Kelompok 4
Maulani Eka Aristiya (2201680447)
Muhamad Iqbal Mahdika Prasetya (2201680437)
Nofal Ida Amaiyani (2201680441)
Nur Fadillah (2201680496)
Nurul Fadilah (2201680512)
Oka Dwi Rizkianti (2201680466)
2022
1. Bagaimana pemikiran KHD dapat di kontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks local social budaya
di daerah anda?
Menurut Ki Hajar Dewantara terdapat koneksi dua hal yang tidak terpisahkan
antara pendidikan dan kebudayaan. Untuk mencapai kebudayaan yang kita mimpikan dan
peradaban bangsa yang kita cita-citakan, fondasi utama adalah pendidikan. Pendidikan adalah
tempat bersemayam benih- benih kebudayaan. Tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara
secara khusus diungkapkan oleh Wuryadi (2010, p. 21) bahwa pendidikan dalam konsep Ki
Hadjar Dewantara juga merupakan usaha menuju masyarakat yang berbudaya, bisa
dikatakan pula bahwa dengan salah satu perjuangan kebudayaan adalah melalui pendidikan.
Inilah keinginan yang kuat dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingatkan
kita betapa pentingnya guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan spiritualitas.
b. kelas dibuat nyaman dengan penataan kelas yang menyenangkan dan bebas dari
sampah
f. Sikap gotong royong, ramah tamah, tegur sapa, 3S, GLS dan kegiatan keagamaan
dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar reguler
g. Untuk kesenian daerah baik itu berupa tarian daerah, bahasa daerah, kerajinan
daerah maupun alat musik daerah dapat diimplementasikan dalam kegiatan ekstra
kulikuler dan nantinya akan ditampilkan dalam bentuk Pentas seni ataupun
pameran
Konteks dan nilai dalam budaya lokal juga menjadi unsur penting dalam mendidik anak.
Mengingat adanya faktor kodrat anak dan kodrat alam, salah satu nilai lokal yang masih relevan
digunakan seperti seni kenthongan dapat dikenalkan kepada anak. Kenthongan merupakan salah
satu kesenian pertunjukan massal yaitu seperangkat alat terutama kenthong. Kenthong dibuat
dari potongan bambu yang dilubangi sepanjang "ros" di pinggirnya. Zaman dahulu, kentong
punya banyak fungsi di masyarakat. Fungsi utamanya adalah untuk memberikan pengumuman,
contohnya digunakan untuk menyebarkan tanda peringatan bahaya bencana banjir, kebakaran,
atau kemalingan. Agar dapat menghasilkan melodi ditambah juga alat musik lain yaitu
Angklung, juga calung supaya ritme seperti musik modern, biasanya ada juga suling, jika ingin
lebih merdu lagi gunakan bas, biasanya juga menggunakan tong yang bagian atasnya telah
ditutup dengan ban dalam bekas, hampir sama dengan bas drus.
Kesenian kenthongan paling pas digunakan untuk lagu – lagu yang cepat seperti dangdut,
dll, tapi tidak menutup kemungkinan nantinya dapat juga untuk mengiringi lagu yang pelan.
Kenthongan biasanya diadakan untuk hiburan ketika hajatan, dan upacara lainnya, bahkan saat
ini banyak Festival resmi kenthongan, maka dari itu banyak kelompok kenthongan yang masih
eksis sampai sekarang. Kesenian Kenthongan sering ditampilkan di daerah obyek wisata
Baturraden, Purwokerto. Selain untuk menyambut pengunjung dan meramaikan tempat wisata
Baturraden, ini juga dimaksudkan untuk melestarikan budaya local yang sekarang mulai hilang
karena kalah oleh budaya modern. Agar semakin ramai dan tidak membosakan dilihat, di
kelompok kenthongan biasanya ada yang menari tarian khas Banyumas.
a. Nilai Moral : Seni kenthongan ini mencerminkan sifat-sifat kerakyatan seperti sifat
kekeluargaan, kekompakan, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.
b. Nilai Estetika : Seni kenthongan disini sebagai saran mengekpresikan kemampuan
berseni.
c. Nilai Budaya : Nilai yang dimiliki dalam masyarakat, sehingga perlu dijaga.
d. Nilai Kepercayaan : seni kenthongan ini seringkali berfungsi sebagai penanda suatu
kegiatan/kejadian.
2. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik sebagai
individu atau sekolah anda sesuai dengan konteks local social budaya di daerah Anda
yang dapat diterapkan.
Sesuai dengan dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa Menurut KHD, pengajaran
(onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam
memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan
Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan
dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup
manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-
luasnya”.
Dilihat dari dasar pemikiran diatas konteks local social budaya di daerah saya yang dapat
diterapkan yaitu budaya gotong royong. Daerah tempat tinggal saya masih sangat kental dengan
kebudayaan gotong royong seperti dilakukannya kerja bakti besama-sama pada setiap hari
minggu. Selain itu ketika ada yang sedang terkena musibah seperti kerusakan rumah maka para
warga disekitar masih mau melakukan gotong royong bersama membantu pembangunan rumah.
Warga juga bergotong royong untuk membangun fasititas umum seperti jembatan ataupun
memperbaiki jalanan.
Melalui Pendidikan tidak hanya materi atau pembelajaran yang diajarkan tetapi seorang
pendidik harus mengenalkan budaya baik nasional maupun budaya daerahnya salah satunya
dengan cara memasukannya ke dalam kurikulum yang diterapkan pada sekolah tersebut
dan mengimplementasikannya pada sebuah mata pelajaran yang akan disampaikan. Selain itu
kita sebagai pendidik harus menanamkan budaya demokrasi dan toleransi yaitu budaya yang
selalu menjadi pedoman dalam kehidupan bernegara dimana setiap manusia mempunyai latar
belakang yang berbeda dan kita sebagai pendidik harus bisa menanamkan kepada peserta didik
sikap saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesenjangan
ataupun pertikaian.