Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ISLAM RAHMATAN LIL 'ALAMIN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Etika dan Agama

Disusun Oleh:

ADRYANTO EFANSYAH

22330303

Program Studi Sipil

POLITEKNIK TRIDAYA VIRTU MOROSI

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Agama
Islam dengan judul “Islam Rahmatan Lil’alamin”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Morosi, 20 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1.1. Latar Belakang........................................................................................
1.2. Permasalahan........................................................................................
1.3. Manfaat dan Tujuan Penelitian..............................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
2.1. Pengertian Islam Rahmatan lil’ Alamin..................................................
2.2. Konsep Islam Rahmatan lil’ Alamin........................................................
2.3. Prinsip-Prinsip Islam Rahmatan lil’ Alamin.............................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................
3.2. SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rahmatan lil’alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat dalam
Al-Qur’an, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Anbiya’ ayat 107:
”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam (rahmatan liralamin)”.

Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar dengan
sendirinya akan mendatangkan rahmat, baik itu untuk orang Islam maupun
untuk seluruh alam. Rahmat adalah karunia yang dalam ajaran agama terbagi
menjadi dua; rahmat dalam konteks rahman dan rahmat dalam konteks rahim.
Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat amma kulla syak, meliputi segala
hal, sehingga orang-orang nonmuslim pun mempunyai hak kerahmanan.

Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberikan kepada orang Islam. Jadi
rahim itu adalah khoshshun lil muslimin. Apabila Islam dilakukan secara benar,
maka rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Dengan demikian berlaku
hukum sunnatullah, baik muslim maupun non-muslim kalau mereka melakukan
hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan mendapatkanya.
Kendatipun mereka orang Islam, tetapi tidak melakukan ikhtiar kerahmanan,
maka mereka tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, kurnia
rahman ini berlaku hukum kompetitif. Misalnya, orang Islam yang tidak
melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa dan tak akan menjadi
makmur. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan adalah non-
muslim, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran secara ekonomi. Karena
dalam hal ini mereka mendapat sifat kerahmanan Allah yang berlaku universal
(amma kulla syak).

Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat rahimnya Allah Swt, maka yang
mendapat kerahiman ini adalah orang mukminin. Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwa rahmatan lil’alamin adalah bersatunya karunia Allah
yang terlingkup di dalam kerahiman dan kerahmanan Allah.
1.2. Permasalahan
1. Apa pengertian Islam rahmatan lil 'alamin
2. Bagaimana konsep rahmatan lil 'alamin
3. Apa pengaruh rahmatan lil’alamin bagi non muslin

1.3. Manfaat dan Tujuan Penelitian


Dalam pembuatan makalah ini kita bisa mendapatkan banyak manfaat seperti
menambah wawasan tentang agama Islam. Islam juga sebagai agama rahmatan
lil ‘alamin. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui islam serta memahami islam secara baik dan benar.
2. Untuk mengetahu konsep rahmatan lil 'alamin.
3. Untuk mengetahui pengaruh rahmatan lil 'alamin bagi non muslim.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN


2.1.2. Pengertian Islam Secara Etimologi,
kata “Islam” adalah asal dari kata bahasa arab yaitu - ‫ أسالم أسالم‬- ‫ یسالم‬yang
membawa arti patuh, tunduk, selamat, damai dan sejahtera. Dengan kata lain
Islam juga dapat diartikan menyerah penuh, yakni tunduk kepada pentunjuk dan
peraturan Allah.
Secara Terminologi pula, Islam adalah tunduk dan patuh serta menyerah diri
dengan sepenuh hati kepada Allah S.W.T dengan mengakui kebesaran dan
keagungannya disamping melakukan suruhan dan meninggalkan larangannya.
Selain itu, Islam juga bermaksud suatu cara hidup yang lengkap meliputi setiap
aspek kehidupan.
2.1.2. Pengertian Rahmatan
Kata ‘Rahmatan” berasal dari kata bahasa Arab yaitu ‫ رحمة – یرحم – رحم‬yang
bermaksud kasihan belas Allah S.W.T kepada makhluknya atau kebaikan yang
dikurniakan oleh Allah S.W.T. kepada makhluknya.
Seperti Firman Allah Swt dalam Al-Qur'an urat Al-Anbiyaa ayat 107,
‫و ما ا ر سلنا ك اال ر حمھ لعا لمین‬
yang artinya " dan tiadalah kami mengutus kamu ( Muhammad), melaninkan
untuk menjadi rahmat bagi semesta alam."
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar,
dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat untuk orang Islam maupun untuk
seluruh alam.
2.1.3. Pengertian Lil A’alamin
1. Agus Bustanuddin, Al-Islam, (Jakarta:, PT Raja Grafindo Persada,
1993)Cet I. h.59
2. Ahmad Zulkifli, Tasawwur Islam, (Perak Malaysia:, Pustaka Media
Jaya, 2001)h. 28.
3. Ibid, hal: 29
4. Al-Quran Surat Al Anbiyaa ayat 107 5
Kata “Al-alamin” adalah asal dari kata bahasa Arab yaitu ‫ ع^^الم‬yang
dijama’kan menjadi ‫ العالمین‬yang artinya alam semesta yang mencakup bumi
beserta isinya.
Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan Lil’alamin adalah Islam
yang kehadirannya ditengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan
kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan
manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh
manusia agar mereka mengambil petunjuk Allah. Dan tidak akan
mendapatkan petunjuk-Nya, kecuali mereka yang bersungguh-sungguh
mencari keridhaan-Nya.
Pengertian Islam sebagai Agama rahmatan lilaalamin adalah Islam
sebagai pembawa rahmat yang meliputi segala dimensi kehidupan manusia.
Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar
mereka mengamnil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapat petunjuk-Nya
kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya.
Dari pengertian diatas maka penulis berkesimpulan bahwa Islam sebagai
Agama rahmatan lil' aalamin artinya Islam merupakan Agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta termasuk
hewan, tumbuhan dan jin, apalagi manusia.

