Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH AGAMA

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Mohammad Gema Akbar (P1337420721008)
2. Putri Delia Mafiroh (P1337420721013)
3. Ritha Pry’ adhani Hermawan (P1337420721019)
4. Tika Yuniar (P1337420721031)
5. Nur Aprilia Damayanti (P1337420721045)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
A. Agama Merupakan Rahmat Tuhan bagi Semua........................................... 1
B. Prinsip-Prinsip Islam Rahmatan Lil Alamin ................................................ 1
C. Implementasi Islam rahmatan lilalamin dalam kehidupan Social Budaya .. 3
D. Implementasi Nilai Rahmatan Lil alamin dalam kehidupan budaya ........... 5
E. Kesimpulan Agama merupakan rahmat Tuhan bagi Semua ........................ 6
BAB 2 ..................................................................................................................... 8
A. Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama ................................................... 8
B. Kesimpulan Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama ............................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kerukunan Antar Umat
Beragama” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pentingnya kerukunan bagi
para umat beragama dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nur Rofiq, S.Pd.I., M.Pd.I.,
M.H. selaku guru Mata Kuliah Agama. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 22 September 2021

Penulis

iii
BAB 1

A. Agama Merupakan Rahmat Tuhan bagi Semua

Islam merupakan agama (ad-din) yang rahmatan lil ‘alamin, artinya agama yang
menjadi rahmat bagi alam semesta. Seluruh kehidupan sudah diatur dalam hukum
Islam, jadi Islam bersifat komprehensif dan universal. Dalam keseeharian manusia
memiliki dua sisi hubungan yang tidak terpisahkan. Hubungan vertikal,yaitu
diantara manusia dengan Allah SWT dan hubungan horizontal, yaitu hubungan
diantara manusia dengan makhluk hidup lainnya (Abdul ghofur. 2010: 1).
Makna dari rahmatan lil alamin selain bahwa agama Islam bersifat universal
dan menyeluruh untuk semua manusia di dunia, makna rahmatan lil alamin juga
menetapkan bahwa Islam adalah agama dan syari’at yang penuh dengan kasih
sayang, cinta, persaudaraan dan kedamaian.Islam adalah agama yang universal,
Islam adalah agama dan syari’at untuk seluruh manusia, Islam adalah agama dan
syari’at untuk seluruh alam dan Islam adalah agama dan syari’at untuk seluruh Jin
dan Manusia.
Dalam Islam tidak pernah diajarkan untuk bermusuhan dan kebencian, islam
tidak memiliki ajaran dan syari’at destruktif dan kejahatan, bahkan sebaliknya
semua ajaran dan syari’at Islam bertujuan untuk melahirkan dan mewujudkan
maslahat abadi bagi manusia. Oleh karena itu para Ulama telah menetapkan bahwa
Syari’at Islam mempunyai maqashid (tujuan) yang abadi seperti memelihara akal
manusia, keturunan, harta, agama dan harga dirinya. Oleh karena itu, Islam
kemudian disebut agama yang rahmatan lul alamin.

B. Prinsip-Prinsip Islam Rahmatan Lil Alamin

1. Berperikemanusiaan (al-Insaniyah)
Kemanusiaan atau Insaniyah maksudnya adalah, bahwa Islam sesuai dan
selalu mengakomodir semua kebutuhan dan karakter manusia. Adanya
pembebanan pada ibadah, hukum, perintah serta larangan di dalam syariah Islam
tentu sudah sesuai dan selaras dengan kemampuan dan kebutuhan manusia
sendiri. Tidak ada ajaran Islam yang bertentangan dengan kemanusiaan dan

