Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA


TOPIK 2 01.01.2-T2-4. RUANG KOLABORASI
NILAI LUHUR SOSIAL BUDAYA SEBAGAI TUNTUNAN

DOSEN PENGAMPU:
PROF. DR. EDDY LION, M.PD.
DR. GUNARJO S.BUDI, M.SC.

DISUSUN OLEH :
CICI 2362002190200
HERNI 2362002190208
MADE CLARA SEPTIANA 2362002190214
MARIATUL QIBTIYAH 2362002190215
SOPIA 2362002190225

PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1 TAHUN 2023


BIDANG STUDI ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2023
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang
sejalan dengan pemikiran KHD?
Jawab :
Pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendiri pendidikan nasional Indonesia, dapat
dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal untuk memperkuat
karakter peserta didik sebagai individu dan anggota masyarakat di daerah sekitar lebih
tepatnya di sekitar lingkungan SDN 8 Langkai.
Salah satunya yaitu nilai kesopanan dan hormat kepada guru. Kami yakin di setiap
daerah nilai kesopanan pasti selalu ada dan dijunjung, hal ini telah diterapkan oleh
masyarakat sekitar di sekolah. Praktik baik tersebut adalah budaya di SDN 8 Langkai yang
setiap pagi guru menyambut siswa dan siswa salim / salam kepada siswa.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur kearifan
budaya sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarakat karena ki Hajar
Dewantara memiliki sifat:
▪ Selalu semangat belajar
▪ Tidak pernah merasa cukup pada ilmu yang dimiliki
▪ Selalu memperluas pengetahuannya
Sifat-sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter murid
sebagai individu. Sedangkan untuk konteks masyarakat:
▪ Rela berkorban
▪ Religius
▪ Nasionalis
▪ Sederhana dan;
▪ Gotong royong
Pada kegiatan di sekitarnya Pembahasan:
Ki Hajar Dewantara adalah salah satu orang yang berperan dalam mendirikan suatu
lembaga pendidikan khususnya bagi pribumi. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 8
bulan Mei, tahun 1889 di Pakualaman Yogyakarta, nama istri beliau adalah Nyi Hadjar
Dewantara, dan beliau wafat pada 26 April 1958, dan disemayamkan di pemakaman
keluarga Taman Siswa Wijaya Brata. Ki Hajar Dewantara, memegang peranan penting
dalam ilmu pendidikan dan politik, beliau juga merupakan salah satu pendiri Indische
Partij.
Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya
di daerah.
Konteks dan nilai dalam budaya lokal juga menjadi unsur penting dalam mendidik
anak. Mengingat adanya faktor kodrat anak dan kodrat alam, beberapa nilai lokal seperti
permainan tradisional bisa disisipkan bahkan menjadi media dalam mendidik anak. Ada
banyak permainan tradisional yang bisa diintegrasikan dalam pembelajaran serta
menimbulkan rasa senang dan gembira kepada anak. Permainan ini juga dapat menjadikan
anak mudah bersosialisasi dan mengembangkan aspek kepribadian terutama saling
bekerjasama, toleransi, sportif, aktif dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Sebelum menjawab pertanyan tersebut, terlebih dahulu kita memahami pengertian
dari sosio-kultural adalah gagasan atau sistem yang mengatur tingkah laku manusia. Ki
Hajar Dewantara (KHD) dalam pemikirannya menjelaskan bahwa pendidikan dan
pengajaran diIndonesia merupakan upaya yang dilakuakan sebagai usaha bersama dalam
mempersiapkan dan menyediakan kebutuhan hidup manusia baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun berbudaya. Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah untuk
mempersiapkan pelajar Indonesia sebagai masyarakat global namun sesuai dengan
Pancasila dan kearifan lokal.
Kekuatan Konteks Sosio-Kultural (Nilai-nilai Luhur Budaya) di Daerah Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan yang Sejalan dengan Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara :
▪ Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan memiliki budaya yang kaya dan
bervariasi dengan banyak elemen tradisional. Misalnya, dalam masyarakat Dayak di