2.2. Konsep islam Rahmatan Lil’alamin


Islam Rahmatan Lil’alamin terdiri atas Islam dan Rahmatan Lil’alamin.
Islam berasal dari kata salama/salima artinya damai, keamanan, kenyamanan,
dan perlindungan seperti makna literalnya, Islam adalah pernyataan absolut
tentang perdamaian. Agama Islam adalah manifestasi damai itu sendiri. Islam
mendorong manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh
kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan marah.” Kata Islam
yang terdevirasi sehingga menjadikan Islam memiliki varian makna yang
diafirmasi oleh Alquran sendiri, meliputi: selamat dan sejahtera (Qs.
Maryam/19: 47), damai (Qs. Al-Anfâl/8: 61 dan Qs. Al-Hujurȃt/49: 9), bersih
dan suci (Qs. Asy-Syu’arâ’/26: 89, Qs. Al-Maidah/5: 6 dan Qs. As-Shaffât/37:
84), menyerah (Qs. An-Nisâ/4: 125 dan Qs. Ali Imrân/3: 83), penyerahan diri
secara totalitas kepadaNya (Qs. Al-Baqarah/2: 208 dan Qs. As-Shaffât/37: 26).
Selanjutnya makna “rahmat” menurut Ibnu Mandzur adalah al-riqqatu wa al-
ta’attufi (kelembutan yang berpadu dengan rasa keibaan). Selain itu bermakna
kelembutan hati, kehalusan dan belas kasihan sebagaimana pendapat ini
disampaikan oleh Ibnu Faris, pun bahwa kata rahima bermakna hubungan
kerabat, persaudaraan, dan ikatan darah. Hal tersebut dipertegas oleh Al-
Asfahani bahwa rahmat merupakan al-ihsân al-mujarrad dûna al-riqqat
(kebaikan tanpa belas kasih) dan al-riqqat al-mujarradah (belas kasih semata-
mata). Penjelasannya bahwa apabila rahmat disandarkan kepada manusia, maka
hanya kebaikan berupa simpati semata dari manusia itu sendiri, sedangkan
apabila disandarkan terhadap Allah SWT, maka bermakna kebaikan semata-
mata datangnya hanya dari Allah SWT Yang Maha Kuasa.
Adapun makna rahmat dalam Alquran salah satunya terdapat dalam Qs.
Al-Anbiyâ’/21: 107 yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Artinya bahwa rahmat
dalam Al- Qur’an hanya dari Allah SWT Sang Pemberi Rahmat bagi semua
maklukNya. Rahmat yang diberikan Allah SWT kepada makhluknya dapat
berupa kemenangan, kebaikan, kenikmatan, kasih sayang, dan banyak lagi.
Rahmat merupakan sifat rahman Allah SWT yang terkandung di dalam Alquran,
dapat diterima dan dirasakan oleh seluruh umat manusia bahkan oleh seluruh
alam. Pun Nabi Muhammad SAW dilahirkan ke bumi dijadikan sebagai rahmat
dari Allah SWT, sebagaiman sabdanya: “Yâ ayyuha al-nâsu, innamâ anâ
rahmatun muhdâtun (wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat
yang dihadiahkan Allah)”.
Azab Allah lebih sempit, daripada luasnya rahmat Allah SWT. KH.
Hasyim Muzadi menafsirkan bahwa rahmat (rahman) dan rahim Allah itu
berbeda. Rahmat (rahman) itu berlaku diterima dan dirasakan oleh semua
makhluNya, baik yang Muslim maupun non-Muslim, sedangkan rahim hanya
dapat diterima dan dirasakan oleh orang-orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT, melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi semua larangnya sebagai
salah satu cara masuk surgaNya, termasuk percaya bahwa tiada Tuhan selain
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah rasul-Nya.
Adapun hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang mengilustrasikan
makna Islam Rahmatan Lil’alamin, antara lain: ْ َ - ‫ن عِ دْ بَ عِ ن اَّ ل^ِل ْ ٍ رو بْ َ مِ ن‬
ْ‫ الِِّنبَ قُ مِ لْ ُ س اْلمْ نَ مَ َ م لَ َو ن سُ مِ ل‬- ‫ وسلم عليو هلال صلى‬- ‫ عَ عّ َال‬- ‫عنهما هلال رضى‬
‫ ُس اْلمْ نِ مِ وِ انَ سِ لِ هِ دَ يَ وُ ر اِجَ هُ اْلمَ وْ نِ مَ رَ َ ج ا ىَ َ ى مَ ه نُ اَّ ل^^^^لُ ْ و نَ ع‬Dari
Abdullah bin 'Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang muslim adalah
orang yang kaum Muslimin selamat dari (kejahatan) lisan dan tangannya, dan
seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh
Allah." (HR. Al-Bukhari No.10, dan Muslim No.40).
Dalam sebuah hadits disebutkan: “Ada seorang yang bertanya kepada
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Islam yang bagaimanakah yang paling baik ?’ Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‫ الُ َ رأ الَّ َس لَ وَتْق َ َ هْ نَ عَلى مَ تْ نَ هْ نَ وَ عَلى‬، ‫ُنِع ْط ُ تَ َّ طَع ام‬
‫َعَ رْف ْ ِع رْ ف َل َ ت‬. Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam
kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak kenal.” (HR. Al-Bukhâri
No.12 dan Muslim No.39, dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma)
Selain itu, dalam hadits riwayat An-Nasa'i, Nabi Muhammad SAW adalah
itu muslim Seorang ".‫ وأهىالهن دهائهن على الناس أهنه هن والوؤهن‬,bersabda orang yang
orang-orangnya manusia lainnya merasa aman (kejahatan) lisan dan tangannya
dan orang mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman atas darah
(jiwa) dan harta mereka."
Berdasarkan 3 (tiga) hadits di atas menjelaskan bahwa Islam merupakan
perwujudan keselamatan dan kedamaian untuk seluruh alam, termasuk umat
manusia didalamnya. Kata rahmat yang berarti sebagai kasih sayang dan
Lil’alamin berarti sebagai seluruh alam dalam istilah Islam Rahmatan
Lil’alamin terdapat di dalam (Qs. Al-Anbiyâ’/21: 107). Adapun salah satu tafsir
terhadap ayat tersebut disampaikan oleh Ath-Thabari di dalam Jami’ul Bayan Fi
Ta’wil Alquran: apakah rahmat itu dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW
ditujukan kepada seluruh alam, termasuk orang-orang kafir, atau hanya kepada
orang-orang yang beriman saja? Ada dua pendapat yang disampaikan oleh Ath-
Thabari, pertama: bahwa rahmat bagi orang yang beriman berasal dari Allah
SWT yang bertujuan untuk memberikan petunjuk dengan cara memasukkan
keimanan kepada seseorang agar mampu mengerjakan amal kebaikan yang
diperintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Kedua, bahwa makna
rahmat bagi orang kafir itu diberikan oleh Allah SWT berupa penundaan
bencana (bala), sebagaimana hal tersebut pernah Allah turunkan kepada umat-
umat yang dahulu mendustakan para Nabi dan Rasul Allah
Beberapa uraian di atas berusaha menunjukan konsep Islam Rahmatan
Lil’alamin sebagaimana mestinya, namun masih terlihat begitu abstrak. Ada
pengertian yang menjelaskan konsep Islam Rahmatan Lil’alamin melalui
operasionalisasi yaitu dari Nur Syam bahwa konsep dan upaya orang Islam di
dunia umumnya, khususnya di Indonesia dalam mewujudkan Islam sebagai
rahmat bagi seluruh alam itu, berarti bukan hanya keselamatan dan kedamaian
untuk semua manusia tetapi juga untuk alam lainnya, meliputi hablum minallah,
hablum minan nas dan juga hablum minal alam. Artinya bahwa keselamatan
manusia tidak ada artinya jika alam dan sekitarnya tidak dalam keselamatan.
Islam yang menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan bagi
semua-nya sehingga terwujud perdamaian dan kesejukan bagi seluruh alam.

2.3. Prinsip- Prinsip Islam Rahmatan Lil’alamin


Prinsip-Prinsip Islam Rahmatan Lil Alamin Islam Rahmatan lil alamin
menjunjung tinggi cita-cita Islam yang membuat dunia menjadi tempat yang
lebih baik melalui cinta dan kedamaian. Rahmatan Lilalamin adalahsalah satu
dari beberapa pemikiran Islam yang telah dipelajari secara mendalam oleh
paraUlama, antara lain:
2.3.1. Berperikemanusiaan (al-Insaniyah)
Islam cocok dan selalu memperhatikan semua kebutuhan dan sifat
manusia, itulah yang dimaksud dengan kemanusiaan atau insaniyah. Syariat
Islam menuntut agar segala pemaksaan ibadah, aturan, ketentuan, dan larangan
harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan manusia. Karena syariat Islam
tidak diproduksi oleh Allahdengan sia-sia, kosong, atau tanpa nilai atau tujuan,
tidak ada doktrin Islam yang bertentangan dengan umat manusia, dan tidak ada
syariat yang tidak membantu manusia.
Konsep Islam tentang insaniyah menyatakan bahwa syariah Islam adalah
satu-satunya ajaran yang secara sempurna dan komprehensif menjelaskan
hakikat keberadaan manusia. Al-Qur'an yang menjadi sumber utama syariah dan
dijabarkan dalam surat berjudul Al-Insan merupakan satu-satunya kitab suci dan
ideologi di dunia ini yang unggul dan futuristik dalam menjelaskan kehidupan
manusia, baik sumber material penciptaannya dan proses terjadinya, ciri-
cirinya, kewajibannya, dan akan dikembalikan ke mana kehidupannya kelak
(manusia). Tidak ada ajaran Islam, baik konsep maupun implementasinya, yang
tidak dapat dipahami, dirasakan, atau diamalkan oleh manusia. Hal ini karena
menurut syariah Islam, ajaran, pedoman, dan aturan hidup manusia yang Allah
turunkan untuk manusia dan lingkungannya disesuaikan dengan akal, hati,
emosi, fitrah, dan raganya. Semua petunjuk dan larangan Allah SWT itu
sederhana terkait dengan kapasitas dan kemanusiaan manusia.
Ajaran Islam tentang insaniyah juga mengandung makna bahwa semua
tujuan, pahala, dan ilmu syariah didasarkan pada pencapaian kesalehan, kasih
sayang, dan kemaslahatan bagi semua orang serta melindungi mereka dari
penindasan, kejahatan, dan perusakan lingkungan baik di kehidupan ini maupun
di akhirat. Prinsip syariah tidak bertentangan dengan kesejahteraan manusia dan
lingkungan.
2.3.2. Mendunia (al-alamiyah)
“Mendunia” atau “global” (al-alamiyah) mengacu pada fakta bahwa
syariah Islam bersifat universal dalam ruang lingkup dan tidak dibatasi oleh
geografi geografis,etnis, ras, atau negara tertentu, serta iklim dan geopolitik
tertentu. Seluruh alam dan semua orang yang memilih untuk memeluknya
tunduk pada Syariat Islam. Tidak ada perbedaan antara tujuan dan ajaran syariah
di negara Arab dan non-Arab, dan sebaliknya. Umat Islam di mana pun
memiliki keyakinan yang sama dalam syariah, bahwa itu adalah hukum dari
Allah dan untuk kebaikan seluruh alam. Tidak ada pembedaan dalam penerapan
prinsip syariah (ushul) dimanapun umat Islam berada di dunia ini, kecuali
cabang dan cabang (furuiyah). Amalan ibadah, muamalah, perundang-
undangan, dan akhlak adalah sama di antara semua umat Islam di seluruh dunia.
Globalisasi (alamiyah) (alamiyah) Hukum Islam mendorong
keharmonisan antarkelompok di antara orang-orang dari berbagai ras, agama,
dan bahasa. Syariah Islam mempromosikan perlindungan lingkungan dan kerja
sama manusia di seluruh dunia. Namun, hukum Islam, atau syariah, melarang
kebencian di antara orang-orang.di mana pun mereka berada, tanpa memandang
