Anda di halaman 1dari 17

MASYARAKAT BERADAB DAN SEJAHTERA

MENURUT ISLAM
Makalah Pendidikan Agama
Dosen : Siti Maimunah S.Ag., M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 9
1.Muhammad Afton Ilman Huda
2. Khusnul Arif
3.Maulidia Rahmah

Prodi S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Tahun 2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang senantiasa
selalu memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini setelah melalui berbagai rintangan dan
hambatan.
Makalah ini kami beri judul “MEMAHAMI MASYARAKAT
BERADAB DAN SEJAHTERA MENURUT ISLAM”. Adapun tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
semester 1. Selain itu, makalah ini disusun guna memberikan informasi dan
pengetahuan tentang memahami masyarakat beradab dan sejahtera menurut
islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
ini disebabkan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik
                                                                                            Surabaya

                                                                                                Penulis

2
DAFTAR ISI
Cover..................................................................................................................1

Kata Pengantar...................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................3

Bab I

Pendahuluan......................................................................................................4

Latar Belakang..................................................................................................5

Rumusan Masalah.............................................................................................6

Bab II

Pembahasan......................................................................................................7

Bab III

Kesimpulan.....................................................................................................16

Daftar Pustaka................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena selalu
menarik, maka masalahnya tidak pernah selesai dalam artia tuntas. Manusia
merupakan makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi
dimensi, serba meliputi, sangat terbuka, dan mempunyai potensi yang agung.
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan
sekepal tanah di bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi dia berjalan, dari
bumi dia makan dan kedalam bumi dia kembali.
Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk yang
mulia dan terhormat pada sisi Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan dalam bentuk
yang amat baik, sesudah itu ditiup Roh ke dalam tubuhnya, para malaikat
disuruh sujud (memberi hormat) kepadanya. Tuhan memberi manusia ilmu
pengetahuan dan kemauan, dijadikan khalifah (penguasa) di bumi dan menjadi
pusat kegiatan di alam ini. Segala apa yang ada di langit dan di bumi,
semuanya bekerja untuk kepentingan manusia, dan kepadanya di berikan
nikmat lahir dan batin.
Al-Qur'an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya,
Dari ayat-ayat Al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
fungsional yang bertanggung jawab, pada surat al-Mu'minun ayat 115 Allah
bertanya kepada  manusia sebagai berikut :  "Apakah kamu mengira bahwa
kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?"
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan
Allah yaitu [1] manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] manusia diciptakan
tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan [3] manusia akhirnya akan dikembalikan
kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang
dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah
realisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.

4
Latar Belakang
Manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi
suku-suku dan berbangsa-bangsa. Semua manusia berasal dari sumber yang
satu kemudian berkembang menjadi berbagai macam warna, ras, budaya, dan
bangsa. Mereka harus tetap saling mendekati, saling menghormati dalam
interaksi sosial.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat diartikan sebagai civil society
atau masyarakat madani meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri tetapi
keduanya merujuk pada semangat yang sama sebagai masyarakat yang adil,
terbuka, demokratis, dan sejahtera dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi
yang diterapkan dalam kehidupan sosial.
Asal-usul pembentuk masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Kita harus
menyadari bahwa Islam sangat memperhatikan adab dan kesejahteraan.
Banyak diantara masyarakat yang mungkin meremehkan adab dan
kesejahteraan. Contohnya, menyakiti mereka dengan perkataan aupun
perbuatan. Padahal jika masyarakat menyadari bahwa tidak ada manusia yang
dapat hidup sendiri dan mau menjunjung tinggi adab dan kesejahteraan.

5
Rumusan Masalah:
1. Apa yang dimaksud konsep masyarakat beradab dan sejahtera?
2. Apa saja ciri-ciri masyarakat beradab dan sejahtera?
3. Bagaimana peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat
beradab?
4. Apa yang dimaksud Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam?

6
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Masyarakat :
Masyarakat adalah sejumlah individu yang masih hidup besama dalam wilayah
tertentu, bergaul dalam jangka waktu lama sehingga menimbulak kesadaran
pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.
Beradab berarti kesopanan ,kehalusan ,dan kebaikan budi pekerti.
Sejahtera berarti aman sentosa dan makmur, selamat dari gangguan dan
kesukaran.

Masyarakat beradab & sejahtera

Masyarakat yang dikehendaki adalah masyarakat yang kumpulan manusianya


terdiri atas orang-orang yang halus, sopan, dan baik budi pekertinya supaya
masyarakat tersebut selamat dan bebas dari gangguan maupun kesukaran.

Ciri-ciri masyarakat yang beradab dan sejahtera


1. Menjunjung tinggi nilai
 Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang dengan iman, ilmu,
dan tekhnologi. Itu artinya masyarakat madani hidup berdasarkan aturan-aturan
yang berlaku, seperti nilai, norma, dan hukum. Ketaatan tersebut dilandaskan
pada ilmu dan tekhnologi yang telah dipelajari dan dikembangkannya beserta
kekuatan iman atau keyakinannya kepada Sang Maha Pencipta.

2. Memiliki perabadan yang tinggi


Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan atau iman kepada Sang Maha
Pencipta, masyarakat madani telah membuktikan bahwa mereka merupakan
manusia yang memiliki peradaban, yaitu beradab atau bertata krama. Selain
bertata krama terhadap Tuhan, tentunya juga bertata krama pada sesama
manusia.

3. Mengedepankan kesederajatan dan transparansi.


Ciri masyarakat madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa status
mereka sama, baik pria atau perempuan. Transparansi atau keterbukaan berarti
mereka menjalankan hidupnya harus dengan sikap jujur dan tidak perlu ada
hal-hal yang harus ditutupi sehingga menumbuhkan rasa saling percaya antar
satu sama lain.

7
4. Ruang publik yang bebas
 Ruang public yang bebas atau dikenal dengan istilah free public
sphere merupakan wilayah yang memungkinkan masyarakat sebagai warga
negara untuk memiliki hak dan kewajiban warga negara melalui akses penuh
terhadap kegiatan politik, menyampaikan pendapat dengan status orang yang
merdeka (yang berarti bebas), berserikat atau bekerjasama, berkumpul serta
mempublikasikan pendapat dan informasi kepada publik atau masyarakat luas.

5. Supremasi hukum
 Supremasi hukum atau dalam KBBI diartikan sebagai kekuasaan tertinggi
dalam hukum memiliki arti bahwa terdapat jaminan terciptanya keadilan yang
bisa dicapai bila menempatkan hukum sebagai kekuasaan tertinggi dalam
sebuah negara. Tentu keadilan tersebut akan tercipta apabila hukum
diberlakukan secara netral, dalam artian tidak adanya pengecualian untuk
memperoleh suatu kebenaran atas nama hukum.

6. Keadilan sosial
Keadilan sosial atau social justice merupakan suatu keseimbangan dan
pembagian yang proporsional atau sesuai antara hak dan kewajiban antar warga
dan negara yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Artinya seorang warga
negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya. 

 Peranan umat beragama dalam masyarakat beradab dan sejahtera

1. Dialog untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian


2. Melakukan studi-studi agama
3. Menumbuhkan kesadaran pluralisme
4. Menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan
masyarakat madani (Suatu masyarakat yang beradab dalam
membangun,menjalani, dan memaknai kehidupannya)
5. Menjaga perdamaian
6. Saling tolong menolong
7. Bermusyawarah dalam segala urusan
8. Bersikap adil 

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Didalam kamus besar bahasa Indonesia, Hak asasi diartikan sebagai hak
dasar atau hak pokok seperti hak hidup dan hak mendapatkan perlindungan.
Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut
kodratnya, yang tak dapat dipisahkan daripada hakekatnya dan karena itu
bersifat suci.

8
Selanjutnya hak-hak asasi manusia yang dianggap sebagai hak yang
dibawa sejak seseorang lahir ke dunia adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha
Pencipta (hak yang bersifat kodratif). Oleh karena itu, tidak ada satu
kekuasaan pun di dunia yang dapat mencabutnya. Jadi, hak asasi mengandung
kebebasan secara mutlak tanpa mengindahkan hak-hak dan kepentingan orang
lain. Karena itu HAM atas dasar yang paling fundamental yaitu hak kebebasan
dan hak persamaan. Dari kedua dasar ini pula lahir HAM yang lainnya.
Kedatangan Islam di muka bumi yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW bertujuan untuk membawa rahmat bagi makhluk seisi bumi termasuk
didalamnya manusia. Menurut ajaran Islam, manusia tidak hanya menjadi
objek tapi sekaligus menjadi subjek bagi terciptanya keselamatan dan
kedamaian itu. Oleh karena itu, setiap muslim dituntut pertanggungjawaban
atas keselamatan diri dan lingkungannya. Seorang muslim harus dapat
memberikan rasa aman bagi orang lain baik dari ucapan maupun tindak-a.
Berdasarkan ini, maka penghargaan tertinggi kepada manusia dan
kemanusiaan menjadi perhatian yang paling utama dan prinsipil di dalam
Islam. Penghargaan yang tidak dibatasi oleh kesukuan, ras, warna kulit,
kebangsaan dan agama. Misalnya nilai persamaan, persaudaraan, dan
kemerdekaan merupakan nilai-nilai universal Islam yang berlaku pula untuk
seluruh umat manusia di jagad raya ini. Hal ini tercermin dari penegasan Allah
didalam kitab suci al-qur’an :

“Dan Sesungguhnya Kami telah memuliakan bani Adam (manusia) dan


Kami angkat mereka di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan” (Q.S. Al-Isra’/17:70).

Hal itu sesungguhnya manusialah yang diberikan kebebasan memilih


antara hal-hal yang baik dan yang buruk, benar dan salah, bermanfaat dan
mendatangkan mudarat dan sebagainya. Kunci dari itu semua adalah manusia
dikaruniai akal pikiran dan hati nurani (qalb). Untuk dapat menjalankan tugas
dan fungsi kekhalifahan itu setiap manusia harus mengerti terlebih dahulu hak-
hak dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan, persamaan,

9
perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan merupakan pemberian
seseorang, organisasi, atau Negara tapi adalah anugerah dari Allah yang sudah
dibawanya sejak lahir ke alam dunia. Hak-hak itulah yang kemudian disebut
dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Tanpa memahami hak-hak tersebut mustahil ia dapat menjalankan tugas
serta kewajibannya sebagai khalifah Tuhan. Namun persoalannya, apakah
setiap manusia dan setiap muslim sudah menyadari hak-hak tersebut?
Jawabnya, mungkin belum setiap orang, termasuk umat Islam menyadarinya.
Hal ini mungkin akibat rendahnya pendidikan atau sistem sosial politik dan
budaya disuatu tempat yang tidak kondusif untuk anak dapat berkembang
dengan sempurna.

Dasar-dasar Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Al-Qur’an

a.    Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat


Al-Qur’an menegaskan:

”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Dan merekalah orang-orang yang berhutang” (Q.S. Ali Imran/3:104)

b.    Hak kebebasan memilih agama


Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan kepercayaan,
Al-Qur’an menyebutkan antara lain:

“ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang


dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semua?” (Q.S
Yunus/10:99)

10
c.    Hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan sosial
Sehubungan dengan hak untuk memperoleh kesempatan yang sama ini
Al-Qur’an menyebutkan sebagai berikut :

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Baqarah/2:29)

DEMOKRASI DALAM ISLAM


Pengertian Demokrasi
Dalam teori, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh
mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.
Lincoln (1863) menyatakan “Demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat,  oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam sistem demokrasi, rakyatlah
yang dianggap berdaulat, rakyat yang membuat hukum dan orang yang dipilih
rakyat harus melaksanakan apa yang telah ditetapkan rakyat tersebut.
Selain itu, demokrasi juga menyerukan kebebasan manusia secara
menyeluruh dalam hal :
a.         Kebebasan beragama
b.        Kebebasan berpendapat
c.         Kebebasan kepemilikan
d.        Kebebasan bertingkah laku
Inilah fakta demokrasi yang saat ini dianut dan digunakan oleh hampir
semua negara yang ada di dunia. Tentu saja dalam implementasinya akan
mengalami variasi-variasi tertentu yang dilatar belakangi oleh kebiasaan, adat
istiadat serta agama yang dominan di suatu negara. Namun, variasi yang ada
hanyalah terjadi pada bagian cabang bukan pada prinsip tersebut.

Demokrasi dan Islam


Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep
tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah
memberikan kerangka yang dengannya para cendekiawan belakangan ini
mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap demokratis.
Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan

11
rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan kewajiban rakyat sebagai
pengemban pemerintahan.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual islam,
banyak perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan
politik. Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-
konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretative yang
mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik Barat, istilah-
istilah ini tidak selalu dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai
banyak konteks dalam wacana Muslim dewasa ini. Namun, lepas dari konteks
dan pemakaian lainnya, istilah-istilah ini sangat penting dalam perdebatan
menyangkut demokratisasi dikalangan masyarakat muslim.
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan
manusia. Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam
tercermin terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut
ajaran Islam, setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun
wanita adalah khalifah Allah di bumi. Dalam bidang politik, umat Islam
mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka
harus diperhatikan dalam menangani masalah negara. Kemestian
bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah, dalam
surat Al-syura ayat 38 :

“Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,


sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
(QS Asy-Syura:42/38).

Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yakni konsensus atau ijma’. Konsensus memainkan peranan yang
menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan
sangat besar pada korpus hukum atau tafsir hukum. Dalam pengertian yang
lebih luas, konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang
efektif bagi demokrasi Islam modern.
Selain syura dan ijma’, ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi Islam, yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini
merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat

12
atau waktu. Hal ini dengan jelas dinyatakan oleh Khursid Ahmad:“Tuhan
hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan memberi manusia kebebasan
untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan
semangat dan keadaan zamannya”. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk
melakukan pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis,
pendekatan kitalah yang telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya
dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk membuka jalan bagi
munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.

Dalam pengertian politik murni, Muhammad Iqbal menegaskan


hubungan antara konsensus demokratisasi dan ijtihad. Dalam bukunya The
Reconstruction of Religious Thought in Islam ia menyatakan bahwa tumbuhnya
semangat republik dan pembentukan secara bertahap majelis-majelis legislatif
di negara-negara muslim merupakan langkah awal yang besar. Musyawarah,
konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-
kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya.
   

Prinsip-prinsip demokrasi dalam islam


Pertama, Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan
keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja
disebut dalam QS. As-Syura:38 dan Ali Imran:159. Dalam praktik kehidupan
umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl
halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai
tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah.
Jelas bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan
dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah keputusan.
Dengan begitu, setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan
menjadi tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk
dari pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat
yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama.
Kedua, al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum
termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan
secara adil dan bijaksana. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara
lain dalam surat an-Nahl: 90; QS. as-Syura: 15; al-Maidah: 8; An-Nisa’: 58,
dan seterusnya. Prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan,
sehingga ada ungkapan yang berbunyi “Negara yang berkeadilan akan lestari

