SUMBER-SUMBER AGAMA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Agama
Disusun Oleh :
kekurangan dan kesalahan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan dan kemampuan
kami sendiri. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri,
PENULIS
DAFTAR ISI
Halamanu
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Rumusan Masalah................................................................................... 1
Tujuan Masalah....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
Agama Islam...........................................................................................3
Kesimpulan............................................................................................. 26
Saran....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 27
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis mengambil tujuan
sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui bagaimana itu islam.
2. Ingin mengetahui sumber ajaran islam dari Al-Qur’an.
3. Ingin mengetahui sumber ajaran islam dari Al-Hadits.
4. Ingin mengetahui sumber ajaran islam dari Ijtihad
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama Islam
1. Pengertian Islam
Kata islam memiliki banyak akar kata, menurut Fazlur Rahman;
a. Kata Islam berasal dari kata s-l-m yang berarti merasa aman, utuh dan
integral kata kerja ini tidak populer digunakan oleh Al-Qur’an.
b. Kata silm yang berarti damai.
c. Salam yang bermakna utuh sebagai lawan dari pemilihan-pemilihan.
Kata salam juga dimaknai dengan damai, aman, ucapan salam.
d. Aslama bermakna menyerahkan dirinya, memberikan dirinya.
Jadi seorang yang memperoleh atau melindungi atau
mengembangkan keutuhan dirinya, integritasnya dengan menyerahkan diri
kepada hukum Tuhan disebut dengan Muslim dalam Al-Qur’an dinyatakan
bahwa alam juga termasuk muslim, karena kepatuhannya terhadap hukum
alam (sunatullah). Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Secara Umum
1. Islam berarti ketundukan terhadap hukum-hukum Alam (sunatullah).
Hukum alam adalah ciptaan Allah, maka alam beserta isinya tunduk
patuh kepada Allah dan meraka disebut muslim. Rela atau tidak
manusia dan alam harus patuh pada sunatullah.
2. Ketundukan terhadap ketentuan Tuhan yang tertulis yang disebut
syariah. Dalam mentaati syariah manusia diberi kebebasan memilih
dan menentukan, jika memilih tunduk berarti muslim dan mendapat
keselamatan dan ridha Allah, jika memilih tidak tunduk berarti ia kafir
dan temazuk kepada orang zalim.
b. Secara Khusus
Islam yang ditulis dengan huruf “I” menunjuk pada agama
terakhir yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad untuk
disampaikan pada seluruh manusia. Agama islam mempunyai hubungan
yang tak terpisahkan dengan agama nabi sebelumnya, karena islam
diturunkan sebagai puncak dan akhir dari semua agama.
Islam melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri seerta
perdamaian diantara sesama manusia dan lingkungannya. Kata Islam,
makna aslinya adalah “masuk dalam perdamaian”. Muslim adalah orang
yang damai dengan Allah SWT. dan damai dengan manusia. Damai
dengan Allah SWT. artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendak
Allah SWT. damai dengan manusia adalah menghindari berbuat jahat
dan menghiasi diri dengan berbuat baik kepada sesamanya.
Secara terminologis, islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diberikan oleh Allah SWT. kepada manusia memalui para utusan-Nya.
Islam adalah agama yang dibawa oleh para nabi pada setiap zaman yang
terakhir pada Muhammad SAW.
2. Peranan Agama Islam dalam Kehidupan
Agama islam sangatlah memiliki peran penting dalam kehidupan,
contoh nya yaitu;
a. Menentramkan batin
Berdasarkan akar katanya (salima). Islam berarti sejahtera.
Oleh karena itu orang yang mempelajari ajaran islam akan dapat
menikmati kesejahteraan, akan mendapatkan ketentraman batin serta
jauh dari ketakutan dan kekhawatiran dalam menjalani kehidupannya.
b. Sebagai landasan peradaban
Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk
berkembang dalam sejarah kehidupannya telah mampu menciptakan
sebuah peradaban yang silih berganti dari generasi ke generasi
berikutnya.
Dalam sejarah peradaban tiap bangsa-bangsa, kita bisa
menemukan peradaban yang telah dibangun tersebut akhirnya hancur.