1
2

tidak ada syariah yang tidak mengandung kemaslahatan manusia, karena syariah
Islam tidak diciptakan oleh Allah hanya dengan sia-sia, hampa, tanpa manfaat
dantanpa tujuan apapun.
2. Mendunia (al-alamiyah)
Yang dimaksud dengan mendunia atau global (al-alamiyah) adalah, bahwa
syariah Islam antara tujuan dan ajaran syariah di Arab dengan diluar Arab atau
sebaliknya bersifat mendunia, tidak dibatasi oleh geografi wilayah tertentu, suku,
ras dan bangsa tertentu atau iklim serta geopolitik tertentu. Syariah Islam berlaku
untuk seluruh alam dan seluruh manusia yang mau menerimanya. Tidak ada
perbedaan, tidak ada perbedaan keyakinan umat Islam terhadap syariah bahwa
dia bersumber dari Allah dan untuk maslahat seluruh alam dimanapun mereka
berada.
3. Komprehensif (as-syumul)
Komprehensif atau syumul merupakan keseluruhan dan totalitas ajaran
syariah Islam, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Islam tidak menerima dan mengenal pembagian atau pembatasan ajarannya pada
dimensi atau bidang tertentu dalam kehidupan manusia, karena syariah Islam
berasal dan bersumber dari Tuhan yang Maha Sempurna Allah SWT. Ajaran
Islam adalah syariah yang mengatur dan membimbing kehidupan manusia di
dunia dan akhirat, bahkan aspek ajaran syariah yang paling tinggi dan besar
adalah aspek akhirat yang dikenal dengan aspek ibadah.
4. Realistis (al-waqi’iyah)
Al-Waqi’iyah adalah karakter Islam yang bermakna bahwa Islam
mengajarkan manusia untu mampu memahami dan memaklumi dengan realistis,
bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT dan tidak ada zat lain yang
menciptakannya, sesuai dengan kondisi riil dan ilmiah yang tidak terbantahkan
oleh akal dan logika manapun di dunia. Bahwa seluruh makhluk termasuk
manusia adalah hamba Allah, Dia yang menciptakan dan mengaturnya serta
membimbingnya, kecuali yang ingkar dan memusuhi-Nya.
5. Toleransi dan Memudahkan (as-samhah dan at-taisir)
3

As-Samhah adalah memudahkan atau toleransi kepada orang lain15 .


Adapun at-taisir adalah kemudahan dan keringanan. Ibnu Manzur bahkan
hampir saja menyamakan makna as-samhah dan at-taisir yaitu kemudahan. Ibnu
Asyur memaknai as-samahah adalah kemampuan berinteraksi dengan mudah
dan proporsional, atau sikap pertengahan antara memudah-mudahkan dan
mempersulit
6. Antara Konstanitas dan Fleksibilitas (as-tsawabit dan al mutaghayirat)
Adalah as-tsawabit dan almutaghayirat, yaitu karakter ajaran Islam yang
terklasifikasi dengan indah dan penuh hikmah dan rahasia tinggi dari Allah,
ajaran islam yang tergolong konstan, abadi dan tidak akan pernah berubah,
seperti seluruh jenis rukun iman dan rukun Islam. Juga ajaran-ajaran pokok
akhlak serta hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah secara pasti (qath’iy)
adalah tsawabit yang tidak menerima ijtihad dan pembaruan.

C. Implementasi Islam rahmatan lilalamin dalam kehidupan Social Budaya

Adapun Implementasi Nilai-nilai Rahmatan Lil alamin dalam kehidupan social


lainnya seperti sekolah, masyarakat, Tempat Ibadah dan tempat kerja serta Media
Massa, maka islam telah memberikan gaiden dan prinsip-prinsip mulia dan abadi
dalam Al-Qur’an, Hadits dan praktek hidup Nabi saw dan sahabat sangat kaya dan
implementatif dalam hal ini. Diantara gaiden dan prinsip-prinsip islam rahmatan
lilalamin dalam masalah social selain keluarga dapat dilihat sebagai berikut:
a. Interaksi sosial antar manusia yang majemuk, bersuku-suku dan berbangsa,
harus dibangun berdasarkan prinsip saling mengenal (ta’ruf) antara satu dengan
yang lain, namun yang paling mulia adalah yang bertakwa. (QS. Al-Hujuraat:
13)
b. Kehidupan social harus dibangun berdasarkan prinsip saling tolong menolong
dalam kebaikan dan hal positif bukan dalam keburukan dan hal negative, baik
di kantor, di masyarakat umum, media maupun dalam sarana ibadah. Allah
berfirman: ”Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan
jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-
Maidah: 2)
4

