسيبا‬

7
Artinya :
"Apabila ada orang memberi hormat (salam) kepada kamu, balaslah hormat
(salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa
dengan penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala sesuatu"

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Dalam agama islam telah diataur bagaimana tata pergaulan yang baik dan benar tentunya
dengan akhlakul karimah tau akhlak yang terpuji. Bukan hanya kepada sesame muslim,
akan tapi kepada semua orang. Tidak melihat dari segi suku, agama, bangsa, dan budaya.
Karena hakekatnya manusia adalah sama kecuali ketakwaannya lah yang membuat

8
derajat seseorang menjadi tinggi dari yang lain, karena itu tidak wajar apabila maasih ada
istilah pihak lain karena semua sama dari segi pandang kemanusiaan. Tidak ada kata
kami, yang ada hanya kita. Akan ringan segala pekerjaan, apabila segala orang saling
tolong menolong satu sama, hal yang harus dikerjakakan dalam waktu satu minggu akan
selesai hanya dengan waktu satu hari. Sungguh indah sekali kehidupan tanpa adapnya
pembatas perbedaan. Larangan dalam agama, bukan hanya sekedar larangan biasa yang
tidak ada konsekuensinya. Dalam agama dilarang berkhalwat antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram, ini menendakan bahwa agama sangat menjaga dari hal
hal yang akan merendahkan derajat seorang manusia. Dimana diluaran sana, kepuasan
dijadikan sebuah tujuan utama tanpa melihat positif dan negativenya seuatu pekerjaan, ini
akan berdampak negative. Karena banyak orang yang melakukann hubugan suami dan
istri di tempat-tempat umum. Dan inisemua tidak ada bedanya dengan hewan yang tanpa
akal. Lalu bagaimana dengan kewibawaan seorang manusia? Dari pembahasan tersebut
dapat disimpulkan bahwasanya, larangan berduaan tanpa mahram disini membahas dua
poin.
1) Larangan berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan belum
resmi menikah.

2) Larangan bepergian kecuali dengan mahramnya.

Kemudian larangan duduk dipinggir jalan, disini Rasulullah SAW, membolehkan dengan
syarat harus memenuhi hak jalan antara lain :

1) Menjaga pandangan mata

2) Menjawab salam

3) Memerintahkan kepada kebaikan dan melarang kepada kemunggakaran.

Salam, merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk saling mendoakan antar
sesama muslim setiap kali bertemu.

B. SARAN

9
Apabila ada salah kata dan kekeliruan dalam makalah ini mohon dikritik dan diberikan
saran

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rachmat Syafe'I, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta: PT.
Pustaka Setia, 2003, h.217

[2] Rachmat Syafe'I, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta: PT.
Pustaka Setia, 2003
[3] Kahar Munsyur, Bulughul Maram, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 3, hal.225

10
11

Anda mungkin juga menyukai