Anda di halaman 1dari 1

ZALPIDIN

1.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual – Modul 1.1 CGP A.9

Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon


Pendidikan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya sambas dalam
mewujudkan pemikiran Ki Hajar Dewantara

Pengenalan
Ki Hajar Dewantara
Lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Indonesia
Advokat pendidikan untuk semua dan identitas nasional
Mendirikan Lembaga Pendidikan Nasional di Indonesia
Mempromosikan integrasi budaya lokal ke dalam pendidikan

Asas Tri-Kon dalam filosofi KHD terdiri dari


tiga komponen utama, yaitu:

1. Konteks Diri Murid: Filosofi ini menekankan pentingnya


memahami dan memperhatikan karakteristik,
kebutuhan, dan potensi setiap individu murid. Setiap
murid memiliki keunikan dan perbedaan dalam hal
minat, bakat, dan kemampuan. Oleh karena itu,
pendidikan harus dapat mengakomodasi perbedaan ini
dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap
murid untuk berkembang sesuai dengan potensinya

2. Konteks Sosial: Filosofi KHD juga menekankan


pentingnya memahami dan memperhatikan konteks sosial
budaya dalam pendidikan. Setiap individu hidup dalam
suatu masyarakat dengan budaya, norma, dan nilai-nilai
yang berbeda. Pendidikan harus mampu mengakomodasi
dan memperhatikan konteks sosial ini agar murid dapat
mengembangkan diri secara optimal dalam lingkungan
yang sesuai dengan budaya dan nilai-nilai lokal.

3. Konteks Budaya Sambas: Filosofi KHD juga menekankan


pentingnya memahami dan memperhatikan konteks budaya
Sambas, yang merupakan daerah tempat Ki Hajar Dewantara
berasal. Setiap daerah memiliki budaya dan tradisi yang khas, dan
pendidikan harus mampu menghargai dan memperkaya budaya
lokal tersebut. Dalam konteks Sambas, pendidikan harus mampu
Kehidupan Kota
mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam proses
pembelajaran, sehingga murid dapat mengembangkan identitas
budaya mereka.

Dalam memaparkan ide, filosofi KHD menekankan pentingnya


pendidikan yang inklusif dan berbasis pada keunikan individu
dan budaya lokal. Pendidikan harus mampu mengakomodasi
perbedaan dan memberikan kesempatan yang sama bagi
semua murid untuk berkembang sesuai dengan potensinya

>.>Alasan di balik filosofi ini adalah untuk memastikan


bahwa pendidikan tidak hanya sekadar mentransfer
pengetahuan, tetapi juga membantu murid dalam
mengembangkan kepribadian, kemampuan, dan potensi
mereka secara holistik. Dengan memperhatikan konteks
diri murid dan sosial budaya, pendidikan dapat menjadi
lebih relevan, bermakna, dan memberikan dampak positif
bagi perkembangan individu dan masyarakat.
>>Mendemonstrasikan hasil dalam mewujudkan pemikiran KHD
berarti mengimplementasikan prinsip-prinsip filosofi ini dalam praktik
pendidikan. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan
kurikulum yang inklusif, pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada murid, pemberdayaan guru untuk mengakomodasi perbedaan,
dan kolaborasi dengan masyarakat untuk memperkaya
pembelajaran.
Tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan pemikiran KHD adalah adanya resistensi
terhadap perubahan dalam sistem pendidikan yang sudah mapan. Beberapa pihak mungkin
masih mengedepankan pendekatan yang bersifat umum dan kurang memperhatikan
keunikan individu dan budaya lokal. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan komitmen
dari semua pihak terkait untuk mengimplementasikan filosofi KHD.

Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan melibatkan semua


stakeholder pendidikan, termasuk guru, orang tua, pemerintah, dan masyarakat
dalam mendukung dan menerapkan pendekatan yang inklusif dan berbasis pada
keunikan individu dan budaya lokal. Diperlukan juga peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan bagi guru agar mereka dapat mengimplementasikan
filosofi KHD dengan baik
Dengan mewujudkan pemikiran KHD dalam praktik pendidikan,
diharapkan pendidikan dapat menjadi lebih relevan,
bermakna, dan memberikan dampak positif bagi
perkembangan individu dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai