Sosok yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara merupakan seseorang yang memiliki
nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang mana berubah menjadi Suwardi Suryailingrat
dan kini kita kenal sebagai bapak pelopor pendidikan nasional (Suastika, Ratna, & Ardhana,
2002, p. 379).
Ki Hadjar Dewantara dengan prinsipnya yang kita kenal Tut Wuri Handayani yang
menjadi landasan perihal pengajaran dan pendidikan. Sungguh perjuangan yang tidak mudah
sampai di titik dapat membangun taman siswa yang merupakan gerbang menuju kemerdekaan
baik aspek pendidikan maupun aspek kebudayaan yang tentunya amat sangat terkait dengan
aspek politik sebagai pagar atau pondasi utama untuk menjaga pembangunan pendidikan ini.
Gerakan transpormasi Ki Hadjar Dewantara merupakan gerakan untuk membebaskan diri dari
jeratan penjajah dengan meluaskan pendidikan kepada generasi muda juga generasi penerus
bangsa. Pada zaman colonial kala itu dengan didirikannya taman siswa di Yogyakarta bertujuan
agar bangsa dan anak-anak Indonesia serta rakyat dapat terbebas dari kebodohan dan
menemukan kemerdekaannya sendiri.
Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 itu tidak dimaksudkan untuk mendidik
golongan tertentu, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tujuan pokok yang hendak
dicapai adalah terlaksananya pendidikan dan pengajaran secaramerata, sekaligus menanamkan
nilai-nilai persatuan di atas perbedaan (bhinnelea tunggal ilea). Salah satu alasan mengapaTaman
Siswa didirikan adalah kenyataan bahwa pemerintah kolonial sangat kikir dan sama sekali
mengabaikan bidang pendidikan (Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002, p. 379).
Bukan hanya didirikannya Taman siswa tetapi usaha-usaha yang di lakukan oleh Ki
Hadjar Dewantara dalam melaksanakan cita-cita pendidkannya yaitu dengan mendirikan
Perguruan Kebangsaan "Taman Siswa" pada tanggal 3 Juli 1922 di Jogyakarta. Pada sekolah-
sekolah Taman Siswa diadakan Pembaagian-Pembagian Sebagai Berikut; 1). Taman Indriya
(Taman Kanak-Kanak Taman Siswa) bagi anak-anak yang berumur 5-6 Tahun. 2). Taman Anak
(kelas I-III) bagi anak-anak berumur 6-7 Tahun -- 9-10. 3). Taman Muda (IVVI) bagi anak-anak
yang berumur 10-11 tahun -- 12-13 tahun. 4). Taman Dewasa (SMP). 5). Taman Madya (SMA).
6). Taman Guru (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila, 2021, p. 53)
Selain hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara memiliki dua pandangan tentang pendidikan.
pertama, tri pusat pendidikan, yang mengatakan bahwa pendidikan yang diterima oleh peserta
didik terjadi dalam tiga ruang lingkup, yakni: lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan
lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut memiliki pengaruh edukatif dalam
pembentukan kepribadian peserta didik. Kedua, sistem among, yaitu suatu sistem pendidikan
yang berjiwa kekeluargaan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan (Zuriatin, Nurhasanah, &
Nurlaila, 2021, p. 50).
Prinsip Ki Hadjar Dewantara yang selalu tersimpan adalah Tut wuri handayani yang
dianggap sebagai semboyan, moto, bahkan jiwa dan roh dalam mengembangkan pendidikan
modem. Berbeda dengan pendidikan Barat, yang seolah-olah memaksa agar anak didik memiliki
kadar intelektualitas yang tinggi, Taman Siswa mendidik dengan eara membimbing dan
mengarahkan dari belakang, sambil memberikan petunjuk-petunjuk yang sesuai dengan
kemampuannya.
Konsep dan prinsip dari Bapak Pendidikan Nasional ini dengan tujuan meluaskan
pendidikan dan keluar dari hal kebodohan untuk dapat memerdekan bangsa, pendidikan dan
memerdekakan kebudayannya tentunya selalu dan akan tetap menjadi acuan perkembangan
pendidikan di Indonesia ini sesuai dengan contoh nyatanya yang Bapak Menteri Pendidikan
cetuskan yakni merdeka belajar. Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip leluhur
menjadi bagian integral dalam pendidikan agar mengingat perjuangan akan Namanya pendidikan
di bangsa Indonesia ini.
Daftar Pustaka
Suastika, M., Ratna, K., & Ardhana, K. (2002). Ki Hadjar Dewantara Pelopor Pendidikan
Nasional. Cakrawala Pendidikan, 379.
Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila. (2021). Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS, 50.