Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
baik.
Tak lupa juga Penulis ingin minta maaf jika dalam penulisan Makalah ini
terdapat kekurangan dan kesalahan, itu semua disebabkan keterbatasan
pengetahuan Penulis, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan dan arahannya sehingga Makalah ini dapat
terselesaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya penulisan
Makalah ini terutama kepada ayah dan ibu yang telah membesarkan dan mendidik
Penulis yang telah memberikan dorongan baik moril dan materil, semoga Tuhan
Yang Maha Esa melindunginya di dunia dan akhirat.
Penulis juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu segala kritik dan saran yang konstruktif sangat Penulis harapkan
demi kesempurnaannya. Semoga Makalah ini berguna bagi kita semua khususnya
bagi Penulis sendiri.

Jambi, Oktober 2022

Penulis

i 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Agama Islam............................................................ 2
2.2 Kedudukan Agama Islam ............................................................. 7
2.3 Karakteristik Agama Islam Dan Kedudukannya Antar Agama .... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 16
3.2 Saran.............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

ii 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai muslim kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu
seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah bukan hanya
mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang
lainnya. Oleh karena itu pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil
(berarti menyeluruh) dan kamil (berarti sempurna) menjadi satu keharusan.
Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas
ajaran Islam dengan baik.
Islam adalah agama yang dibawa oleh para nabi dan Rasul. Bahwa
Allah SWT tidak mengutus para nabi dan Rasul-Nya kecuali mengajak
manusia untuk menganut agama Islam dengan artian berserah diri kepada
Allah, mengesakan Allah dan beribadah hanya kepada Allah semata. Oleh
karena itu perlu dipahami bahwa Islam adalah agama yang memiliki
karakteristik yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat
yang berlainan dan beragam model dan bentuknya; dari ras, suku, bangsa,
warna kulit, bahasa, jenis, dan kedudukan. Dan dengan itulah, Islam
memberikan banyak solusi dalam berbagai kehidupan di sepanjang zaman.
Dan inilah yang merupakan karakteristik dari ajaran Islam yang hakiki.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Karakteristik Agama Islam ?
2. Apa saja Kedudukan Agama Islam ?
3. Bagaimana Karakteristik Agama Islam Dan Kedudukannya Antar
Agama ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM


Memahami karakteristik agama Islam sangat penting bagi setiap
muslim, karena akan dapat menghasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif. Beberapa karakteristik agama Islam, yakni antara lain sebagai
berikut:
1. RABBANIYAH (BERSUMBER LANGSUNG DARI ALLAH)
Islam merupakan manhaj Rabbani (konsep Allah) baik dari aspek
akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua bersumber dari
Allah. Islam sebagai ajaran yang Rabbaniyah adalah bahwa ajaran Islam
bersumber dari Allah, bukan hasil pemikiran manusia. Ajaran Islam
diturunkan dalam bentuk Al Qur'an yang merupakan wahyu AlIah kepada
Muhammad secara lafadz dan ma'na, maupun As-Sunnah yang merupakan
wahyu Allah secara ma'nawie
2. INSANIYAH ’ALAMIYAH (HUMANISME YANG BERSIFAT
UNIVERSAL)
Islam merupakan petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanya
untuk suatu kaum atau golongan. Hukum Islam bersifat universal, dan
dapat diberlakukan di setiap bangsa dan negara. Universalisme Islam
terintegritas dan terkodifikasi dalam akidah, syariah, dan akhlak. Antara
satu dan yang lainnya terdapat nisbat atau hubungan yang saling berkaitan
dan kesemuanya berfokus dan menuju pada keesaan Allah atau bertauhid.
Ajaran tauhid inilah yang menjadi inti, awal, dan akhir dari seluruh ajaran
Islam. Sifat universal Islam bukan hanya terbatas untuk waktu tertentu
atau generasi tertentu, tapi berlaku untuk sepanjang masa dan di semua
tempat, karena itu Islam tidak akan hilang dari permukaan bumi, tidak
pernah berubah ataupun diganti.
Islam merupakan agama universal, dikarenakan ajarannya
mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia yang berlaku di setiap
tempat dan masa. Islam merupakan agama yang memiliki keseimbangan

2
orientasi hidup, yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Penamaan Islam
sebagai agama, langsung diberikan oleh Allah melalui wahyu-NYA (Al-
Quran). Sementara itu, pemberian nama agama lain yang berkembang di
dunia senantiasa diidentifikasikan kepada orang atau tokoh yang
membawa ajaran tersebut, atau daerah tempat agama itu lahir.
Universalisme Islam terintegritas dan terkodifikasi dalam akidah,
syariah, dan akhlak. Antara satu dan yang lainnya terdapat nisbat atau
hubungan yang saling berkaitan dan kesemuanya berfokus dan menuju
pada keesaan Allah atau bertauhid. Ajaran tauhid inilah yang menjadi inti,
awal, dan akhir dari seluruh ajaran Islam.
Islam itu sendiri, secara totalitas, merupakan suatu keyakinan
bahwa nilai- nilai ajarannya adalah benar dan bersifat mutlak karena
bersumber dari Yang Mahamutlak. Dengan demikian, segala yang
diperintahkan dan diizinkan-Nya adalah suatu kebenaran, sedangkan
segala sesuatu yang dilarang-Nya adalah kebatilan. Di samping itu, Islam
merupakan hukum atau undang-undang (syariah) yang mengatur tata cara
manusia dalam berhubungan dengan Allah (vertikal) dan hubungan
antarsesama manusia (horizontal). Di dalamnya mencakup dua bidang
pembahasan, yaitu pertama bidang ibadah mahdah yang meliputi tata cara
shalat, puasa, zakat, dan haji. Kedua, bidang ibadah ghair mahdah yang
meliputi muamalat, munakahat, siyasat, jinayat, dan sebagainya. Sebagai
standar dan ukuran dalam pelaksanaannya.
3. SYAMIL MUTAKAMIL (INTEGRAL MENYELURUH DAN
SEMPURNA)
Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari
yang masalah kecil sampai dengan masalah yang besar. Kesempurnaan
Islam tidak terlepas dari Allah SWT. Allah yang menciptakan seluruh
alam dalam keadaan sempurna, maka secara otomatis agama yang Allah
berikan kepada manusia juga rnerupakan agama yang sempurna. Tidak
satu pun ajaran Islam yang kontradiktif, semuanya merupakan satu
kesatuan yang padu, yang pada intinya terfokus pada ajaran tauhid.
Integralitas Islam terletak pada ajarannya, yaitu ajaran yang mencakup

3
seluruh aspek kehidupan. Tak satu aspekpun yang terlepas dari ajaran
Islam. Islam rnengatur hal- hal yang berkenaan dengan aspek jasmani
maupun aspek rohani. Islam memberi aturan bagaimana seharusnya
berhubungan dengan Allah dan bagaimana berhubungan dengan sesama
manusia, dan hubungan dengan alam lingkungannya.
Allah ta’ala berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam itu
jadi agama bagimu.” (QS.Al Maidah : 3).
Allah ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin
yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.” (QS.Al Isra : 9).
Pada ayat pertama Allah ta’ala memberitahukan bahwa Allah telah
menyempurnakan bagi kaum muslimin agama Islam mereka. Sehingga
tidak ada kekurangan didalamnya selamanya dan tidak membutuhkan
tambahan selamanya. Ia senantiasa relevan untuk setiap zaman, tempat
serta umat manusia. Allah mengabarkan bahwa Dia telah
menyempurnakan nikmat-Nya kepada kaum muslimin dengan agama yang
agung, sempurna nan penuh toleran, dan dengan risalah penutup rasul-
rasul Muhammad shallallahu`alaihi wa sallam serta dengan keunggulan
Islam berikut kemenangan pemeluknya atas orang yang memusuhi
mereka. Allah mengabarkan bahwa Dia telah meridhai Islam sebagai
agama bagi manusia. Sehingga Allah tidak akan memurkainya selamanya
dan tidak akan menerima dari siapapun agama selain Islam selamanya.
Pada ayat kedua Allah ta’ala memberitahukan bahwa Al Qur’an
yang agung merupakan manhaj (konsep hidup) yang sempurna didalamnya
terdapat penjelasan yang benar lagi integral terhadap semua perkara agama
dan dunia. Tidak ada di sana satu kebaikanpun melainkan Islam telah
menunjukkannya dan tidak ada satu keburukanpun melainkan Islam telah
memberikan peringatan terhaadapnya. Segala persoalan dan perkara pelik

