Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TENTANG ISLAM SEBAGAI JALAN HIDUP

Di susun oleh

Binty Romatul Fitriyah

Rizky Kharis Habibi

Fakultas / Prodi : Ekonomi / Akuntansi

Semester : Genap /II

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS WAHIDIYAH

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,atas limpahan nikmat, rahmat,

taufik, serta hidayahnya dan syafaat tarbiyah Rasulullah SAW, barokah nadhroh beliau Ghoutsu

Hadzaz Zaman RA, serta doa restu Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid

RA, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh,

pembuatan makalah tentang islam sebagai jalan hidup manusia dapat kami selesaikan.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa teknis maupun isinya

masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan semoga penyajian yang

sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang

membacanya.

Dalam laporan ini penulis banyak mendapat masukan dan bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Hafidz Akhiruddin S.Sy, sebagai Dosen pengampu mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Penulis tidak dapat membalas atas semua jasa dan kebaikannya selain ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya teriring doa : “ jazaakumullaahu khoiroti wa

sa’aadatidunya wal aakhiroh”. Amin.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang Masalah .................................................................

B. Rumusan Masalah ........................................................................

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................

D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

A. Islam sebagai Jalan Hidup Manusia ............................................................ 3

B. Tujuan Penciptaan Manusia ....................................................................... 12

C. Nilai-nilaiAajaran Agama Islam dalam Bermasyarakat ............................. 15

D. Sifat-sifat Orang Mukmin dalam Surah Al mukminun ...............................

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 19

A. Kesimpulan .................................................................................... 19

B. Saran ............................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan

menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. agama akan memelihara manusia dari segala bentuk

perilaku menyimpang, dan menjauhkanya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan

membuat hati manusia menjadi jernih, halus, dan suci. Di samping itu, agama merupakan

benteng pertahanan bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai macam perilaku yang tidak

sesuai dengan norma- norma yang berlaku di masyarakat.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw, diyakini dapat menjamin

terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai

petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara

lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.

Islam merupakan agama yang membawa kedamaian, rasa persaudaraan, cinta kasih, dan

tolong menolong. Agama yang telah di ridhai oleh Allah swt. kepada hambanya. dalam Al

Quran, semua Nabi memilih islam sebagai agama mereka untuk mencapai tujuan akhir dari

kehidupan mereka, yaitu kehidupan akhirat.

Sebagai ummat islam kita tentunya harus memahami makna dari agama yang kita anut.

Karena dengan mengerti makna dan maksud dari ajaran islam, maka di harapkan kita akan

senatiasa melaksanakan kewajiban kita sebagai umat islam dengan penuh keikhlasan dan

kekhusyuan.
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan mengenai tentang islam sebagai jalan hidup manusia ?

2. Jelaskan mengenai tentang tujuan penciptaan manusia ?

3. Jelaskan Nilai-nilai ajaran agama islam dalam bermasyarakat?

4. Jelaskan sifat-sifat orang mukmin dalam surah al-mukminun ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui islam sebagai jalan hidup manusia

2. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia

3. Untuk mengetahui nilai-nilai ajaran agama islam dalam bermasyarakat

4. Untuk mengetahui sifat-sifat orang mukmin dalam surah al-mukminun

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Dari hasil penelitian penulis dapat menambah wawasan dan dapat mengetahui tentang

islam sebagai jalan hidup manusia.

2. Bagi Pembaca

Menambah informasi tentang islam sebagai jalan hidup manusia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam sebagai jalan hidup manusia

Islam memberikan konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek

kehidupan 9minhajul hayah) dengan konsepsi yang benar.

1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)

QS Al Baqoroh ayat 255 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan

dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak

tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi

Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang

mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-

Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,

dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya;

kekuasaan wewenang dan hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di

akhirat; tentang nabi dan Rasul; atentang alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan

sesudah mati; alam barzah; kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua

dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah

2. Akhlak (al-akhlaqi)

QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan

bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi

mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

dan QS Ar Ra’d ayat 28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya, sesama manusia dan alam semesta. Aqidah

islamiyah akan membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan menghindari yang

buruk”.

3. Tingkah laku (as-suluki)

QS Surat Al Baqoroh ayat 138 “Shibghah Allah*). dan siapakah yang lebih baik

shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah”.*) Shibghah

artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak

disertai dengan kemusyrikan. Yakni tindakan psikomotorik yang bersumber dari aqidah dan

akhlak-Nya. Sistem Islam mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi mulia dan

terhormat.

4. Perasaan (asy-syu’uri)

QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada

peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui” fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri

beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah

wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. QS Asy

Syu’araa’Surat 26 ayat 192 – 195 yaitu “192. Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar

diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194.

Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang

memberi peringatan, 195. Dengan bahasa Arab yang jelas.” Yakni perilaku jiwa dalam

merespon segala sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam secara
sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi yang lembut, sensitif, tegas dan

welas asih sesuai konteks yang melatarbelakangi.

5. Pendidikan (at-tarbawi)

QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151 “ Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan

nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang

membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al

Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. QS Ali

‘Imran surat ke 3 ayat 164. “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang

beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri,

yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan

mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan

Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” QS surat Al Jumu’ah ayat 2.

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang

membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab

dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan

yang nyata:” Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan

pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut hany berhasil

melalui pendidikan yang Islami.

6. Sosial (Al-ijtima’i)

Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang

berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas

kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman

kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman. 3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan

perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak

dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu

diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028] 4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-

wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,

Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima

kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. 5. Kecuali

orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina),

padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian

orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk

orang-orang yang benar. 7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia

termasuk orang-orang yang berdusta[1030]. 8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh

sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-

orang yang dusta. 9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu

termasuk orang-orang yang benar. 10. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya

atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu

akan mengalami kesulitan-kesulitan).”

[1028] maksud ayat Ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina,

demikian pula sebaliknya.

[1029] yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang suci, akil balig

dan muslimah.
[1030] maksud ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak

mengajukan empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia

adalah benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan kena

laknat Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan Li’an.

Interaksi sosial manusia tidak lepas dari sentuhan Islam. Islam mengatur sedemikian sehingga

tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang dan bebas dari permusuhan.

7. Politik (as-siyasi)

Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,

membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu

ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang

Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan

aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu

umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka

berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu

diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48) Sebagai

khalifah Allah di buim, kita tidak akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun

obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan berpolitikitu.

Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat

urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama

dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya

dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi

dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan
masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang

tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.

Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik,

disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna,

perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul

Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).

Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi

kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung

kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada

dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan

pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas

atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.

Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja

dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan

beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing,

halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk

Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang

yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh

bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau

komprehensif.

Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem

yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam
untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap istiqamah

dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap menjaga integritas diri.

Baina Ad-Dakwah Was Siyasah

Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan

menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya

yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam

perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.

Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini

adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai

keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik.

Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:

“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia

adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau

rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau

keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia

adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar

dan ibadah yang shahih ( benar).”

Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara

komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia

seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh, politikus (aleg) dan

eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis

dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah
8. Ekonomi (al-istishadi)

Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia melakukan

kegiatan ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk memenuhi

kesengangan sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.

9. Militer (al-’askari)

Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya

10. Peradilan (al-jina-i)

Manusia diberi hak membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik perdata maupun

pidana

B. Tujuan Penciptaan Manusia

Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan

ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa

tujuan Allah swt menciptakan kita...

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

(menyembah) kepada-Ku".(QS. 51:56).

Kini jelaslah, bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin hanyalah untuk mengabdi &

menyembah Allah, beribadah kepada Allah semata.

1. Makna Ibadah

Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala

perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak)

maupun bathin (tersembunyi).

Namun ada sebagian orang yg kurang benar dalam memahami arti dari ibadah. Mereka

menganggap ibadah hanyalah terbatas pada ibadah ritual yg tercantum dalam rukun Islam, yaitu
syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Padahal sebenarnya ibadah sendiri tidak mempunyai arti

sesempit itu. Sebaliknya rukun Islam inilah yg seharusnya menjadi titik tolak bagi seorang

muslim dalam merealisasikan ibadah dalam seluruh aspek kehidupannya.

