Anda di halaman 1dari 14

ITTIHAD, Vol. I, No.

1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DI DAYAH MUDI


MESJID RAYA SAMALANGA

Barrulwalidin
Alumnus Prodi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan

e-mail: barrulwalidin201705@gmail.com

Abstract: Dayah is the oldest educational institution in Aceh. Along with the
development of the dynamics Dayah day in Aceh also went through changes.
Dayah is generally divided into two, namely the traditional Dayah or salafi and
Dayah modern. Dayah salafi still maintains a long way in its education system.
Dayah still uses the curriculum of classical Arabic books as a reference for
learning, still using wetonan and sorogan methods, balee-shaped learning space
(cottage), and still has not implemented a management system in its
management. But there are also salafi Dayah who have begun to adapt
themselves with the times. One of them is Dayah Ma'hadal 'Ulum Diniyah
Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga. Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga
has started to adjust to the times. This is the name of the type of education held
that includes salafi Dayah education, Arabic and English language education,
Package B Madrasah Tsanawiyah B, Al Quran Education Park, Ta'lim Council,
and even Islamic Islamic Institute of Al-Aziziyah (IAIA) Samalanga. In addition,
in penegelolannya Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga also has implemented a
management system. This study aims to find out the management of education
in Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, which includes planning, organizing,
implementation and supervision.
Keyword : Education Management, Pondok Pesantren, Dayah.
Abstrak: Dayah merupakan lembaga pendidikan tertua di Aceh. Seiring dengan
berkembangnya zaman dinamika Dayah di Aceh juga ikut mengalami per-
ubahan. Dayah secara umum terbagi dua, yaitu Dayah tradisional atau salafi dan
Dayah modern. Dayah salafi masih mempertahankan cara lama dalam sistem
pendidikannya. Dayah masih menggunakan kurikulum kitab-kitab Arab klasik
sebagai rujukan pembelajaran, masih menggunakan metode wetonan dan
sorogan, ruang belajar berbentuk balee (pondok), dan masih belum menerap-
kan sistem manajemen dalam pengelolaannya. Namun ada juga Dayah salafi
yang sudah mulai menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman. Salah
satunya adalah Dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya
Samalanga. Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sudah mulai menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman. Hal ini namapak dari jenis pendidikan yang
diselenggarakan yaitu meliputi pendidikan Dayah salafi, pendidikan bahasa
Arab dan Inggris, Madrasah Tsanawiyah Paket B, Taman Pendidikan Alquran,
majelis Ta’lim, dan bahkan sudah ada perguruan tinggi Islam Institut Agama
Islam Al-Aziziyah (IAIA) Samalanga. Di samping itu dalam penegelolannya
Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga juga telah menerapkan sistem manajemen.
Penelitian ini bertujuan mengetahui manajemen pendidikan di Dayah MUDI
Mesjid Raya Samalanga, yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelak-
sanaan dan pengawasan.
Kata Kunci : Manajemen Pendidikan, Pondok Pesantren, Dayah.
58
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

PENDAHULUAN Mengingat pendidikan yang dise-


Pendidikan pada dasarnya merupa- lenggarakan oleh pemerintah kolonial
kan upaya yang bersifat sadar dengan Belanda masa itu tidak adil karena masih
sistematik terarah pada perubahan ting- bersifat elit, diskriminatif dan diorientasi-
kah laku. Kegiatan pendidikan merupakan kan pada kepentingan penjajahan, maka
proses pemberian bimbingan potensi sistem pendidikan yang telah ada dikem-
kepada peserta didik secara totalitas. bangkan oleh para tokoh pendidikan
Bimbingan tersebut diharapkan mampu Indonesia kala itu untuk menjangkau
menjadi media yang mengantarkannya kepentingan rakyat secara lebih luas. Pen-
agar ia bisa hidup di masanya baik sebagai didikan ini umumnya bersifat keagamaan
individu maupun sosial, sesuai dengan dan diselenggarkan pada lembaga pendi-
nilai-nilai luhur yang dianut. dikan yang dikenal dengan nama pondok
John Dewey menyebutkan bahwa pesantren.
pendidikan merupakan proses pemben- Pesantren pada awal berdirinya
tukan kecakapan fundamental secara merupakan lembaga pendidikan keagama-
intelektual dan emosional ke arah alam an yang masih bersifat tradisional. Namun,
dan sesama manusia. Tujuan pendidikan seiring dengan berkembangnya zaman,
dalam hal ini agar generasi muda sebagai pola pendidikan pondok pesantren juga
penerus generasi tua dapat menghayati, ikut menyesuaikan diri dengan keadaan
memahami, mengamalkan nilai-nilai atau masa. Bentuk-bentuk penyelenggaraan
norma-norma tersebut dengan cara pendidikan pesantren sekarang ini dapat
mewariskan segala pengalaman, pengeta- diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu
huan, kemampuan dan keterampilan yang pesantren yang menyelenggarakan pendi-
melatarbelakangi nilai-nilai dan norma- dikan formal dengan menerapkan kuri-
norma kehidupan itu.1 kulum nasional, pesantren yang me-
Perlu disadari bahwa perkembangan nyelenggarakan pendidikan dalam bentuk
bangsa di masa yang akan datang tidak madrasah, pesantren yang hanya
hanya ditentukan oleh banyaknya sumber mengajarkan ilmu agama dan pesantren
daya alam yang dimilikinya, melainkan yang hanya menjadi tempat pengajian.
lebih banyak ditentukan oleh kualitas Sesuai dengan amanat Undang-
sumber daya manusia yang dimiliki oleh Undang Dasar Negara Republik Indonesia
negara tersebut. Oleh karena itu pendi- tahun 1945, maka dalam pasal 3 Undang-
dikan sebagai upaya untuk meningkatkan Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
kemampuan sumber daya insani merupa- Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
kan suatu usaha besar dan penting yang bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
selalu diupayakan serta menjadi pusat untuk mengembangkan kemampuan dan
perhatian setiap bangsa yang ingin me- membentuk watak serta peradaban
majukan negaranya. bangsa yang bermartabat dalam rangka
Dalam konteks pendidikan di Indo- mencerdaskan kehidupan bangsa, ber-
nesia, lembaga pendidikan telah ada sejak tujuan untuk berkembangnya potensi
masa penjajahan kolonial Belanda. Para peserta didik agar menjadi manusia yang
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia beriman dan bertakwa kepada Tuhan
menyadari bahwa di samping melalui Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
organisasi politik perjuangan ke arah berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
kemerdekaan juga perlu dilakukan melalui menjadi warga negara yang demokratis
jalur pendidikan. serta bertanggung jawab”.
Sudah tidak diragukan lagi bahwa
1 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter; pesantren memiliki kontribusi nyata
Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Cet. dalam pembangunan pendidikan. Apalagi
ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 67
Barrulwalidin |59
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