4
yang dulu, sekarang maupun yang akan datang, maka solusinya yang
benar lagi penuh adil telah ada di dalam Al Qur’an. Dan setiap solusi yang
diberikan untuk suatu persoalan yang menyelisihi Al Qur’an maka itu
merupakan tindakan bodoh lagi zalim. Oleh karena itu ilmu, aqidah,
politik, aturan hukum dan peradilan, ilmu psikologi, sosial, ekonomi,
aturan pidana serta perkara lainnya yang dibutuhkan manusia. Semua itu
telah Allah terangkan di dalam Al Qur’an dan melalui lisan Rasul-Nya
Muhammad r dengan penjelasan yang begitu gamblang. sebagaimana hal
itu telah Allah kabarkan pada ayat yang telah disebutkan tadi dimana Dia
mengabarkan bahwa “Al Qur’an itu untuk menjelaskan segala sesuatu”.
4. AL-BASATHAH (ELASTIS, FLEKSIBEL, MUDAH)
Islam adalah agama fitrah bagi manusia, oleh karena itu manusia
niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah- Nya tanpa ada
kesulitan, tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu
sendiri,dengan tidak mau mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
5. AL-’ADALAH (KEADILAN)
Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar- benarnya,
untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah
kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan
akal manusia.
6. KESEIMBANGAN (EQUILIBRIUM, BALANS, MODERAT)
Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran yang senantiasa menjaga
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara
kebutuhan material dan spiritual serta antara dunia dan akhirat.
7. PERPADUAN ANTARA KETEGUHAN PRINSIP DAN
FLEKSIBILITAS
Ciri khas agama Islam yang dimaksud adalah perpaduan antara
hal- hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun) dan menerima
perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat. Apakah yang
menyebabkan Islam memiliki resistensi tinggi menghadapi tantangan
zaman yang menyebabkannya senantiasa survive dan estabilish sehingga
cocok untuk setiap zaman dan menembus batas teritorial ?. Tidak lain

5
karena Islam memiliki karakteristik teguh dalam prinsip dan fleksibel
dalam mensikapi perkembangan sehinga ia menjadi sebuah harmoni
keseimbangan yang indah. Islam telah menempatkan masing- masing dari
keduanya dalam posisi yang benar, maka ia menjaga keteguhan prinsip
pada hal- hal yang kekal dan lestari serta memberikan keleluasaan dan
fleksibilitas serta kelenturan dalam hal- hal yang menerima perubahan dan
perkembangan aktual.
Karakteristik ini tidak terdapat pada risalah samawi lainnya
maupun pada ajaran agama yang lain di dunia karena syari'at samawi
selain Islam hanya diperuntukkan serta cocok untuk suatu zaman tertentu
tidak pada yang lainnya, sehingga biasanya mewakili kekerasan prinsip
atau bahkan kejumudan dan sikap statis yang kaku. Sejarah mencatat
tokoh-tokoh agama samawi dengan sikapnya yang tidak menerima
perkembangan sains, dan anti terhadap gerakan ilmiah, serta apatis
terhadap hal- hal yang baru dalam bidang pemikiran hukum atau
manajemen. Keteguhan prinsip dalam Islam akan kita dapati pada hal- hal
yang penting yang sifatnya kekal dan tidak akan pernah berubah
selamanya yaitu :
o Rukun Iman yang kesemuanya berkaitan dengan aqidah (keyakinan)
o Rukun Islam yang merupakan pondasi utama amal Islami
o Hal-hal yang diharamkan secara tegas seperti sihir, membunuh, zina,
riba dan lain sebagainya.
o Nilai-nilai utama keluhuran budi pekerti seperti kejujuran, amanah,
'iffah (menjaga kesucian diri), sabar, malu dan sebagainya.
o Syari'at Islam yang Qoth'i dalam pernikahan, talak, warisan, hudud,
qishash dan sebagainya yang kesemuanya tetap dengan dalil-dalil
qoth'i.
8. GRADUASI (BERANSUR-ANSUR/BERTAHAP)
Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada manusia
diturunkan secara berangsur-ansur sesuai dengan fitrah manusia. Jadi tidak
secara sekaligus atau radikal.