Muhammad Quthb dalam sebuah bukunya menuliskan: "Perasaan seorang muslim dalam

perjalanan mencari rizki, mencari ilmu, mengupayakan kemakmuran bumi dan setiap aktivitas

fisik, akal dan jiwanya adalah (bisa bernilai) ibadah. (Nilai) Ibadah yg dilaksanakan dengan

keikhlasan yg sama dengan keikhlasan untuk melaksanakan (ibadah) shalat." Ternyata menuntut

ilmu, mendidik & membesarkan anak, bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan

menyingkirkan duri dari jalanan pun bisa mempunyai nilai ibadah. Tentunya ada syarat-syarat

tertentu, hingga sesuatu yg kita kerjakan dinilai Allah sebagai ibadah.

2. Syarat Diterimanya Ibadah

Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:

1. Lillah, yaitu niat yg ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata, niat hanya untuk

mencarikeridhaan Allah swt.

2. Billah, yaitu pelaksanaannya seperti yg diperintahkan Allah dan yg dicontohkan oleh

Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh bagaimana Rasulullah shalat, puasa,

bersillaturrahiim, bertetangga, bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.

3. Illallaah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata. Firman

Allah: Dan di antara manusia ada orang yg mengorbankan dirinya karena mencari

keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)

Jika salah satu saja syarat di atas tidak terpenuhi dalam melaksanakan peribadatan kepada Allah

swt, maka ibadah tersebut tertolak dan tidak bernilai ibadah di sisi Allah swt.
3.Bekerja & Mengerjakan Hal yang Mubah Bisa Bernilai Ibadah di Sisi Allah SWT

Melaksanakan suatu aktivitas kebaikan (hal yang halal atau mubah) di luar

peribadatan misalnya bekerja mencari nafkah, maka syarat minimal yg harus terpenuhi agar

pekerjaan tersebut dapat bernilai ibadah di sisi Allah swt adalah memenuhi persyaratan ‘lillah’

yaitu niat yang ikhlash, niat untuk menafkahi keluarga, niat mencari rezeki yang baik & halal,

...niat untuk mencari keridhaan Allah swt.

Rasulullah saw bersabda: "Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung pada

niat..." (HR. Bukhari-Muslim).

Contoh, seseorang yg pergi bekerja dengan niat hanya untuk mencari dunia semata atau untuk

menumpuk harta semata tanpa dibarengi niat yg lebih dari itu, yaitu niat ikhlash atau niat untuk

menafkahi anak dan istri dengan rizki yg baik & halal, maka gugurlah nilai ibadah dari usaha

kerja tersebut walaupun dia berhasil memperoleh apa yg dia inginkan atau niatkan yaitu uang

atau harta.

Makan juga akan bernilai ibadah jika kita niatkan bahwa dengan makan maka kita akan menjadi

sehat dan kuat sehingga kita akan selalu siap untuk beraktivitas, berfikir dan beribadah dengan

baik.

Maka... Jangan sia-siakan segala bentuk aktifitas kebaikan kita sehari-hari walau hanya

menyingkirkan duri dari jalanan, ber-niatlah-lah dengan ikhlash, maka insya allah semua

aktivitas kita bisa bernilai ibadah & pahala di sisi Allah swt. Dan jangan lupa ucapkanlah

basmallah atau do'a-do'a yang dicontohkan Rasulullah saw.

4.Taqwa adalah tujuan Ibadah.

"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yg telah menciptakanmu dan orang-orang yg


sebelummu, agar kamu bertaqwa". (QS. 2:21)

Ayat tersebut menerangkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk insan yg

bertakwa. Jika ibadah itu tidak menghasilkan takwa, maka perlu ditinjau kembali kebenaran niat

& pelaksanaan ibadah tersebut. Apakah sudah benar ia berniat dengan ikhlash mencari ridho

Allah, apakah cara pelaksanaannya sudah sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah,

dsb. Hasil dari takwa seorang muslim yg telah mampu mencapai derajat takwa akan diberi

Allah beberapa hal, diantaranya:

1. Furqan, yaitu pembeda antara yg haq dan yg bathil. "Hai orang- orang beriman, jika

kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan ..." (QS.

8:29). Banyak orang yg kini melihat sesuatu yg bathil itu seperti yg haq dan sebaliknya

sesuatu yg haq itu seperti yg bathil hingga terjadi percampuran antara haq & kebathilan.

Disinilah urgensi furqaan, yg dengannya kita dapat membedakan dan melihat dengan

jelas bahwa sesuatu yg haq itu haq dan yg bathil itu bathil.

2. Jalan keluar, rizki dan kemudahan. "...Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya

Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tidak

disangka-sangkanya ... Dan barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Allah

menjadikan baginyakemudahan dalam urusannya". (QS. 65:2,3,4). Misalnya sebuah

keluarga berada dalam kesulitan ekonomi. Tiba-tiba secara tidak disangka-sangka

keluarga tersebut mendapat hadiah yg dapat mereka gunakan untuk meringankan beban

ekonomi tersebut. Inilah rizki yg Allah janjikan bagi orang yg bertakwa.

3. Berkah atau kebaikan yg banyak. "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman

dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan

bumi, ..." (QS. 7:96). Sepiring makanan yg mempunyai berkah akan dapat mengenygkan
sekeluarga. Sebalik-nya, makanan yg tidak mengandung berkah tidak akan dapat

mengenygkan, walaupun hanya satu orang.

4. Ampunan & Surga. Dan bersegera-lah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada

surga yg luasnya seluas langit dan bumi yg disediakan untuk orang-orang yg bertaqwa,

(QS. 3:133) Selain itu masih banyak lagi hasil dari takwa yg disebutkan dalam Al-Quran.

Siapakah yg ingin mendapat anugerah tersebut? Berusahalah menjadi manusia yg

bertakwa dengan jalan taat beribadah kepada-Nya.

C. Nilai-nilai ajaran agama islam dalam bermasyarakat

Usia agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjangkau lebih

1400 tahun. Kemandirian Islam beradaptasi dengan perubahan zaman, masa dan pemikiran

manusia tidak mencalarkan sifatnya malahan ia menjadi agama yang unggul dan paling cocok

dengan fitrah kemanusiaan manusia.

Namun, di kalangan umat Islam mereka menjelaskan intipati akidah melalui kehidupan yang

berbeza. Ini adalah kerana Islam telah meresapi semua kebudayaan bangsa sehingga proses

asimilasi telah meruntuhkan ketegaran budaya aslinya. Misalnya, masyarakat Islam di negara

China tidak mempraktiskan Islam seperti masyarakat Islam di Negara Arab. Begitu juga,

masyarakat Islam di Eropah mengamalkan Islam dalam kontek yang berbeza daripada

masyarakat Islam di asia khususnya Malaysia dan Indonesia. Momennya, berlaku hubungkait di

antara masyarakat ini ialah pendasaran pada sunnahtullah iaitu al-Quran dan sunnah walau

apapun kontek dan suasana masyarakatnya.


Kertas kerja ini mencirikan sifat-sifat umum masyarakat Islam yang mengakari kemusliman

mereka. Bahkan kehilangan sifat-sifat ini akan mencacatkan radiasi keabsahan Islam pada

seseorang individu dan seluruh masyarakatnya.

1. Masyarakat yang dibina atas akidah Tauhid

Allah SWT mengutuskan para rasul untuk membebaskan manusia daripada syirik iaitu

menyembah Tuhan selain Allah. Tauhid menjadi intipati utama dakwah para rasul khususnya

para rasul yang tergolong sebagai Ulul Azmi. Misalnya, Nabi Ibrahim AS berdakwah kepada

kaumnya (Raja Namrud), begitu Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS sehinggalah Nabi

Muhammad SAW.

Misi Rasulullah SAW di Mekah selama 13 tahun adalah membebaskan masyarakat Arab Jahiliah

daripada perbuatan syirik. Ayat-ayat Makiyyah menyeru kepada mengesakan Allah. Dalam

Surah al-Kafirun misalnya menegaskan bahawa orang-orang yang beriman amat berbeza dengan

orang kafir. Sifat utama orang beriman adalah beriman kepada Allah, para malaikat, kitab, para

rasul, hari kiamat, qodho’ dan qodar. Mereka membuang segala perbuatan yang menyerupai

orang-orang kafir. Percaya dan yakin bahawa peranan mereka adalah sebagai hamba dan

khalifah Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan rasul.