Hal ini disebabkan adanya tabiat manusia yang cenderung kepada
mementingkan diri sendiri, yang pada akhirnya muncul permusuhan
dan pertumpahan darah demi memenuhi kepentingan tersebut.
c. Sebagai kekuatan pemersatu
Islam sebagai agama Rahmatan lil’alamin bukan saja
menciptakan kesatuan antar bangsa-bangsa dalam batas wilayah
tertentu saja melainkan merupakan sebuah kekuatan yang
mempersatukan seluruh bangsa tanpa adanya batasan wilayah.
d. Sebagai kekuatan rohani
Sejarah kehidupan manusia yang selalu dihiasi dengan
kepercayaan hal-hal yang berbau tahayul, kebodohan, perbuatan
mesum yang amat kotor, kebiasaan buruk yang berabad-abad lamanya
telah berubah menjadi peradaban yang santun, bermoral, dan
bermartabat. Hal ini membuktikan bahwa islam merupakan kekuatan
rohani yang sangat besar, karena telah mampu membebaskan manusia
dari kekuatan dirinya yang bersumber dari hawa nafsu.
e. Menjawab segala problem kehidupan
Islam bukan saja merupakan kekuatan rohani yang mampu
memanusiakn manusia di dunia, melainkan islam juga memberi jalan
pemecahan berbagai persoalan yang kompleks yang dihadapi manusia.
dua hal yang tidak luput dari perhatian islam diantaranya masalah
yang berhubungan dengan harta dan kehidupa seksual.
B. Sumber Ajaran Islam dari Al-Qur’an
1. Pengertian
َف ِإَذ ا َق َر ْأ َنا ُه َف ا َّت ِب ْع ُق ْر آَنُه
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah “
bacaannya itu”. (Q.S. Al-Qiyamah:18)
Secara etimologis Al-Qur’an berarti “bacaan” atau yang dibaca,
berasal dari kata “qara-a” yang berarti “membaca” (Q.S. 75:18). Menurut
Quraish Sihab, Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan yang sempurna”.
Kesempurnaan Al-Qur’an diantaranya adalah bacaan yang terkandung di
dalamnya memberikan pengaruh kepada kehidupan umat manusia selama
lima belas abad terakhir. Seorang orientalis H.A.R Gibb pernah menulis
bahwa “tidak ada seorangpun dalam seribu lima ratus tahun ini telah
memainkan ‘alat’ bernada nyaring yang demikian mampu dan berani dan
demikian luas getaran jiwa yang ditimbulkannya. Seperti yang dibaca
Muhammad SAW. yaitu Al-Qur’an.
Secara etimologis Al-Quran berarti qalam Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW dengan bahas arab melalui malaikat Jibril
sebagai mukjizat dan argumentasi dalam mendakwahkan kerasullannya dan
sebagai pedoman hidup untuk mencapai kedamaian dunia akhirat. Firman
Allah SWT,
َتنِزياًل َو َنَّز ْلَٰن ُه ُم ْك ٍث َع َلٰى ٱلَّناِس َع َلى ِلَتْقَر َأ ۥُه َفَر ْقَٰن ُه َو ُقْر َء اًنا
“Dan ini adalah quran yang kami buat beda, agar engkau membacakan
itu kepada manusia dengan perlahan lahan, dan kami menurunkan itu
setahap demi setahap.” (QS. 17:106.)
Menurut Dr. Daud al-Aththar (1979) Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, secara lahfadzh (lisan),
makna serta gaya bahasa (uslub) nya, yang termaktub dalam mushaf yang
dinukil darinya secara mutawatir. Deifinisi diatas mengandung beberapa
kekhusussan sebagai berikut:
1. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, tidak ada satu katapun yang datang
dari perkataan atau pikiran dari Nabi Muhammad SAW.
2. Al-Qur’an terhimpun dalam miushaf, artinya Al-Qur’an tidak
mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk
hukum-hukum yang kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri.
3. Al-Qur’an dinukil secara mutawatir, artinya Al-Qur’an disampaikan
kepada orang lain secara terus menerus, mereka tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berada
tidak pada satu tempat.
Al-Qur’an adalah sumber asli dari semua ajaran dan syariat islam yang
diturunkan oleh Allah SWT, kepada Rasulullah SAW, sebagai mana
firmannya
“segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-
kitab (Al-Qur’an) dan dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya . “
(Q.S. Al-kahfi : 1)
b. Al-Furqan, artinya sebagai pemisah (Al-Furqan :1. )
3. Syarat-syarat Mujtahid
Mujtahid adalah seseorang yang boleh menetapkan suatu hukum
Ijtihad. Tentu saja tidak sembarangan orang, karena Ijtihad dilakukan oleh
orang yang memiliki kualifikasi ilmu tertentu dengan aturan tertentu pula.
Berikut merupakan syarat-syarat seorang Mujtahid:
a. Memiliki Integritas keimanan yang kuat
b. Mengetahui isi Al-Qur'an dan Hadist yang berkenaan dengan hukum
c. Mengetahui bahasa Arab dengan berbagai ilmunya.
d. Mengetahuin kaidah kaidah ushuliyah (berbahasa) yang luas karena ilmu
ini menjadi dasar ber-Ijtihad.
e. Mengetahui contoh-contoh Ijtihad jaman dahulu
f. Mengetahui ilmu riwayah yang berkenaan dengan kaedah-kaedah ke asihan
Hadist
g. Mengerti rahasia tasyri, yaitu kaedah yang menerangkan tujuan syara'
dalam meletakkan beban taklif kepada mukkalah.
4. Macam-macam Ijtihad
1. Qiyas
Menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan lainnya dan
mempersamakannya. Menurut istilah adalah menetapkan sesuatu perbuatan
yang belum ada ketentuan hukumnya, berdasarkan sesuatu hukum yang sudah
ditentukan oleh nash, disebabkan oleh adanya persamaan diantara keduanya.
Contohnya arak, bir binatang dan narkoba.
2. Ijma’
Menurut bahasa adalah sepakat, setuju atau sependapat. Sedangkan
menurut istilah adalah kebulatan pendapat atau kesepakatan semua ahli ijtihad
umat setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada suatu masa tentang suatu
hukum. Contoh mengangkat Abu Bakar As-siddiq sebagai khalifah pertama,
fatwa majlis ulama Indonesia pada 7 Maret 1981 mengharamkan mengikuti
natal bersama bagi umat Islam.
3. Istihsan
Adalah menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiyah
atas dasar prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berkaitan dengan kebaikan,
keadilan, kasih sayang dan sebagainya dari Al-Qur’an.
Menurut Qiyas yang haid atau junub haram hukumnya membaca Al-
Qur’an. Adapaun menurut Istihsan untuk kepentingan wanita karena haid
yang waktunya lama maka boleh membaca Al-Qur’an.
4. Mashlahatul Mursalah
Adalah menetapkan hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiyah atas
dasar pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan
syariat islam, sekalipun tidak ada dalil-dalil secara ekplisit dari Al-Qur’an
dan Hadits. Contohnya menulis Al-Qur’an dan membukukannya, tanah di
Irak ketika Islam masuk tetap milik penduduk tetapi harus bayar pajak,
adanya surat nikah, peringatan maulid Nabi, isra’ mi’raj, nuzulul qur’an, juga
1 Muharram, membangun rumah tahanan, dan mencetak uang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama islam merupakan agama terakhir, islam diketahui memiliki karakteristik
yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui
berbagai literature yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai
pengertian agama islam, sumber, dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk
memahaminya. Dalam upaya memahami ajaran islam, berbagai aspek yang
berenaan dengan islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan
pemahaman islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas
pemahaman keislaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan
tindakan keislaman yang bersangkutan. Dalam ajaran agama islam itu sendiri
tedapat empat sumber ajaran yang dimana keempat hal tersebut selalu berkaitan,
diantaranya Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad yang didalamnya terdapat dua
macam yaitu Ijma dan Qiyas.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lagi focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabakan.
DAFTAR PUSTAKA
Suryana, Toto A.F. 2008. Islam, Pola Pikir, Perilaku dan Amal. Bandung :
CV.MUGHNI SEJAHTERA.
Sathory, Abdullah. 2013. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Cirebon.
Ramli. 2003. Memahami Konsep Dasar Islam. Semarang: UPT UNNES PRESS.
Anwar, Syahrul. 2010. Ilmu Fiqih & Ushul Fiqih. Bogor: Ghalia Indonesia.