Anda di halaman 1dari 4

Filosofi Pendidikan Indonesia

Topik 2 Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Oleh Kelompok 3 :
Nia Dwi F (23100261116)
Kinanti Marinda (23100261142)
Dinar Kuncara (23100261095)
Choiria Oppi R (23100261129)
Ledy Mellynia (23100261094)
Janu F (23100261121)

Ruang Kolaborasi
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda
yang sejalan dengan pemikiran KHD?
Kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah kami adalah nilai-
nilai luhur kearifan budaya daerah yang memiliki potensi-potensi kultural sesuai dengan
pemikiran KHD yang dikontekstualkan sebagai sumber belajar yang menjadi penguatan
karakter peserta didik sebagai individu dan sekaligus sebagai anggota masyarakat pada
konteks lokal sosial budaya di daerah. Pengajaran yang berbasis kearifan budaya daerah
yang sesuai untuk pendidikan generasi muda Indonesia seperti sikap toleransi, rasa
cinanah air, demokratis dan rasa peduli sosial yang sudah berakar kuat dan menjadi adat
budaya dengan nilai-nilai luhur yang sudah turun temurun sejak jaman nenek moyang
terdahulu dapat menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme, harmoni, dan moral untuk
membangun identitas bangsa Indonesia.

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai


luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah Anda?
Sumber dari penguatan karakter peserta didik sebagai anggota masyarakat yaitu dengan
cara menerapkan pemikiran tersebut ke dalam karakter berikut, yakni: 1) Sikap
toleransi; menghargai perbedaan dari suku, agama, ras, budaya, dan tindakan yang
berbeda dari yang lainnya, 2) rasa cinta tanah air; yang ditunjukkan dengan
mempelajari sejarah
bangsa Indonesia, melakukan upacara bendera setiap hari senin, memahami symbol
negara, menggunakan produk lokal, melestarikan budaya kesenian daerah, dan
mengharumkan nama bangsa, 3) Demokratis; yang ditunjukkan dengan bersikap sopan
santun kepada staff sekolah dan guru, ikut melakukan pemilihan (ketua kelas, Pemilu
presiden), musyawarah, berpartisipasi aktif dalam keanggotaan kelembagaan (OSIS,
Perkumpulan RT RW, Kepanitiaan), mengutarakan pendapat yang terkait isu-isu saat
kegiatan rapat/diskusi, 4) Rasa peduli sosial; yang ditunjukkan dengan berbagi makanan
dengan teman, membesuk teman yang sakit, gotong royong dalam kegiatan kerja bakti
di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat, dan
memberikan Sebagian uang untuk kegiatan infaq dan santunan (korban bencana alam).
Praktik-praktik penerapan nilai luhur seperti toleransi, cinta tanah air, demokratis, dan
rasa peduli sosial terhadap sesama pada diri siswa sebagai sosok individu dan bagian
dari anggota masyarakat secara berkesinambungan tidak lepas dari arahan guru dan
dukungan orang tua saat anak berada di rumah. Dengan begitu, perlahan akan
membentuk sikap, perilaku, kepribadian, dan karakter murid yang lebih aktif, kreatif,
peduli, dan memupuk rasa jiwa cinta tanah air dalam bekerjasama baik pada proses
pembelajaran, di luar proses pembelajaran (lingkungan masyarakat), dan di lingkungan
keluarga (rumah).

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di
kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda
yang dapat diterapkan.
Kami sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau
sekolah yang diterapkan sesuai dengan konteks lokal sosial budaya yakni sikap
toleransi, rasa cinta tanah air, demokratis dan rasa peduli sosial. Dengan kekuatan
pemikiran KHD tsersebut maka akan tumbuh nilai moral, etika, estetika, kebhinekaan
dan lestarinya nilai- nilai luhur dari budaya dalam proses pengajaran dan pendidikan di
kelas serta di lingkungan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai