PROPOSAL TESIS
Disusun oleh:
MUIS
2.19.04.00.340
satu usaha dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas yang
lembaga pendidikan tertua dan menjadi tolak ukur dari lembaga pendidikan islam
di Indonesia yang menjadi tempat dimana kaum muslim mendalami asas dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global pada era ini terasa
dalam pendidikan pesantren. Kemajuan yang pesat itu mengakibatkan cepat pula
pendidikan sebagai salah satu wadah dalam masyarakat bisa dipakai sebagai pintu
dijalaninya.
memakan waktu cukup panjang serta melibatkan berbagai kalangan, baik dari
pesantren. Pencapaian ini tidak lain adalah merupakan buah dari proses
masa depan.1
1
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Pesantren, Pendidikan Kewargaan, dan Demokrasi,
(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009).
Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 yaitu tentang sistem pendidikan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
sebagai model institusi pendidikan yang memiliki keunggulan baik dari aspek
tradisi keilmuannya yang merupakan salah satu tradisi agung maupun sisi
berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Sistem pendidikan dengan tidak
Indonesia.
awalnya tidak hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi juga sebagai
kyai tidak hanya mencerdaskan para santrinya tetapi juga mendidik moral dan
spiritual.3
setidaknya, ada dua kategori akademik yang sudah diasumsikan jauh-jauh hari
inisiasi sosok kiai dan partisipasi aktif masyarakat di dalamnya. Semenjak berdiri,
2
Ahmad Syamsyu Rizal, “Transformasi Corak Edukasi Dalam Sistem Pendidikan Pesantren,
Dari Pola Tradisional ke Pola Modern,” Jurnal Pendidikan Agama Islam – Ta’lim Vol. 9 No. 2 (2011), h.
95.
3
H.M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:
Diva Pustaka, 2003), hal 2
kendati menjadi lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah, keberadaan
pondok pesantren jauh dari kata „diperhatikan‟. Sering kali, pondok pesantren
partiasipasi aktif masyarakat sekitar. Dalam hal ini, pondok pesantren memang
memiliki lahan dan tanah yang sangat luas. Dan, secara umum, dijadikan lahan
mereka.5
wujud tradisional menjadi modern, dan sangat modern, dari sisi manajemen.
4
Para sejarawan mencatat Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana
pendidikan agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama Islam. Pondok
Pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaanya mulai dikenal di
bumi Nusantara pada periode abad ke 13 – 17 M, dan di Jawa pada abad ke 15 – 16 M. Pondok
pesantren pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana
Magribi, yang wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 April
1419 M. Menurut Ronald Alan Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan
Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam di Jawa. Lihat:
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadiana,
1997), h. 3. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), h. 6.
Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.70. Ronald
Alan Lukens Bull, A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion IdentityConstruction,
( Michigan:Arizona State University, 1997), h. 70
5
Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren:Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1985), hlm.17
Secara manajerial, pondok pesantren tidak akan bisa dilepaskan dari mindset
berfikir seorang kiai (pemimpin pondok pesantren). Kiai adalah sumber kapital
bertumpu pada kekuatan kapital ekonomi yang dimiliki kiai, mulai dari sawah,
dan kegiatan pesantren semakin terbuka luas dan dapat berfungsi sebagai pusat
pengembangan masyarakat.
dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya manusia yang tersedia
6
Ibid, hlm.18
7
Silvia Falah, Tesis modernisasai sistem pendidikan pesantren Gondang legi , (Malang : Tesis
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, 2014)
perubahan/perbaikan.8
sedangkan Unit Penjaminan Mutu di PPMI Assalaam ini selain melakukan dua
pengetahuan dan teknologi secara dinamis dan progresif agar bisa survive the life
pengembangan life skill yang mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqa
kepada allah SWT, lebih khusunya pondok pesantren sebagai produksi ulama
8
Suhartono Djuwaini, “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren: Studi Kasus
PondokPesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta, Tesis, (Surabaya: Program Pasca Sarjana
Universitas Sunan Giri, 2005), hal. 302-308
9
Muhimmatul Aliyah, Tesis Manejemen Straegis penjaminan mutu dalam meningkatan kualitas
kelulusan dipondok pesantren islam assalam Surkarta Jawa Tengah (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga)
swakarya dan swadaya.10
dalam pengembangan life skill dan dampaknya pada mutu pesantren yang
kitab kuning, bahasa arab, fiqh dan aqidah semata, tetapi pengelolaan pesantren
masyarakat yang lebih baik, kemandirian telah menjadi sebuah identitas yang kuat
atau kecakapan positif agar santri dapat menghadapi berbagai tuntutan dan
duniawi dan ukhrawi. Pesantren dengan demikian memiliki pontensi yang besar
untuk ikut aktif mendukung pembangunan agama dan akhlak generasi bangsa.
Ukurannya dapat dilihat dari kiprah nyata segenap unsur di lembaga Pesantren
10
Ulfah Hasanah, tesis upaya pondok pesantren dalam mengembangkan Life skill santri,
(Surabaya : Tesis fakultas pendidikan agama islam Universitas Negri Sunan Ampel, 2019 ).
11
Evi Susanti, tesis Manajemen Pendidikan Life skills dalam membina vokasional Santri ,
(Kapuas : Tesis fakultas pendidikan agama islam Institut Agama Islam Palang ka Raya, 2015 ).
12
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern
(Jakarta: LP3S, 1994), h. 44.
dalam melakukan perubahan dan transformasi kehidupan masyarakat dari
masyarakat. Tidak dapat disangkal kiprah Pesantren memiliki peran positif dan
pendidikan dapat dilihat dari misi utama Pesantren untuk menyebarluaskan ajaran
dan universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara yang berwatak fluralis, baik
dikenal oleh masyarakat sejak berabad abad lamanya karna kiprahnya dalam
dunia pendidikan tidak bisa diragukan lagi utamanya dalam menciptakan dan
pembangunan lokal, guna mengembangkan sumber daya yang ada secara lebih
bahwa pada saat ini Pesantren telah menjadi alternatif pembangunan yang
13
Saefuddin Zuhri, Pesantren Masa Depan (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h. 13.
14
Nurcholish Majid,Modernisasi pesantren- kritik urcholish majid terhadap pendidikan islam
tradisional, edisi revisi (ciputat: Quantum Teaching, 2005). h. 112.
berpusat pada masyarakat itu sendiri (people centered development) sekaligus
melakukan transformasi dari fungsi tradisional menjadi salah satu pusat penting
pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha
penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup; serta yang lebih penting lagi
berkembang menjadi pusat tafaqquh fiddin (berpegang teguh pada ajaran agama).
Pola pendekatan fiqh oriented (sesuai dengan kaidah fiqih) yang kontekstual dan
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor corak Muslim Indonesia yang berbeda
dengan Muslim Arab. Banyak sekali tradisi muslim lokal yang tidak ditemuai di
Arab, seperti tahlilan, selapanan, tingkepan, haul, halal bi halal dan sebagainya.
Jika pemperhatikan hal ini, maka dapat dipahami bahwa keberadan pondok
(Mahmud Ali Zain, 2005:5). Oleh karna itu, menurut hemat penulis ternyata
15
Azumardi Azra, 'pesantren: kontinuitas dan prubahan' dalam pengantar Nurcholish Majid, Bilik
bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan ( Jakarta : Paradigma, 1997) h.xxi
pesantren memiliki peranan yang sangat baik, baik peran keagamaanmaupun
pandangan hidup yang bersifat khas santri, yang dirumuskan oleh sebuah tata
oleh Amir Haidar menjelaskan bahwa dalam sebuah pendidikan pondok pesantren
terdapat tiga elemen dasar yang mampu membentuk pesantren sebuah subkultur,
pertama pola kepemimpinan pesantren yang mandiri dan tidak terkooptasi oleh
negara, kedua adalah Kitab kitab ( kuning/gundul ) yang dijadikan rujukan umum
yang selalu digunakan diberbagai abad, dan yang ketiga adalah program nilai
(Value Sistem) yang selaras dengan dinamisnya zaman yang digunakan oleh
sebagian masyarakat luas sebagai pedoman pendidikan yang sitemnya "al akhdu
memiliki andil yang sangat besar untuk mengiringi prosesnya dalam menjalankan
sumber daya manusia yang tidak sekedar sebagai penerima arus informasi global,
juga harus memberikan bekal kepada mereka agar mengolah, menyesuaikan dan
mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu, yakni
16
Amir Haidar, Panorama pesantren dalam cakrawala modern, (Jakarta: Diva pustaka, 2004).h.1
17
Azumardi Azra, Esai esai Intelektual Muslim dan Pendidika n Islam, ( Jakrta: Logos, 1998), h.
90
manusia yang memilki life skill yang baik, aktif, kreatif dan produktif.18
kaidah:
mahir dalam ilmu agama dalam berdakwah akan tetapi juga melahirkan
lulusan lulusan yang mahir dalam berbahasa yakni bahasa arab dan bahasa
pondok tersebut sebagai skill yang dimiliki para santri yang berada di pondok
informasi yang didapat penulis dari salah seorang pengurus, kiai lebih sibuk
kewenangan yang cukup luas. Di samping itu, kiai juga sangat memperhatikan
kompetensi dan skill para pengurus dalam proses pengelolaan pondok pesnatren
ini.20
memiliki potensi yang baik bukan hanya dalam khazanah keilmuan. Pondok
pesantren. Manajemen pendidikan terkait dengan input, proses dan output dari
sebuah pendidikan yang menjadi fokus penelitian ini yang dikaji secara
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, terdapat berbagai masalah yang
mawaddah
20
Wawancara dengan Moh. Furqon Salah satu Pengurus Pondok Pesantren Al Mawaddah
Ciganjur hari Jum’at tanggal 03 Juli 2020 pukul 19.00 wib.
2. Meningkatkan kemampuan( life skills) santri dalam berbahasa (Arab)
3. Kemampuan ( life skills) santri dalam berbahasa arab yang baik dan benar
sehari-hari
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak melebar luas dan tidak
kelas.
D. Rumusan Masalah
berbahasa?
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
baik terutama di dunia pesantren. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu
2. Praktis
a. Lembaga Pendidikan
peningkatan life skills santri yang telah dilakukan. Dan juga dapat
pesantren.
H. Batasan Istilah
1. Mananjemen
secara efektif dan efisien.21 Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur
2. Pesantren
Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yaitu istilah yang
21
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Cet.5; Jakarta: Bumi
aksara, 1997), hlm. 27.
22
Ali, M. Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta:mutiara, 1997), hlm. 15.
sebagaimana pendapat Nurcholis Majid.23 Madjid berpandangan bahwa
kata santri berasal dari bahasa Jawa cantrik, yang artinya seseorang
menetap di sana.24
Dalam ranah sistem pendidikan saja misalnya, telah banyak para praktisi
pendidikan yang telah melakukan pengkajian dan penelitian mengenai hal ini
seperti yang telah dilakukan oleh Prof. Mastuhu yang diterbitkan dalam
23
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potren Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), hlm. 5
24
Ibid, hlm. 20
25
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung : Alfabeta, 2004), hlm
20
karyanya Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren pada tahun 1994 dan
Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam pada tahun 1999. Kedua karya ini
Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah) pada tahun 2004. Pada penelitian tersebut
tradisional menuju modern. Maka dari itu objek dari penelitian tersebut adalah
pondok pesantren salaf (tradisional). Hal ini jelas berbeda dengan penelitian ini
Pemberian corak pada sebuah pondok pesantren tentu akan berdampak pada
Pesantren Dalam Meningkatan Life Skill Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren
pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pondok
pada sistem pengajaran klasik. Adapun bidang pengelolaan yang digunakan untuk
sekaligus adanya dukungan positif dari para santri. Adapun faktor penghambat
adalah minimnya sarana penunjang dan belum terbentuknya kurikulum yang baku
terkait kewirausahaan.
J. METODOLOGI PENELITIAN
sedangkan waktu pelaksanaan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Pemilihan
telah memadukan antara pendidikan tradisional dan modern yang mana output santri
yang lulus dari pon pes ini bukan hanya mahir dalam bidang keagamaan akan tetapi
mampu bersaing dalam dunia kerja dan pembisnisan/wira usaha. Selain itu, lembaga
B. Jenis Penelitian
deskriptif kualitatif26 yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang
26
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 211.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan harus sesuai dengan obyek yang akan diteliti. Dalam
a. Metode Observasi
Modernisasi pendidikan untuk meningkatkan life sklill santri yang dihasilkan pondok
b. Metode Wawancara
metode Tanya jawab terhadap hal-hal yang menjadi kajian dalam penelitian ini. 28
kebutuhan data yang diperoleh di lapangan. Dalam wawancara ini dilakukan kepada
beberapa informan, yang meliputi Pengasuh pondok pesantren, Tata usaha, Majlis
Asatidz, pengurus Masjid, perpustaan, Rohis pondok, kantin dan Masyarakat sekitar
c. Metode Dokumentasi
27
SutrisnoHadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), 136.
28
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
32.
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulan, rapat agenda dan sebagainya. 29 Metode ini digunakan untuk melihat
Data yang terkumpul dan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif
yang menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan obyek yang diteliti
Miles dan Haberman menyatakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga
tahap yaitu: reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi. 30
pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
sebelum pengumpulan data, selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data.
Adapun reduksi data sebelum pengumpulan data dilakukan ketika penulis telah
tema, dan membuat memo. Reduksi data dilanjutkan terus sesudah penelitian lapan
29
Ibid., hlm. 206.
30
Ibid., h. 32.
Penyampaian informasi ini disusun secara sistematis, runtut, mudah dibaca dan
pikiran untuk mengembangkan kesepakatan inter subyektif atau upaya yang luas untuk
menempatkan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Atau secara singkat
Ketiga komponen tersebut saling terkait baik sebelum, saat berlangsung dan
sesudah pelaksanaan pengumpulan data. Melalui ketiga langkah tersebut akan didapat
sebuah analisis yang komprehensif berkaitan dengan tema penelitian dalam tesis ini.
E. Sistematika Penelitian
BAB I : Pendahuluan
31
Mathew B. Miles dan Haberman A. Michael, Analisis Data Kualitatif, Terj. Hendi Rohidi, (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 1992), h. 19.
Berisi uraian mengenai metode yang digunakan dalam
Rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pesantren, Dari Pola Tradisional ke Pola Modern,” Jurnal Pendidikan Agama Islam
Falah Silvia, Tesis modernisasai sistem pendidikan pesantren Gondang legi , (Malang
: Tesis Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim,
2014).
Hasanah Ulfah, tesis upaya pondok pesantren dalam mengembangkan Life skill santri,
(Surabaya : Tesis fakultas pendidikan agama islam Universitas Negri Sunan Ampel,
2019 ).
Susanti Evi, tesis Manajemen Pendidikan Life skills dalam membina vokasional Santri
, (Kapuas : Tesis fakultas pendidikan agama islam Institut Agama Islam Palang ka
Raya, 2015 ).
Steenbrink Karel, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun
Azra, Azumardi 'pesantren, kontinuitas dan prubahan' dalam pengantar NMajid, Bilik
Amir Haidar, Panorama pesantren dalam cakrawala modern, (Jakarta: Diva pustaka,
2004).
Faisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995).
Wawancara dengan Moh. Furqon Salah satu Pengurus Pondok Pesantren Al Mawaddah
D Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Cet.5; Jakarta: Bumi aksara,
1997).
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000.
Cipta, 2002.
Mathew B. Miles dan Haberman A. Michael, Analisis Data Kualitatif, Terj. Hendi