etnis, warna kulit, agama, warna kulit, atau negara, selama bantuan itu untuk
kesejahteraan dan keuntungan orang. Rahmat globalisasi Islam adalah kebaikan
seluruh alam dan seluruh lingkungan manusia. Syariat Islam telah menjadi
universal, artinya dirancang untuk semua orang danseluruh kosmos. Semua
bangsa yang telah mengumumkan dan akan terus mewartakanLaa Ilaaha Illallah
dianggap Islam (tidak ada Tuhan selain Allah). karena Allah Subhanahu
wata'ala, Tuhan semesta alam, adalah sumber dari hukum ini. Akibatnya, Nabi
Islam adalah seorang nabi dan pesan untuk semua orang dan kosmos secara
keseluruhan.
2.3.3. Komprehensif (as-syumul)
Ajaran Syariah Islam bersifat komprehensif, atau syumul, dan mencakup
setiap aspek keberadaan manusia di dunia dan akhirat. Islam tidak mengenal
atau mengakui pembagian atau pembatasan ajarannya pada beberapa dimensi
atau sektor kehidupan manusia karena Syariat Islam bersumber dan diterima
dari Tuhan Yang Maha Sempurna, Allah SWT. Syariah, atau hukum Islam,
mengatur dan mengatur keberadaan manusia di dunia dan akhirat. Akhirat,
terkadang disebut sebagai komponen ibadah, adalah bagian tertinggi dan
terbesar dari ajaran syariah. Faktor kedua adalah muamalah, yang mengatur
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Syariat Islam yang menyeluruh
baik vertikal maupun horizontal memiliki ciri ini.
Hukum Islam dikatakan syumuliyah, yang menunjukkan bahwa itu
dimaksudkan untuk diterapkan pada semua jenis kelamin dan tahap kehidupan,
termasuk pria dan wanita, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua, baik dalam
keadaan sulit maupun mudah. Syariat Islam memberikan seluruh hukum dan
konsepsi kehidupan secara adil, proporsional, seimbang, dan paripurna untuk
semua jeniskelamin, usia, dan tahapan kehidupan manusia, meskipun
sebenarnya banyak pendekatan syariat pada berbagai tahapan dan situasi dalam
kehidupan manusia (Rahmatika dan Khoirullina, 2020).
Menurut hukum Islam, syumuliyah adalah mengatur segala segi hubungan
seseorang dengan Allah SWT (ibadah) serta menata, mengarahkan, dan
membina segala segi keberadaan seseorang dengan orang lain dan
lingkungannya (muamalah) secara 9 utuh, seimbang. , dan cara yang harmonis.
Ibadah tidak mendistorsi danmenindas muamalah, begitu pula sebaliknya, agar
bidang muamalah tidak menjadi penghalang atau mengecilkan bidang
muamalah. Hukum Islam berlaku dan relevan di semua tempat, setiap saat, dan
di semua iklim karena syumuliyah, atau universal. Hukum Islam, termasuk
ibadah dan muamalah, berlaku setiap saat dan di semua tempattanpa kecuali.
Tidak ada bangsa atau negara yang hukum Islamnya lebih berkembang daripada
yang lain. Tidak ada satu pun suku, ras, atau negara yang dapat mengklaim
dirinya lebih Islami, lebih unggul, atau lebih baik dari negara dan suku lain
didunia.
2.3.4. Realistis (al-waqi’iyah)
Al-Qardhawi mendefinisikan Al-Waqi'iyah, atau realistik, dalam
kaitannya dengan kualitas Islam sebagai sesuatu yang berbeda dari materialisme
Barat, yang tidak menekankan apapun selain materi dan benda-benda dan dapat
digunakan dengancara yang pragmatis dan realistis. Akan tetapi, dari segi
karakteristik Islam, yang dimaksud dengan “realistis” adalah “sifat hukum
Islam, yang mampu memahami kondisi alam sesuai dengan sifat dan bentuknya
yang dapat diamati oleh manusia, memahami dan memahami kondisi tersebut.
hidup manusia adalah ciptaan Allah SWT dan berasal dari-Nya, dan