c. Interaksi social harus dibangun dalam bingkai kasih sayang dan lemah lembut,
agar manusia saling mencintai, menghormati dan bersatu, ini tidak hanya
diimplementasikan dalam masjid, majelis taklim, tepai juga dalam kehidupan
kerja, pendidikan dan media massa (QS. Ali Imran: 159)
d. Keputusan yang bersifat social kemasyarakat dan bernegara harus berdasarkan
syura, sehingga melahirkan keputusan yang baik, berkualitas dan lebih
sempurna (QS. Ali Imran: )
e. Untuk menjaga kehidupan masyarakat yang tentram dan aman dari isu hoax
dan adu domba, harus dibangun sikap tabayyun atau klarifikasi dan cek and
recek terhadap sumber informasi yang menyebar di kalangan masyarakat (QS.
Al-Hujurat:6)
f. Kehidupan social yang baik dan damai adalah menghindari saling meremehkan
dan melecehkan antar anggota masyarakat, suku dan bangsa, karena boleh jadi
yang diremehkan lebih baik dari kelompok yang meremehkan (QS. Al-Hujarat:
11)
g. Anggota masyarakat harus menjauhi praduga negatif dan kecurigaan yang
berlebihan pada anggota masyarakat lainnya, sebaliknya harus dibangun sikap
positif thinking (Husnu Dzon) kepada pihak lain, agar tercipta kedamaian dan
ketentraman dalam masyarakat (QS. Al-Hujurat: 12)
h. Kehidupan social harus terbebas dari sikap saling benci dan saling bermusuhan,
karena sikap perbuatan ini sama dengan memakan bangkai saudaranya sendiri,
baik dalam lingkungan social bertetangga, tempat kerja maupun di media
massa (QS. Al-Hujurat: 12)
i. Dalam masyarakat Muslim ditetapkan bahwa mereka adalah saling bersaudara
sepenanggungan, bila terjadi gesekan antara mereka harus segera didamaikan,
sehingga tercipta ukhuwah Islamiyah yang kuat (QS. Al-Hujurat: 10)
j. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dan khususnya dalam Muslim
harus dibangun sikap saling memaafkan antar individu masyarakat, bahkan
saling meminta ampunkan dosa kepada Allah swt, baik dilingkungan kerja,
ibadah ataupun di media massa (QS. Ali Imran: 159).
5

D. Implementasi Nilai Rahmatan Lil alamin dalam kehidupan budaya

Bila dilihat dari dimensi budaya di atas, maka islam rahmatan lil alamin telah
terwujud dalam dimensi pengetahuan, bahasa, ideologi, akhlak, hukum, seni dan
sebagainya. Islam selama tujuh abad (Abad 7-14 Masehi) telah menyumbangkan
nilai-nilai budaya yang luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari konsep Al-Qur’an dan
As-Sunnah serta kehidupan Nabi, sahabat danpara Tabi’in, juga fakta yang tertulis
sepanjang masa dan peniggalan serta karya-karya fenomenal dalam peradaban
Islam yang mulia .
a) Rahmatan lil alamin dalam Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan sebagai dimensi utama sebuah budaya, telah
memperlihatkan bagaimana ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, ketika Allah
swt, mengangkat derajat orang berilmu sama dengan derjat orang yang beriman,
bahkan Ilmu adalah prasyarat utama keimanan seorang hamba. Allah berfirman:
“Allah mengangkat derajat orang beriman diantara kalian dan orang berilmu
beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah: 11) Allah swt juga menetapkan bahwa orang
yang paling takut kepada Allah, adalah orang yang paling berilmu. Rasa takut
dalam Islam adalah sifat dan akhlak paling tinggi seorang hamba kepada Allah swt.
Semakin takut seorang hamba semakin memiliki budaya akhlah dan adab paling
tinggi kepada Allah swt. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang paling takut
kepada Allah adalah para hambanya yang Ulama” (QS. Fathir: 12) Bahkan
Rasulullah saw, berani mengklaim bahwa sebaik-baik manusia adalah hamba Allah
yang berilmu, bagaikan posisinya dengan umatnya yang paling rendah, beliau
bersabda: “Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid (ahli ibadah)
seperti keutamaan antara aku dan orang paling rendah di antara kalian” (HR.
Tirmidzi). Islam melarang melakukan sesuatu tanpa Ilmu, sehingga menimbulkan
masalah dan permusuhan serta kekerasan, Allah berfirman: “Dan janganlah kamu
mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan
hati nurani semua itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra: 36)
b) Rahmatan lil alamin dalam Bahasa
Bahasa yang merupakan dimensi utama dalam sebuah budaya, juga
menunjukkan bahwa islam memiliki bahasa agama yang universal dan lembut, kosa
6

