Anda di halaman 1dari 30

MODERNISASI MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SANTRI DALAM BERBAHASA


ARAB DI PONPES AL MAWADDAH JAKARTA
( STUDI KASUS)

PROPOSAL TESIS

Disusun Untuk Diseminarkan Pada Program Magister Manajemen Pendidikan


Islam Program Pascasarjana STAI Al-Hikmah

Disusun oleh:
MUIS
2.19.04.00.340

PROGRAM MAGISTER (S2)


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALHIKMAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan kemampuan, membentuk karakter dan peradaban bangsa.Salah

satu usaha dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas yang

sesuai dengan harapan Islam adalah dengan dibentuknya lembaga pendidikan

yang berlandaskan Islam, salah satunya adalah pesantren yang merupakan

lembaga pendidikan tertua dan menjadi tolak ukur dari lembaga pendidikan islam

di Indonesia yang menjadi tempat dimana kaum muslim mendalami asas dasar

Islam, agar melahirkan generasi generasi yang berkemajuan sesuai dengan

tantangan zaman, untuk melahirkan generasi yang berkualias perlu adanya

manajemen yang baik dalam lembaga pendidikan pesantren sebagai identitas

pesantren sebagai lembaga pendidikan khususnya pendidikan islam. Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global pada era ini terasa

saat ini terasa sekali pengaruhnya dalam berbagai bidang kehidupan

masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan, social dan budaya, termasuk

dalam pendidikan pesantren. Kemajuan yang pesat itu mengakibatkan cepat pula

perubahan dan berkembangnya berbagai tuntutan masyarakat. Masyarakat yang

tidak menghendaki keterbelakangan akibat perkembangan tersebut, perlu


menanggapi serta menjawab tuntutan kemajuan tersebut secara serius. Dalam

rangka menghadapi tuntutan masyarakat lembaga pendidikan masyarakat

termasuk pondok pesantren haruslah bersifat fungsional, sebab lembaga

pendidikan sebagai salah satu wadah dalam masyarakat bisa dipakai sebagai pintu

gerbang dalam menghadapi tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi

yang terus mengalami perubahan. Untuk itu lembaga pendidikan termasuk

pondok pesantren perlu mengadakan perubahan secara terus menerus seiring

dengan perkembangannya tuntutan-tuntutan yang ada dalam masyarakat yang

dijalaninya.

Membahas permasalahan pesantren dalam landscape Pendidikan Islam

menjadi penting akhir-akhir ini. Pesantren mendapat amunisi baru dengan

keluarnya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 55

Tahun 2007 yang memposisikan pesantren setara dengan pendidikan lainnya di

mata Undang-undang dan kebijakan pemerintah. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun

2003 telah disepakati melalui partisipasi rakyat, pembahasan kritis, yang

memakan waktu cukup panjang serta melibatkan berbagai kalangan, baik dari

pemerintah, pakar pedidikan, tokoh agama maupun tokoh-tokoh di kalangan

pesantren. Pencapaian ini tidak lain adalah merupakan buah dari proses

berdemokrasi bangsa. Namun demikian, masih terdapat persoalan yang harus

dihadapi yaitu bagaimana meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren di

masa depan.1

Ketentuan tentang pendidikan non formal sendiri terdapat dalam Undang

1
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Pesantren, Pendidikan Kewargaan, dan Demokrasi,
(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009).
Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 yaitu tentang sistem pendidikan

nasional Bab VI pasal 26 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan kecakapan

hidup,pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan,pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan

pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik”(UU SISDIKNAS RI, 2003).

Di kalangan umat Islam sendiri nampaknya pesantren telah dianggap

sebagai model institusi pendidikan yang memiliki keunggulan baik dari aspek

tradisi keilmuannya yang merupakan salah satu tradisi agung maupun sisi

transmisi dan internalisasi moralitas umat Islam. Keberadaan pondok pesantren di

Indonesia berpengaruh besar terhadap masyarakat di sekitarnya. Dalam hal

pendidikan agama, pengaruh pesantren tidak perlu dipertanyakan. Ini disebabkan

sejak awal berdirinya pesantren memang disiapkan untuk mendidik dan

menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat melalui pengajian, majelis,

dan sejenisnya. Sebagai lembaga pendidikan tertua dan asli (indegenous)

masyarakat Indonesia, pesantren pada awalnya menampilkan suatu sistem

pendidikan tradisional yang mempertahankan sistem, materi, dan metode yang

berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Sistem pendidikan dengan tidak

mengenal penjenjangan, menggunakan metode sorogan dan wetonan, serta materi

pembelajaran dengan menggunakan kitab-kitab ilmu keislaman klasik telah

berlangsung ratusan tahun sejak muncul dan berkembangnya pesantren di

Indonesia.

Sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat, pesantren mengalami


perubahan serta perkembangan berarti. Di antara perubahan-perubahan itu yang

paling penting menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Dewasa ini tidak sedikit

pesantren di Indonesia telah mengadopsi sistem pendidikan formal seperti yang

diselenggarakan pemerintah. Pada umumnya pilihan pendidikan formal yang

didirikan di pesantren masih berada pada jalur pendidikan Islam.2

Kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat pada

awalnya tidak hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi juga sebagai

lembaga penyiar agama Islam. Pondok pesantren memiliki banyak kelebihan

dan keunikan dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal. Pondok

pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan di Indonesia untuk

tafaqquh fiddien, memahami manusia dalam urusan agama. Pendidikan

agama dilakukan seutuhnya dalam segala aspek kehidupan, sehingga para

kyai tidak hanya mencerdaskan para santrinya tetapi juga mendidik moral dan

spiritual.3

Diantara sekian banyak identitas asli manajemen pondok pesantren,

setidaknya, ada dua kategori akademik yang sudah diasumsikan jauh-jauh hari

oleh para ilmuan; yakni dominannya kepemimpinan kiai dan kemandirian

pengelolaannya. Sejarah pun memang mencatat, pondok pesantren lahir atas

inisiasi sosok kiai dan partisipasi aktif masyarakat di dalamnya. Semenjak berdiri,

hingga beberapa dekade selanjutnya, tidak banyak, pondok pesantren yang

didirikan atau diinisiasi pembangunannya oleh pemerintah. Tidak hanya itu,

2
Ahmad Syamsyu Rizal, “Transformasi Corak Edukasi Dalam Sistem Pendidikan Pesantren,
Dari Pola Tradisional ke Pola Modern,” Jurnal Pendidikan Agama Islam – Ta’lim Vol. 9 No. 2 (2011), h.
95.
3
H.M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:
Diva Pustaka, 2003), hal 2
kendati menjadi lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah, keberadaan

pondok pesantren jauh dari kata „diperhatikan‟. Sering kali, pondok pesantren

berkembang karena asas serta landasan kebutuhan bersama, antara masyarakat

dan lembaga pendidikan.4 pertama, pondok pesantren mandiri karena kekuatan

partiasipasi aktif masyarakat sekitar. Dalam hal ini, pondok pesantren memang

didukung oleh swadaya masyarakat yang sangat kuat dalam manajerialnya.

Misalnya, masyarakat bahu-membahu dan saling membantu untuk menyumbang

pondok pesantren di desa mereka masing-masing. Kedua, kekuatan kemandirian

pondok pesantren berada pada sosok “kegigihan” kiai mempertahankan

lembaganya tersebut. Umumnya, para kiai yang mendirikan pondok pesantren

memiliki lahan dan tanah yang sangat luas. Dan, secara umum, dijadikan lahan

penghasilan sebagai penyuplai proses transmisi keilmuan di pondok pesantren

mereka.5

Betapapun, dalam pengamatan sehari-hari, kita juga melihat bagaimana

pondok pesantren mengalami proses pengembangan pengadaptasian diri dari

wujud tradisional menjadi modern, dan sangat modern, dari sisi manajemen.

4
Para sejarawan mencatat Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana
pendidikan agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama Islam. Pondok
Pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaanya mulai dikenal di
bumi Nusantara pada periode abad ke 13 – 17 M, dan di Jawa pada abad ke 15 – 16 M. Pondok
pesantren pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana
Magribi, yang wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 April
1419 M. Menurut Ronald Alan Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan
Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam di Jawa. Lihat:
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadiana,
1997), h. 3. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), h. 6.
Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.70. Ronald
Alan Lukens Bull, A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion IdentityConstruction,
( Michigan:Arizona State University, 1997), h. 70
5
Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren:Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1985), hlm.17
Secara manajerial, pondok pesantren tidak akan bisa dilepaskan dari mindset

berfikir seorang kiai (pemimpin pondok pesantren). Kiai adalah sumber kapital

terkuat dari seluruh elemen- elemen pondok pesantren. Bahkan, Zamahsyari

Dhafier mengatakan pondok pesantren tradisional, secara manajerial sangat

bertumpu pada kekuatan kapital ekonomi yang dimiliki kiai, mulai dari sawah,

tanah, dan sumber- sumber ekonomi lainnya.6

Kajian Silvia Falah7 Menyimpulkan bahwa modernisasi pondok pesantren

beruasaha menyempurnakan pendidikan islam yang ada di pesantren untuk

menjawab tantangan masyarakat yang orientasinya dengan metodologi ilmiah

modern, lebih terbuka atas perkembangan diluar dirinya, diversifikasi program

dan kegiatan pesantren semakin terbuka luas dan dapat berfungsi sebagai pusat

pengembangan masyarakat.

Kajian selanjutnya adalah tentang Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak

Yogyakarta pada dasarnya sudah melakukan perencanaan pembelajaran

sebagaimana sekolah-sekolah pada umumnya. Kemudian dalam pelaksanaan

pembelajaran Pondok Pesantren diberikan kebebasan untuk memilih strategi,

perndekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap efektif sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya manusia yang tersedia

di Pondok tersebut. Kesimpulan akhir dari penelitian tersebut bahwa dalam

penilaian pembelajaran di Pondok Pesantren, belum dilakukan secara

terintegrasi dengan proses pendidikan secara keseluruhan, sehingga perlu ada

6
Ibid, hlm.18
7
Silvia Falah, Tesis modernisasai sistem pendidikan pesantren Gondang legi , (Malang : Tesis
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, 2014)
perubahan/perbaikan.8