13
kendati ia negara kafir, sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia
negara (yang mengatasnamakan) Islam”.
Ketiga, al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang
merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya.
Penguasa tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku
otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan
demi menghindari hegemoni penguasa atas rakyat.
Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang
diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur
dan adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang
yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar
dihadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu pemerintah
harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan
adil. Sebagian ulama’ memahami al-musawah ini sebagai konsekuensi logis
dari prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-Qur’an yang sering
digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13.
Keempat, al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang
diberikan seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau
amanah tersebut harus dijaga dengan baik. Dalam konteks kenegaraan,
pemimpin atau pemerintah yang diberikan kepercayaan oleh rakyat harus
mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan penuh rasa tanggung
jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil seperti ditegaskan Allah
SWT dalam Surat an-Nisa’:58.
Karena jabatan pemerintahan adalah amanah, maka jabatan tersebut tidak
bisa diminta, dan orang yang menerima jabatan seharusnya merasa prihatin
bukan malah bersyukur atas jabatan tersebut. Inilah etika Islam.
Kelima, al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui
bahwa, kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yangh harus diwaspadai,
bukan nikmat yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang
pemimpin atau penguasa harus dipenuhi.  Dan kekuasaan sebagai amanah ini
mememiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan
di depan rakyat dan juga amanah yang harus dipertenggungjawabkan di depan
Tuhan.
Seperti yang dikatakan oleh Ibn Taimiyyah, bahwa penguasa merupakan
wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia dan sekaligus wakil umat manusia
dalam mengatur dirinya. Dengan dihayatinya prinsip pertanggungjawaban (al-
masuliyyah) ini diharapkan masing-masing orang berusaha untuk memberikan
sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas. Dengan demikian,
pemimpin/penguasa tidak ditempatkan pada posisi sebagai sayyid al-

14
ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim al-ummah (pelayan umat).
Dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa menjadi pertimbangan
dalam setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa, bukan sebaliknya
rakyat atau umat ditinggalkan.
Keenam, al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang,
setiap warga masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan
pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan
memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf wa
an-nahy ‘an al-‘munkar, maka tidak ada alasan bagi penguasa untuk
mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan
tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial bagi
tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu masyarakat,
maka kezaliman akan semakin merajalela.
Ada beberapa alasan mengapa islam disebut sebagai agama demokrasi,
yaitu sebagai berikut:
1)        Islam adalah agama hukum, dengan pengertian agama islam berlaku bagi
semua orang tanpa memandang kelas, dari pemegang jabatan tertinggi hingga
rakyat jelatah dikenakan hukum yang sama. Jika tidak demikian, maka hukum
dalam islam tidak berjalan dalam kehidupan.
2)        Islam memiliki asas permusyawaratan “amruhum syuraa bainahum” artinya
perkara-perkara mereka dibicarakan diantara mereka. Dengan demikian, tradisi
bersama-sama mengajukan pemikiran secara bebas dan terbuka diakhiri dengan
kesepakatan.
3)        Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan manusia tarafnya tidak
boleh tetap, harus terus meningkat untuk menghadapi kehidupan lebih baik di
akhirat.
Jadi, prinsip demokrasai pada dasrnya adalah upaya bersama-sama untuk
memperbaiki kehidupan, kareana itulah islam dikatakan sebagai agama
perbaikan “diinul islam” atau agama inovasi. Untuk itu, islam selau
menghendaki demokrasi yang merupakan salah satu ciri atau jati diri islam
sebagai agama hukum.

15
KESIMPULAN
Untuk mewujudkan masyarakat beradab dan agar terciptanya
kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat
suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat
menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
Agar didalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapaun
beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan materi diatas
ialah bahwa didalam mewujudkan masyarakat beradab dan kesejahteraan umat
haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh
Rasulullah SAW. Kepada kita sebagai umat akhir zaman.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/336265594/Peran-Umat-Beragama-
Dalam-Mewujudkan-Masyarakat-Beradab-Dan-Sejahtera

http://masyarakatmadaniyangberadab.blogspot.com/2015/12/masyarakat-
yang-madani-modern.html

https://guruppkn.com/ciri-ciri-masyarakat-madani

http://tutiyuniatun.blogspot.com/2014/02/makalah-ham-dan-demokrasi-
dalam-islam.html
http://masyarakatdlmislam.blogspot.com/

17

Anda mungkin juga menyukai