dilihat secara historis, pesantren memiliki kan, Dayah dengan pola pendidikan tradi-
pengalaman yang luar biasa dalam mem- sional memiliki kelemahan baik dari segi
bina dan mengembangkan masyarakat. manajemen, life skill, maupun sarana dan
Bahkan, pesantren mampu meningkatkan prasarana. Otonomisasi pendidikan
perannya secara mandiri dengan menggali dengan manhaj (kurikulum) yang mandiri
potensi yang dimiliki masyarakat di se- dan tertutup juga merupakan salah satu
kelilingnya. faktor munculnya stigma tersebut.
Pondok pesantren di Aceh lebih Sebagai pusat transmisi ilmu-ilmu
dikenal dengan sebutan Dayah. Eksistensi Islam tradisional (transmission of Islamic
Dayah khususnya di Aceh menurut per- knowledge) dan pusat reproduksi ulama
kiraan James T. Siegel sebagaimana yang (reproduction of ulama), Dayah salafi
dikutip oleh Hamdiah telah ada semenjak harus mempertahankan tradisi dan tata
kesultanan dan turut mewarnai kehidupan nilai yang masih relevan (al-muhafadhat
masyarakat secara menyeluruh dan me- ‘ala al-qadim al-shalih). Namun, dipihak
mainkan fungsi sosial, khususnya dalam lain, secara selektif harus beradaptasi
disiplin ilmu agama. Masyarakat Aceh ter- dengan pola baru yang dapat menopang
utama anak-anak mudanya kebanyakan kelanggengannya (al-akhdzu bi al-jadid al-
meudagang (merantau) untuk mendapat- ashlah). Ketika proses akomodasi ini ber-
kan bekal pengetahuan.2 jalan, maka sebagai sentrum pembangun
Dalam rentang sejarah, dengan masyarakat, Dayah harus melakukan re-
segala keterbatasannya, Dayah masih fungsionalisasi, terlebih lagi era globalisasi
menjadi salah satu tumpuan harapan telah mempengaruhi perkembangan sosial
dalam mengemban misi teologis dan dan budaya.
pengembangan intelektual. Hingga saat Ada beberapa Dayah mulai merubah
ini, Dayah telah terpola menjadi tiga, yaitu orientasinya, dari penguasan ilmu-ilmu
Dayah salafi, khalafi dan kombinasi. Jika agama menambah dengan penguasaan
dilihat dari sisi kesederhanaan dan keber- ilmu umum. Dayah yang semula hanya
sahajaan, Dayah salafi secara tidak lang- memfokuskan pada pendidikan salaf saja,
sung mengambil peran binary opposition namun sekarang dengan pengembangan
bagi elitisme lembaga pendidikan lainnya. sistem pendidikan yang memasukkan
Menjelaskan tentang pendidikan materi-materi pelajaran umum, santri
salafi yang dimaksud adalah proses dapat bersaing dalam era modern yang
belajar mengajarnya dilakukan melalui mana manusia tidak cukup hanya ber-
struktur, metode dan literatur tradisional, bekal dengan moral yang baik saja, akan
berupa pendidikan di madrasah dengan tetapi perlu dilengkapi dengan keahlian
jenjang yang bertingkat, ataupun pem- atau keterampilan yang relevan dengan
berian pengajaran dengan sistem halaqah kebutuan kerja.
dalam bentuk wetonan atau sorogan. Ciri Perkembangan Dayah seperti di-
utama dari pengajaran tradisional ini sebutkan di atas juga dapat kita lihat
adalah cara pemberian ajarannya yang di- dengan bermunculannya Dayah dengan
tekankan pada penangkapan harfiah atas model pendidikan khalaf (modern). Model
suatu kitab (teks) tertentu. pendidikan modern di Dayah ditandai
Selama ini Dayah salafi cendrung bukan hanya menyelenggarakan pendi-
mendapatkan stigma sebagai lembaga dikan Islam tradisional tetapi juga
pendidikan yang out of date, konservatif, menyelenggarakan pendidikan formal di
eksklusif, dan teralienasi. Hal ini disebab- dalamnya.
Dayah khalaf adalah lembaga pendi-
2 Hamdiah M. Latif, “Tradisi dan Vitalitas dikan Dayah yang memasukan pelajaran
Dayah (Kesempatan dan Tantangan),” dalam umum dalam kurikulum madrasah yang
Didaktika, Vol. VIII, No. 2, September 2007, hal. 1.
60 | Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