6
9. ARGUMENTATIF FILOSOFIS
Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner.
Dengan demikian Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan
senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-keterangan yang
argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional
religius).

B. KEDUDUKAN AGAMA ISLAM


Gambaran fenomena manusia beragama, sebenarnya tidak sesederhana
kita pahami selama ini yang hanya melihat secara proper noun atau dataran
kebahasaan seperti misalnya di Indonesia agama Islam, Kristen, Hindu dan
Budha. Akan tetapi sangat bermanfaat bagi kita untuk menggali lebih jauh dan
mendasar hakikatnya atau disebut abstrak noun. Jadi menganalogikan suatu
agama tidak hanya dilihat dari segi bahasa, karena tidak dapat dihindari
kenyataan pluralitas agama dari segi bahasa akan memunculkan klaim
kebenaran yang sering kali melekat pada sebutan agama yang masih dalam
dataran proper noun. Hal ini terjadi disebabkan kurang dikenalnya wilayah
abstrak noun yang menjadi landasan ontologis dari keberadaan proper noun
sebutan agama. Dalam hal, tidak sah truth claim muncul hanya karena
perbedaan cara pengungkapan dari segi bahasa sebelum mengenal lebih dalam
esensi dari agama tersebut. Pada dasarnya religiositas atau keberagamaan
manusia pada umumnya bersifat universal infinite (tidak terbatas, tidak
tersekat-sekat) trashistoris( melewati batas-batas pagar batas kesejarahan
manusia). Namun religiositas yang mendalam atau bersifat abstrak, pada
hakikatnya tidak akan dapat dipahami tanpa sepenuhnya terlibat dalam bentuk
religiositas yang konkret, terbatas, tersekat, atau terkurung ruang dan waktu
tertentu secara subjektif. Kedua dimensi yakni proper noun atau dataran
bahasa dan abstrak noun atau hakikat agama mempunyai sifat yang dialektis
saling melengkapi, mengokohkan dan bahkan saling mengkritik dan
mengontrol.

7
Dalam hal ini, dapat dilihat posisi suatu agama terhadap agama lain,
seperti Islam kedudukannya di antara agama-agama lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Dilihat dari ciri khas Islam yang paling urgen adalah menyuruh para
pemeluknya beriman dan mempercayai agama besar selain Islam, yang
datang sebelumnya diturunkan dan wahyukan oleh Allah melalui para
rasul. Ini merupakan salah satu rukun Iman yang wajib dipercayai oleh
setiap muslim bahwa Allah telah mengutus nabi sebelum Muhammad
dengan risalah yang dibawanya. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah
dalam surah al-Baqoroh : Artinya: Dan mereka yang beriman kepada
kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang
telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.
Berdasarkan ayat tersebut, terlihat dengan jelas bahwa posisi Islam
di antara agama-agama yang lain dari sudut keimanan adalah agama yang
meyakini dan mempercayai agama-agama yang dibawa oleh rasul
sebelumnya. Berbeda dengan agama Yahudi misalnya yang hanya percaya
kepada Nabi bangsa Israil, kristen hanya percaya kepada yesus kristus,
agama Budha hanya percaya kepada Budha, agama Majusi hanya percaya
kepada Saraustra, agama Hindu hanya percaya kepada nabi yang muncul
di India. Jadi Islam adalah agama yang meliputi semua agama, dan dalam
kitab sucinya yakni al-qur’an adalah gabungan dari semua kitab suci
terutama agama samawi.
2. Posisi islam di antara agama-agama besar di dunia dapat dilihat dari ciri
khas agama Islam yang mempunyai keistimewaan di antara berbagai
agama. Selain agama terakhir Islam adalah agama yang telah
disempurnakan oleh Allah, firman Allah SWT: Artinya: Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.
3. Posisi Islam di antara agama-agama lain dapat dilihat dari peran agama
Islam yang memiliki tugas besar, di antaranya:

8
• Mendatangkan perdamaian dunia dan membentuk persaudaraan di
antara sekalian agama di dunia.
• Menghimpun segala kebenaran yang ada dalam agama sebelumnya.
• Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada umat sebelumnya
dan disempurnakan dalam agama Islam.
• Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya belum pernah
diajarkan.
• Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani manusia yang selalu
bergerak maju.
4. Posisi agama Islam di antara agama-agama lain juga dapat dilihat dari sisi
pembaharuan. Setelah datangnya agama Islam, agama dimaknai dengan
konotasi positif, dengan makna bahwa agama tidak hanya ada dalam
lingkup akhirat saja, melainkan juga mencakup kehidupan dunia.
Disebabkan dengan kehidupan dunia yang baik, manusia dapat mencapai
kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi.
5. Posisi Islam juga terhadap agama lain, dapat dilihat dari sifat yang
diajarkan Islam yang akomodatif dan persuasif. Yakni islam berupaya
mengakomodir ajaran-ajaran dan kepercayaan agama masa lalu, dengan
memberikan makna dan semangat baru di dalamnya. Misalnya ajaran
agama sebelumnya berkurban kepada para dewa dan arwah leluhur untuk
memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan Islam
dengan menggantikan manusia dengan hewan ternak, tujuan kurban
diarahkan sebagai pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala
karunia yang diberikannya. Selanjutnya ciri Islam terhadap agama lain
adalah bersifat persuasif yakni dari satu segi Islam menghilangkan hal- hal
yang tidak baik, dan mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi
demikian tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Islam
menggaris bawahi ajaran-ajaran yang dibawa agama terdahulu, dengan
memberikan makna baru yang terdapat di dalamnya. Misalnya dalam
agama lain terdapat pemisahan antara ibadah dan muamalah. Islam dalam
hal ini memadukan, dengan makna bahwa ibadah dapat dimaknai dengan
makna yang lebih luas misalnya ibadah haji inti ibadahnya lebih besar

9
bermuatan sosial yaitu menunjukkan persaudaraan dan solidaritas dengan
sesama umat manusia di dunia dengan akhlak mulia.
6. Hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat dari segi moral atau
akhlak. Ditemui bahwa setiap agama mengajarkan akhlak dan moral,
sebagaimana juga Islam. Misalnya dalam agama Hindu terdapat
pengendalian terhadap kesenangan. Ajaran ini menganggap bahwa
keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiah
sesuai dengan kodrat manusia. Ajaran tentang pengendalian hawa nafsu
keduniaan (hedonisme) yang diikuti dengan keharusan melakukan
perbuatan bagi kemanusiaan dan makhluk lain dapat juga dijumpai dalam
ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah yang artinya :
Katakanlah : "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang
kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa
nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah
(pula) aku Termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".
Selain itu, ajaran yang dibawa nabi Musa dalam agama Yahudi yang
meliputi:
• Pengakuan terhadap tuhan yang Maha Esa.
• Larangan menyekutukan Tuhan dengan apa saja.
• Larangan menyebut nama Tuhan dengan nama yang sia-sia.
• Menghormati ayah dan ibu.
• Larangan membunuh sesama manusia.
• Larangan berbuat zina .
• Larangan mencuri .
• Larangan menjadi saksi palsu .
• Menahan dorongan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang bukan
hak miliknya.
Pernyataan yang sama juga dapat di jumpai dalam ajaran Islam
sebagaimana dalam surah al Israa’ dimulai dari ayat 23 sampai ayat 37
yaitu:
• Diperintahkan agar beribadah semata-mata hanya kepada Allah.

10
• Diperintahkan agar menghormati orang tua, dengan mengasihani pada
saat pada saat orang tua sudah lanjut usia, tidak mengeluarkan kata-
kata yang menyakitkan,merendah hati dan selalu mendoakan keduanya
(al-Israa’ 23-24).
• Memberi bantuan kepada kerabat karib, orang-orang miskin dan ibn
sabil (al-Israa’:26).
• Dilarang menghambur-hamburkan harta benda tanpa tujuan (mubazir
(al-Israa’:26-27).
• Dilarang bersifat bakhil dan juga tidak bersifat boros, karena keadaan
demikian dapat menimbulkan keadaan yang tercela (al-Israa’:29-30) .
• Dilarang membunuh anak kandung karena takut miskin (al Israa’:31)
dan lainnya.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut nyata bahwa posisi agama Islam di antara
agama-agama yang lain adalah mengoreksi, membenarkan dan
melanjutkan sambil memberikan makna baru dan tambahan-tambahan
sesuai kebutuhan zaman.

C. KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM DAN KEDUDUKANNYA ANTAR


AGAMA
Sebelum masuk lebih jauh ada baik nya kita mengetahui “apa itu
pluralisme?”
Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang
mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya.
Bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan mengakui kebenaran masing- masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya.
Latar belakang munculnya gerakan Pluralisme Paham ini muncul
akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing- masing kelompok
terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah yang
dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan penindasan
atas Nama agama. Konflik horisontal antar pemeluk agama hanya akan selesai
jika masing- masing agama tidak menganggap bahwa ajaran agama meraka

11
yang paling benar. Itulah tujuan akhir dari gerakan pluralisme; untuk
menghilangkan keyakinan akan klaim kebenaran agama dan paham yang
dianut, sedangkan yang lain salah.
Perbedaan pendapat merupakan fenomena lazim, atau fenomena
alamiah, termasuk perbedaan pendapat baik yang bersifat substantif maupun
skriptural. Tatkala substansi yang menjadi landasan perbedaan cara pandang
terhadap suatu pendirian atau keyakinan, komitmen terhadap kebenaran atau
keyakinan yang dipilih akan (harus) menjadi syarat agar perbedaan itu bisa
bersanding dalam kedamaian. Sedangkan tatkala perbedaan pendapat
diakibatkan oleh penggunaan definisi leksikal atau penafsiran kontekstual
yang berbeda, upaya mencari titik temunya harus dimulai dari penggunaan
dan pemahaman semantik serta rujukannya yang sama. Diskursus yang
muncul akhir-akhir ini berkenaan dengan beberapa konsep keagamaan dan
pengamalannya bisa diperuncing dengan salah satu atau semua penyebab
tersebut -termasuk yang menyangkut konsep pluralism.
• HUKUM PLURALISME DALAM AGAMA
MUI dalam fatwanya no.7/MUNAS VII/MUI/II/2005 tanggal 29
juli 2005 tentang Pruralisme, Liberalisme dan Skularisme agama,
Menetapkan bahwa Pluralisme agama adalah paham yang bertentangan
dengan ajaran Islam.
Apakah gerangan yang maksud dari Prulalisme yang dinyatakan
bertentangan dengan ajaran Islam? Lalu apa bedanya dengan Pluralitas
agama yang merupakan salah satu cerminan ajaran pancasila?.
Langkah pertama kami akan menjelaskan tentang defenisi
Pluralitas agama dan Pluralisme agama, sehingga dengan begitu, nyata
bagi kita perbedaan satu dengan yang lain. Pluralitas agama adalah sebuah
kenyataan bahwa di negara atau di daerah tertentu terdapat pemeluk agama
yang hidup secara berdampingan (fatwa MUI). Definisi Pluralitas agama
tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa suatu keniscayaan bagi
umat Islam untuk hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain.
Seorang muslim mengakui bahwa di sekelilingnya ada pemeluk agama
lain selain Islam, tapi pengakuan tersebut terbatas pada keberagaman

12
agama, bukan kebenaran agama lain. Dalam bahasa yang sederhana
Pluralitas agama memacu pada pengertian bahwa di sekitar muslim ada
pemeluk agama lain selain agama Islam.
Sementara pengertian Pluralisme agama adalah suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama sama kebenaran setiap agama relative.
Dalam paham Pluralisme setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim
bahwa agamanya yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme
juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk surga (fatwa
MUI). Pluralisme agama didasarkan pada satu asumsi bahwa semua agama
jalan yang sama-sama menuju Tuhan yang sama, jadi menurut paham ini
semua agama adalah jalan yang bebeda-beda menuju Tuhan yang sama.
Pluralisme ini kerap dipadankan dengan inklusivisme yang dua-duanya
sama berbahaya, bahkan inklusivisme lebih berbahaya karena mengajarkan
bahwa agama bukanlah satu-satunya jalan keselamatan, dalam paham ini
tidak boleh dianggap penganut agama lain bakal menghuni Neraka.
Setelah mengetahui makna Pluralitas agama dan Pluralisme agama,
menurut fatwa MUI di atas, sebagai muslim kita menolak Pluralisme
agama, tetapi mengakui Pluralitas agama. Kita meyakini cuma orang Islam
yang pasti bakal masuk Surga. Sedangkan pemeluk agama lain pasti
masuk Neraka. Meski demikian, karena mengakui Pluralitas agama, kita
bisa hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dan tidak
menzhalimi mereka, selama mereka tidak berbuat jahat kepada kita, dan
tidak mengancam keteguhan iman kita, dengan tetap mengacu aturan-
aturan dalam Islam. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Orang yang mencari agama selain Islam (untuk
dipeluknya), maka tidak akan diterima darinya (agama yang dipeluknya
itu) oleh Allah, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi”.
(Q.S. Al ‘Imran : 85)
Yang benar adalah: “Sesungguhnya agama yang benar menurut
Allah hanyalah Islam”. (Q.S. Al ‘Imran : 19)
Bahkan keberadaan kita di tengah-tengah mereka adalah suatu
ladang dakwah bagi kita umat Islam, untuk menunjukkan kepada mereka