Kalimantan Tengah, nilai-nilai seperti gotong-royong, keberanian, dan ketahanan
dalam menghadapi tantangan alam sangat dihargai. Nilai-nilai ini sejalan dengan
gagasan Dewantara tentang pendidikan karakter, yang menekankan kolaborasi,
keberanian untuk berinovasi, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan.
▪ Budaya adat dan ritual di kedua provinsi ini, seperti upacara adat, juga mendorong
rasa hormat terhadap leluhur dan lingkungan. Pemikiran Dewantara tentang
menghormati sejarah dan lingkungan dalam proses pendidikan cocok dengan prinsip-
prinsip ini.
▪ Kedua provinsi ini juga memiliki banyak kelompok etnis yang berbeda, dan
keragaman budaya ini dapat digunakan untuk memperkuat pemahaman siswa tentang
toleransi dan pluralisme, yang sesuai dengan gagasan Dewantara tentang pendidikan
yang inklusif dan menghormati keragaman.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta
didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal
sosial budaya di daerah Anda?
Jawab :
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur seperti
gotong royong dan semangat peduli terhadap sesama dan lingkungan. Multikultural
budaya yang ada di SDN 8 Langkai akan menunjang pengembangan nilai-nilai luhur yang
menjadi penguatan karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
▪ Pemikiran Dewantara tentang "Taman Siswa" dapat dikaitkan dengan kearifan lokal
di Kalimantan. Konsep ini dapat diterjemahkan sebagai pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yang mengakui dan menghargai potensi unik setiap siswa. Ini sesuai
dengan budaya inklusif yang mendorong penghargaan terhadap beragam etnis dan
suku di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
▪ Pemikiran Dewantara tentang "pendidikan sebagai proses sepanjang hayat" juga dapat
dihubungkan dengan nilai-nilai lokal. Budaya Dayak, misalnya, memiliki konsep
kehidupan yang berkelanjutan, di mana pembelajaran dan pertumbuhan berlangsung
sepanjang hidup. Hal ini sejalan dengan pemikiran Dewantara tentang pendidikan
yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.
▪ Penting untuk menekankan bahwa pendekatan ini harus menghormati dan
mempertahankan nilai-nilai budaya setempat sambil memperkaya pendidikan dengan
konsep Dewantara.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang
dapat diterapkan.
Jawab :
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur
kearifan budaya sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarakat dan dapat
diterapkan:
▪ Selalu semangat belajar
▪ Tidak pernah merasa cukup pada ilmu yang dimiliki
▪ Selalu memperluas pengetahuannya
Sifat-sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter
murid sebagai individu. Sedangkan untuk konteks masyarakat:
▪ Rela berkorban
▪ Religius
▪ Nasionalis
▪ Sederhana dan;
▪ Gotong royong
a. Salah satu kekuatan pemikiran Dewantara yang dapat diterapkan dalam konteks
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan adalah konsep "Pendidikan sebagai
Pemberdayaan". Ini mencakup memberdayakan siswa untuk mengambil peran aktif
dalam pembelajaran mereka dan mendorong partisipasi mereka dalam pengambilan
keputusan di sekolah.
b. Konsep ini dapat diterapkan dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
merancang proyek-proyek kolaboratif yang menekankan gotong-royong, dan
memberikan mereka tanggung jawab dalam mengelola inisiatif pendidikan. Dengan ini,
siswa dapat mengembangkan kepemimpinan, kemampuan berpikir kritis, dan rasa
memiliki terhadap sekolah mereka, yang konsisten dengan nilai luhur budaya lokal.

Dengan mengintegrasikan pemikiran Dewantara tentang pemberdayaan siswa


dengan nilai-nilai budaya dan konteks lokal di Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan, dapat menciptakan pendidikan yang relevan dan bermakna, serta menghormati
serta memperkuat kearifan budaya setempat.

Anda mungkin juga menyukai