BAB I
PENDAHULUAN
kepada taraf kehidupan yang relative lebih maju. Hal ini merupakan keberhasilan manusia
dalam rangka mengembangkan dirinya. Sebagai sebuah agama islam berkembang melalui
Pendidikan modern dewasa ini telah dihadapkan pada dilemma pendidikan yang
amat subtansial, yaitu pendidikan yang hanya menitikberatkan kepada transisi sains dan
mengabakan pendidikan karakter. Padahal pendidikan sains yang tidak disertai pembinaan
karakter akan membawa proses dihumanisasi yang dapat menyebabkan lemahnya dan
bahkan hilangnya nilai-nilai patriotism seperti cinta tanah air, disiplin nasional, rasa
kebanggaan nasional dan rasa tanggung jawab nasional. Oleh sebab itu para orang tua anak
didik banyak memilih pesantren sebagai alternative untuk mewujudkan impian mereka,
yakni memiliki anak yang berkompeten dalam sains, berakhlak, dan berkarakter.
merendahkan hakikat dan derajat manusia. Hancurnya nilai-nilai moral merebanya ketidak
adilan tipisnya rasa solidaritas telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita. Hal ini
mewajibkan kita untuk mempertanyakan sejauh mana lembaga pendidikan kita telah mampu
menjawab dan tanggap atas berbagai macam persoalan dalam masyarakat kita? Ada apa
1
Subandi, Psikologi Dzikir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 18.
2
dengan pendidikan kita sehingga manusia dewa yang telah lepas dari lembaga pendidikan
formal tidak mampu menghidupi gerak dan dinamika masyarakat yang lebih membawa
menjadi mandiri dan berakhlak. Cita-cita dan tujuan pendidikan Islam adalah penanaman
adab yang dalam istilah pendidikan Islam dikenal dengan istilah ta’dib. Penanaman adab ini
Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Sebagai
lembaga pendidikan Islam, pesantren dari sudut historis kultural disebut pusat budaya Islam,
yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidaknya oleh masyarakat Islam
sendiri yang secara de facto tidak dapat diabaikan keberadaannya. Itulah sebabnya menurut
Nur Cholish Madjid (Madjid, 1997:26) bahwa dari segi historis, pesantren tidak hanya
identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia
adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai
figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama
Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa elemen-elemen pesantren terdiri dari
asrama atau pondok, kyai dan santri, serta masjid dan pengajaran agama Islam. Pesantren
pada dasarnya didirikan oleh beragam faktor, antara lain adalah karena kebutuhan
masyarakat atas pendidikan Islam seperti yang terjadi pada zaman penjajahan Belanda yang
2
Doni Koesman A, Pendidikan Karakter (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), hlm. 112.
3
lain karena sebab adanya seorang kyai atau guru yang diakui intelektual keislamannya oleh
masyarakat sehingga ilmunya dituntut oleh santri yang berdatangan dari berbagai tempat.
agama dengan sumber kajian ialah kitab-kitab dalam bahasa Arab. Penjenjangan
berdasarkan kitab yang dipelajari santri dalam belajar tidak menjadi suatu kemutlakan. Suatu
pesantren dapat saja memberikan tambahan atau melakukan inovasi mengajarkan kitab-kitab
dan hafalan. Metode wetonan merupakan metode belajar dimana santri mengikuti pelajaran
dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab
masing-masing dan mencatat jika perlu (Abuddin Nata, ed, 1996). Metode sorogan ialah
suatu metode dimana santri menghadap guru atau kyai seorang demi seorang dengan
membawa kitab yang akan dipelajarinya. Sedangkan metode hafalan ialah metode dimana
santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Biasanya cara
(character education) atau pendidikan moral (moral education), sehingga mampu melahirkan
lulusan yang memiliki idealisme, kemampuan intelektual dan perilaku mulia (akhlāq al-
Islam dengan penekanan pentingnya moral dalam bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat
bagaimana santunnya santri dalam menghormati guru (ta’ẓīm kepada guru/kiyai). Model
pendidikan karekter yang dilaksanakan di pesantren dewasa ini mulai diperhatikan oleh
pemerintah. Sebagian pihak menilai bahwa strategi pendidikan pesantren telah berhasil
4
memiliki perangkap pembelajaran yang lengkap, tetapi menghasilkan lulusan yang memiliki
perangkap pembelajaran yang jelas, tetapi kurang menghasilkan lulusan yang berkarakter
mulia.