Kajian selanjutnya adalah tentag manjemen pesantren salah satu pondok

pesantren modern yang telah menjalankan penjaminan mutu internal dengan

memasukkan dalam unit kerja tersendiri untuk penjaminan mutu, pada

umumnya terdapat di perguruan-perguruan tinggi dan jarang ada pondok

pesantren modern yang memasukkan unit penjaminan mutu dalam struktural

kerja manajemen pesantren. Pelaksanaan manajemen mutu di pondok

pesantren biasanya hanya meliputi quality control dan quality assurance,

sedangkan Unit Penjaminan Mutu di PPMI Assalaam ini selain melakukan dua

kegiatan tersebut juga mengadakan evaluasi berkelanjutan.9

Kajian selanjutnya yang terkait adalah uapaya pondok pesantren dalam

mengembangkan life skill santri, kajian ini menyimpulkan bahwa lembaga

pendidikan islam khusunya pesantren, berusaha dengan keras mengejar

ketertinggalan dengan mencurahkan segala kemampuan untuk menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi secara dinamis dan progresif agar bisa survive the life

dan memenuhi tuntutan masyarakat dengan pendidikan yang beorientasi pada

pengembangan life skill yang mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqa

kepada allah SWT, lebih khusunya pondok pesantren sebagai produksi ulama

dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan, dan akhlak santri yang

diharapkan mampu membangun dirinya, masyarakat sekelilingnya dan juga

pondok pesantren menciptakan manusia muslim yang mandiri yang mempunyai

8
Suhartono Djuwaini, “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren: Studi Kasus
PondokPesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta, Tesis, (Surabaya: Program Pasca Sarjana
Universitas Sunan Giri, 2005), hal. 302-308
9
Muhimmatul Aliyah, Tesis Manejemen Straegis penjaminan mutu dalam meningkatan kualitas
kelulusan dipondok pesantren islam assalam Surkarta Jawa Tengah (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga)
swakarya dan swadaya.10

Kajian selanjutnya yang terkait adalah Implementasi ekonomi mandiri

dalam pengembangan life skill dan dampaknya pada mutu pesantren yang

menyimpulkan pendidikan pesantren bukkan hanya dalam aspek pembelajaran

kitab kuning, bahasa arab, fiqh dan aqidah semata, tetapi pengelolaan pesantren

dikembangkan dalam segala aspekkeilmuan untuk menunjang kehidupan

masyarakat yang lebih baik, kemandirian telah menjadi sebuah identitas yang kuat

dipondok pesantren mengembangkan life skill santri untuk mmempersiapkan diri

menghadapi masyarakat disamping pembelajaran keagamaan berupa ketrampilan

atau kecakapan positif agar santri dapat menghadapi berbagai tuntutan dan

tantangan dalam hidupnya secara efektik.11

Pendidikan Islam yang diperoleh melalui lembaga pendidikan Pesantren

merupakan alternatif dalam pembentukan kepribadian serta menanamkan jiwa

agama kepada generasi muda agar mampu seimbang menjalankan kehidupan

duniawi dan ukhrawi. Pesantren dengan demikian memiliki pontensi yang besar

untuk ikut aktif mendukung pembangunan agama dan akhlak generasi bangsa.

Sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan Pesantren memiliki dua peran

sekaligus, yaitu peran pengembangan masyarakat dan peran pengembangan

pendidikan.12 Peran Pesantren sebagai pengembangan masyarakat dapat dilihat

dari transformasi nilai yang ditawarkannya (amar ma'ruf nahy munkar).

Ukurannya dapat dilihat dari kiprah nyata segenap unsur di lembaga Pesantren
10
Ulfah Hasanah, tesis upaya pondok pesantren dalam mengembangkan Life skill santri,
(Surabaya : Tesis fakultas pendidikan agama islam Universitas Negri Sunan Ampel, 2019 ).
11
Evi Susanti, tesis Manajemen Pendidikan Life skills dalam membina vokasional Santri ,
(Kapuas : Tesis fakultas pendidikan agama islam Institut Agama Islam Palang ka Raya, 2015 ).
12
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern
(Jakarta: LP3S, 1994), h. 44.
dalam melakukan perubahan dan transformasi kehidupan masyarakat dari

kekafiran kepada ketakwaan, dari kefakiran menuju kesejahteraan. Kehadiran

Pesantren menjadi suatu keniscayaan untuk menjawab tuntutan kebutuhan

masyarakat. Tidak dapat disangkal kiprah Pesantren memiliki peran positif dan

produktif dalam pengembangan masyarakat.13 Pesantren sebagai pengembang

pendidikan dapat dilihat dari misi utama Pesantren untuk menyebarluaskan ajaran

dan universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara yang berwatak fluralis, baik

dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Peran tersebut dalam konteks kekinian telah menempatkan lembaga pendidikan

Pesantren sebagai penerjemah dan penyebar ajaran Islam di tengah kehidupan

masyarakat. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang sudah

dikenal oleh masyarakat sejak berabad abad lamanya karna kiprahnya dalam

dunia pendidikan tidak bisa diragukan lagi utamanya dalam menciptakan dan

membentuk tatanan sosial kemasyarakatan.14 Pembangunan masyarakat dilakukan

dalam rangka memacu perkembangan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat

sehingga mampu mengurangi kesenjangan. Sejatinya, pembangunan masyarakat

labih diorientasikan pada partisifasi masyarakat tanpa mengenyampingkan

pembangunan lokal, guna mengembangkan sumber daya yang ada secara lebih

mandiri, kreatif serta inisiatif yang tumbuh secara lokal pula.

Pembangunan akan berjalan dengan baik, bila seluruh komponen

masyarakat mempunyai akhlak yang baik pula. Azyumardi Azra mengatakan

bahwa pada saat ini Pesantren telah menjadi alternatif pembangunan yang
13
Saefuddin Zuhri, Pesantren Masa Depan (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h. 13.
14
Nurcholish Majid,Modernisasi pesantren- kritik urcholish majid terhadap pendidikan islam
tradisional, edisi revisi (ciputat: Quantum Teaching, 2005). h. 112.
berpusat pada masyarakat itu sendiri (people centered development) sekaligus

sebagai pusat pengembangan masyarakat yang berorientasi pada nilai (value

oriented development). Pengembangan Pesantren pada saat ini telah mampu

melakukan transformasi dari fungsi tradisional menjadi salah satu pusat penting

bagi pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, beberapa

lembaga pendidikan Pesantren di nusantara tidak saja telah memainkan fungsi

tradisionalnya, melainkan juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan masyarakat,

pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha

penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup; serta yang lebih penting lagi

adalah menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan mendorong berlangsungnya

kegiatan vocational bagi masyarakat di sekitarnya.15 Pondok pesantren

berkembang menjadi pusat tafaqquh fiddin (berpegang teguh pada ajaran agama).

Pola pendekatan fiqh oriented (sesuai dengan kaidah fiqih) yang kontekstual dan

sosiologis, secara tidak langsung telah menjadikan pesantren sekaligus sebagai

pusat pembentukan dan penguatan karakter masyarakat muslim yang lokalistik.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor corak Muslim Indonesia yang berbeda

dengan Muslim Arab. Banyak sekali tradisi muslim lokal yang tidak ditemuai di

Arab, seperti tahlilan, selapanan, tingkepan, haul, halal bi halal dan sebagainya.

Jika pemperhatikan hal ini, maka dapat dipahami bahwa keberadan pondok

pesantren telah memberikan kontribusi besar bagi proses transformasi ilmu

pengetahuan sekaligus pelestarian tradisi di tengah masyarakat Indonesia

(Mahmud Ali Zain, 2005:5). Oleh karna itu, menurut hemat penulis ternyata

15
Azumardi Azra, 'pesantren: kontinuitas dan prubahan' dalam pengantar Nurcholish Majid, Bilik
bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan ( Jakarta : Paradigma, 1997) h.xxi
pesantren memiliki peranan yang sangat baik, baik peran keagamaanmaupun

peran lain.Misalnya peran kultural peantren yang utama adalah penciptaan

pandangan hidup yang bersifat khas santri, yang dirumuskan oleh sebuah tata

nilai ( Value Sistem) yang baik. Sebagaimana ang diungkapkan oleh

Abdurrahman Wachid dalam bukunya Pesantren dalam subkultur yang dikutip

oleh Amir Haidar menjelaskan bahwa dalam sebuah pendidikan pondok pesantren

terdapat tiga elemen dasar yang mampu membentuk pesantren sebuah subkultur,

pertama pola kepemimpinan pesantren yang mandiri dan tidak terkooptasi oleh

negara, kedua adalah Kitab kitab ( kuning/gundul ) yang dijadikan rujukan umum

yang selalu digunakan diberbagai abad, dan yang ketiga adalah program nilai

(Value Sistem) yang selaras dengan dinamisnya zaman yang digunakan oleh

sebagian masyarakat luas sebagai pedoman pendidikan yang sitemnya "al akhdu

bi al jadidi al al ashlahi.16 Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia yang

berkaitan dengan gagasan modernisasi Islam di kawasan ini mempengaruhi

dinamika keilmuan lingkungan pesantren. Gagasan Modernisasi Islam yang

menemukan momentumnya sejak awal abad 20 masehi, direalisasikan dengan

pembentukan lembaga lembaga pendidikan modern.17 Lembaga pendidikan islam

memiliki andil yang sangat besar untuk mengiringi prosesnya dalam menjalankan

hidup. Karena dalam orientasinya, pendidikan islam harus mampu menyiapkan

sumber daya manusia yang tidak sekedar sebagai penerima arus informasi global,

juga harus memberikan bekal kepada mereka agar mengolah, menyesuaikan dan

mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu, yakni

16
Amir Haidar, Panorama pesantren dalam cakrawala modern, (Jakarta: Diva pustaka, 2004).h.1
17
Azumardi Azra, Esai esai Intelektual Muslim dan Pendidika n Islam, ( Jakrta: Logos, 1998), h.
90
manusia yang memilki life skill yang baik, aktif, kreatif dan produktif.18

Peneliti tertarik mengadakan penelitian di Pondok Pesantren karena

Al Mawaddah ciganjur Jakarta lembaga ini sudah dikelola secara modern

tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional berupa halqoh/sorogan, dan

bandongan. Pondok Pesantren Al Mawaddah Jakarta menggunakan

manajemen pendidikan ganda yaitu menggabungkan antara sistem pendidikan

modern dengan sistem tradisional/pesantren dengan berpegangan pada

kaidah:

“Memelihara nilai-nilai terdahulu yang sudah baik dan mengambil

nilai- nilai baru yang lebih baik”19

Pondok Pesantren ini telah melahirkan lulusan lulusan bukan hanya

mahir dalam ilmu agama dalam berdakwah akan tetapi juga melahirkan

lulusan lulusan yang mahir dalam berbahasa yakni bahasa arab dan bahasa

inggris yang diterapkan pesantren sebagai bahasa keseharian yang diterapkan

pondok tersebut sebagai skill yang dimiliki para santri yang berada di pondok

pesantren Al mawaddah. Santri di Pondok ini diharapkan menjadi insan ulil

albab yang memiliki nilai tambah.

Dari sisi manajerialisme, pondok pesantren ini tergolong sudah cukup

modern. Kepemimpinan dominan kiai tidak begitu terlihat. Bahkan, sebagaimana

informasi yang didapat penulis dari salah seorang pengurus, kiai lebih sibuk

mengurusi aspek-aspek pengembangan pondok pesantren dari sisi melakukan

kolaborasi dengan banyak pihak, di luar pondok pesantren. Semisal dengan


18
Jusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet, h.131.
19
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU, Yogyakarta: LKiS, 2004, hlm. 21.
pemerintah daerah, provinsi, dan pusat. Kiai juga sudah mendelegasikan

kewenangan yang cukup luas. Di samping itu, kiai juga sangat memperhatikan

kompetensi dan skill para pengurus dalam proses pengelolaan pondok pesnatren

ini.20

Berdasarkan paparan diatas kita dapat melihat bahwasanya modernisasi

manajemen sistem pendidikan pondok pesantren agar meningkatnya skill santri

memiliki potensi yang baik bukan hanya dalam khazanah keilmuan. Pondok

pesantren juga memiliki kemandirian, pengembangan life skill dan mutu

pesantren. Manajemen pendidikan terkait dengan input, proses dan output dari

sebuah pendidikan yang menjadi fokus penelitian ini yang dikaji secara

menyeluruh dan berkesinambungan. Berangkat dari situ pula peneliti memberikan

judul penelitian ini dengan :

"MODERNISASI MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SANTRI DALAM

BERBAHASA ARAB " (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL

MAWADDAH CIGANJUR JAKARTA SELATAN)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, terdapat berbagai masalah yang

dapat diidentifikasi yaitu:

1. kemampuan santri dalam berbahsa arab di pondok pesantren al

mawaddah

20
Wawancara dengan Moh. Furqon Salah satu Pengurus Pondok Pesantren Al Mawaddah
Ciganjur hari Jum’at tanggal 03 Juli 2020 pukul 19.00 wib.
2. Meningkatkan kemampuan( life skills) santri dalam berbahasa (Arab)

3. Kemampuan ( life skills) santri dalam berbahasa arab yang baik dan benar

4. Kemampuan (life skills) santri dalam berbahasa arab sebagai percakapan

sehari-hari

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak melebar luas dan tidak

menyimpang dari sasaran yang diharapkan peneliti, maka peneliti

memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Mengukur kemampuan( life skills ) santri dalam berbahasa Arab, dengan

menganalisanya pada setiap berkomunikasi baik di luar maupun di dalam

kelas.

2.Penelitian ini di batasi pada kemampuan (life skills) santri pondok

pesantren dalam menggunakan bahasa Arab.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan

yang dijadikan penelitian tesis ini, yaitu: Bagaimana Modernisasi sistem

pendidikan Pondok Pesantren Al-Mawaddah dalam meningkatkan life skills

dalam berbahasa arab santri di ciganjur Jakarta Selatan.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:


1. Bagaimana konsep manajemen pendidikan pesantren yang diterapkan oleh

yayasan pondok pesantren Al Mawaddah Ciganjur Jakarta dalam

meningkatkan kemampuan (life skills) santri dalam berbahasa?

2. Bagaimana bentuk modernisasi manajemen pendidikan pesantren Al

Mawaddah untuk meningkatkan kemampuan (life skills) santri dalam

berbahasa?

3. Bagaimana dampak modernisasi manajemen pendidikan pesantren

terhadap kemampuan (life skill) santri dalam berbahasa?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisa manajemen pendidikan pesantren yang diterapkan oleh

pondok pesantren Al Mawaddah Ciganjur.

2. Menganalisa bentuk modernisasi manajemen pendidikan pesantren yang

dilakukan oleh pondok pesantren Al Mawaddah Ciganjur.

3. Menganalisa dampak modernisasi terhadap kemampuan (life skills) santri

dalam berbahasa arab di pondok pesantren Al Mawaddah Ciganjur.

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan referensi bagi Pesanytren

pesantren lain yang ingin mengembangkan pendidikan pesantren yang dapat

disesuaikan dengan kondisi perkembangan zaman saat ini.

G. KAJIAN PUSTAKA

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan

dalam pengembangan pandidikan agama Islam terutama di lingkungan

pesantren dalam rangka modernisasi sistem pendidikan yang

diterapkannya. Serta diharapkan dapat menjadi rujukan atau sebagai bahan

masukan bagi para pemikir dan praktisi pendidikan, pengelola lembaga

pendidikan dan semua pihak yang terkait, untuk menuju pada

pengembangan pelaksanaan pendidikan agama Islam ke arah yang lebih

baik terutama di dunia pesantren. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu

memberikan problem solving atas persoalan kegagalan sistem pendidikan

nasional yang sedang terjadi.

2. Praktis

a. Lembaga Pendidikan

Dapat digunakan sebagai wacana mengenai sejauh mana

modernisasi sistem pendidikan pondok pesntren al mawaddah terhadap

peningkatan life skills santri yang telah dilakukan. Dan juga dapat

digunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil langkah selanjutnya

dalam rangka terus berbenah dan menyiapkan diri untuk menghadapi

tantangan dunia global dan tuntutan masyarakat modern berikutnya.

Selain itu, penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

mutu pendidikan agama Islam khususnya di lingkungan pondok

pesantren.

b. Pembaca dan Peneliti lain


Dapat memberikan informasi dan memberikan pemahaman,

wawasan dan pengetahuan mengenai modernisasi sistem pendidikan

di pesantren. Serta dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pustaka

untuk mengadakan kajian atau penelitian lanjutan.

H. Batasan Istilah

Modernisasi adalah pergeseran atau peralihan sikap dan mentalitas

sebagai warga masyarakat untuk menyesuaikan hidup dengan tuntutan hidup

masa kini dan akan datang.

1. Mananjemen

Manajemen merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah

pencapaian tujuan melalui sebuah proses. Manajemen adalah sistem kerja

sama dengan pembagian peran yang jelas. Manajemen melibatkan secara

optimal konstribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien.21 Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur

proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya

secara efisien, efektif dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.22

2. Pesantren

Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yaitu istilah yang

digunakan bagi orang orang yang menuntut ilmu agam di lembaga

pendidikan tradisional di jawa. Dengan awalan pe dan akhiran an

sehingga menjadi pesantren yaitu tempat para santri menuntut ilmu

21
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Cet.5; Jakarta: Bumi
aksara, 1997), hlm. 27.
22
Ali, M. Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta:mutiara, 1997), hlm. 15.
sebagaimana pendapat Nurcholis Majid.23 Madjid berpandangan bahwa

kata santri berasal dari bahasa Jawa cantrik, yang artinya seseorang

yang mengikuti guru untuk mempelajari ilmu darinya. Hal tersebut

didasarkan pada pola hubungan guru (kyai)-santri dalam pesantren, di

mana santri mengikuti gurunya tinggal di suatu tempat dan kemudian

menetap di sana.24

3. Kemampuan ( life skill)

Anwar, memberikan pengertian kemampuan (kecakapan hidup) sebagai

pendidikan yang dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis,

terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan

potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.25

I.Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan tema modernisasi sistem pendidikan Pesantren

untuk meningkatkan life skills santri sebenarnya suatu penelitian yang

memfokuskan sistem yang modern untuk menghasilkan life skills santri.

Dalam ranah sistem pendidikan saja misalnya, telah banyak para praktisi

pendidikan yang telah melakukan pengkajian dan penelitian mengenai hal ini

seperti yang telah dilakukan oleh Prof. Mastuhu yang diterbitkan dalam

23
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potren Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), hlm. 5
24
Ibid, hlm. 20
25
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung : Alfabeta, 2004), hlm
20
karyanya Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren pada tahun 1994 dan

Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam pada tahun 1999. Kedua karya ini

memfokuskan pembahasannya pada sistem pendidikan yang berkembang di

dunia pesantren. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Jaenudin dalam

Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Kebon

Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon) pada tahun 2007.

Sedang pada ranah modernisasi sistem pendidikan tercatat beberapa praktisi

pendidikan yang telah mengkaji melakukan penelitian, diantaranya:

Drs. H.A. Umar, MA dalam Modernisasi Pendidikan

Pesantren (studi kelembagaan dan sistem pendidikan pesantren Al-Asy’ariyah

Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah) pada tahun 2004. Pada penelitian tersebut

modernisasi diartikan sebagai perubahan pola pendidikan pesantren dari

tradisional menuju modern. Maka dari itu objek dari penelitian tersebut adalah

pondok pesantren salaf (tradisional). Hal ini jelas berbeda dengan penelitian ini

yang menjadikan pondok pesantren kholaf (modern) sebagai objek penelitian.

Pemberian corak pada sebuah pondok pesantren tentu akan berdampak pada

keseluruh kebijakan sistem pendidikan. Penelitian tersebut juga berbicara

mengenai detail perjalanan kelembagaan sebuah lembaga pendidikan. Secara

garis besar penelitian tersebut terfokus pada alasan pesantren al-Asy’ariyah

Kalibeber merubah sistem pendidikan dan kelembagaan dari tradisional menuju

modern, dinamika pesantren dan problem-problem yang muncul setelah

berubah, dan implikasi modernisasi terhadap sistem pendidikan dan

kelembagaan pesantren tersebut.