Tauhid juga bermaksud orang-orang beriman meletakkan Allah dan Rasulullah SAW sebagai

matlamat utama melebihi perkara lain. Seperti sifat Abu Bakar As-Siddiq kala dipukul kafir

Quraisy tetapi masih bertanyakan Rasulullah SAW apabila tersedar daripada pengsan. Ini

menunjukkan kasih dan cintanya kepada Rasulullah SAW melebihi dirinya sendiri.

Masyarakat Islam juga adalah masyarakat yang teguh serta sanggup menggadaikan

nyawa demi keyakinan terhadap Allah dan rasul seperti keluarga Yasir dan Sumayyah yang
meningga dunia di tangan musuh serta keteguhan Bilal bin Rabah mempertahankan akidahnya

walaupun disiksa oleh Abu Jahal.

Masyarakat Islam berteraskan akidah telah dimodelkan oleh para sahabat baginda SAW yang

mula – mula memeluk Islam. Mereka sanggup dimusuhi saudara kerana memilih Islam, mereka

memilih untuk hidup melarat dan miskin serta berjuang harta dan nyawa demi Islam, pasukan

Muhajirin sanggup meninggalkan kampung halaman serta keluarga yang dicintai termasuk

Zainab, Puteri sulung Rasulullah SAW. Beliau tinggalkan suaminya Abu Al- Ash yang masih

musyrik kerana menyahut seruan Allah membuka tapak baru di Madinah.

Masyarakat berteraskan akidah yang benar hanya akan menggunakan al-Quran dan sunnah

sebagai panduan hidup. Selain keduanya, mereka akan menolak. Bahkan prinsip akidah Islam

yang tegas tidak akan membenarkan umatnya bertoleransi dengan agama lain apatah lagi

merayakan hari-hari kebesaran mereka. Kisah-kisah pejuang Islam sepanjang zaman yang teguh

mempertahankan akidah boleh menjadi tauladan kepada umat Islam sekarang seperti perjuangan

Badiuzzaman Sa’id Nursi, Hassan al-Banna, Syed Qutb, Tok Kenali dan lain-lain.

2. Masyarakat Yang Benar

Kesan daripada akidah Tauhid yang mendokongi iman adalah ibadah, amal, akhlak dan

sikap yang ikhlas dan benar. Dr Wahbah az-Zuhaili dalam bukunya Akhlak Muslim

menjelaskan bahawa sifat benar hanya terdapat pada orang mukmin. Firman Allah Taala

bermaksud;

‘Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-

orang yang benar’ Surah at-Taubah;119

Allah juga menyebut dalam surah al-Ahzab ayat 35 tentang sifat orang beriman bermaksud; ‘

Lelaki-lelaki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.’


Sebaliknya, mereka yang beriman tetapi tidak berkelakuan as-Siddiq atau benar, Allah

menyifatkan mereka sebagai al-mukazzibin (penipu). Sifat penipu atau tidak amanah termasuk

sebagai sifat munafik. Dalam surah as-Soff menyebutkan; Wahai orang-orang yang beriman

mengapa kamu mengata sesuatu yang tidak kamu laksanakan? Perbuatan tidak amanah sangat

besar dosanya di sisi Allah.

Daripada diri mukmin yang benar dan bersih, akan melahirkan keluarga dan ahli

masyarakat yang baik. Tauladan ini boleh diambil daripada kisah-kisah para solihin yang telah

melahirkan generasi gemilang kerana mengamalkan Islam (bersih) dalam kehidupan. Contohnya,

Maryam, ibu Nabi Isa AS. Seorang wanita yang suci dan bersih dan mengabdikan diri kepada

Allah SWT. Keturunan seorang soleh bernama Imron, anak saudara Zakaria dan Yahya AS.

