Anda di halaman 1dari 2

Tugas 1.

4: Argumentasi Kritis

Argumentasi Kritis tentang Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara di


Dunia Pendidikan
Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan dari segi tujuan
pendidikan, pelajaran yang diberikan, dan filosofi pendidikan secara keseluruhan.
Pada tahun 1954 pendidikan di Indonesia hanya diperuntukan bagi calon pegawai
pemerintah. Kemudian terbentuk Sekolah Bumi Putera yang hanya diperuntukkan
bagi beberapa orang agar setelah lulus dapat menjadi pembantu usaha dagang
pemerintah. Kemudian sekolah ini bertransformasi dan diperuntukan hanya bagi
dokter jawa dalam kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Kemudian pada tahun
1922 berdirilah Taman Siswa Yogyakarta oleh Ki Hajar Dewantara yang telah
berfokus pada kemerdekaan nasional, perintis pendidikan nasional dan perintis
kebudayaan nasional. Ki Hajar Dewantara merupakan seseorang yang memiliki
nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat dan kini kita kenal sebagai bapak
pelopor pendidikan nasional (Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002).
Sejak didirikan perguruan tersebut, nama Ki Hajar Dewantara disebut sebagai
Bapak Taman Siswa. Usaha Ki Hajar Dewantara menyelenggarakan perguruan
nasional merupakan perjuangan yang sangat berani, karena pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Belanda adalah pendidikan kolonial (Setiono,
2012). Pada sekolah-sekolah Taman Siswa diadakan Pembaagian-Pembagian
Sebagai Berikut; 1). Taman Indriya (Taman Kanak-Kanak Taman Siswa) bagi
anak-anak yang berumur 5-6 Tahun. 2). Taman Anak (kelas I-III) bagi anak-anak
berumur 6-7 Tahun -- 9-10. 3). Taman Muda (IVVI) bagi anak-anak yang berumur
10-11 tahun -- 12-13 tahun. 4). Taman Dewasa (SMP). 5). Taman Madya (SMA).
6). Taman Guru (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila).
Ki Hajar Dewantara memiliki dua pandangan tentang pendidikan. pertama,
tri pusat pendidikan, yang mengatakan bahwa pendidikan yang diterima oleh
peserta didik terjadi dalam tiga ruang lingkup, yakni: lingkungan keluarga,
lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut
memiliki pengaruh edukatif dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Kedua,
sistem among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan
bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila,
2021).
Prinsip Ki Hajar Dewantara yang selalu tersimpan adalah Tut wuri handayani
yang dianggap sebagai semboyan, moto, bahkan jiwa dan roh dalam
mengembangkan pendidikan modem. Berbeda dengan pendidikan Barat, yang
seolah-olah memaksa agar anak didik memiliki kadar intelektualitas yang tinggi,
Taman Siswa mendidik dengan eara membimbing dan mengarahkan dari belakang,
sambil memberikan petunjuk-petunjuk yang sesuai dengan kemampuannya.
Konsep dan prinsip dari Bapak Pendidikan Nasional ini dengan tujuan
meluaskan pendidikan dan keluar dari hal kebodohan untuk dapat memerdekan
bangsa, pendidikan dan memerdekakan kebudayannya tentunya selalu dan akan
tetap menjadi acuan perkembangan pendidikan di Indonesia ini sesuai dengan
contoh nyatanya yang Bapak Menteri Pendidikan cetuskan yakni Merdeka Belajar
dan Profil Pelajar Pancasila. Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip
leluhur menjadi bagian integral dalam pendidikan agar mengingat perjuangan akan
pendidikan bangsa Indonesia.
Referensi :
Suastika, M., Ratna, K., & Ardhana, K. (2002). Ki Hadjar Dewantara Pelopor
Pendidikan Nasional. Cakrawala Pendidikan (3), 377-394.
Setiono, T. H. (2012). Ki Hadjar Dewantara Perannya Dalam Memperjuangkan
Pendidikan Nasional Tahun 1922-1959. Jurnal STKIP PGRI Sidoarjo, 1-9.
Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila. (2021). Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar
Dewantara dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS
(11) 1, 47-55.

Anda mungkin juga menyukai