13
keagungan ajaran Islam dan kebenaran hakikinya. Inilah yang dimaksud
fungsi “rahmatan lil ‘alamin” yang diemban oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul utusan Allah
subhanahu wa ta’ala. Artinya Nabi Muhammad diutus dengan membawa
ajaran Islam yang menunjukkan kepada umat manusia jalan yang benar
dalam mengabdi dan menyembah satu-satunya Tuhan yang berhak
disembah Yang Maha Esa yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Tuhan yang
maha pencipta seluruh alam, pencipta bumi dengan segala isinya; manusia,
binatang, tumbuhan, jin, dan segala perbuatan mereka, air, udara, api,
tanah, batu-batuan, dan segala dari hasil- hasilnya, dan lain- lain. Ia adalah
Tuhan pencipta langit dengan segala isinya; malaikat, surga, ‘arsy, kursi,
bait al- ’izzah, bait al- makmur, sidrat almuntaha, dan lain- lain. Hanyalah Ia
yang maha pencipta dan hanyalah Ia yang berhak disembah.
Tauladan utama mengenai hal itu bisa kita ambil dari kisah-kisah
yang terjadi semasa hidup Rasulullah. Misalnya kisah beliau saat seorang
Yahudi ingin mengetahui kebenaran Nabi; Beliau dianugerahi sifat-sifat
terpuji sebagaimana yang tertera dalam kitab suci mereka. Pada saat itu Si
Yahudi melakukan transaksi jual beli kepada beliau dengan cara Hutang,
namun sebelum jatuh tempo Si Yahudi datang menemui Rasulullah untuk
menagih hutang, seraya mencaci beliau dengan ucapannya: “Hai Bani
‘Abdul Muthalib, sungguh kamu kaum yang suka mengulur- ulur hutang”.
Namun Baginda Rasulullah tidak mencelanya bahkan tetap sabar dan tidak
menampakkan tanda-tanda marah sedikitpun pada dirinya. Melihat hal itu
Si Yahudi pun yakin akan kebenaran beliau sebagai rasul seperti yang
tertera dalam kitab suci mereka.
Rahmatan lil ‘alamin adalah dasar utama yang melandasi ajaran
‘amar ma’ruf nahi munkar yang diterapkan oleh para pengikut dan
pemeluk ajaran Islam dari generasi ke generasi. Upaya dakwah tak pernah
padam dalam tindak dan laku setiap pribadi muslim baik yang alim
maupun yang awam. akhlakul karimah (etika terpuji) yang diajarkan dalam
Islam adalah salah satu bukti keagungan dan kebenaran ajaran Islam. Kita
ambil contoh sikap rendah hati (tawadu’) yang diterapkan oleh Rasulullah

14
dan para pengikutnya, benar-benar mencerminkan keutamaan jiwa dan
kebenaran keyakinan pribadi yang memiliki akhlak tersebut. Diceritakan
bahwa suatu ketika Imam Rifa’i di Bagdad, hidup berdampingan dengan
orang Majusi yang kebetulan saluran air comberan rumahnya mengalir dan
menggenangi pelataran rumah Imam Rifa’i. namun begitu selama hidup
berdampingan dengan mereka beliau bersabar dan tidak memprotes orang
Majusi tersebut. Bahkan yang beliau lakukan adalah setiap hari
membersihkan sendiri pelataran rumah beliau. Sampai akhirnya orang
Majusi tersebut melihat Imam Rifa’i sedang memegang serokan
membersihkan comberan yang menggenang dari rumah Majusi. Lantas Si
Majusi itu bertanya: “Semenjak kapan saluran ini bocor sehingga masuk
kepelataran rumahmu?” Imam Rifa’i pun menjawab: “sekitar 7 tahun”.
Seketika itu orang Majusi tersebut luluh hatinya dan berpikir bahwa orang
yang memiliki sifat mulia seprti ini tentunya berkeyakinan agama yang
benar, dan seketika itu juga dia masuk Islam serta disuruhnya semua
keluarganya untuk masuk Islam.

15
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Karakteristik agama Islam, yakni sebagai berikut:
1. Rabbaniyah (Bersumber Langsung Dari Allah)
2. Insaniyah ’Alamiyah (Humanisme Yang Bersifat Universal)
3. Syamil Mutakamil (Integral Menyeluruh Dan Sempurna)
4. Al-Basathah (Elastis, Fleksibel, Mudah)
5. Al-’Adalah (Keadilan)
6. Keseimbangan (Equilibrium, Balans, Moderat)
7. Perpaduan Antara Keteguhan Prinsip Dan Fleksibilitas
8. Graduasi (Beransur-Ansur/Bertahap)
9. Argumentatif Filosofis

B. Saran
Ada baiknya kita juga mempelajari isi dari makalah ini secara lebih
mendalam untuk menambah perbendaharaan ilmu yang kita miliki.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, 2000. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta, Direktur perguruan Tinggi Agama Islam

Qordawi, Yusuf, 1996. Karakteristik Islam. Surabaya, Risalah Gusti

17

Anda mungkin juga menyukai