antara guru dengan santri adanya perasaan hormat dan kepatuhan dari santrinya. Perasaan
hormat dan kepatuhan santri terhadap guru tidak terputus dan berlaku seumur hidup.
Perasaan hormat dan kepatuhan santri kepada guru dalam seluruh aspek kehidupannya
mendapat izin dari guru untuk mendirikan pesantren dan mengajarkan ilmu yang selama ini
dituntut. Pola perkembangan pesantren dapat dibagi dalam beberapa bentuk berikut (Noer,
2016). Pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kiyai. Pesantren ini masih sangat
sederhana di mana kyai menggunakan masjid atau rumahnya untuk mengajar. Santri berasal
Pesantren yang telah berubah kelembagaannya yang terdiri dari masjid, rumah kyai,
pondok atau asrama, madrasah dan tempat keterampilan. Pola ini dilengkapi dengan tempat-
tempat keterampilan agar santri terampil dengan pekerjaan yang sesuai dengan sosial
Tentu lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga diantara lembaga lain
yang ada dalam masyarakat. Kita tidak bias mengharapkan bahwa lembaga pendidikan kita
menjadi semacam obat mujarab bagi segala penyembuh luka-luka yang telah teraniaya oleh
5
kebijakan pemerintah maupun kebijakan yang lain. Oleh karena itu pendidikan karakter
moral dan arah pengembangan diharapkan menjadi semacam idealism bagi pra siswa agar
mereka semakin mampu mengembangkan ketajaman intelektual dan sebagai pribadi yang
Dalam penerapan dan pembiasaan kegiatan keagamaan yang diterapkan tentu saja
melibatkan banyak pihak dalam upaya mewujudkan tujuannya diantaranya adalah peran
pendidikan formal, peran pendidikan formal dan peran pendidikan informal yang ada di desa
tersebut. Disini peneliti focus untuk meneliti peran dalam peran pendidikan non formal
khususnya pada peran pondok pesantren dalam pembentukan karakter santriwati pondok
sinonphilips karakter adalah kumpulan rata-rata nilai yang menuju pada suatu system yang
memahami bahwa karakter adalah kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, untuk
karakteristik atau gaya atau sifat has dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan
sejak lahir. Karakter dibentuk oleh pengalaman dan pergumulan hidup pada akhirnya
Pendidikan karakter memang muncul sebagai evaluasi terhadap pendidikan yang bertumpu
pada titik berat pemikiran modelisme yang bersifat positifisme yang membuat jiwa manusia
3
Ibid., hlm 115
6
Pola ini sama halnya dengan pola keempat ditambah dengan adanya universitas,
gedung pertemuan, tempat olahraga dan sekolah umum. Pada pola ini pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang telah berkembang dan bisa dikatakan sebagai pesantren modern.
system pendidikan nasional setelah dipahami defenisi pendidikan dalam uu no 20 thn 2003
pendidikan itu sudah mencakupi pendidikan karakter yang kini kembali disebut-sebut
menurut uu no 20 thn 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Jika dipahami lebih jauh, dalam uu sudah mencakup
pendidikan karakter. Misalnya pada bagian kalimat dari defenisi pendidikan dalam uu
problem yang ada, dengan asumsi bahwa dengan diadakan sebuah pemantauan dan tindak
4
Ulfa Rahmi, “Pendidikan Karakter Dalam Uu No 20 Tahun 2003” dalam internet
http://ulfarahmi.wordpresss.com/2010/12/20/pendidikan -karakter-dalam-uu-no-20-tahun-2003/, kamis 21
november 2019.
