Anda di halaman 1dari 16

AJARAN ISLAM

Oleh :
AL KHAWARIZMI K GORANG
P222001

PROGRAM STUDI D3 SANITASI


POLITEKNIK KESEHATAN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “Ajaran Islam”.

Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya

mahasiswa kesehatan dan tenaga kesehatan dapat memahami tentang kesehatan dan

pelayanan kesehatan sehingga diharapkan mampu meningkatkan sistem pelayanan

kesehatan di Indonesia.

Tak ada gading yang tak retak, itulah ungkapan kerendahan hati penulis karena

makalah ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi teknis penulisan

maupun substansinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk

perbaikan di masa yang akan datang. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga makalah ini dapat

terselesaikan.

Akhir kata penulis ucapkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Makassar, September 2022

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam........................................................................... 3
B. Fungsi Agama Islam..................................................................... 5
C. Tujuan Pendidikan Islam.............................................................. 7
D. Sumber Ajaran Islam.................................................................... 9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 12
B. Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan
cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan
mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual
dan sangat sadar akan nilai etis Islam.
Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada
kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan
peningkatan kualitasnya. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi
menunjang perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu
bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa
mendatang. Dengan demikian, "pendidikan merupakan sarana terbaik untuk
menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan
dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual
atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-
perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia”.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu
dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didisain
mengikuti irama perubahan tersebut, apabila pendidikan tidak didisain mengikuti irama
perubahan, maka pendidikan akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu
sendiri. Siklus perubahan pendidikan pada diagram di atas, dapat dijelaskan sebagai
berikut ; Pendidikan dari masyarakat, didisain mengikuti irama perubahan dan
kebutuhan masyarakat. Misalnya; pada peradaban masyarakat agraris, pendidikan
didisain relevan dengan irama perkembangan peradaban masyarakat agraris dan
kebutuhan masyarakat pada era tersebut. Begitu juga pada peradaban masyarakat
industrial dan informasi, pendidikan didisain mengikuti irama perubahan dan kebutuhan
masyarakat pada era industri dan informasi, dan seterusnya. Demikian siklus
perkembangan perubahan pendidikan, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan dari
perubahan zaman yang begitu cepat. Untuk itu perubahan pendidikan harus relevan

1
dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut, baik pada
konsep, materi dan kurikulum, proses, fungsi serta tujuan lembaga-lembaga pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Islam ?
2. Apa saja Fungsi Islam ?
3. Apa saja tujuan islam ?
4. Apa saja sumber ajaran islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Islam
2. Untuk mengetahui Fungsi Islam
3. Untuk mengetahui tujuan islam
4. Untuk mengetahui sumber ajaran islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam
1. Berasal dari kata ‘salm’ (‫س ْلم‬
َّ ‫ )ال‬yang berarti damai
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan
seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah
SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang
Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna
penyerahan ini
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia
hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara  harfiyah : artinya damai, selamat, tunduk, dan
bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim)
yang bermakna dasar “selamat” (Salama)
Pengertian Islam Menurut Bahasa : Islam berasal dari
kata aslama yang berakar dari katasalama. Kata Islam merupakan
bentukmashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum
muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
ْ ‫ )َأ‬yang berarti menyerah.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلَ َم‬
Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125) “Dan siapakah yang
lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk
menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat
Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

3
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah
baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3
: 83) :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.”

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita


menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah
SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram,
damai dan tenang (baca; mutma’inah).
3. Berasal dari kata Istaslama–Mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada
hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua).
Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara
total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah
laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain
sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan
yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah
dan menggunakan manhaj Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total
kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam
menjauhi segala yang dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫سلِ ْي ٌم‬
َ ) yang berarti bersih dan suci
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):

4
 “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan
bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan
dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik
di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT
mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk
mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
 “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu
hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk
membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.”
5. Berasal dari ‘salam’ (‫سالَ ٌم‬
َ ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.”
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam
memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek
manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba
kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/
aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus,
menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
B. Fungsi Agama Islam
1. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya
sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian

5
yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang
menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat
biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.
2. Penolong Dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan
menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung
menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda halnya
dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan
menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap
cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus
dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya
sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu
menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
3. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu
kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut
akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain,
orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak
mensyukuri hidup.
Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal
tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta
kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-
orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh
yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang yang
miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi
dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat
manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan
ketakwaannya.
4. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan
dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi,

6
dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali
tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah.
Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada
kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada  ayat yang memerintahkan kepada manusia
(orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral,
mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan
manusia lain (hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus
jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini
hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak
lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik,
namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.
C. Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun
justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima
oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau
tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Karena
itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat
mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan
atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan
prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan
Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan
Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir
Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup

7
manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau
keinginan-keinginan lainnya.
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan
Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah
SWT.
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan
tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan
berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan
membantu mencapai keberhasilan.Pendidikan Islam bertugas mempertahankan,
menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami
yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sedangkan Anwar Jundi
menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah
terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.
Menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasy, tujuan pendidiakn Islam adalah
tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu
hidupnya, yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral
merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan
jasmani, akal, dan ilmu praktis. Tujuan tersebut berpijak dari sabda Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Malik bin Anas dari Anas bin Malik).

(‫مكارم األخالق )عن انس بن مالك‬


َ ‫عثت ألتمم‬
ُ ُ‫انْما ب‬
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”
Menurut al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, tujuan
umum pendidikan islam tercermin dalam dua segi, yaitu:
1) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2) Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat. Pandangan dunia akhirat dalam pandangan al-Ghazali adalah
menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagiaan yan
lebih emiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang diprioritaskan.

