Anda di halaman 1dari 4

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

01.01.2-T2-4. Ruang Kolaborasi

Nilai Luhur Sosial Budaya sebagai Tuntunan

Dosen Pengampu: Dr. Sri Hastuti, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Deni Setiawan (X902308971)
2. Ely Faridah (X902308972)
3. Fibriani Dita P. (X902308973)
4. Hanan Latifah (X902308974)
5. Inayatul Jannah (X902308975)
6. Sinta Ari Susanti (X902308976)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PRA JABATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda
yang sejalan dengan pemikiran KHD?
Jawab:
Saat ini, kami tinggal di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Surakarta merupakan
daerah yang memiliki kekayaan budaya yang beragam, mulai dari seni, tradisi, hingga
kuliner. Beberapa nilai luhur budaya di Surakarta yang sejalan dengan pemikiran Ki
Hajar Dewantara antara lain:
a. Kegotongroyongan
Masyarakat Surakarta dikenal sebagai masyarakat yang guyub rukun dan
saling membantu. Hal ini tercermin dalam berbagai kegiatan sosial, seperti gotong
royong membangun rumah, membantu tetangga yang terkena musibah, dan lain-
lain. Nilai kegotongroyongan ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
tentang pentingnya pendidikan untuk membentuk manusia yang berjiwa sosial dan
peduli terhadap sesama.
b. Kerja keras dan pantang menyerah
Masyarakat Surakarta dikenal sebagai masyarakat yang pekerja keras dan
tidak mudah menyerah. Hal ini tercermin dalam berbagai sektor kehidupan, seperti
pertanian, industri, dan perdagangan. Nilai kerja keras dan pantang menyerah ini
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pendidikan
untuk membentuk manusia yang mandiri dan tangguh.
c. Kearifan lokal
Masyarakat Surakarta memiliki kearifan lokal yang bersumber dari budaya
dan adat istiadat setempat. Kearifan lokal ini menjadi pedoman hidup masyarakat
Surakarta dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai kearifan lokal ini sejalan
dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pendidikan untuk
membentuk manusia yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada
konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
Jawab:
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah Surakarta yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah kami, yaitu Surakarta, Jawa Tengah, dengan beberapa
cara berikut:
a. Mengintegrasikan nilai-nilai luhur budaya dalam pembelajaran
b. Melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan
c. Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis budaya.
Sebagai individu, peserta didik diharapkan dapat:
a. Mencintai dan melestarikan budaya daerah
b. Memiliki rasa sosial dan peduli terhadap sesame
c. Menjadi probadi yang mandiri dan tangguh
Sebagai anggota masyarakat, peserta didik diharapkan dapat:
a. Menjadi warga masyarakat yang baik dan bertanggung jawab
b. Membangun kerukunan dan kedamaian di masyarakat
c. Menjadi pelopor dalam pembangunan bangsa

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di
kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah
Anda yang dapat diterapkan.
Jawab:
Pemikiran tentang pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia
menekankan pada pentingnya pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara holistik, baik dari segi fisik, intelektual, emosional, maupun spiritual. Hal ini
sejalan dengan nilai-nilai luhur budaya di Surakarta yang menekankan pentingnya
keseimbangan antara aspek lahir dan batin.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia di kelas atau sekolah kami:
a. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan
untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan bakat dan minatnya.
b. Kegiatan pembelajaran yang bermakna dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diajak untuk belajar tentang hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat.
c. Pembentukkan karakter peserta didik yang berbudi luhur. Peserta didik diajarkan
untuk memiliki nilai-nilai luhur budaya, seperti gotong royong, kerja keras dan
pantang menyerah, serta kearifan lokal.
Dengan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan sebagai
upaya memanusiakan manusia, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang
berkarakter, berbudi pekerti luhur dan dapat berperan aktif dalam pembangunan
bangsa.

Anda mungkin juga menyukai