Anda di halaman 1dari 14

ISLAM AGAMA RAHMATAN LIL ‘ALAMIN

Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Khotim Hanifudin Najib, S.Pd.I., M.Pd.

Di Susun Oleh:
1. Yuspani (2019015158)
2. Janu Nur Fitrianta (2019015141)
3. Rhyno Yoga Pratama (2019015149)

Program Studi : PGSD (2D)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA

i
KATA PENGANTAR

‫ْســــــــــــــــــــــِم الّلِهالَّرْح َم ِنالَّر ِح ْيِم‬Yogyakarta,


‫ِب‬ 4 Maret 2020
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga
penulisan Makalah “Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin” ini dapat terselesaikan dengan
Kelompok 1
waktu yang telah ditentukan. Penyusunan Makalah “Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin.”
Ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas matakuliah “PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM”, topik yang dibahas adalah “Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin”.

Penyusunan tugas ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih
Kelompok 6
memahami materi tentang “Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin”. Namun demikian, tentu
saja dalam penyusunan masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan
kata yang tepat. Dengan ini, memohon saran dan kritik yang konstruktif, sehingga penulis
bisa menyempurnakan hasil Makalah “Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin” yang telah
dibuat.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Agama Islam............................................................................................................3
B. Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin.........................................................................................3
C. Konsep Islam Rahmatan lil Alamin...........................................................................................5
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
1.1. Simpulan..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dan manusia tentu memiliki hubungan yang erat kaitannya. Agama dan
manusia tidak dapat dipisahkan karena agama dibuat untuk menolong hidup manusia. Agama
juga sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk pegangan hidup dan jalan menuju akhirat.
Dengan adanya agama, maka kehidupan kita akan lebih bermakna dan ilmu agama membuat
hidup manusia sempurna.

Selain itu, adanya agama dikehidupan manusia, hati manusia akan lebih tenang karena
manusia itu sendiri memiliki keyakinan dan kepercayaan akan adanya Tuhan yang senantiasa
menjadi penolong setiap umatnya. Agama juga akan memelihara manusia dari setiap perilaku
yang menyimpang, perilaku negatif seperti kasus-kasus kriminal.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang beragama membutuhkan keimanan yang kuat dan
teguh sehingga saat kita dihadapkan pada pilihan yang salah kita tahu bahwa hal itu tidak
boleh dilakukan atau dilarang oleh agama. Selain itu, agama juga bisa menjadi benteng
pertahanan setiap muslim dari berbagai ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran islam.

Pembinaan akhlak yang mulia dan akidah akan menjadikan setiap individu memiliki moral
yang baik serta dapat bertakwa kepada Allah SWT sehingga kita sebagai manusia dapat
menjadi teladan di masyarakat dan bermanfaat bagi manusia lain. Hubungan kita dengan
Tuhan sudah diatur sedemikian rupa oleh agama, yaitu dengan cara beribadah misalnya shalat
dan mengaji.

Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia akhirat dan
merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh. Islam memiliki cirri-ciri robbaniyah
yaitu bahwa islam bersumber dari allah, bukan hasil pemikiran dari manusia islam
merupakan satu kesatuan padu yang terfokus pada ajaran tauhid, Allah berikan kepada
manusia agama yang sempurna. Islam mencangkup seluruh aspek kehidupan, tak satu aspek
pun terlepas dari islam karena ajaran yang bersifat integral (lengkap) dan islam tidak terbatas
dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang masa dan di semua tempat.

Dalam islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana dan mudah
dipraktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia karena sumber ajaran islam adalah
Al-Quran, Hadist, dan Ijtihad sehingga islam menjadi agama rahmatan lil’ alamin.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian agama islam
2. Bagaimana Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin
3. Bagaimana konsep Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin
2. Untuk mengetahui Bagaimana Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin
3. Untuk mengetahui Bagaimana konsep Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam

Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama islam ,yaitu
sisi kebahasan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang islam ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Dari segi Islam berasal dari bahasa Arab , yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat ,sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamai. Pengertian kata Islam dekat
dengan arti kata agama yang berarti menguasai ,menundukkan, patuh ,hutang, balasan dan
kebiasan. Islam memiliki karakteristik yang khas dengan agama-agama sebelumnya. Dalam
memahami Islam dan ajarannya, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji
secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang komprehensi. Hal ini penting
dilakukan karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang dapat mempengaruhi pola pikir,
sikap dan perilaku dalam menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan islam.

Islam adalah agama universal, komprehensif, lengkap dengan dimensi edoterik dan
eksoteriknya. Sebagai agama universal, Islam mengenal system perpaduan antara apa yang
disebut konstan-nonadaptabel (tsabuit) di satu sisi watak Islam yang satu ini tidak mengenal
perubahan apapun karena berkaitan dengan persoalan-persoalan ritus agama yang transenden,
nash yang berkaitan dengan watak (konstan-nonadaptabel) ini dalam Al-Quran maupun
hadits sekitar 10%, yang berupa ajaran agama yang bersifat kulli dan qoth’i yang konstan dan
immutable. Segmen ini meski diterima apa adanya tanpa harus adaptasi dengan perubahan-
perubahan di sekitarnya, segmen ini terkait dengan persoalan dasar menyangkut sendi-sendi
ajaran agama yang mempunyai nilai strategis, seperti persoalan keimanan, sholat, zakat,
puasa elastis-adaptabel di sisi lain.

B. Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin

Islam adalah agama rahmat untuk semesta alam. Agama yang telah melewati berbagai
tahapan ujian di dunia, mulai dari ujian zaman jahiliah, hingga zaman teknologi. Posisinya
sebagai agama yang merahmati seluruh alam sekaligus sebagai penyempurna agama-agama
sebelumnya menjadikan Islam istimewa. Salah satu tokoh yang mampu melihat dan memetik
keistimewaan Islam itu adalah KH. Hasyim Muzadi. Dengan mengusung gagasan Islam
Rahmatan lil Alamin, ia berhasil menampilkan wajah Islam yang khas, komprehensif, holistik
dan building in Qur’an, dibandingkan istilah Islam Liberal, Islam Progresif, Islam Nusantara

3
dan lain sebagainya. Ada tiga metode yang ia gunakan dalam mengampanyekan konsep
tersebut: pendekatan dakwah, pendekatan hukum dan pendekatan politik. Ketiganya, dapat
membawa Islam dengan rahmat, damai dan lemah lembut, di negara-bangsayang multi-
agama, suku, etnis dan budaya.

Islam adalah agama yang bersifat universal, humanis, dinamis, kontekstual dan akan
abadi sepanjang masa. Agama terakhir yang memiliki kitab suci resmi, orisinal dari Allah
Swt, dengan rasul terakhir-Nya— penutup para nabi-nabi dan tidak ada nabi setelahnya [Qs.
al-Ahzâb/33: 40]—Nabi Muhammad Saw. Allah Swt memberikannya al-Qur’an1 sebagai
panduan hidup umatnya yang bersifat universal,2 sedangkan ucapan, tingkah laku dan diam
Nabi Muhammad Saw—umumnya disebut hadis dan sunnah—adalah panduan hidup kedua
umat Muslim. Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Ibarat
bangunan rumah yang kekurangan satu batu bata, agama Islam menyempurnakan ajaran-
ajaran sebelumnya. Umat Muslim harus menganut ajaran Islam secara totalitas (Qs. al-
Baqarah/2: 208),3 tidak boleh menduakannya dengan menganut kepercayaan di luar Islam
(Qs. Ali Imrân/3: 85) dan tidak boleh ada keraguan terhadap al-Qur’an (Qs. al-Baqarah/2:
2).4 Bukti kepercayaan umat Muslim terhadap ajarannya adalah selalu berlaku sopan-santun,
penuh kedamaian, lemah-lembut5 dan tidak saling menganiaya (Qs. Yûsuf/12: 23), baik
antar-agama, antarmanusia, kelompok, etnis dan suku dan tidak menggunakan kekerasan dan
menjustifikasi watak kekerasannya dengan dalil-dalil al-Qur’an