katanya paling banyak dan paling sopan dan indah di dunia, yaitu bahasa arab. Allah
menjelaskan bahwa bahasa Arab adalah tinggi dan jelas. “padahal Al-Qur’an ini
adalah dalam bahasa Arab yang jelas.” (QS. An-Nahl: 103) Al-Qur’an selain
menggunakan bahasa Arab yang indah dan lembut penuh kasih sayang, juga
memberikan prinsip kepada umatnya agar memakai bahasa dan kata-kata yang
tepat, jelas, dan lembut kepada orang lain sebagai nilai rahmatan lil alamin.
c) Rahmatan Lil alamin dalam Akhlak
Dalam Akhlak dan perilaku sehari-hari, Islam juga mewajibkan kepada
umatnya untuk berakhlak mulia. Akhlak paling mulia yang pernah ditorehkan oleh
manusia sepanjang sejarah adalah akhlak Nabi Muhammad SAW.
d) Rahmatan Lil alamin dalam adat istiadat
Menurut Abdul Wahab Khallaf, adat adalah kebiasaan manusia yang terus
dilakukan berupa ucapan, perbuatan atau yang ditinggalkan. Para Ulama
menyepakati bahwa adat Istiadat tidak boleh melahirkan kerusakan, sebaliknya adat
istiadat yang baik dan mengandung maslahat serta tidak betentangan dengan Al-
Qur’an dan hadits atau syari’at, maka adat istiadat tersebut dapat menjadi hukum.
‫ حممكة العادة‬Adat menjadi hukum. Diantara adat kebiasaan masyarakat modern yang
telah menjadi hukum dan dibolehkan oleh syara’ adalah: Jual beli suatu barang di
toko tanpa melafadzkan akad antara penjual dan pembeli, tapi langsung dibayar
lewat transfer atau memasukan uang pada mesin dan sebagainya.

E. Kesimpulan Agama merupakan rahmat Tuhan bagi Semua

Islam sebagai agama merupakan rahmat tuhan bagi semua sesuai dengan fitrah
manusia, islam yang membawa kasih sayang, cinta bukan kebencian, kedamaian
bukan permusuhan. Islam rahmatan lilalamin adalah Islam yang membawa
kemudahan bukan kesulitan dan membawa solusi kehidupan bukan masalah dan
pertikaian. Islam adalah ajaran Allah SWT yang paling mengetahui seluk beluk
manusia, karenanya dia menjadi ajaran dan ideologi yang menyelamatkan manusia,
mengajarkan saling menghormati dan saling toleransi, selama menghasilkan
maslahat bagi manusia. Islam adalah Islam universal dan komprehensif, harus
diimplementasikan dalam semua dimensi hidup manusia termasuk kehidupan sosial
7

budaya. Dalam kehidupan sosial, islam menjadi rahmat dalam kehidupan keluarga,
lingkungan pendidikan, Masyarakat, lingkungan kerja, ibadah dan media massa.
Dalam ranah budaya, islam menjadi rahmat dalam ilmu, sains, bahasa, akhlak
ideologi dan adat istiadat.
BAB 2

A. Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama

a. Makna Pluralitas dan Pluralisme


Merupakan kondisi keberagaman. Sedangkan pluralisme menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) adalah keadaan masyarakat yang majemuk
(bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya). Kata pluralitas tidak hanya
memiliki satu makna tetapi banyak makna. Pluralitas bisa berarti keanekaan
dan perbedaan. Dari makna ini bisa diartikan bahwa keagamaan adalah
keanekaan agama dan orientasi agama. Pluralisme berasal dari kata “pluralism”
dalam bahasa Inggris. Kata pluralisme juga berasal dari bahasa latin plures
yang artinya implikasi perbedaan. Pluralisme merupakan pandangan filosofi
yang tidak mereduksi sesuatu pada satu prinsip terakhir, tapi menerima adanya
keberagaman. Dalam pluralisme beragama tidak dikehendaki adanya
keseragaman agama. Apabila terjadi keseragaman agama maka pluralitas
keagamaan tidak akan ada lagi. Keseragaman adalah hal yang mustahil bagi
manusia. Jika Allah sudah berkehendak, bisa saja Allah menjadikan manusia
dalam satu umat. Allah berfirman :

“ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadadap
orang-orang yang tidak memerangi dalam urusan agama dan tidak pula
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” QS Al-Mumtahanah [60] : Ayat 8
Dari makna kata pluralisme yang sudah dijelaskan diatas, dapat ditarik
kesimpulan lima ciri utama dari pluralisme. Lima ciri utama pluralisme sebagai
berikut.
1. Berkaitan dengan menjunjung tinggi dan memelihara hak dan kewajiban
masing-masing kelompok.
2. Selalu menghargai kebersamaan dan perbedaan.
3. Adanya perasaan memiliki bersama (untuk kepentingan bersama dan
dikerjakan bersama)

8
9

4. Harus didudukkan pada posisi proporsional. Pandangan-pandangan yang


berbeda menjadi daya dorong dalam dinamisasi kehidupan masyarakat,
bukan saling menghancurkan antar kelompok.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berkompetisi ( jujur,
terbuka, adil). Menghilangkan perasaan bahwa kelompok mayoritas lebih
unggul dari kelompok minoritas.
b. Pluralisme Dalam Islam
Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang berkaitan dengan pluralisme.
Beberapa ayat tersebut sebagai berikut.
• Dalam Al-Qur’an
1. Surat Al-Kafurun Ayat 6
“Untukku agamamu, dan untukku agamaku.”
2. Surat Al-Maidah Ayat 65 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
Shabiin, dan orang-orang Nasrani, barang siapa beriman kepada
Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan maka tidak ada
rasa khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati.”
3. Surat Yunus Ayat 99 :
“ dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
di muka bumi seluruhnya.”
• Dalam Hadist Nabi Muhammad SAW

‫س ْهل‬ َ َ‫الر ْح َم ِن بْنَ أَبِي لَ ْي َلى قَا َل َكان‬ َّ َ‫ع ْبد‬ َ ‫سمِ ْعت‬ َ ‫ع ْمرو بْن م َّرة َ قَا َل‬ َ ‫َحدَّثَنَا آدَم َحدَّثَنَا ش ْعبَة َحدَّثَنَا‬
‫علَ ْي ِه َما ِب َجنَازَ ة فَقَا َما فَقِي َل لَه َما ِإنَّ َها مِ ْن أ َ ْه ِل‬ َ ‫س ْعد قَا ِعدَي ِْن ِب ْالقَا ِد ِسيَّ ِة فَ َم ُّروا‬ َ ‫بْن حنَيْف َوقَيْس بْن‬
‫ام فَقِي َل َله ِإ َّن َها‬َ َ‫ت ِب ِه ِجنَازَ ة فَق‬ْ ‫س َّل َم َم َّر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ي‬ ِ ‫ي مِ ْن أَ ْه ِل‬
َّ ‫الذ َّم ِة فَقَ َال ِإ َّن النَّ ِب‬ ْ َ‫ض أ‬
ِ ‫ْاْل َ ْر‬
‫ع ْن اب ِْن أ َ ِبي لَ ْيلَى قَا َل ك ْنت‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ع ْمرو‬ َ َ ‫سا َوقَا َل أَبو َح ْمزَ ة‬
َ ‫ع ْن ْاْل َ ْع َم ِش‬ ً ‫ت نَ ْف‬ َ ‫ِجنَازَ ة َيهودِي فَقَا َل أَلَ ْي‬
ْ ‫س‬
‫ع ْن‬َ ‫سلَّ َم َوقَا َل زَ ك َِريَّاء‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َ ِ ‫ع ْنه َما فَقَ َال كنَّا َم َع النَّبِي‬ َّ ‫ي‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ض‬ َ ‫َم َع قَيْس َو‬
ِ ‫س ْهل َر‬
َ‫ان ل ِْل َجنَاز‬
ِ ‫ع ْن اب ِْن أَبِي لَ ْيلَى َكانَ أَبو َمسْعود َوقَيْس يَقو َم‬ َّ ‫ال‬
َ ِ ‫ش ْعبِي‬
10