dikembangkan, atau Dayah yang me- sebagai konsekuensi dari dinamika per-
nyelenggarakan tipe-tipe sekolah umum ubahan sosial. Sebagai lembaga yang telah
seperti SMP, SMA dan bahkan perguruan lama menjadi tumpuan pendidikan dan
tinggi dalam lingkungannya. pengembangan “masyarakat religius”,
Sejalan dengan penyelenggaraan Dayah salafi tidak boleh mengabaikan tun-
pendidikan formal di dalamnya, beberapa tutan perubahan tersebut. Meskipun filo-
Dayah modern menggalami pengem- sofi dasarnya tetap dipegang teguh, yaitu
bangan pada aspek manajemen, organi- mendidik kemandirian masyarakat ber-
sasi, dan administrasi penggelolan ke- dasarkan keyakinan keagamaan, namun
uangan. Perkembanggan ini dimulai dari dengan adanya perubahan yang berjalan
perubahan gaya kepemimpinan Dayah begitu cepat di era global dewasa ini
dari karismatik ke rasionalistik, dari Dayah perlu melakukan penyesuaian-
otoriter paternalistic ke diplomatik penyesuaian terutama dalam manajemen-
partisipatif. nya.
Beberapa Dayah sudah membentuk Keberhasilan sistem pendidikan
badan pengurus harian sebagai lembaga Dayah sangat dipengaruhi oleh penataan
payung yang khusus mengelola dan sistem manajerialnya. Dalam hal ini yang
menanggani kegiatan-kegiatan Dayah. dimaksud ialah perlunya Dayah salafi
Misalnya pendidikan formal, diniyah, mengakomodasi prinsip-prinsip mana-
penggajian majelis ta’lim, sampai pada jemen modern. Dalam kebanyakan kasus,
masalah penginapan (asrama santri), ke- Dayah salafi menerapkan sistem mana-
rumah tanggaan, kehumasan. Dayah pada jemen yang umumnya masih konven-
tipe ini pembagian kerja antar unit sudah sional. Sebagai contoh, dalam sistem
berjalan denggan baik, meskipun tetap manajemen Dayah salafi tidak ada pe-
saja Tengku (pimpinan) memiliki penga- misahan yang jelas antara yayasan, pim-
ruh yang kuat. pinan madrasah, guru atau ustadz dan staf
Perkembangan aspek manajemen administrasi, tidak adanya transparansi
pada Dayah modern tidak lepas dari pengelolaaan sumber-sumber keuangan,
pengaruh perubahan sosial yang bergerak belum terdistribusinya peran pengelolaan
begitu cepat sebagai dampak perkem- pendidikan, dan banyaknya penyeleng-
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi. garaan administrasi yang tidak sesuai
Berbeda halnya dengan Dayah salafi dengan standar, serta unit-unit kerja yang
(tradisional). Terdapat kecenderungan tidak berjalan menurut aturan baku
bahwa Dayah tradisonal kurang mampu organisasi.
terpacu dengan laju perubahan sosial yang Dengan demikian, dari beberapa
terjadi. Sebagai konsekuensinya peran dan kelemahan di atas, Dayah harus meman-
fungsi Dayah cenderung termarjinalkan dang bahwa untuk tetap dapat berdiri
dalam dinamika perubahan sosial. Kondisi eksis di tengah perkembangan zaman dan
ini tentu saja perlu direspon dan dijawab tuntutan masyarakat perlu untuk me-
secara cerdas dan bertanggung jawab, jika nerapkan manajemen dengan kepemim-
Dayah salafi tidak ingin kehilangan pinan yang lebih direncanakan dan diper-
relevansi dalam peran dan fungsinya siapkan sebelumnya. Dayah salafi yang
dalam dinamika sosial. telah mulai menerepakan manajemen
Berkaitan dengan kondisi yang modern salah satunya adalah Dayah
dikemukakan di atas, karenanya Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI)
salafi perlu mengadakan perubahan se- Mesjid Raya Samalanga Kabupaten
cara terus-menerus seiring dengan ber- Bireuen.
kembangnya tuntutan-tuntutan yang ada Bireuen sebelah Barat (Samalanga)
dalam masyarakat yang dilayaninya, lebih dikenal dengan sebutan kota santri.

Barrulwalidin |61
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

Hal ini di sebabkan beberapa hal yaitu, dan sejak itu prinsip ini terkenal luas dan
pertama banyak ulama dari Bireuen yang digunakan sebagai suatu sistem mana-
tidak ikut bergerilya saat perang Aceh jemen dalam industri dan perdagangan,
dengan Belanda karena ingin merper- sebagaimana yang dikemukakan oleh
tahankan aqidah umat. Kedua, hampir Ducker bahwa manajemen merupakan
70% Dayah yang ada di Aceh dipimpin suatu ramalan bahwa dengan mengguna-
oleh alumni dari Bireuen. Ketiga, ulama kannya seseorang manager pada waktu
kharismatik Aceh banyak yang berasal yang akan datang akan dapat memper-
dari Bireuen. Keempat, Dayah-dayah salafi tanggungjawabkan baik hasil maupun
besar di Aceh berada di Bireuen. Kelima, kualitas hubungan kemanusiaan yang ber-
Kondisi pendidikan Dayah di Kabupaten laku di dalam organisasinya.4
Bireuen sekarang sangat mengembirakan, Secara etimologi, manajemen berasal
baik secara kelembagaan maupun keber- dari bahasa Latin yaitu dari kata manus
adaan santri-santrinya. Bireuen sekarang yang berarti tangan dan agree yang berarti
memiliki 73 unit Dayah setingkat MTs/MA melakukan. Kata-kata itu digabungkan
dan 2 unit Dayah setingkat perguruan menjadi kata kerja managere yang artinya
tinggi serta 173 unit balai pengajian se- menangani. Managere diterjemahkan
tingkat SD/MI. Sedangkan jumlah santri dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata
yang meudagang (menetap) di Dayah saat kerja to manage, dengan kata benda
ini sebanyak 14.338 Orang. 53% diantara- management, dan manager untuk orang
nya berasal dari luar kabupaten Bireuen yang melakukan kegiatan manajemen.
yang mengaji di Dayah Bireuen.3 Akhirnya, management diterjemahkan
Dayah salafi terbesar di Bireuen bah- dalam Bahasa Indonesia menjadi mana-
kan di Aceh saat ini adalah Dayah MUDI jemen atau pengelolaan.5
Mesjid Raya Samalanga. MUDI Mesra Kegitan manajemen selalu melibat-
berlokasi di Desa Mideun Jok Kemukiman kan alokasi dan pengendalian sumber
Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabu- daya manusia dan pisik untuk mencapai
paten Bireuen Provinsi Aceh. Dayah MUDI tujuan. Pendekatan manajemen bertujuan
Mesra merupakan salah satu Dayah tertua untuk menganalisis proses, membangun
di Aceh. Peletakan batu pertamanya di- kerangka konseptual kerja, mengidentifi-
lakukan oleh Sultan Iskandar Muda. Dayah kasi prinsip-prinsip yang mendasarinya
ini mulai ber-kembang di masa kepemim- dan membangun teori manajemen dengan
pinan Tgk. H. Abdul Aziz bin Saleh atau menggunakan pendekatan tersebut.
lebih akrab disapa Abon. Hal ini ditandai
dengan semakin bertambahmya santri FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
yang belajar ke sana kala itu dan banyak di Manajemen pada dasarnya mem-
antara meraka yang berhasil, bahkan tidak punyai empat kerangka: perencanaan,
sedikit yang menjadi ulama kharismatik pengorganisasian, pelaksanaan dan peng-
Aceh. Sehingga nama beliau diabadikan awasan. Kegiatan tersebut dinamakan
menjadi nama yayasan, yaitu Al-Aziziyah. sebagai proses manajemen. Kata proses
ditambahkan untuk mengartikan kegiatan
PENGERTIAN MANAJEMEN yang dilakukan dengan cara sistematis
Istilah pengelolaan atau manajemen
berdasarkan tujuan untuk pertama kali
digunakan Peter Ducker pada tahun 1954
4 K. Devies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta:
3Saifullah, “Bireuen Sebagai Kota Santri di Gramedia Widia Sarana, 1996), hal. 328.
Nusantara Merupakan Amanah Sejarah”, Media 5 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik

Gerakan Pertumbuhan Sejagat, http://www. dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
abiyadoktor.com, diakses 3 April 2017. hal. 3.
62 | Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

dan kegiatan tersebut dilakukan oleh Perencanaan (Planning)


manajer pada semua tingkat.6 Dalam sebuah organisasi atau lem-
Dalam beberapa literatur, terdapat baga apapun bentuk dan namanya, se-
perbedaan selain dalam hal langkah- belum melangkah untuk mencapai tujuan,
langkah tersebut terdapat pula perbedaan maka terlebih dahulu adanya perencana-
dalam menamakannya sebagai proses an. Perencanan dalam sebuah lembaga
manajemen. Akan tetapi hal ini diperjelas adalah sangat esensial, karena dalam
oleh Nanang Fattah yang mengatakan kenyataannya perencanaan memegang
bahwa dalam proses manajemen terlibat peranan penting dibandingkan dengan
fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh fungsi-fungsi yang lainnya.
seorang manajer, yaitu: perencanaan Perencanaan berarti kegiatan me-
(planning), pengorganisasian (organizing), netapkan tujuan organisasi dan memilih
kepemimpinan (leading), dan pengawasan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan
(controlling). Oleh karena itu, manajemen tersebut. Pengambilan keputusan merupa-
diartikan sebagai proses merencana, kan bagian dari perencanaan yang berarti
mengorganisasi, memimpin dan mengen- menentukan atau memilih alternatif pen-
dalikan upaya organisasi dengan segala capaian tujuan dari beberapa alternatif
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai yang ada. Pemilihan dari sejumlah alter-
secara efektif dan efisien.7 natif tentang penetapan prosedur pen-
The Liang Gie menamakan langkah- capaian serta perkiraan sumber yang
langkah tersebut sebagai fungsi-fungsi dapat disediakan untuk mencapai tujuan
manajemen yang meliputi: perencanaan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber
(planning), pembuatan keputusan (Deci- meliputi sumber manusia, material, uang,
sion making), pembimbing (directing), dan waktu. Dalam perencanaan, kita
pengkoordinasian (coordinating), pengon- mengenal beberapa tahap, yaitu: (1). Iden-
trolan (controlling) dan penyem-purnaan tifikasi masalah, (2). Perumusan masalah,
(improving).8 Menurut Geroge R. Terry (3). Penetapan tujuan, (4). Identifikasi
dalam bukunya Principles of Manajement alternatif, (5). Pemilihan alternatif, dan (6)
mengatakan bahwa fungsi-fungsi mana- Kolaborasi alternatif. Perencanaan pendi-
jemen meliputi perencanaan (planning), dikan dapat dibedakan dalam beberapa
pengorganisasian (organizing), meng- kategori menurut: (1). Jangkauan waktu-
gerakkan (actuating), mengawasi (control- nya, (2). Besarannya, (3). Pendekatan,
ling).9 serta (4). Pelakunya.10
Terlepas dari banyaknya pendapat Perencanaan pada hakikatnya adalah
mengenai pembagian fungsi manajemen proses pengambilan keputusan atas se-
seperti di atas, pada penelitian ini penulis jumlah alternatif mengenai sasaran dan
menggunakan empat fungsi yaitu: peren- cara-cara yang akan dilaksanakan di masa
canaan, pengorganisasian, pengkoordi- yang akan datang guna mencapai tujuan
nasian dan pengawasan. yang dikehendaki serta pemantauan dan
penilaiannya atas hasil pelaksanaannya,
yang dilakukan secara sistematis dan ber-
6 Mamduh M. Hanafi, Manajemen, Cet. I, kesinambungan.11
(Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN, 1997), hal. 8. Pengorganisasian (Organizing)
7 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pengorganisasian merupakan salah
Pendidikan, Cet. VII, (Bandung: Remaja Rosda-
karya, 2004), hal. 23.
satu fungsi manajemen yang berkaitan
8 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran

Modern, (Yogyakarta: Nurcahyo, 1983), hal. 61. 10 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di


9 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Sekolah, Cet. I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 22
(Jakarta: Gunung Agung, 1970), hal. 105. 11 Husaini Usman, Manajemen…, hal. 49.