Daripada generasi anbiyai ini lahirlah Nabi Isa AS. Kisah para ulama masa kini, ibubapa mereka

adalah orang-orang yang benar dan bersih. Contoh lain, kisah Badiuzzaman Sa’id Nursi, bapanya

seorang yang warak dan hanya memberi makanan yang halal kepada anak-anak termasuk

binatang ternakannya juga dipastikan makan rumput yang halal. Manakala Ibu Sa’id Nursi hanya

menyusukan anak-anaknya dalam keadaan bersih dan berwudhuk . Begitu juga para imam

seperti Imam Syafie, Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ghazali, semuanya lahir daripada

kehidupan yang mengamalkan kebenaran Islam.

Masyarakat Islam juga benar dalam tindakan, percakapan dan pemikiran. Hanya bercakap

perkara-perkara yang baik dan benar. Tidak berlaku zalim seperti mengamalkan rasuah,

memakan harta anak yatim, mengabaikan tanggungjawab dan 1001 perkara yang bertentangan

dengan kebenaran.

Hadis Rasulullah SAW bermaksud; Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya.

Justeru, masyarakat Islam yang mengambil siri tauladan Islam bermakna menjadikan kebenaran
sebagai rujukan kehidupannya, Manakala selainnya adalah kesesatan.

3. Masyarakat yang dikukuhkan dengan persaudaran (ukhwah)

Allah SWT menciptakan manusia daripada tubuh yang satu iaitu Nabi Adam AS.

Justeru, percaturan fitrah manusia seperti bentuk fizikal, naluri dan perasaan, kecenderungan

adalah sama sahaja. Malah, Allah telah berfirman yang bermaksud Allah tidak menilai seseorang

itu berdasarkan keturunan, bangsa, warna kulit tetapi hanya sifat taqwa. Justeru, kebersamaan

itulah yang mengikat manusia untuk tunduk kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan Tuhan

sekalian alam.

Sesiapa yang beriman kepada Allah SWT maka ia telah disatukan dalam persaudaraan

Islam. Malah baginda SAW pernah mengatakan bahawa orang-orang beriman itu ibarat satu

tubuh, jika salah satu anggotanya sakit maka sakitlah seluruh tubuh. Tauladan dipetik daripada

peristiwa hijrah yang telah menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah. Umat Islam di

zaman Rasulullah SAW bersatu mempertahankan akidah. Berkongsi pemilikan harta bahkan

jiwa demi memuliakan anjuran ukhwah.

Misalnya, kisah di Medan Uhud menyaksikan tentera Islam berkorban untuk sahabat-

sahabat mereka minuman. Masing-masing menolak kerana mendahulukan sahabat. Akhirnya,

semua mereka mati syahid. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud;

Tidak masuk syurga seseorang yang membiarkan saudaranya lapar walaupun dia seorang ahli

ibadah.

Punca kekuatan Islam boleh tersebar ke pelusuk dunia timur dan barat adalah kesatuan diri dan

akidah. Umat Islam sujud pada kiblat yang sama, menikmati al-Quran dan Sunnah (panduan

hidup) yang sama serta rasa cinta kepada Allah dan rasul yang sama Apabila kesatuan itu pecah,

maka hancurlah kekuatan Islam, ini boleh diiktibari daripada sejarah khalifah Islam. Tatkala
umat Islam berpecah kepada firqoh (kumpulan) fahaman seperti Syiah, Ahl Sunnah, Khawarij

dan Muktazilah, musuh terutama orang munafik dan Yahudi senang melaga-lagakan sehingga

tercetusnya peperangan yang mengorbankan ramai pemimpin Islam seperti Saidina Ali RA,

Saidina Uthman RA, Saidina Hussien RA dan ramai lagi. Begitu juga apa yang berlaku saat

keruntuhan Khalifah Uthmaniyyah di Turki. Sultan Abdul Hamid II telah diselewengkan oleh

orang-orang kanannya mengakibatkan sistem khalifah Islam hancur digantikan sistem sekular

yang mengharamkan agama.

Kini, apabila kuasa barat Eropah menakluk sebahagian dunia, mereka telah

memisahkan negara-negara Islam kepada negara dan bangsa melalui dasar pecah dan perintah.

Oleh itu, wujudlah jurang perbezaan berdasarkan geografi, bahasa, warna kulit walaupun

masing-masing adalah Muslim. Malang lagi, semua mereka disatukan dengan penonjolan budaya

barat (hegemoni) yang jauh bertentangan dengan Islam. Oleh itu, umat Islam tidak lagi berasa

sensitive kepada keadaan yang berlaku di negara Islam lain kerana sikap taksub terhadap bangsa

dan negara sendiri.

Jelaslah bahwa, apabila rasa ukhwah hilang dari jiwa umat Islam, maka mereka menjadi umat

yang lemah, mundur, kecewa dan pesimis terhadap saudaranya sendiri.

4. Masyarakat Yang mementingkan ilmu pengetahuan

Ilmu adalah perkara pertama yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Adam AS.

Firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah:31 bermaksud: Dan Dia mengajarkan kepada Adam

nama-nama benda seluruhnya. Daripada ayat yang berikutnya, Nabi Adam AS telah

mengajarkan pula kepada malaikat (al-Baqarah: 33). Ini membuktikan Allah SWT menaikkan

taraf manusia berbanding para makluk lain termasuk malaikat hanya dengan akal fikiran yakni

ilmu pengetahuan. Bahkan ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi, wahyu pertama yang
diberikan kepada baginda SAW adalah Iqra iaitu membaca. Malaikat Jibril AS sendiri yang

menjadi guru kepada Rasulullah SAW.

Manusia, secara umumnya menjadi kuat apabila menguasai ilmu pengetahuan.

Tamadun-tamadun awal manusia iaitu Yunani, Rom, Parsi, Cina dan India masyhur kerana

penguasaan ilmu pengetahuan meliputi falsafah, teknologi dan kemahiran. Bangsa Rom menjadi

hebat kerana pengetahuan mereka terhadap ilmu binaan, bangsa Parsi terkenal dengan

kecerdikan mereka di medan peperangan, bangsa Cina agung dengan budaya perniagaan,

perubatan dan teknologi (kertas), bangsa Yunani dan India pula terkenal dengan falsafah.

Justru, kala Allah SWT memunculkan Islam, maka seiring itu jugalah Dia membentangkan ilmu

pengetahuan yang berlunaskan syariat yang semuanya terkandung dalam al-Quran dan Sunnah.

Peradaban Islam pasca negara Islam Madinah menyaksikan umat Islam paling unggul apatah lagi

ketika itu, bangsa Eropah mengalami zaman gelap. Ketika itu lahirlah tokoh-tokoh pemikir dan

ilmuan Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Baitutah, Ibnu Kathir dan ramai lagi

termasuk empat imam fikah iaitu Imam Malik, Imam Syafie, Imam Abu Hanifah dan Imam

Hanbali. Bahkan, ilmu-ilmu Islam sentiasa berkoleborasi dengan zaman sehingga ia tidak pernah

berhenti memartabatkan manusia.

Justru, umat Islam adalah umat yang paling unggul sekiranya mereka memahami

martabat ilmu. Sebaliknya, jika mereka tidak menguasi ilmu, mereka menjadi umat yang

mundur, lemah, dan menjadi mangsa keadaan. Ia sangat bertentangan dengan apa yang dialami

oleh umat Islam di era Rasulullah SAW, para sahabat dan tabiin.

Contoh-contoh keruntuhan umat Islam akibat tidak menguasai ilmu pengetahuan boleh dilihat

pada masa kini. Umat Islam lebih banyak menjadi pengguna daripada pengeluar, lebih ramai

menjadi hamba daripada tuan, lebih rela menjadi pengikut dan pelaksana daripada ketua dan
pengusaha. Jika keadaan ini berterusan, adalah mustahil masyarakat Islam boleh bangkit

menegakkan kemasyuran tamadun Islam sebelumnya.

Perbezaan di antara orang yang berilmu dengan orang jahil itu amat ketara. Ini telah disebutkan

di dalam al-Quran.Firman Allah Taala bermaksud;

Adakah sama orang-orang yang mengetahui-ilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui-

jahil’- Surah az-Zumar; 39

5. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang bertoleransi

Salah satu ciri Islam adalah memudahkan umatnya. Sabda Rasulullah SAW:

bermaksud; Sesungguhnya agama itu mudah.