8
D. Sumber Ajaran Islam
Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen,
naskah, dan sebagainya yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman
hidupnya pada masa tertentu. Dalam ajaran Islam terdapat sumber hukum pokok
yang menjadi pedoman atau rujukan bagi umat Islam. Sumber hukum Islam yang
utama ada tiga, yaitu: Al Aquran, Sunnah (Hadist) ijtihad
1. Al Qur’an
Al Quran Dalam buku Ushul Fikih 1 (2018) karya Rusdaya Basri,
kedudukan Al Quran dalam Islam adalah sebagai sumber hukum umat Islam dari
segala sumber hukum yang ada di bumi.
Firman Allah SWT dalam Al Quran Surat An-Nisa ayat 59 yang artinya.
"Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya,
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya."
Al Quran dan hadis merupakan dua hal pokok dalam ajaran Islam.
Keduanya merupakan hal sentral yang menjadi jantung umat Islam. Karena
seluruh bangunan doktrin dan sumber keilmuan Islam terinspirasi dari dua hal
pokok tersebut.
Kedudukan Al Quran sebagai sumber utama dan pertama bagi penetapan
hukum, maka bila seseorang ingin menemukan hukum untuk suatu kejadian.
Tindakan pertama mencari jawab penyelesaiannya dari Al Quran. Al-quran
adalah sumber hukum pertama umat islam yang berisi tentang akidah, ibadah,
peringatan, kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat
Nabi Muhammad SAW.
2. Sunnah (hadis)
Sunnah (hadis) merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran.
Sunnah juga menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-
kajian keislaman. Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Sunnah

9
dari segi etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan
kemudian diikuti oleh orang yang lebih baik perbuatan terpuji maupun tercela.
Secara terminologi, ahli fiqih dan hadis berbeda memberikan pengertian
tentang hadis. Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan hadis yaitu suatu
yang dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun
sikap belaiu tentang suatu peristiwa. Para ahli fiqh makna sunnah mengandung
pengertian suatu perbuatan yang jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika
ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al takhlifi
yang lima, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, mubah. Sunnah menurut istilah
ahli ushul figh adalah ucapan nabi dan perbuatannya dan takrirnya. Jadi sunnah
artinya cara yang dibiasakan atau cara yang dipuji. Sedangkan menurut istilah
agama yaitu perbuatan nabi. Perbuatan dan takririnya (yakni ucapan dan
perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkan). Seluruh
umat Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan hukum Islam
setelah Al Quran. Kesepakat umat Islam dalam mempercayai, menerima dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak
Rasullullah masih hidup.
Sepeninggal beliau, masa Khulafaal Rasyidin dan masa-masa selanjutnya
tidak ada yang mengingkarinya. Banyak mereka yang tidak hanya memahami
dan mengamalkan isi kandungannya, tapi juga menghafal, memelihara dan
menyebarluaskan kepada generasi selanjutnya.
3. Ijtihad
Menurut bahasa ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan
pikiran. Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga
dan pikiran secara sungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum.
Ijtihat dapat dilakukan ketika suatu masalah yang hukumnya tidak ada di
dalam Al Quran dan hadis. Sehingga bisa menggunakan ijtihad dengan
menggunakan akal pikiran, namun tetap mengacu berdasarkan Al Quran dan
hadist. Ijtihad merupakan sumber hukum Islam setelah Al Quran dan hadist.
Ketika melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Quran dan hadist.

10
Bentuk ijtihad itu ada ada tiga macam, yakni:
a. Ijma
Ijma adalah kesepakatan dan ketetapan hati untuk melaksanakan sesuatu.
Ijma dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan
secara khusus dalam Al Quran dan hadis.
b. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu masalah yang belum ada
kedudukan hukumnya dengan masalah lama yang pernah karena ada alasan
yang sama.
c. Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah merupakan cara dalam menetapkan hukum. Di mana
berdasarkan pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melahirkan ilmu pendidikan Islam merupakan pekerjaan yang memerlukan
penanganan bersama oleh segenap anggota masyarakat, dan yang tidak kalah
penting adalah dasar atau pondasi. Dasar yang harus kita anut adalah dasar-dasar
pendidikan Islam. Dasar-dasar ilmu pendidikan Islam adalah dasar atau pondasi
yang mengacu pada Islam. Dan dasar-dasar tersebut adalah Al-Qur’an sebagai
pondasi yang kuat dan kokoh, dan As-Sunnah atau Hadits sebagai tiang yang
menopang kekuatan pondasi, sedangkan ra’yu sebagai pelengkap yang
memperindah. Aturan atau pokok yang digariskan, oleh Allah untuk diterapkan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan-Nya. Sesama muslim, sesama manusia,
alam, dan kehidupan (Al-Qur’an dan Hadits) adalah ayariat yang harus di
laksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan. 
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa
kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta
segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran
yang disangkutkan dengan Allah.
B. Saran
Sebaiknya sebagai umat islam dapat memahami tentang ajaran islam

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib.Ilmu pendidikan islam, Jakarta, kencana:2006


Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, ihya ‘ulum al-Din, terj. Ismail ya’qub, (Semarang:
Faizan, 1979)
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992)
Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali,terj. Fathur Rahman,
(Bandung: al-Ma’arif, 1986)
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung:
CV.Pustaka Setia, 2007)
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010)
Muhammad Athahiyah al-Abrasy, Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabiyah: Dar
al-Ahya’, tt.)
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006)
Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982)
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,
(Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002)
Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1983)
Sayid Muhammad al-Zarqani, syarkh al-Zarqani ‘ala Muwaththa’ al-Imam Malik,
(Beirut: Dar al-Fikr, tt.), jilid IV

13

Anda mungkin juga menyukai