Anda di halaman 1dari 4

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

TOPIK 2: RUANG KOLABORASI

Dosen Pengampu:
Dr. I Gede Astawan, M.Pd.

OLEH:

Kelompok 3

Kadek Sintya Pratiwi 2364803014


Kadek Tri Indah Lestari Dewi 2364803017
Kadek Yudik Ariawan 2364803042
Khairunnisa Nur Arifita 2364803006

ROMBEL 01
RUMPUN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN
BIDANG STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang
sejalan dengan pemikiran KHD?
Jawaban:
Sosio-kultural adalah gagasan atau sistem yang mengatur tingkah laku manusia. Ki Hajar
Dewantara (KHD) dalam pemikirannya menjelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran
di Indonesia merupakan upaya yang dilakukan sebagai usaha bersama dalam
mempersiapkan dan menyediakan kebutuhan hidup manusia baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun berbudaya. Langkah tersebut dilakukan sebagai awal untuk
mempersiapkan pelajar Indonesia sebagai masyarakat global namun sesuai dengan
Pancasila dan kearifan lokal.
Kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) yang ada di daerah saya, dan
sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
a. Ngayah: kegiatan ngayah merupakan kegiatan sosio-kultural di desa saya yang sesuai
dengan pemikiran KHD, prosesi ngayah ini dapat dilakukan di areal pura maupun di
luar areal pura yang bertujuan untuk saling membantu dalam menyelesaikan kegiatan
yang ada di pura.
b. Menyama braya: hal ini mengandung makna persamaan dan persaudaraan serta
adanya pengakuan sosial bahwa kita adalah saudara. Hal ini memiliki makna bahwa
semua orang merupakan saudara atau keluarga, dapat menumbuhkan sikap
menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai keluarga. Kegiatan
menyama braya di bali identik dengan saling tolong menolong dalam kegiatan di
masyarakat, dan saling bersilaturahmi ketika ada acara di rumah warga.
c. Gotong royong: Kegiatan ini biasanya dilakukan masyarakat di daerah saya untuk
membersihkan lingkungan daerah banjar ataupun desa.
d. Metulung: Kegiatan metulung ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan di desa saya
dalam acara nikahan, odalan, dan yang lainnya. Masyarakat akan berbondong-
bondong datang ke rumah warga yang ada kegiatan upacara besar lalu saling
membantu menyelesaikan persiapan yang diperlukan.
e. Perguruan silat PSHT: Perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
merupakan salah satu wadah pelestarian kebudayaan Indonesia yang dikemas dalam
salah satu perguruan pencak silat yang didalamnya mengenalkan serta menanamkan
berbagai nilai-nilai yang sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia. Unsur Inti dari
perguruan ini adalah pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan,
keselamatan, kebahagiaan dan kebenaran. Namun selain itu, prguruan silat ini juga
mengajarkan tentang budi luhur sebagai upaya mendekatkan hubungan manusia
dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta, dan juga
pendidikan ajaran budi luhur yang diarahkan untuk mengembangkan perpaduan
kekuatan pikiran, perasaan, dan tekad setiap siswanya maupun warga agar mampu
memberikan manfaat yang lebih baik bagi keluarga dan masyarakat dari keluruhuran
budi pekertinya.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya
di daerah Anda?
Jawaban:
Pemikiran KHD dikontekstualisasikan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya
daerah asal yaitu melalui kegiatan ngayah, gotong royong, metulung, dan menyama
braya merupakan empat bentuk kegiatan yang memiliki makna yang saya yaitu memiliki
rasa kekeluargaan dan kebersamaan untuk saling membantu. Dalam hal ini sangat
relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai
anggota masyarakat karena dapat menumbuhkan nilai adanya sikap kerja sama yang
tinggi, menjunjung tinggi sikap kekeluargaan, sikap saling menghormati sesama teman,
dan mengutamakan kepentingan bersama. Dalam konteks pendidikan anak-anak perlu
memahami konteks kerja sama ini, karena selalu diterapkan dalam proses pembelajaran
berbasis kelompok.
Selain itu kegiatan pencak silat juga menjadi muatan pendidikan karakter dalam
konteks nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang melalui aspek moralitas, aspek
religius, dan aspek psikologis. Pencak silat ini dijadikan sebagai wadah pendidikan
karakter bagi siswa. seperti, membiasakan sikap yang dapat membentuk pribadi yang
sesuai dengan aturan-aturan serta norma yang berlaku, hal ini merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang aman
damai serta sejahtera.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.
Jawaban:
Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik dimkelas atau di
sekolah yang sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah yang dapat diterapkan
yaitu “Menyama Braya”. Menyama Braya mengandung makna persamaan dan
persaudaraan serta adanya pengakuan sosial bahwa kita adalah saudara. Hal ini memiliki
makna bahwa semua orang merupakan saudara atau keluarga, dapat menumbuhkan
perilaku toleransi dan sikap menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai
keluarga. Banyaknya kegiatan upacara keagamaan dan tradisi di desa yang menjadi
alasan tradisi menyama braya tumbuh dan perkembang. Kegiatan-kegiatan yang
memerlukan banyak tenaga dan biaya akan ringan dengan dijalankannya budaya
menyama braya.
Hal ini dapat diadopsi dalam menanamkan tingkah laku dan karakter peserta didik di
sekolah maupun di kelas. Dengan adanya konsep kekeluargaan dan bergotong royong
yang ditanamkan kepada peserta didik akan dapat menumbuhkan perilaku toleransi
dengan keberagaman siswa di sekolah, adanya kesadaran melakukan kerjasama dalam
kegiatan yang membutuhkan orang banyak dalam mengerjakannya, dan menumbuhkan
perilaku saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan. Kebudayaan ini dapat
diterapkan di sekolah dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan membersihkan
halaman lingkungan sekolah yang dapat menumbuhkan karakter dan kecakapan
emosional. Guru dapat memberikan praktik pembelajaran yang mengembangkan
kerjasama, empati, menghargai sesama, dan berkontribusi sosial kepada sesama.
Sehingga peserta didik dapat mencontoh dan melaksanakan kebudayaan bangsa agar
peserta didik dapat mengenal budaya bangsa dan melestarikannya.

Anda mungkin juga menyukai