Mudah yang dimaksudkan ialah Islam melorongkan hak yang boleh memenuhi fitrah

kemanusiaan manusia. Contohnya, Islam membenarkan perkahwinan di antara lelaki dan wanita

dengat syarat yang mudah, Islam membenarkan umatnya menjadi kaya dengan jalan usaha yang

benar. Islam memudahkan umatnya yang bermusafir bahkan seluruh hukum Islam (yang tidak

berkait dengan akidah) boleh disesuaikan mengikut keadaan zaman dan persekitaran.

Hari ini, apabila negara-negara Islam diserapi pengaruh penjajahan terutama Barat (Eropah) dan

berlangsung lebih daripada 500 tahun, Islam masih kukuh dan meresapi jiwa penganutnya

sehingga di abad 21, Islam menjadi satu tamadun yang paling ampuh melawan tamadun Barat

yang mulai dihakis kerosakan. Malahan, umat barat mulai takut dengan budaya Islam yang mula

menyerapi warga Eropah hingga menyingkirkan budaya sekular yang menjadi pegangan barat.

Misalnya, di Belanda, filem Fitna yang dihasilkan bagi tujuan memburukkan Islam dengan

mengaitkan keganasan kepada Islam adalah interpretasi daripada kebimbangan mereka terhadap

asakan pengaruh Islam.


Justru, umat Islam tidak boleh lagi bersikap statik dengan hanya selesa pada

kebudayaan yang ada. Sebaliknya, cuba memahami Islam dalam sudut yang luas dan syumul.

Hafiz Firdaus, seorang intelektual Islam di Malaysia menggagaskan supaya umat Islam melihat

Islam seperti menaiki sebuah kapal terbang. Di tempat yang tinggi, kita dapat melihat bucu-bucu

Islam dari pelbagai sisi.

Keadaan umat Islam di negara Eropah tidak sama dengan keadaan umat Islam di Timur Tengah

atau Asia dan Eropah. Perbezaan budaya dan cara berfikir di kalangan umat Islam yang

dipisahkan dalam kala geografi ini tidak menjadikan Islam itu berpecah-pecah tetapi lebih

uniknya, ia bertoleransi dan melambangkan keistimewaan Islam yang meraikan semua budaya

dan bangsa.

D. SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN DALAM SURAH AL-MUKMINUN

Allah SWT telah menyebut dengan khusus keistimewaan sifat orang Mukmin yang

meletakkan mereka di martabat yang mulia dan beruntung dalam surah al-Mukminun ayat 1- 10

iaitu;

1. Orang yang khusyuk dalam solat

2. Orang yang menjauhkan diri daripada perbuatan yang tidak berguna (maksiat dan lagho)

3. Orang yang menunaikan zakat

4. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri

5. Orang yang memelihara amanah, janji dan tanggungjawabnya

6. Orang yang menjaga sembahyang


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada makalah ini kami simpulkan beberapa inti pokok dari pembahasan makalah

1. Nilai-nilai agama islam sebagai pedoman hidup,beribadah dan bermasyarakat memiliki

pengertian dan fungsi yang berbeda.

2. Bahwasannya agama islam memiliki fungsi tersendiri dan memiliki struktur yang dapat

membuat hidp manusia lebih terkonsep dan tertata rapi.

B.Saran

Akhirnya, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu

di dalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik dan saran dari mahasiswa serta

dosen pengampu dan para pembaca sangat kami harapkan, demi kebaikan kita bersama terutama

bagi pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan terjemahnya. Toha Putra

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2006. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta: Lentera

Rasjid, H. Sulaiman. 2008. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Rifa’I, H. Moh. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra

Drs. H. Muh. Rifa’i. Fiqih Islam Lengkap. (Semarang: PT Karya Toha Putra)

Al-Qur’an dan Terjemahnya (Departemen Agama Islam)

H. Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. (Bandung: Sinar Baru Algesindo) 381-383

http://rumahabi.info, http://id.shvoong.com, http://www.eramuslim.com

Anda mungkin juga menyukai