Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

Kelas : 01 / PPG Prajabatan


Dosen : Dra. Resmi Purba , M.Pd.

Nama Kelompok : Arvita Siregar


Gebi Gultom
Mei Sinaga
Muhhammad Isnan
Yeni Simorangkir

Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan :

1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda


yang sejalan dengan pemikiran KHD?

Jawab: Pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendiri pendidikan nasional Indonesia, dapat


dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal untuk memperkuat
karakter peserta didik sebagai individu dan anggota masyarakat di daerah sekitar lebih tepatnya
di sekitar lingkungan SMA Sultan Agung Pematang Siantar. Salah satunya yaitu nilai kesopanan
dan hormat kepada guru. Kami yakin di setiap daerah nilai kesopanan pasti selalu ada dan
dijunjung, hal ini telah diterapkan oleh masyarakat sekitar di sekolah. Praktik baik tersebut
adalah budaya di SMA Sultan Agung Pematang Siantar yang setiap pagi guru menyambut siswa
dan siswa salim / salam kepada siswa.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur kearifan


budaya sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarakat karena ki
HajarDewantara memiliki sifat:

 Selalu semangat belajar


 Tidak pernah merasa cukup pada ilmu yang dimilik
 Selalu memperluas pengetahuannya

Sifat-sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter muridsebagai


individu. Sedangkan untuk konteks masyarakat

 Rela berkorban
 Religius
 Nasionalis
 Sederhana dan;
 Gotong royong
Pada kegiatan di sekitarnya Pembahasan:

Ki Hajar Dewantara adalah salah satu orang yang berperan dalam mendirikan suatu lembaga
pendidikan khususnya bagi pribumi. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 8 bulan Mei,
tahun 1889 di Pakualaman Yogyakarta, nama istri beliau adalah Nyi HadjarDewantara, dan
beliau wafat pada 26 April 1958, dan disemayamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa
Wijaya Brata. Ki Hajar Dewantara, memegang peranan penting dalam ilmu pendidikan dan
politik, beliau juga merupakan salah satu pendiri Indische Partij.

Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur


kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah.
Konteks dan nilai dalam budaya lokal juga menjadi unsur penting dalam mendidik anak.
Mengingat adanya faktor kodrat anak dan kodrat alam, beberapa nilai lokal seperti permainan
tradisional bisa disisipkan bahkan menjadi media dalam mendidik anak. Ada banyak
permainan tradisional yang bisa diintegrasikan dalam pembelajaran serta menimbulkan rasa
senang dan gembira kepada anak. Permainan ini juga dapat menjadikan anak mudah
bersosialisasi dan mengembangkan aspek kepribadian terutama saling bekerjasama, toleransi,
sportif, aktif dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Sebelum menjawab pertanyan tersebut, terlebih dahulu kita memahami pengertian dari sosio-
kultural adalah gagasan atau sistem yang mengatur tingkah laku manusia. Ki Hajar
Dewantara (KHD) dalam pemikirannya menjelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran di
Indonesia merupakan upaya yang dilakuakan sebagai usaha bersama dalam mempersiapkan
dan menyediakan kebutuhan hidup manusia baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
berbudaya. Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mempersiapkan pelajar
Indonesia sebagai masyarakat global namun sesuai dengan Pancasila dan kearifan lokal.

Kekuatan Konteks Sosio-Kultural (Nilai-nilai Luhur Budaya) di Daerah


KalimantanTengah dan Kalimantan Selatan yang Sejalan dengan Pemikiran Ki
HadjarDewantara :

 Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan memiliki budaya yang kaya dan
bervariasi dengan banyak elemen tradisional. Misalnya, dalam masyarakat Dayak
diKalimantan Tengah, nilai-nilai seperti gotong-royong, keberanian, dan ketahanan
dalam menghadapi tantangan alam sangat dihargai. Nilai-nilai ini sejalan dengan
gagasan Dewantara tentang pendidikan karakter, yang menekankan
kolaborasi,keberanian untuk berinovasi, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan.
 Budaya adat dan ritual di kedua provinsi ini, seperti upacara adat, juga mendorong
rasa hormat terhadap leluhur dan lingkungan. Pemikiran Dewantara tentang
menghormati sejarah dan lingkungan dalam proses pendidikan cocok dengan prinsip-
prinsip ini.
 Kedua provinsi ini juga memiliki banyak kelompok etnis yang berbeda, dan
keragaman budaya ini dapat digunakan untuk memperkuat pemahaman siswa tentang
toleransi dan pluralisme, yang sesuai dengan gagasan Dewantara tentang pendidikan
yang inklusif dan menghormati keragaman.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah Anda?

Jawab: Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur seperti gotong
royong dan semangat peduli terhadap sesama dan lingkungan. Multikultural budaya yang ada di
SMA Sultan Agung Pematang Siantar akan menunjang pengembangan nilai-nilai luhur yang
menjadi penguatan karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

 Pemikiran Dewantara tentang "Taman Siswa" dapat dikaitkan dengan kearifan local di
Kalimantan. Konsep ini dapat diterjemahkan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
siswa, yang mengakui dan menghargai potensi unik setiap siswa. Ini sesuai dengan
budaya inklusif yang mendorong penghargaan terhadap beragam etnis dan suku di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
 Pemikiran Dewantara tentang "pendidikan sebagai proses sepanjang hayat" juga dapat
dihubungkan dengan nilai-nilai lokal. Budaya Dayak, misalnya, memiliki
konsepkehidupan yang berkelanjutan, di mana pembelajaran dan pertumbuhan
berlangsung sepanjang hidup. Hal ini sejalan dengan pemikiran Dewantara tentang
pendidikanyang melekat dalam kehidupan sehari-hari.
 Penting untuk menekankan bahwa pendekatan ini harus menghormati dan
mempertahankan nilai-nilai budaya setempat sambil memperkaya pendidikan dengan
konsep Dewantara.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang
dapat diterapkan

Jawab: Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur kearifan
budaya sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarakat dan dapat diterapkan:

 Selalu semangat belajar


 Tidak pernah merasa cukup pada ilmu yang dimiliki
 Selalu memperluas pengetahuannya

Anda mungkin juga menyukai