Gagasan Islam Rahmatan lil Alamin yang dijadikan payung dalam berdakwah,
tentunya memiliki perbedaan signifikan dalam tatanan praktiknya dengan gagasan-gagasan
lainnya, seperti: Islam Liberal dan Islam Pluralis, Islam Progresif, Islam Nusantara, Islam
Kalap & Islam Karib, Islam Berkemajuan, dan lain sebagainya. Semuanya, akan menuju
kepada agama rahmat untuk alam semesta. Namun, sama-sama memiliki visi membaca Islam
dengan penuh kelembutan, kedamaian dan menjadi solusi untuk dunia. Tetapi, istilah Islam
Rahmatan lil Alamin merupakan istilah yang bersumber dan tercantum dalam al-Qur’an
(building in Islam), Allah Swt langsung yang memberikan istilah tersebut untuk menyebut
sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad akan berdampak positif, inklusif,
komprehensif dan holistik. Gagasan yang tidak memiliki kekurangan dan kelemahan, gagasan
yang ‘suci’ dan lain sebagainya. Semuanya, akan menuju kepada agama rahmat untuk alam
semesta. Namun, sama-sama memiliki visi membaca Islam dengan penuh kelembutan,
kedamaian dan menjadi solusi untuk dunia. Tetapi, istilah Islam Rahmatan lil Alamin
merupakan istilah yang bersumber dan tercantum dalam al-Qur’an (in Islam), Allah Swt

4
langsung yang memberikan istilah tersebut untuk menyebut sebuah ajaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad akan berdampak positif, inklusif, komprehensif dan holistik. Gagasan yang
tidak memiliki kekurangan dan kelemahan, gagasan yang ‘suci’ dan gagasan Ilahiah, lebih
autentik.

C. Konsep Islam Rahmatan lil Alamin

Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin adalah merupakan tafsir dari ayat 107 surat al-
Ambiya (21) sebagaimana dikemukakan di atas. Ayat ini oleh Ahmad Mushthafa al-
Maragy ditafsirkan sebagai berikut. Ai wa maa arsalnaaka bi haadza wa amtsaligi min al-
syara’ii wa al-ahkaami all althi biha manaathu al-sa’adah fi al-darain illa rahmat al-naas
wa hidayatahum fi syu’un ma’asyihim wa ma’adihim. Artinya: Yakni tidaklah aku
mengutus engkau Muhammad dengan al-Qur’an ini dan yang serupa dengan itu berupa
syari’at dan hukum yang menjadi pedoman kehidupan bahagia di dunia dan akhirat,
melainkan sebagai rahmat dan petunjuk bagi kehidupan mereka di dunia dan
akhirat.Sementara H.M. Quraish Shihab dalam Tafsirnya al-Mishbah menafsirkan ayat
tersebut dengan mengatakan: Rasul adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa
ajaran, tetapi juga sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan Allah
Swt kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan bahwa Kami Tidak mengurus engkau untuk
membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam.
4 Kepribadian Rasulullah SAW yang demikian itu dijelaskan lebih lanjut dalam surat Ali
Imran, (3) ayat 159 yang artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammmad)
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maaafkanlah mereka dan
mohonkan ampun mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakkalah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang
bertawakkal.” Dengan ayat ini, menurut H.M. Quraish Shihab, Allah sendiri yang
mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad Saw. Hal ini sesuai pula
dengan pernyataan belau” Aku dididik oleh Tuhanku, maka sungguh baik hasil
pendidikan-Nya. Beliau adalah rahmat yang dihadiahkan Allah pada seluruh alam.