Barrulwalidin |63
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

erat dengan perencanaan dan merupakan rangka mencapai hasil pendidikan yang
suatu proses yang dinamis, sedangkan optimal.14
organisasi merupakan wadah atau alat Pengkoordinasian mengandung
yang statis. Pengorganisasian merupakan makna menjaga agar tugas-tugas yang
penentuan pekerjaan-pekerjaan yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut
harus dilakukan. kehendak yang mengerjakan saja, tetapi
Pengorganisasian diartikan sebagai menurut aturan sehingga menyumbang
kegiatan membagi tugas-tugas kepada terhadap pencapaian tujuan. Pengkoor-
orang yang terlibat dalam kerja sama dinasian merupakan rangkaian aktivitas
pendidikan. Karena tugas-tugas ini demi- menghubungkan, menyatu padukan dan
kian banyak dan tidak dapat diselesaikan menyelaraskan orang-orang dan peker-
oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini jaannya sehingga semuanya berlangsung
dibagi untuk dikerjakan masing-masing secara tertib dan seirama menuju ke arah
anggota organisasi. Malayu S.P. Hasibuan tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacau-
mendefenisikan pengorganisasian sebagai an, percekcokan, kekembaran kerja atau
suatu proses penentuan, pengelompokan kekosongan kerja.
dan pengaturan berbagai macam aktifitas Dari pengertian ini dapat ditegaskan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, bahwa pengkoordinasian dalam satuan
menempatkan orang-orang pada setiap pendidikan adalah mempersatukan rang-
aktifitas, menyediakan alat-alat yang di- kaian aktivitas penyelenggaraan pendi-
perlukan, menetapkan wewenang yang dikan dan pembelajaran orang-orang dan
secara relative didelegasikan kepada pekerjaannya sehingga semuanya ber-
setiap individu yang akan melakukan langsung secara tertib ke arah tercapainya
aktivitas tersebut.12 maksud yang telah ditetapkan.
Istilah organisasi mempunyai dua Koordinasi harus dapat meningkat-
pengertian umum. Pertama, organisasi kan kerjasama antar pejabat dan anggota
diartikan sebagai suatu lembaga atau organisasi semaksimal mungkin pada
kelompok fungsional, misalnya, sebuah tataran kantor di departemen pendidikan,
sekolah, pesantren, sebuah perkumpulan pada tataran pemerintah provinsi dan
badan-badan pemerintah. Kedua merujuk kabupaten/kota, kemudian koordinasi
pada proses pengorganisasian yaitu bagai- pada tingkat satuan pendidikan.
mana pekerjaan diatur dan dialokasikan di
antara para anggota, sehingga tujuan Pengendalian/Pengawasan (Controlling)
organisasi itu dapat tercapai secara Pengendalian atau controlling adalah
efektif.13 bagian terakhir dari fungsi manajemen.
Fungsi manajemen yang dikendalikan
Penggiatan (Actuating) adalah perencanaan, pengorganisasian,
Penggiatan pendidikan adalah pelak- pengarahan dan pengendalian itu sendiri.
sanaan pendidikan yang telah direncana- Kasus-kasus yang banyak terjadi dalam
kan dan diwakili oleh organisasi organisasi adalah akibat masih lemahnya
penyelenggara pendidikan dengan me- pengendalian sehingga terjadilah berbagai
merhatikan rambu-rambu yang telah penyimpangan antara yang direncanakan
ditetapkan dalam perencanaan dalam dengan yang dilaksanakan.
Pengendalian pendidikan dimaksud-
kan untuk menjaga agar penyelenggaraan
pendidikan dilaksanakan sesuai dengan

12 Badruddin, Dasar-dasar Manajemen, 14 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni,

(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 111. Education Management; Analisis Teori dan Praktek,
13 Nanang Fattah, Landasan…, hal. 71. (Bandung: Rajawali Pers, 2010), hal. 104.
64 | Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

yang direncanakan dan semua komponen yang berarti hotel, asrama, rumah, dan
pendidikan digerakkan secara sinergis tempat tinggal sederhana.17
dalam proses yang mengarah kepada Pesantren merupakan suatu lembaga
pencapaian tujuan pendidikan yang di- pendidikan Islam yang melembaga di
jabarkan dalam sasaran-sasaran meng- Indonesia, dimana kyai dan santri hidup
hasilkan output secara optimal seperti bersama dalam suatu asrama yang me-
yang telah ditetapkan dalam perencanaan miliki bilik-bilik kamar sebagai ciri-ciri
pendidikan.15 esensialnya dengan berdasarkan nilai-nilai
Pengendalian ialah proses peman- agama Islam.
tauan, penilaian dan pelaporan rencana Pondok pesantren adalah lembaga
atas pencapaian tujuan yang telah ditetap- pendidikan tertua di tanah air. Ia diper-
kan untuk tidakan korektif guna penyem- kirakan sudah ada sejak negeri ini belum
purnaan lebih lanjut. Beda pengendalian merdeka. Secara etimologis, kata pondok
dengan pengawasan adalah pada we- berarti tempat yang dipakai untuk makan
wenang dari pengembang kedua istilah dan istirahat. Istilah pondok dalam kon-
tersebut. Pengendalian memiliki wewe- teks dunia pesantren berasal dari penger-
nang turun tangan yang tidak dimiliki tian asrama-asrama bagi para santri.
pengawas. Pengawas hanya sebatas mem- Sedangkan pesantren berasal dari kata
beri saran, sedangkan tindak lanjutnya santri, yang dengan awalan pe di depan
dilakukan oleh pengendali. Jadi, pengen- dan akhiran an berarti tempat tinggal para
dalian lebih luas daripada pengawasan. santri. Dengan demikian, pondok pesan-
Dalam penerapannya di pemerintahan, tren adalah asrama tempat tinggal santri.
kedua istilah itu sering tumpang-tindih Agaknya, pemakaian kata pesantren
(overlapping). Pengawasan sebagai tugas untuk menamai lembaga tradisional
disebut supervisi pendidikan yang dilaku- pengajaran agama Islam ini terkait erat
kan oleh pengawas sekolah ke sekolah- dengan proses diduga kuat dikembangkan
sekolah yang menjadi tugasnya. Kepala berasal dari Pattani. Namun, dalam
sekolah juga berperan sebagai supervisor pandangan Nurcholish Madjid, pesantren
di sekolah yang dipimpinnya. Di ling- tidak hanya dianggap sebagai identik
kungan pemerintahan, lebih banyak dengan makna keislaman, akan tetapi juga
dipakai istilah pengawasan dan pengen- dianggap memiliki makna keaslian
dalian (wasdal).16 Indonesia.
Sekarang di seluruh nusantara ter-
PENGERTIAN PONDOK PESANTREN dapat ribuan lembaga pendidikan Islam
Terminologi pesantren mengindi- yang dikenal sebagai Dayah dan Rangkang
kasikan bahwa secara kultural pesantren di Aceh, Surau di Sumatera Barat, dan
lahir dari budaya Indonesia, dengan me- Pondok Pesantren di Jawa. Pondok pesan-
lihat bahwa pesantren yang berasal dari tren di Jawa itu membentuk berbagai
bahasa Jawa, dari kata “Cantrik” yang macam dan jenis. Perbedaan jenis-jenis
berarti seorang yang selalu mengikuti pondok pesantren di Jawa dapat dilihat
seorang guru kemana guru ini pergi dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah
menetap. Kemudian terminologi pesan- santri, pola kepemimpinan atau per-
tren lebih popular dengan sebutan pondok kembangan ilmu teknologi. Namun demi-
pesantren. Lain halnya dengan pesantren, kian, ada unsur-unsur pondok pesantren
pondok berasal dari bahasa Arab “funduk” yang harus dimiliki setiap pondok pesan-