Artinya : “ Pada suatu saat telah dibawa seorang jenazah, kemudian Nabi
berdiri, lalu ada yang mengatakan kepada Nabi bahwa jenazah tersebut
adalah seorang Yahudi, maka Nabi bersabda; bukankah dia juga jiwa?
Dalam hadist dan Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa dalam agama Islam
mengakui adanya pluralitas baik keragaman agama, budaya, etnis, dsb.
Keragaman-keragaman yang sudah ada tidak bisa dihapus dalam kehidupan
manusia. Karena keragaman merupakan sesuatu yang normal dalam
bermasyarakat. Agama Islam memiliki cara tersendiri untuk menyikapi
berbagai keragaman yang ada. Dalam QS Al-A’raf : 158 yang artinya :
“Wahai manusia, sesungguhnya aku ( Muhammad ) adalah utusan
Allah untuk kami semua.”
Dalam ayat tersebut sudah jelas tertulis bahwa syariat dari Allah
merupakan syariat untuk semua umat manusia di dunia. Semua manusia
baik dari benua Asia, Afrika, Eropa, Australia, kita semua merupakan
ciptaan Allah. Allah berhak untuk mengatur bagaimana ciptaannya. Aturan
dari Allah sudah pasti yang terbaik untuk kita semua. Manusia jika sudah
meninggal akan kembali lagi kepada Allah SWT. Yang bisa menyelamatkan
umat manusia adalah aturan yang sudah ditentukan oleh Allah. Kita tidak
boleh ragu dan harus yakin terhadap aturan yang sudah ditetapkan oleh
Allah.
Bukti selanjutnya yang menunjukkan bahwa agama Islam memiliki
cara mengatasi keanekaragaman adalah Islam pernah diterapkan ke seluruh
masyarakat. Pada abad ke-8 hingga ke-20 islam tersebar di tiga benua di
dunia. Di Andalusia Islam menaungi tiga umat yaitu Islam, Nasrani, dan
Yahudi. Di Indonesia dan semua bagian dunia Islam semua keragaman
berdampingan secara damai. Allah SWT tidak hanya menciptakan manusia
berupa suku dan bangsa tetapi juga berbangsa-bangsa dan bernegara agar
mereka dapat berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.
• Sikap terhadap non muslim
Sebelum adanya Islam, di Arab sudah ada berbagai agama dan suku.
Agama yang ada di tanah Arab yaitu Yahudi, Majusi, Nasrani, dan
11

Shabi’ah. Apabila terjadi pertententangan atau perselisihan dengan umat


agama lain, umat Islam dianjurkan untuk melakukan dialog. Di dalam kitab
Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa umat manusia baik yang beragama Islam
ataupun yang beragama selain Islam akan tetap mendapatkan pahala kelak.

Nabi Muhammad pernah memiliki seorang budak yang beragama


Kristen. Menurut sejarah, ayah dari perempuan ini beragama Yahudi. Nabi
memiliki seorang anak laki-laki dari perempuan ini yang diberi nama
Ibrahim. Namun, Ibrahim sudah meninggal saat usianya masih balita.
Selain itu, Nabi juga pernah memiliki tetangga yang beragama Nasrani.
Nabi dan tetangganya bersikap baik satu sama lain bahkan mereka saling
memberi makanan.
Sikap perikemanusiaan yang telah dilakukan oleh Nabi kemudian
diteruskan oleh khalifah-khalifah setelahnya. Bahkan banyak ahli sejarah
yang merasa kagum dengan sikap yang diberikan umat Islam kepada umat
agama lain. Nabi Muhammad tidak menganggap agama-agama sebelum
Islam sebagai musuhnya. Namun, Nabi menganggap bahwa Islam
merupakan lanjutan dari agama-agama sebelumnya. Semua agama
bertujuan untuk berbuat baik dan menyembah Allah. Namun, setiap agama
yang ada memiliki keunikan dan khasnya sendiri. Setiap agama memiliki
syariat-syariat tersendiri.
12

B. Kesimpulan Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama

Islam adalah agama yang menakjubkan karena bisa menerima adanya


keanekaragaman. Islam selalu menjaga kedamaian, kerukunan, toleran,
keanekaragaman, dan keadilan. Tertulis dalam “Piagam Madinah” tentang
pengakuan eksistensi dan akidah masing-masing agama, serta kesepakan untuk
bersama-sama membela Madinah dan mempertahankannya dalam keadaan bahaya.
Di dalam Piagam Madinah ditegaskan bahwa sangat penting menjaga
persaudaraan antar golongan. Persaudaraan dan persatuan antar golongan tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan sosial untuk mencapai tujuan bersama. Islam
adalah agama yang sangat menghormati dan menghargai keanekaragaman yang
ada. Nabi Muhammad juga telah menerapkan prinsip-prinsip toleransi dan
mengakui adanya kebersamaan dalam pluralitas beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, K. M. (2021). Jurnal Studi Dan Pemikiran Islam.


Widodo, J. (2017). Pluralitas Masyarakat Dalam Islam, 81-91.

13

Anda mungkin juga menyukai