Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

Dosen Mata Kuliah : Dr. Lukman El Hakim, M.Pd.


Kelas : PPG Prajabatan IPA Gelombang 2 Tahun 2023
Kelompok : 5 (Lima) Anggota : 1. Asih (2008230111)
2. Etika Budiarti (2008230110)
3. Kendro Pratomo (2008230115)
4. Riska Rahmawati (2008230093)
5. Teti Melindarwati (2008230113)
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan
dengan pemikiran KHD?
Pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendiri pendidikan nasional Indonesia, dapat di
kontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal untuk memperkuat karakter
peserta didik sebagai individu dan anggota masyarakat di daerah sekitar lebih tepatnya di
lingkungan SMPN 74 Jakarta. Salah satunya yaitu nilai kesopanan dan hormat kepada guru
dengan menerapkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun). Kami yakin di setiap
daerah nilai kesopanan pasti selalu ada dan dijunjung, hal ini telah diterapkan oleh masyarakat
sekitar di sekolah. Praktik baik tersebut adalah budaya di SMPN 74 Jakarta yang setiap pagi guru
menyambut siswa dan siswa salam kepada siswa. Kedua, siswa memakai pakaian batik di
sekolah setiap hari selasa. Ketiga, Hasthalaku adalah delapan nilai budaya Jawa yang meliputi
gotong royong, guyub rukun, grapyak semanak (ramah), lembah manah (rendah hati), ewuh
pakewuh (saling menghormati), pangerten (saling menghargai), andhap ashor (berbudi luhur),
dan tepa selira (tenggang rasa). Keempat, sekolah bebas sampah dan asap rokok. Kelima, adanya
muatan lokal yang mengangkat budaya lokal (karawitan dan tari daerah). Kelima, adanya
kegiatan ekskul Hadrah.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat di kontekstualkan dengan nilai luhur kearifan budaya
sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarakat karena Ki Hajar Dewantara memiliki
sifat:
 Selalu semangat belajar
 Tidak pernah merasa cukup pada ilmu yang dimiliki
 Selalu memperluas pengetahuannya
Sifat-sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter murid sebagai
individu. Sedangkan untuk konteks masyarakat:
 Cinta terhadap tanah air
 Rela berkorban
 Religius
 Nasionalis
 Pekerja keras
 Sederhana dan;
 Gotong royong

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur


kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah
Anda?
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur seperti gotong
royong dan semangat peduli terhadap sesama dan lingkungan. Multikultural budaya yang ada di
SMP N 74 Jakarta akan menunjang pengembangan nilai-nilai luhur yang menjadi penguatan
karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Pemikiran Dewantara tentang "Taman Siswa" dapat dikaitkan dengan kearifan lokal di
Jakarta. Konsep ini dapat diterjemahkan sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang
mengakui dan menghargai potensi unik setiap siswa. Ini sesuai dengan budaya inklusif yang
mendorong penghargaan terhadap beragam etnis dan suku di Jakarta.
Pemikiran Dewantara tentang "pendidikan sebagai proses sepanjang hayat" juga dapat
dihubungkan dengan nilai-nilai lokal. Budaya Dayak, misalnya, memiliki konsep kehidupan
yang berkelanjutan, di mana pembelajaran dan pertumbuhan berlangsung sepanjang hidup. Hal
ini sejalan dengan pemikiran Dewantara tentang pendidikan yang melekat dalam kehidupan
sehari-hari.
Penting untuk menekankan bahwa pendekatan ini harus menghormati dan
mempertahankan nilai-nilai budaya setempat sambil memperkaya pendidikan dengan konsep
Dewantara.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.
 Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan
sifat dan bentuk lingkungan anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitandengan isi dan
irama. Memiliki arti bahwa peserta didik membawa sifat dan karakternya masing-masing, jadi
sebagai pendidik kita tidak bisa menghapus sifat dasartersebut, yang dapat dilakukan adalah
dengan menunjukkan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat terpuji sehingga menutupi
sifat tercelanya.
 Contoh konteks lokal sosial budaya yang ada di SMP Negeri 74 Jakarta adalah
Hadrah.
1. Hadrah adalah sebuah musik yang bernafaskan Islami yaitu dengan melantukan Sholawat
Nabi diiringi dengan alat tabuhan dengan alat tertentu. Hadrohmenjadi kesenian islami
yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam. Pada
kesenian Hadrah ini terdapat contoh dari kodrat alam dan zamanhal ini dibuktikan karena
kesenian Hadrah dapat menumbuhkan perilaku positif yang berasal dari lingkungan dan
isi dari acaranya. Adapun rangkaian acara yangada dalamkegiatan Hadrah adalah
Mahalulqiyam, sholawatan, dan diakhiri ceramah agama.Kegiatan tersebut dapat
menumbuhkan budi pekerti, nilai spiritual, dan nilai budaya pada diri anak.
2. Konteks yang dapat diterapkan di Jakarta adalah konsep "Pendidikan sebagai
Pemberdayaan". Ini mencakup memberdayakan siswa untuk mengambil peran aktif
dalam pembelajaran mereka dan mendorong partisipasi mereka dalam pengambilan
keputusan di sekolah.Konsep ini dapat diterapkan dengan melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran, merancang proyek-proyek kolaboratif yang menekankan gotong-
royong, dan memberikan mereka tanggung jawab dalam mengelola inisiatif pendidikan.
Dengan ini, siswa dapat mengembangkan kepemimpinan, kemampuan berpikir kritis, dan
rasa memiliki terhadap sekolah mereka, yang konsisten dengan nilai luhur budaya
lokal.Dengan mengintegrasikan pemikiran Dewantara tentang pemberdayaan siswa
dengan nilai-nilai budaya dan konteks lokal di Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan, dapat menciptakan pendidikan yang relevan dan bermakna, serta menghormati
serta memperkuat kearifan budaya setempat.

Anda mungkin juga menyukai