Kepribadian Nabi Muhammad SAW yang mulia itu tentu saja menjadi rahmat bagi
orang yang meneladaninya, memahami, menghayatinya dalam kehidupannya sehari-hari.
Yaitu bagi orang yang berakhlak dengan akhlak rasulullah (al-takhalluq bi akhlaa1 al-
Rasul ‘ala thaqa al-basyariyah). Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT. Sungguh pada

5
diri rasulullah itu terdapat contoh teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan
keridlaan Allah dan balasan pahala pada hari akhir. (Q.S. al-Ahzaab, 33:21.) Berkaitan
dengan ini terdapat beragam perilaku yang ditampilkan pengikutnya guna meneladani
Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar dengan cara membacakan shalawat dan salam
kepadanya. Namun orang yang membawa shalawat dan salam ini tujuannya untuk
menghormati dan mendapatkan syafa’at (pertolongan) pada hari kiamat, sementara
akhlak dan perilaku bertentangan dengan akhlak Rasulullah SAW. Pada hemat penulis,
shalawat dan salam pada Rasululllah SAW yang demikian itu tidak akan efektif, karena
sifatnya sangat transaksional, dan tidak memiliki dampak positif bagi perbaikan moral.
Mengikuti pribadi dan sepak terjang perjuangan Rasulullah SAW itu akan membawa
rahmat, karena di dalam kepribadian Rasulullah itu terdapat hal=hal yang membawa
kemajuan sebagai berikut.

a) Unsur rasionalitas. Maksudnya adalah bahwa keberhasilan Rasulullah dalam


perjuananya bukan semata-mata karena beliau seorang Rasul, dekat dan dicintai oleh
Allah, lantas apa saja, sekalipun tidak masuk akal, tanpa ada usaha keras,
kemudian berhasil. Tentu tidak demikian. Semua kesuksesan Rasulullah karena
usaha dan kerja kerasnya yang dilakukan sesuai aturan atau sunnatullah. Sejarah
mencatat, bahwa di antara peperangan yang diikuti oleh Rasulullah SAW ada
peran yang menang dan ada perang yang kalah. Pada waktu perang uhud
misalnya, Rasulullah dan pengikutnya menderita kekalahan luar biasa. Hal ini terjadi
karena pada perang uhud ini terdapat sebagian pasukan Rasulullah SAW yang
tidak mentaati aturan peran yang ditetapkan Rasulullah SAW. Dengan demikian,
menang atau kalah dalam perang itu sangat rasional. Menang karena mengikuti
aturan, dan kalah karena tidak mengikuti aturan. Dengan demikian sebuah
keberhasilan perjuangan ditentukan oleh doa dan kerja keras. Banyak doa tapi tidak
didukung oleh cara kerja yang benar, secara rasional sulit bisa diwujudkan.
Contoh rasionalitas lainnya yang relevan terkait dengan mu’jizat yang dimiliki
Nabi Muhammad SAW yang berbeda dengan mu’jizat para nabi dan rasul lainnya.
Jika mu’jizat para nabi dan rasional lainnya bersifat spektakuler dan ekstra
ordinary, seperti membelah laut dengan tongkat oleh nabiMusa As,
menghidupkan orang yang sudah mati seperti pada Nabi Isa, maka mu’jizat nabi
Muhammad SAW adalah al-Qur’an yang bukan hanya dari segi kata-kata dan
kalimatnya, tetapi pada dampak perubahan yang ditimbulkannya bila al-Qur’an

6
tersebut dipahami, dihayati dan diamalkan. Mu’jizat para nabi dan rasul lainnya
memang berhasil meyakinkan kenabian dan kerasalannya, serta dapat
mencengangkan atau membuat musuh tidak berkutik atau bertekuk lutut, nabi
mu’jizat yang demikian itu hanya untuk gagah-gagahan, karena tidak bisa dicontoh
oleh para pengikutnya. Hal ini berbeda dengan mu’jizat al-Qur’an tentang isi
kandunganya yang luas dan diyakini kebenarannya baik secara teologis maupun
empiris, dan sekaligus dapat dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat dan dijamin
akan membawa keberkahan dan rahmat bagi seluruh alam. Di sinilah letak kehadiran
Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam.

b) Unsur kecerdasan. Maksudnya adalah bahwa ketauladan nabi Muhammad Saw


yang dapat membawa rahmat bagi yang mengikutinya adalah adanya unsur
kecerdasan. Yaitu suatu kemampuan intelektual dan intelegensi dalam ketepatan
menganalisa dan mengambil atau keputusan yang tepat dan akurat yang
terkadang tidak bisa dicapai oleh kebanyakan otak yang lain. Dalam kaitan ini
Rasulullah SAW pernah mengambilkebijakan melakukan Perjanjian Hudaibiyah
yang pada intinya adalah gencatan senjata dengan tujuan untuk memusatkan
perhatian dan kekuatan pada kaum Yahudi di Khaibar. Diketahui, bahwa isi
perjanjian hudaibiyah itu ada yang kurang merugikan bagi ummat Islam, seperti
apabila ada orang kafir Quraisy yang tertangkap oleh umat Islam, maka harus
dikembalikan, tetapi jika ada orang Islam yang tertangkap oleh kafir Quraisy, maka
kafir Quraisy tidak berkewajiban mengembalikan. Kebijakan ini dinilai sebagai
pengikut Nabi Muhammad sebagai kurang cerdas, sehingga hampir saja nabi
ditinggalkan sendirian, karena dianggap kurang cerdas. Namun Abu Bakar Ash-
Shiddieq mengingatkan mereka agar mengikuti Nabi. Dengan perjajian tersebut,
pusat perhatian Nabi Muhammad Saw menghadapi pertempuran Yahudi Khaibar
yang jumlahnya mencapai puluhan ribu. Dan ternyata, mereka dapat dikalahkan.
Melihat keadaan yang demikian, menyebabkan kaum Kafir Kuraisy getar, hilang
nyalinya. Keadaan ini nampak, ketika Nabi Muhammad memasuki atau
menaklukan kota Mekkah (Fath al-Makkah), ternyata tampak mengalami
perlawanan, sehingga kota Mekkah dapat dikuasai dengan baik. Di sini nampak
dengan jelas, betapa Nabi Muhammad SAW tersebut sangat. Kecerdasan inilah
yang membawa rahmat bagi ummat Islam.

7
c) Unsur keseimbangan antara hati (heart) berupa spiritualitas dan moral; akal
pikiran-wawasan intelektual (head), dan unsur kemampuan teknis (hand).
Perpaduan ini juga terjadi dalam setiap pengambilan keputusan. Yakni apa yang
akan diucapkan oleh lisan; dikordinasikan lebih dahulu dengan akal pikiran; dan
dipertimbangkan lebih dahulu dengan hati nurani. Jika sudah cocok, barulah
keputusan tersebut diambil. Dengan cara demikian, maka keputusan tersebut
menjadi matang, dan terjadi keseimbangan yang kokoh. Inilah yang dipraktekkan
oleh nabi Muhammad SAW, sehingga apa yang dikeluarkannya selalu membawa
rahmat bagi umatnya.6

d) Unsur komprehensif, bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
menyentuh semua aspek kehidupan sebagaimana yang dirumuskan oleh al-
Syathibi dalam al-Muwaqat dengan istilah maqashid al-syar’iyah (tujuan agama)
yang mencakup memelihara jiwa (hifdz al-nafs), memelihara agama (hifdz al-din),
memelihara akal (hifdz al-‘aql), memelihara hartabenda (hifdz al-maal), dan
memelihara keturunan (hifdz al-nasl).7 Kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang
diwahyukan Tuhan kepada Nabi, dan penjabarannya oleh hadis secara
keseluruhan ditujukan ditujukan memelihara hal-hal yang selanjutnya termasuk
hak-hak asasi manusia. Dengan demikian, ajaran ini benar-benar memberikan
landasan yang kokoh dalam mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Dari empat hal
tersebut di atas, seseorang dapat bekata, bahwa kehadiran Nabi Muhammad
SAW adalah memberi rahmat bagi seluruh alam. Namun rahmat yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW diperoleh bukan dengan cara mengagumi atau
memuliakannya saja seperti dengan membaca shalawat atau meminta syafa’at, tetapi
yang terpenting adalah melakukan kerja keras, bekerja sesuatu aturan, kreatif,
inovatif, dinamis dan progressif. Dengan demikian, rahmat yang diperoleh dari Nabi
Muhammaf SAW harus memberi dampak bagi timbul etos kerja, kreatifitas dan
berusaha sungguh-sungguh.