7
B. Rumusan masalah
sehingga mudah untuk mengetahui hasilnya. Dari latar belakang yang telah dipaparkan di
1. Bagaimana pola pendidikan pada pondok pesantren robitotul istiqomah kec huristak kab
padang lawas?
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui pola pendidikan pada pondok pesantren robitotul istiqomah kec
2. Kegunaan
a. Secara teoritis
membentuk karakter.
b. Secara praktis
Sebagai upaya pemecahan masalah yang ada terkait dengan peranan pondok
D. Kajian pustaka
pendidika karakter anak dalam keluarga (oleh Muhammad nur abdul hafidz). Dalam
penelitian ini menyimpulkan keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter
anak. Pendidikan di keluarga adalah pendidikan awal dan utama karena masa itu adalah
masa di mana seorang manusia masih menerima segala sesuatu dan mudah terpengaruh oleh
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan teori
1. Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi
(1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu
harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi
sosialnya.
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dari hal
diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya
disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya dengan
tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam penegakan hukum mempunyai arti
penegakan hukum secara total enforcement, yaitu penegakan hukum secara penuh,
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar an bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah suatu
pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya
10
dimasyarakat. Posisi ini merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam
Peran juga diartikan sebagai perangkaian periaku yng diharapkan oeh lingkungan
sosial berhubuhngan dengan individu dalam berbagai kelompok sosial. Peran merupakan
salah satu komponen dari konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan
tipologi pondok pesantren. Berangkat dari pemikiran dan kondisi pondok pesantren yang
a. Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih
seorang ustadz atau kiai. Metode ini diselenggarakan pada ruang tertentu di mana
disitu tersedia tempat duduk seorang kiai atau ustadz, kemudian di depannya terdapat
bangku pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap santri-santri lain,
baik yang mengaji kitab yang sma maupun berbeda duduk agak jauh sambil
mendengarkan apa yang diajrakan oleh kiai atau ustadz kepada temannya sekaligus
merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembacaaan kitab oleh
dirinya sendiri di hadapan kiai atau ustadznya. Mereka tidak saja senantiasa dapat
dibimbing dan diarahkan cara pembacaanya tetapi juga dapat diketahui dan dievaluasi
5
Tim Penyusun, KBBI (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm.1155
11
yang baik antar santri dengan kiai atau ustadznya sehingga mereka dapat
meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa santri maupun kiai atau ustadznya
sendiri. Hal ini membawa pengaruh baik karena liai semakin tumbuh kharismanya,
santri semakin simpati sehingga ia berusaha untuk selalu mencontoh perilaku gurunya.
b. Metode Bandongan
dilakukan oleh seorang kiai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik, atau santri,
untuk mendengarkan dan menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab. Seorang
kiai atau ustadz dalam hal ini membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali
mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat (gundul). Sementara itu santri
pencacatan symbol-simbol kedudukan kata, arti-arti kata langsung dibawah kata yang
menggunakan metode ini adalah melingkari dan mengelilingi kiai atau ustadz sehingga
c. Metode Musyawarah
metode pembelajarn yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa
orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh
12
seorang kiai atau ustadz atau mungkin juga santri senior untuk membahas atau
dan lam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argument logika yang
materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya.
Musyawarah pada bentuk kedua ini bisa digunakan oleh santrio tingkat menengah
peserta, apakah awal, menengah atau tinggi selain juga topic atau persoalan (materi)
yang dimusyawarahkan.
pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang ustadz yang dilakukan oleh
sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus (marathon) selama tenggang
waktu tertentu. Tetapi umumnya pada bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua
puluh hari, atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang diaji.