Kemudian penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian yang akan di teliti yaitu:

Pertama, Musyrif Kamal Jaaul Haq, “Sistem Pendidikan Pondok

Pesantren Dalam Meningkatan Life Skill Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren

Anwarul Huda Karang Besuki Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sistem pendidikan pondok pesantren dalam meningkatkan life skill

santri. Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pondok

pesantren dalam meningkatan life skill santri adalah dengan mengelola

pendidikannya dengan menciptakan moral pendidikan modern yang terintegrasi

pada sistem pengajaran klasik. Adapun bidang pengelolaan yang digunakan untuk

meningkatkan life skill yakni melalui Madrasah Diniyah, pengajian rutin,

organisasi, kurikulum, sarana prasarana dan pembinaan life skill.

Kedua, M. Alfithrah Arufa, “Pendidikan Kewirausahaan

(Edupreneurship) di Pesantren Berkarya dan Berwirausaha “Basmala Indonesia

Semarang” (Analisa Kebijakan Pendidikan)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis konsep dasar mengenai pendidikan pesantren karya dan

kewirausahaan, dan strategi kebijakan pendidikan pesantren, sekaligus faktor

pendukung dan penghambat pendidikan pesantren berkarya dan berwirausaha

Basmala Semarang Indonesia. Peneitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif yang mengfokuskan pada studi analisis. Hasil penelitian menyatakan

bahwa bahwa faktor-faktor fundamental yang melahirkan pesantren ini adalah

baground pendiri sendiri adalah alumnus pesantren. Adapun strategi


implementasi kebijakan pendidikan adalah membuka mental blok melalui

pengajian keagamaan dan motivasi, pengenalan dalam hal kewirausahaan, dan

praktek enterprenaur sebagai bentuk tantangan praktis untuk berkarya dan

berwirausaha. Adapun faktor pendukungya adalah baground dari pendiri adalah

alumnus pesantren sehingga lebih mudah mengelola santriwan santriwati

sekaligus adanya dukungan positif dari para santri. Adapun faktor penghambat

adalah minimnya sarana penunjang dan belum terbentuknya kurikulum yang baku

terkait kewirausahaan.

J. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren Al Mawaddah ciganjur Jakarta,

sedangkan waktu pelaksanaan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Pemilihan

Di Al Mawaddah ciganjur Jakarta sebagai obyek penelitian karena Pesantren ini

telah memadukan antara pendidikan tradisional dan modern yang mana output santri

yang lulus dari pon pes ini bukan hanya mahir dalam bidang keagamaan akan tetapi

mampu bersaing dalam dunia kerja dan pembisnisan/wira usaha. Selain itu, lembaga

ini memiliki lahan yang cukup luas.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif26 yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang

berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan mengenai Modernisasi

pendidikan pesantren terhadap meninkatnya life skills santri di pondok tersebut.

26
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 211.
C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjawab masalah penelitian, diperlukan data yang akurat di lapangan.

Metode yang digunakan harus sesuai dengan obyek yang akan diteliti. Dalam

penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa metode:

a. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku

obyek sasaran.27 Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang praktik

Modernisasi pendidikan untuk meningkatkan life sklill santri yang dihasilkan pondok

pesantren Al Mawaddah Jakarta sebagai Pesantren modern .

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah usaha-usaha untuk mendapatkan data dengan menggunakan

metode Tanya jawab terhadap hal-hal yang menjadi kajian dalam penelitian ini. 28

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara seni terstruktur dimana peneliti

sebelumnya telah menyiapkan draft wawancara sebagai panduan dalam wawancara

kemudian menanyakan kepada informan dan wawancara akan berkembang sesuai

kebutuhan data yang diperoleh di lapangan. Dalam wawancara ini dilakukan kepada

beberapa informan, yang meliputi Pengasuh pondok pesantren, Tata usaha, Majlis

Asatidz, pengurus Masjid, perpustaan, Rohis pondok, kantin dan Masyarakat sekitar

Pon- Pes Al Mawaddah Jakarta.

c. Metode Dokumentasi

27
SutrisnoHadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), 136.
28
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
32.
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulan, rapat agenda dan sebagainya. 29 Metode ini digunakan untuk melihat

dokumen-dokumen Pembiasaan-pembiasaan Pon- Pes Al Mawaddah Jakarta.

D. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi. Analisis deskriptif ini adalah analisis penelitian

yang menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan obyek yang diteliti

kemudian dianalisis menggunakan pendekatan fenomenologi yang ada di lapangan.

Miles dan Haberman menyatakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga

tahap yaitu: reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi. 30

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan,

pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

di lokasi penelitian yaitu Pesantren Al Mawaddah Jakarta. Reduksi data dilakukan

sebelum pengumpulan data, selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data.

Adapun reduksi data sebelum pengumpulan data dilakukan ketika penulis telah

memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian. Reduksi data selama

pengumpulan data adalah dengan cara membuat ringkasan, mengkode, menelusuri

tema, dan membuat memo. Reduksi data dilanjutkan terus sesudah penelitian lapan

Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang diperoleh

peneliti dari informan, catatan pengamatan pada waktu mengamati pelaksanaan.

29
Ibid., hlm. 206.
30
Ibid., h. 32.
Penyampaian informasi ini disusun secara sistematis, runtut, mudah dibaca dan

dipahami. Penyajian data disampaikan dalam bentuk narasi.Sedangkan menarik

kesimpulan/verifikasi adalah peninjauan ulang catatan-catatan lapangan dengan tukar

pikiran untuk mengembangkan kesepakatan inter subyektif atau upaya yang luas untuk

menempatkan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Atau secara singkat

yaitu memunculkan makna-makna dari data yang harusdiuji kebenarannya, kekokohan

dan kecocokannya yang merupakan validitasnya dalam penelitian ini.31

Ketiga komponen tersebut saling terkait baik sebelum, saat berlangsung dan

sesudah pelaksanaan pengumpulan data. Melalui ketiga langkah tersebut akan didapat

sebuah analisis yang komprehensif berkaitan dengan tema penelitian dalam tesis ini.

E. Sistematika Penelitian

BAB I : Pendahuluan

Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II : Kajian Pustaka

Berisi uraian mengenai kajian teori yang terkait dengan

permasalahan penelitian, yakni Modernisasi manajemen

pendidikan pesantren untuk meningkatkan life skill santri

di pondok Pesantren Al Mawaddah Jakarta.

BAB III : Metode Penelitian

31
Mathew B. Miles dan Haberman A. Michael, Analisis Data Kualitatif, Terj. Hendi Rohidi, (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 1992), h. 19.
Berisi uraian mengenai metode yang digunakan dalam

penelitian ini, meliputi tempat dan waktu penelitian,

metode dan desain penelitian, populasi dan sampel

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

teknik pengolahan dan analisis data, dan pengecekan data.

BAB IV : Gambaran Umum setting Penelitian

Berisi tentang paparan data dan temuan objek penelitian

berupa gambaran umum Gambaran umum objek penelitian

Modernisasi pendidikan Pesantren untuk meningkatkan life

skill santri di Pon- pes Al Mwaddah Jakarta, Hasil

Penelitian dan Keterbatasan Penelitian.

BAB V : merupakan sebagai Penutup yang meliputi Kesimpulan dan

Rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA

Rizal, Ahmad Syamsyu, Transformasi Corak Edukasi Dalam Sistem Pendidikan

Pesantren, Dari Pola Tradisional ke Pola Modern,” Jurnal Pendidikan Agama Islam

– Ta’lim Vol. 9 No. 2. 2011.

H.M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,

Jakarta: Diva Pustaka, 2003.


Iqra’. Rangkuman Hasil penelitian Balitbang Diklat Kementrian Agama

RI. Pemanfaatan Tekhnologi Informasi di Pesantren. Lihat

http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/. Diakses tanggal 23 Juli 2012.

Dhofier, Zamahsyari. 1984. Tradisi Pesantren:Studi tentang Pandangan Hidup

Kyai .Jakarta: LP3ES.

Falah Silvia, Tesis modernisasai sistem pendidikan pesantren Gondang legi , (Malang

: Tesis Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim,

2014).

Djuwaini Suhartono, “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren: Studi Kasus

PondokPesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta, Tesis, (Surabaya: Program

Pasca Sarjana Universitas Sunan Giri, 2005), hal. 302-308.

Aliyah Muhimmatul, Tesis Manejemen Straegis penjaminan mutu dalam meningkatan

kualitas kelulusan dipondok pesantren islam assalam Surkarta Jawa Tengah,

(Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga).

Hasanah Ulfah, tesis upaya pondok pesantren dalam mengembangkan Life skill santri,

(Surabaya : Tesis fakultas pendidikan agama islam Universitas Negri Sunan Ampel,

2019 ).

Susanti Evi, tesis Manajemen Pendidikan Life skills dalam membina vokasional Santri

, (Kapuas : Tesis fakultas pendidikan agama islam Institut Agama Islam Palang ka

Raya, 2015 ).
Steenbrink Karel, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun

Modern (Jakarta: LP3S, 1994).

Zuhri Saefuddin, Pesantren Masa Depan (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999).

Majid Nurcholish,Modernisasi pesantren- kritik urcholish majid terhadap islam

tradisional, edisi revisi (ciputat: Quantum Teaching, 2005).

Azra, Azumardi 'pesantren, kontinuitas dan prubahan' dalam pengantar NMajid, Bilik

bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan ( Jakarta : Paradigma, 1997).

Amir Haidar, Panorama pesantren dalam cakrawala modern, (Jakarta: Diva pustaka,

2004).

Faisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995).

Ahmad Zahro, Ahmad. Tradisi Intelektual NU, Yogyakarta: LKiS, 2004.

Wawancara dengan Moh. Furqon Salah satu Pengurus Pondok Pesantren Al Mawaddah

Ciganjur hari Jum’at tanggal 03 Juli 2020 pukul 19.00 wib.

D Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Cet.5; Jakarta: Bumi aksara,

1997).

Ali, M. Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta:mutiara, 1997).

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990.

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2002.
Mathew B. Miles dan Haberman A. Michael, Analisis Data Kualitatif, Terj. Hendi

Rohidi, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1992.

Anda mungkin juga menyukai