seterusnya.” Islam mengajarkan manusia untuk dapat memahami dan
memahami secara realistis bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan dan tidak ada
zat lain yang menciptakannya, sesuai dengan kondisi nyata dan ilmiah yang
tidak dapat dibantah oleh akal dan logika manapun di dunia ini. Hal ini karena
Al-Waqi'iyah merupakan karakter Islam. dunia. Kecuali mereka yang menolak
dan menentang-Nya, semua makhluk hidup, termasuk manusia, adalah hamba
Allah, yang menciptakan mereka dan mengatur serta menerangi mereka.
Al-Waqi'iyah mengacu pada gagasan bahwa Islam adalah syariah, yang
mengakui dan menjunjung tinggi fitrah dan fitrah manusia sebagai makhluk
yang lemah dan terkekang sehingga pemilik syariah (Allah SWT) dapat
menawarkan kemudahan, fleksibilitas, dan kebijakan yang memperhatikan
kepentingan masyarakat. keadaan manusia yang sebenarnya ketika menegakkan
syariat-Nya atau perintah dan larangan-Nya. Ketika orang tidak dapat
melakukan persyaratan tertentu karena keadaan 10 tertentu, ajaran Islam
Waqi'yah tentang ibadah telah memunculkan aturan meringankan (rukhshah),
pengumuman (al-I'fa), dan lain-lain. Allah tidak mewajibkan zakat atas kaum
muslimin yang hartanya belum mencapai nishab, Allah tidak mewajibkan haji
atas orang-orang yang tidak mampu untuk bepergian dan menafkahi
keluarganya, padahal itu semua adalah rukun Islam wajib yang menjadi
landasan Islam. Orang-orang ini adalah mereka yang bepergian, jatuh sakit,
melahirkan, dan hidup dalam keadaan lemah dan sulit.
2.3.5. Toleransi dan Memudahkan (as-samhah dan at-taisir)
Doktrin Islam dirancang untuk dibuat sesederhana mungkin agar dapat
dipahami dan diterapkan oleh manusia, sehingga tidak ada wilayah yang sulit
dari syariat Islam sampai hal itu ditetapkan oleh Allah SWT. Ini tidak berarti
bahwa semua ajaran Syariat Islam itu lurus karena hal itu bertentangan dengan
akal sehat karena baik kesulitan maupun kesederhanaan adalah sifat-sifat yang
telah Allah SWT tentukan baikuntuk ciptaan-Nya maupun Syariah-Nya. Ada
yang kaya dan miskin, siang dan malam,dan seterusnya, sesuai dengan
kehendak Tuhan. Dalam konteks ini, istilah “toleransi”dan “kenyamanan”
mengacu pada kenyataan bahwa Allah SWT telah menjelaskan dalam ajaran
Islam bahwa hamba-Nya selalu dapat memilih pilihan terbaik dan termudah
daripada yang terburuk dan bahwa Allah selalu mengizinkan pilihan itu. dapat
ditoleransi dan ringan untuk semua. Ketika hamba-hamba-Nya
mengalamikesulitan dalam menjalankan perintah-Nya dan mengatur kehidupan
mereka sehari- hari, Allah SWT senantiasa menyediakan akomodasi bagi
mereka.
Ajaran Islam dengan demikian tegas melarang memiliki pandangan
ekstrimis, keras, atau tidak toleran terhadap orang lain. Syariat Islam selalu
mengutamakan kesederhanaan dan solusi langsung daripada yang kompleks,
rumit, dan bermasalah. Inilah motif sentral Islam Wasathiyah sekaligus motif
sentral syariah Islam. Mirip dengan ini, ciri utama Islam adalah toleransi. Nabi
dan para sahabat bersikap toleran dan menerima perbedaan dalam cara mereka
memahami dan menerapkan hukum Islam. Para sahabat Nabi berselisih tentang
masalah syariah, dan mereka toleran terhadap pandangan satu sama lain (khilaf
tanawu'), tanpa memaksakan pendapat mereka sendiri selain yang menyangkut
benar dan salah, tuntunan dan petunjuk, halal dan haram, atau apa pun. disebut
sebagai “perbedaan” (khilaf mudhad).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan


bahwasanya Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang sesuai dengan
fitrah manusia, islam yang membawa kasih sayang, cinta bukan
kebencian, kedamaian bukan permusuhan. Islam rahmatan lilalamin
adalah Islam yang membawa kemudahan bukan kesulitan dan membawa
solusi kehidupan bukan masalah dan pertikaian. Islam rahmatan lilalamin
adalah ajaran Allah SWT yang paling mengetahui seluk beluk manusia,
karenanya dia menjadi ajaran dan ideologi yang menyelamtkan manusia,
mengajarkan salingmeghormati. dan saling toleransi, selama
menghasilkan maslahat bagi manusia. Islama rahmatan lilalamin adalah
Islam universal dan komprehensif, harus diimplementasikan dalam semua
dimensi hidup manusia termasuk kehidupan social budaya. Dalam
kehidupan sosial, islam menjadi rahmat dalam kehidupan keluarga,
lingkungan pendidikan, Masyarakat, lingkungan kerja, ibadah dan media
massa. Hal tersebut sesuai dengan beberapa prinsip dari islam rahmal lil
alamin itu sendiri yaitu toleran, mendunia, berprikemanusiaan dan lain
sebagainya.

3.2. Saran
3.2.1. Diharapkan kepada institusi pendidikan ke depan adalah bangunan
Islam Indonesia yang berwajah menyelamatkan relasi antar
manusia dan relasi antar manusia dengan alam, sebagai perwujudan
Islam yang rahmatan lil alamin.
3.2.2. Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu
kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Gulen, M. F. (2014). ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN. Republika Penerbit.


Hefni, H. (2017). Makna dan Aktualisasi Dakwah Islam Rahmatan lil ‘Alamin
di Indonesia.
Ilyas, H. H. (2018). Fikih Akbar: Prinsip-Prinsip Teologis Islam Rahmatan Lil
‘Alamin. Pustaka Alvabet
https://www.facebook.com/rashidhasnonpenang/posts.Pengertian islam-sebagai
agama rahmatan lilalamin

Anda mungkin juga menyukai