Rela berkorban
Religius
Nasionalis
Sederhana dan;
Gotong royong
Pada kegiatan di sekitarnya Pembahasan:
Ki Hajar Dewantara adalah salah satu orang yang berperan dalam mendirikan suatu lembaga
pendidikan khususnya bagi pribumi. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 8 bulan Mei,
tahun 1889 di Pakualaman Yogyakarta, nama istri beliau adalah Nyi HadjarDewantara, dan
beliau wafat pada 26 April 1958, dan disemayamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa
Wijaya Brata. Ki Hajar Dewantara, memegang peranan penting dalam ilmu pendidikan dan
politik, beliau juga merupakan salah satu pendiri Indische Partij.
Sebelum menjawab pertanyan tersebut, terlebih dahulu kita memahami pengertian dari sosio-
kultural adalah gagasan atau sistem yang mengatur tingkah laku manusia. Ki Hajar
Dewantara (KHD) dalam pemikirannya menjelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran di
Indonesia merupakan upaya yang dilakuakan sebagai usaha bersama dalam mempersiapkan
dan menyediakan kebutuhan hidup manusia baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
berbudaya. Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mempersiapkan pelajar
Indonesia sebagai masyarakat global namun sesuai dengan Pancasila dan kearifan lokal.
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan memiliki budaya yang kaya dan
bervariasi dengan banyak elemen tradisional. Misalnya, dalam masyarakat Dayak
diKalimantan Tengah, nilai-nilai seperti gotong-royong, keberanian, dan ketahanan
dalam menghadapi tantangan alam sangat dihargai. Nilai-nilai ini sejalan dengan
gagasan Dewantara tentang pendidikan karakter, yang menekankan
kolaborasi,keberanian untuk berinovasi, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan.
Budaya adat dan ritual di kedua provinsi ini, seperti upacara adat, juga mendorong
rasa hormat terhadap leluhur dan lingkungan. Pemikiran Dewantara tentang
menghormati sejarah dan lingkungan dalam proses pendidikan cocok dengan prinsip-
prinsip ini.
Kedua provinsi ini juga memiliki banyak kelompok etnis yang berbeda, dan
keragaman budaya ini dapat digunakan untuk memperkuat pemahaman siswa tentang
toleransi dan pluralisme, yang sesuai dengan gagasan Dewantara tentang pendidikan
yang inklusif dan menghormati keragaman.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah Anda?
Jawab: Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur seperti gotong
royong dan semangat peduli terhadap sesama dan lingkungan. Multikultural budaya yang ada di
SMA Sultan Agung Pematang Siantar akan menunjang pengembangan nilai-nilai luhur yang
menjadi penguatan karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Pemikiran Dewantara tentang "Taman Siswa" dapat dikaitkan dengan kearifan local di
Kalimantan. Konsep ini dapat diterjemahkan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
siswa, yang mengakui dan menghargai potensi unik setiap siswa. Ini sesuai dengan
budaya inklusif yang mendorong penghargaan terhadap beragam etnis dan suku di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Pemikiran Dewantara tentang "pendidikan sebagai proses sepanjang hayat" juga dapat
dihubungkan dengan nilai-nilai lokal. Budaya Dayak, misalnya, memiliki
konsepkehidupan yang berkelanjutan, di mana pembelajaran dan pertumbuhan
berlangsung sepanjang hidup. Hal ini sejalan dengan pemikiran Dewantara tentang
pendidikanyang melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Penting untuk menekankan bahwa pendekatan ini harus menghormati dan
mempertahankan nilai-nilai budaya setempat sambil memperkaya pendidikan dengan
konsep Dewantara.
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang
dapat diterapkan
Jawab: Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur kearifan
budaya sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarakat dan dapat diterapkan: