Anda di halaman 1dari 3

JURNAL REFLEKSI

SEMINAR PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

Nama : Indah Lestari


NIM : 223708220081
Kelas : MIPA 01
Nama Filosofi Pendidikan Indonesia
Matakuliah
Review Pengalaman belajar yang saya peroleh dalam mempelajari mata kuliah
pengalaman tersebut ialah, terkait dengan pemikiran dan gerakan transformasi Ki
belajar. Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan telah sesuai dengan
dasar-dasar pendidikan yang dibutuhkan Bangsa Indonesia, mulai dari
dasar-dasar Pendidikan yang menuntun, kodrat alam dan kodrat zaman,
budi pekerti serta sistem among yang dipaparkan. KHD menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada
peserta didik, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun
pendidik sebagai ‘pamong’ harus tetap memberi tuntunan dan arahan
agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang
‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses
‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar.
Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/ membantu) anak
untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya
untuk menjadi manusia seutuhnya.

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya


menuntun anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan
zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan
pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan
dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta
didik di Indonesia. Menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya
daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat untuk
menebalkan laku peserta didik dan menuntun kekuatan kodrat peserta
didik yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal (nilai-nilai luhur
sosial budaya) daerah asal kita khusunya di Banten.

Praktik-praktik pendidikan zaman kolonial dan pasca kemerdekaan yang


masih ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar perlu
dilepaskan dengan cara menerapkan model-model pendidikan atau
pembelajaran yang dapat memerdekakan peserta didik. Dengan
mengingat bahwa peserta didik itu unik, kita sebagai guru nantinya dapat
menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi berlandaskan karakter
peserta didik, latar belakang dan minat bakat, kemampuan serta
keterampilan sampai kepada cara belajar peserta didik untuk
mewujudkan pembelajaran paradigma baru dan mencetak Pelajar
Pancasila.
Refleksi 1. Mengapa topik tersebut penting?
pengalaman Karena Bangsa Indonesia perlu mewarisi buah pemikiran Ki Hadjar
belajar yang Dewantara. Dalam pandangannya, tujuan pendidikan adalah
dipilih memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan
agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status
sosial serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan. Pendidikan
yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni mempertimbangkan
keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses
transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai.
Sehingga dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu
membentuk karakater manusia menjadi manusia yang seutuhnya.

Sehingga, sebagai calon guru professional kita dapat


mengimplementasikan merdeka belajar yang menghasilkan profil
“Pelajar Pancasila” dengan melakukan perubahan-perubahan hebat di
kelas kita untuk memberikan tuntunan terbaik kepada peserta didik.
Peserta didik diberi kebebasan untuk bereksplorasi, berinovasi dan
mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya masing-masing.
Tugas kita memberikan tuntunan, arahan dan bimbingan agar
kemerdekaan mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif. Belajar
bisa dilakukan dimanapun sesuai konteksnya, karena semua tempat
adalah sekolah, semua rumah adalah sekolah. Untuk itu, guru harus
terus mengembangkan kompetensinya agar bisa beradaptasi dengan
perubahan. Guru harus terus belajar, untuk membelajarkan siswa.
Kita harus memahami peserta didik sebagai individu yang unik, khas
sesuai kodratnya.

2. Bagaimana saya mempelajarinya?


Saya mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan cara yang
beragam, mulai dari menyimak penjelasan yang disampaikan oleh
dosen atau instruktur, melakukan kegiatan diskusi dan tanya jawab
saat pemaparan presentasi.Selain itu, untuk memperdalam apa yang
telah dipahami, saya memanfaatkan literatur yang terdapat di
internet, portal kemendikbud serta membaca dan melengkapi LMS.

3. Apakah strategi tersebut penting bagi saya?


Strategi dalam mengimplementasikan pemikiran KHD pada proses
pembelajaran merupakan hal yang penting bagi saya, karena
pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya di masa sesudah
kemerdekaan, sebagaimana diyakini juga oleh Ki Hadjar Dewantara,
adalah menyangkut upaya memahami dan menganyomi kebutuhan
peserta didik sebagai subyek pendidikan. Dalam konteks ini, tugas
pendidik adalah mengembangkan potensi-potensi peserta didik,
menawarkan pengetahuan kepada peserta didik dalam suatu dialog.
Semuanya itu dimaksudkan untuk memantik dan mengungkapkan
gagasan-gagasan peserta didik tentang suatu topik tertentu sehingga
yang terjadi adalah pengetahuan tidak ditanamkan secara paksa tetapi
ditemukan, diolah dan dipilih oleh peserta didik. Dalam perspektif
itulah Ki Hadjar memaknai pendidikan sebagai aktivitas
“mengasuh”.

Analisis artefak
pembelajaran Berikut adalah salah satu
bukti dalam merefleksikan
topik tersebut.

Dalam memahami pemikiran


KHD, saya memaparkan
terlebih dahulu pandangan
mengenai pengajaran dan
pendidikan yang diharapkan.
Setelah itu menjelaskan
bagaimana dasar-dasar
pendidikan yang menuntun
diterapkan sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat
zaman peserta didik, serta
pentingnya budi pekerti dan
sistem among yang
diungkapkan dalam
semboyan KHD.

Pembelajaran Perubahan yang saya rasakan dari mempelajari filosofis Ki Hajar


bermakna (good Dewantara yakni salah satunya adalah Sistem Among yang diaplikasikan
practices) pada proses pembelajaran di kelas yang dilakukan bertujuan untuk
mendidik anak sebagai Subjek bukan Objek (Karena anak adalah pusat
pendidikan). Dalam pembelajaran tidak menghendaki “Paksaan-
paksaan” melainkan memberi “tuntunan” bagi hidup peserta didik agar
dapat berkembang dengan selamat, baik lahir maupun batinnya.
Menyadari bahwa setiap peserta didik itu istimewa, unik, dan memiliki
potensi dalam dirinya. Dalam Sistem Among anak dididik di sekolah
sesuai dengan bakat dan minat. Pendidik sebagai Tut Wuri Handayani
berperan menuntun, mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya agar
jiwanya merdeka lahir dan batin. Guru memberikan kebebasan pada anak
dalam memilih gaya belajar yang mereka sukai. Dari yang tadinya hanya
menuruti instruksi akan berubah menjadi “Merdeka Belajar”.

Anda mungkin juga menyukai