15 Ibid. 17 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di


16 Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Perkembangan, (Jakarta:Ciputat Press, 2002), hal.
hal. 27. 64.
Barrulwalidin |65
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

tren, yaitu kyai, masjid, santri, pondok, kan kepada mereka bahwa belajar adalah
dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), semata-mata kewajiban dan pengabdian
adalah elemen unik yang mem-bedakan kepada Tuhan.20
sistem pendidikan pesantren dengan lem-
baga pendidikan lainnya. PENGERTIAN DAYAH
Kata Dayah berasal dari bahasa Arab
TUJUAN PENDIDIKAN PONDOK yaitu Zawiyah. Zawiyah berasal dari
PESANTREN Bahasa Arab Inzawa-Yanzawi yang berarti
Mastuhu mendefinisikan bahwa pohon atau sudut. Pendapat yang lain,
tujuan pendidikan pesantren adalah men- kata Zawiyah berarti sudut mesjid yang
ciptakan dan mengembangkan kepribadi- digunakan untuk ber‘iktikaf dan ber-
an muslim yaitu kepribadian yang ber- ibadah. Artinya mengambil tempat ter-
iman dan bertaqwa kepada Allah, ber- tentu atau sudut tertentu dari sudut-sudut
akhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat mesjid untuk menjalankan i‘tikaf dan
atau berkhidmat kepada masyarakat mensya‘arkan urusan agama.21
dengan menjadi kawula atau abdi masya- Menurut Peraturan Pemerintah
rakat seperti Rasul, yaitu menjadi pelayan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
masyarakat sebagaimana kepribadian 2007, Pasal 1 ayat (4), disebutkan bahwa
Nabi Muhammad SAW, mampu berdiri Pesantren atau Pondok Pesantren adalah
sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadi- lembaga pendidikan keagamaan Islam
an, menyebarkan agama atau menegakkan berbasis masyarakat yang menyelenggara-
agama Islam dan kejayaan Islam di kan pendidikan diniyah atau secara ter-
tengah-tengah masyarakat (‘izzul Islam padu dengan jenis pendidikan lainnya.
wal muslimin), dan mencintai ilmu dalam Sedangkan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun
rangka mengembangkan kepribadian 2008 Pasal 1 ayat (29) menyebutkan
Indonesia. Idealnya pengembangan kepri- bahwa Dayah yang disebut juga pesantren
badian muhsin, bukan sekedar muslim.18 adalah lembaga pendidikan yang para
Pendapat lain dari Muhaimin meng- tullab atau santri bertempat tinggal.
ungkapkan tujuan terbentuknya pesan- Dayah memfokuskan pada pendi-
tren adalah secara umum, membimbing dikan Islam dan dipimpin oleh teungku
anak didik untuk menjadi manusia yang Dayah. Dalam Qanun Aceh membedakan
berkepribadian Islam yang dengan ilmu Dayah kepada dua macam, yaitu “Dayah
agamanya ia sanggup menjadi mubaligh Salafiah dan Dayah Terpadu/Modern”.
Islam dalam masyarakat sekitar melalui Pasal 1 ayat (30) disebutkan bahwa Dayah
ilmu dan amalnya. Secara khusus, mem- Salafiah adalah lembaga pendidikan yang
persiapkan para santri untuk menjadi memfokuskan diri pada penyelenggaraan
orang alim dalam ilmu agama yang diajar- pendidikan agama Islam dalam Bahasa
kan oleh kyai serta mengamalkannya Arab klasik dan berbagai ilmu yang men-
dalam masyarakat.19 dukungnya. Selanjutnya pada ayat (31)
Terakhir pendapat dari Zamakhsyari disebutkan bahwa Dayah terpadu/
Dhofier yang mengatakan bahwa tujuan modern adalah lembaga pendidikan Dayah
pendidikan pesantren bukanlah untuk yang dipadukan dengan sekolah atau
mengejar kepentingan kekuasaan, uang madrasah. Dengan demikian, yang
dan keagungan duniawi, tetapi ditanam-
20 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren…,
18Mastuhu, Dinamika…, hal. 55. hal. 21.
19 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan 21 Ali Al-Jumbulati Abd. Futuh Al-Tuwanisi,

Islam: Upaya Mengefektikan Pendiddikan Agama Dirasah Muqaranah fi al-Tarbiyah al-Islamiah, terj.
Islam di Sekolah, Cet. II, (Bandung: Remaja M Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Rosdakarya, 2002), hal. 299. Rineka Cipta, 1994 ), hal. 33.
66 | Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

dimaksud dengan Dayah adalah lembaga 2. Kitab al-Kailani.