Secara harfiah, al-rahmat berakal pada kata al-rahman yang mengandung arti
riqqat taqtadli al-ihsan ila al-marhum wa qad tusta’malu taaratan fi al-riqqah al-mujarrodah,
wa taaratan fi al-ihsan al-mujarradah an al-riffah. Yaitu suatu sikap kasih simpati
yang mendorong untuk berbuat kebaikan kepada orang yang patut dikasi hani, dan
terkadang digunakan pada sikap simpati saja, dan terkadang digunakan untuk melakukan
kebaikan yang tidak disertai sikap simpati.8 Sedangkan kata alamin, menurut Anwar al-

8
Baaz adalah jami’u al-khalaiq . Artinya semua makhluk ciptaan Allah.9 Sedangkan
menurut al-Ashfahany bahwa alam terbagi dua, yaitu alam besar yang mencakup dunia
antariksa dan segala isinya; dan yang kedua adalah alam yang kecil, yaitu manusia.10
Sementara itu H.M. Quraish Shihab mengatakan, bahwa para mufassir memahami kata alam
dalam arti kumpulan sejenis makhluk Allah yang hidup, baik hidup sempurna maupun
terbatas. Hidup ditandai oleh gerak, rasa, dan tahu. Ada alam malaikat, alam manusia,
alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan, tetapi tidak ada istilah alam batu, karena batu tidak
memiliki rasa, tidak bergerak, tidak juga tahu, walaupun tentang dirinya sendiri. 11
Namun demikian, pengertian alam dalam arti segala ciptaan alam, termasuk yang tidak
memiliki kesadaran, gerak dan kehidupan nampaknya lebih tepat. Karena semua itu ciptaan
Allah SWT.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1. Islam adalah agama rahmat untuk semesta alam. Agama yang telah melewati

berbagai tahapan ujian di dunia, mulai dari ujian zaman jahiliah, hingga zaman

teknologi.

2. KH. Hasyim Muzadi, Ada tiga metode yang ia gunakan dalam

mengampanyekan konsep tersebut: Pendekatan dakwah, Pendekatan hokum,

dan Pendekatan politik. Ketiganya, dapat membawa Islam dengan rahmat,

damai dan lemah lembut, di negara-bangsa yang multi-agama, suku, etnis dan

budaya.

3. Islam adalah agama yang bersifat : Universal, Humanis, Dinamis.

4. Agama terakhir yang memiliki kitab suci resmi, orisinal dari Allah Swt,

dengan rasul terakhir-Nya— penutup para nabi-nabi dan tidak ada nabi

setelahnya [Qs. al-Ahzâb/33: 40]—Nabi Muhammad Saw.

5. Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin adalah merupakan tafsir dari ayat 107

surat al-Ambiya (21) Ahmad Mushthafa al-Maragy ditafsirkan: Ai wa maa

arsalnaaka bi haadza wa amtsaligi min al-syara’ii wa al-ahkaami all althi biha

manaathu al-sa’adah fi al-darain illa rahmat al-naas wa hidayatahum fi

syu’un ma’asyihim wa ma’adihim.

6. 4 Kepribadian Rasulullah SAW yaitu : Pertama, unsur rasionalitas. Kedua,

unsur kecerdasan. Ketiga, unsur keseimbangan antara hati (heart) berupa

spiritualitas dan moral; akal pikiran-wawasan intelektual (head), dan unsur

kemampuan teknis (hand). Keempat, unsur komprehensif,

10
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. (2016). ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN
ISLAM MEMASUKI ASEAN COMMUNITY. Materi Kuliah Tamu PAI 2016_ , 3-5.

Rasyid, M. M. (2016). ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN PERSPEKTIF KH. HASYIM MUZADI. Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman , 98-111.

11

Anda mungkin juga menyukai