pendidikan non formal yang memfokus- 3. Kitab al-Matlub, kedua kitab tersebut
kan pada pengajaran ilmu-ilmu agama sangat masyhur di kalangan komunitas
Islam dengan metode pengajaran tradisi- Dayah.
onal atau klasik, sedangkan para santri Dalam Ilmu Nahwu, mata pelajaran
belajar di lembaga pendidikan tersebut yang diajarkan diantaranya:
dengan sistem mondok atau meudagang. 1. Kitab Matn al-Jarumiyah.
2. Kitab al-Kawakib.
KURIKULUM PENDIDIKAN DAYAH 3. Kitab al-Khudari.
Sebagaimana pengakuan para ulama Dalam pelajaran Tafsir Alquran
Dayah dalam buku “Apresiasi Dayah kitab pegangannya adalah :
Sebagai Lembaga Pendidikan Islam di 1. Tafsir Jalalain.
Aceh”22, bahwa tidak ada suatu kurikulum 2. Tafsir Khazain.
yang menjadi ketentuan pusat yang 3. Tafsir Ibnu Katsir.
menjadi rujukan dan tolak ukur semua 4. Tafsir Ibnu Abbas dan lain-lain.
lembaga pendidikan Dayah di Aceh. Kuri- Kurikulum pendidikan pesantren
kulum yang dikembangkan di Dayah atau Dayah menurut para ahli paling tidak
hanya tergantung kepada keinginan dan memiliki beberapa komponen antara lain:
kemampuan para pemimpinnya saja. tujuan isi pengetahuan dan pengalaman
Kendati demikian, secara secara umum belajar strategi dan evaluasi. Biasa kom-
terdapat persamaan di semua Dayah ponen tujuan tersebut terbagi dalam
tentang mata pelajaran pokok yang beberapa tingkatan yakni tujuan pendi-
diajarkan kepada para santrinya. Misalnya dikan nasional tujuan institusional tujuan
pengetahuan hukum Islam (Ilmu Fiqih), kurikuler dan tujuan instruksional. Namun
tata bahasa (Ilmu Nahwu dan Ilmu Saraf), demikian, berbagai tingkat tujuan tersebut
Tauhid dan Tafsir. Untuk mata pelajaran satu sama lain merupakan suatu kesatuan
Ilmu Fiqih, rata-rata Dayah saat ini yang tak terpisahkan. Komponen isi meli-
mengajarkan kitab-kitab sebagai berikut: puti pencapaian target yang jelas materi
1. Kitab Matn al-Taqrib karangan Abi standar hasil belajar santri dan prosedur
Syuja‘ wafat 593 H. pelaksanaan pembelajaran kepribadian.
2. Kitab al-Bajuri al-Syarah Matn al-Taqrib Komponen strategi ter-gambar dari cara
oleh Syaikh Ibnu Qasim wafat 918 H. yang ditempuh di dalam melaksanakan
3. Fath al-Wahab, karangan Syaikh pengajaran cara di dalam mengadakan
Sulaiman Al-Bujairimi wafat 1221 H. penilaian cara dalam melaksanakan bim-
4. Kitab al-Mahalli karangan Syekh bingan dan penyuluhan dan cara meng-
Djalaluddin Almahalli wafat 864 H. atur kegiatan Dayah secara keseluruhan.
5. Kitab Tuhfatul Muhtaj karangan Syekh
Ibnu Hajar Al Haitami, Wafat 974 H. MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK
Dalam bidang Ilmu Saraf kitab-kitab PESANTREN
yang diajarkan diantaranya: Sudah menjadi common sense bahwa
1. Kitab Dammun wa al-Madkhal. pesantren lekat dengan figure kyai. Kyai
dalam pesantren merupakan figure pesan-
22 Buku Apresiasi Dayah Sebagai Lembaga tren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh
Pendidikan Islam di Aceh‘ merupakan buku yang kebijakan dan perubahan. Hal ini erat
berisi kumpulan berbagai fatwa ulama dayah,
kaitanya denggan dua faktor:23
berbagai laporan tentang dayah di Aceh serta hasil
keputusan rapat kerja ulama dayah di Aceh yang
tergabung dalam Persatuan Dayah Inshafuddin
seluruh Aceh. Dicetak dan diperbanyak oleh
Pengurus Besar Persatuan Dayah Inshafuddin, 23 Masyhud, dkk., Manajemen Pondok
Banda Aceh, 2010. Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hal. 35.
Barrulwalidin |67
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

Pertama, kepemimpinan yang ter- sudah perjalan denggan baik, meskipun


sentralisasi pada individu yang bersandar tetap saja kyai memiliki pengaruh yang
pada karisma serta hubungan yang ber- kuat.
sifat patemalistik. Kebanyakan pesantren Sayangnya perkembangan tersebut
menganut pola mono manjemen dan mono tidak merata di semua pesantren. Secara
administrasi sehingga tidak ada delegasi umum pesantren masih menghadapi
kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada kendala serius menyangkut ketersediaan
dalam organisasi. sumber daya manusia profesional dan
Kedua, kepemilikan pesantren ber- penerapan manajemen yang umumnya
sifat individual atau keluarga bukan masih konvensional, misalnya tiadanya
komunal. Otoritas individu kyai sebagai pemisahan yang jelas antara yayasan,
pendiri skaligus pengasuh pesantren pimpinan madrasah, guru dan staf
sanggat besar dan tidak bisa di ganggu administrasi, tidak adanya transparasi
gugat. Faktor nasab atau keturnan juga pengelolaan sumber-sumber keuangan
kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepe- belum terdistribusinya pengelolaan pendi-
mimpinan pesantren kepada anak (istilah- dikan, dan banyaknya penyelenggaraan
nya putra mahkota) yang di percaya pada atministrasi yang tidak sesuai aturan baku
komponen pesantren yang berani mem- organisasi. Kyai masih merupakaan figur
protes. Sistem seperti ini kerap kali sentral dan penentu kebijakan pendidikan
mengundang sindiran bahwa pesantren pesantren.25
seperti kerajaan kecil. Rekuitmen ustadz atau guru,
Sejalan dengan penyelenggaraan pengembangan akademik, reward sistem,
pendidikan formal beberapa pesantren bobot kerja juga tidak berdasarkan aturan
mengalami penggembanggan pada aspek yang berlaku. Penyelenggaraan pendi-
manajemen, organisasi, dan administrasi dikan sering kali tanpa perencanaan.
penggelolan keuanggan. Perkembanggan Berapa banyak pesantren yang memiliki
ini dimulai dari perubahan gaya kepemim- rencana induk pengembangan (RIP), dan
pinan pesantren dari karismatik ke rasio- statusnya misalnya sebagai pedoman
nalostik, dari otoriter paternalistic ke penggelolaan pendidikan.26
diplomatik partisipatif. Sebagai contoh Penerapan manajemen pendidikan
kasus kedudukan dewan kyai di pesantren tidak hanya di tetapkan tanpa memper-
Tebuireng menjadi salah satu unit kerja timbangkan atau mengakomodasi keadan
kesatuan administrasi penggelolaan yang ril di pesantren. Harus ada toleransi
penyelenggaraan pesantren sehingga dalam menyikapi kesenjangan itu secara
pusat kekuasaan sedikit terdistribusi di wajar tanpa menggundang konflik.
kalangan elite pesantren dan tidak terlalu
terpusat pada kyai.24 MANAJEMEN DAYAH MUDI MESJID
Beberapa pesantren sudah mem- RAYA SAMALANGA
bentuk badan pengurus harian sebagai Dari penelitian yang penulis lakukan
lembaga payung yang khusus mengelola dapat disimpulkan bahwa Dayah MUDI
dan menanggani kegiatan-kegiatan pesan- Mesjid Raya Samalanga telah menerapkan
tren misalnya pendidikan formal, diniyah, sistem manajemen dalam pendidikannya.
penggajian majelis ta’lim, sampai pada Hal ini nampak dari fungsi-fungsi mana-
masalah penginapan (asrama santri), ke jemen yang telah dijalankannya. Adapun
rumah tanggan, kehumasan. Pada tipe fungsi manajemen tersebut meliputi:
pesantren ini pembagian kerja antar unit
25 M. Yacub, Pondok Pesantren dan Pem-
24 MU YAPPI, Manajemen Pengembangan bangunan Masyarakat Desa, (Bandung: Angkasa,
Pondok Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006), hal. 27.
2008), hal. 45 26 Ibid.

68 | Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga


ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

1. Perencanaan hanya sebagian kecil saja pengorganisasi-


Perencanaan pendidikan di Dayah an yang dilakukan dengan cara seperti ini.
MUDI Mesjid Raya Samalanga dilakukan di Secara umum pegurus dipilih lewat proses
awal tahun baru Islam. Hal ini disebabkan pencalonan.
karena tahun ajaran yang digunakan 3. Pelaksanaan
adalah tahun hijriyah. Perencanaan yang Pelaksanaan pendidikan di Dayah
dilakukan mencakup perencaan di bidang MUDI Mesjid Raya Samalanga berlang-
kegiatan belajar, dan bidang lain sebagai sung sesuai seperti yang telah direncana-
penunjang pelaksanaaan pendidikan. Ada- kan. Semua unit kerja melakukan tugas di
pun hal yang direncanakan meliputi, posisinya masing-masing. Lama masa
perencanaan kurikulum, perencanaan pelaksanaan adalah satu tahun ajaran
jumlah penerimaan santri baru, penetapan yaitu tahun hijriah. Pendidikan dimulai di
jumlah guru dam kelas, perencanaan di bulan Muharram dan berakhir di bulan
bidang peraturan-peraturan lembaga, Zulhijjah. Kendala yang di dapat selama
perencanaan pembinaan bahasa asing, bertugas akan di tuangkan dalam rapat
perencanaan pembangunan dan pengada- evaluasi kerja setiap bulan. Pelaksanaan
an sarana pendidikan dan asrama, dan bisa saja bergeser sedikit dari rencana
perencanaan bidang keuangan. awal tahun seperti masalah tanggal ujian,
2. Pegorganisasian tanggal kembali aktif belajar dan sebagai-
Pengorganisasian dilakukan dalam nya karena ada beberapa hal yang harus
rapat formatur untuk tahap pertama dan dipertimbangkan.
dilanjutkan dalam rapat kerja masing- 4. Pengawasan
masing bidang. Mekanisme pembentukan Pengawasan pendidikan dilakukan
unit kerja adalah dengan cara dipilih atau dengan dua cara yaitu menggunakan
ditunjuk langsung oleh para petinggi instrumen dan pemantauan langsung ke
Dayah. Tujuan penetapan dengan cara lapangan oleh petinggi Dayah di masing-
demikian adalah untuk menghidari ter- masing bidang. Tujuan dari pengawasan
pilihnya orang yang tidak berkompeten di adalah supaya semua unit kerja bisa be-
bidang tersebut. Kepemilikan Dayah juga kerja maksimal sesuai seperti yang telah
pribadi, jadi pemilik Dayah berhak menen- direncanakan sebelumnya atau paling
tukan siapa saja yang dianggap bisa tidak mendekati hasil yang diharapkan.
bekerja dengan baik. Meskipun demikian,

Barrulwalidin |69
ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2549-9238• e-ISSN: 2580-5541

DAFTAR BACAAN

Badruddin. (2013). Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta.


Buku Apresiasi Dayah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam di Aceh‘ merupakan buku yang
berisi kumpulan berbagai fatwa ulama Dayah, berbagai laporan tentang Dayah di
Aceh serta hasil keputusan rapat kerja ulama Dayah di Aceh yang tergabung dalam
Persatuan Dayah Inshafuddin seluruh Aceh. Dicetak dan diperbanyak oleh Pengurus
Besar Persatuan Dayah Inshafuddin, Banda Aceh, 2010.
Devies, K., (1996). Pengelolaan Belajar,Jakarta: Gramedia Widia Sarana.
Fattah, Nanang, (2004). Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. VII, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Gie, The Liang. (1983). Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta: Nurcahyo.
Latif, Hamdiah M. (2007). “Tradisi dan Vitalitas Dayah (Kesempatan dan Tantangan),”
dalam Didaktika, Vol. VIII, No.2, September.
Mamduh, M, Hanafi, Manajemen, Cet. I, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multi-
dimensional, Cet. ke-2, Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. (2010). Education Management; Analisis Teori dan
Praktek, Bandung: Rajawali Pers.
Saifullah. (2017). “Bireuen Sebagai Kota Santri di Nusantara Merupakan Amanah Sejarah”,
Media Gerakan Pertumbuhan Sejagat, http://www.abiyadoktor.com, diakses 3 April.
Siagian, Sondang P. (1970). Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung.
Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah, Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Husaini. (2008). Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara.

70 | Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga

Anda mungkin juga menyukai