Pada kenyataanya, metode ini lebih miriop dengan metode bandongan, tetapi pada
pemula untuk mengikuti pengajian ini, namun pada umumnya pesertanya terdiri dari
Kebanyakan pesertanya justru para kiai atau ustadz yang datang dari tempat-tempat
lain yang sengaja datang untuk itu. Dengan kata lian, pengajian ini lebih banyak
mengambil berkah atau ijazah dari kiai-kiai yang dianggap senior. Dalam perspektif
lebih luas, pengajian pasaran ini dapat dmaknai sebagai proses pembentukan jaringan
Metode hapalan ini adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghapal suatu
teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kiai atau ustadzm parasantri diberi
tugas untuk menghapal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu, hapalan yang
dimilki santri ini kemudian dihafalkan di hadapan kiai taua ustadz secara periodic atau
tertentu dengan tujuan untuk mencari ilmu. Kegiatan kunjungan yang bersifat
14
keilmuan ini dilakukan oleh para santri menuju ke suatu tempat untuk menyelidiki dan
h. Metode Muhawarah/Muhadatsah
diwajibkan oleh pondok pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok
pesantren. Para santri diwajibkan untuk bercakap-cakap baik dengan sesame santri
maupun dengan para kiai atau ustadz dengan menggunakan bahasa Arab pada waktu-
waktu tertentu untuk para santri pemula. Kepada mereka diberikan perbendaharan
kata-kata bahasa Arab yang sering dipergunakan untuk dihapalkan sedikit demi sedikit
sehingga mencapai target yang telah ditentukan untuk jangka waktu sekian, setelah
para santri telah menguasai kosa kata bahasa Arab, kepada mereka diwajibkan untuk
latihan bercakap-cakap dengan bahasa Arab ini hanyalah pelajaran tambahan bukan
pelajaran pokok.
i. Metode Mudzakarah
pertemuan ilmiah yang membahas masalah diniyah seperti ibadah aqidah dan masalah
agama pada umumnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode
j. Metode Riyadhah
yang menekankan pada olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri dengan
15
berbagai macam cara berdasarkan petunjuk dan bimbingan kiai. Pembelajaran dengan
metode ini sendiri sesungguhnya tidak ditujukkan untuk penguasaan akan pengetahuan
atau ilmu tertentu, tetapi sebagai sarana untuk pembentukan dan pembiasaan sikap
serta mental santri agar dekat kepada Tuhan. Metode Riyadhah ini biasanya
dan perhatian yang cukup tinggi pada ajaran tasawuf atau tarekat.
3. Konsep salafiyyah
berdasarkan sariat yang ada padagenerasi Muhammad dan parasahabat setelah mereka
dari pemahaman sebelumnya,baikdari sisi institsi dan kelembagaan , proses belajar ,masa
Dari sisi proses belajar mengajar, perubahan terjadi pada cara penyampaian atau
pemberian materi bahan ajar ang lajim dilakukan di pesantren salafiyah oleh kyai dengan
cara sorogan,wetonan, dan bodongan. Kini di samping cara tradisional tersebut pesantren
dilakukan pula metode penyampaian bahan ajar dengan cara klasik dan berjenjang sesuai
tingkatan madrasah tadi digunakan kitab kuning (kitab salaf) sebagai bahan kajiannya.
Namun disamping itu digunakan pula buku-buku bidang studi umum berbahasa Indonesia
4. Pesantren
perannya dalam membentuk sumber daya manusia yang memiliki komposisi intelektual
dan spritualyang seimbang. Sejalan dengan kosep ta’dib, tentu saja konsep pendidikn
masa datang adalah keterpaduan antara khazanah keilmuan modern dan hazana islam
yang bernuansa budaya local. Pesantren adalah system pendidikan yang tumbuh dan lahir
dari kultur Indonesia yang bersifat indigenous. Lembaga inilah yang dilirik kembali
Dengan sebuah pendidikan, kita ingin menjadikan anak kita tumbuh menjadi anak
dewasa yang punya kepedulian berikut adalah tujuh cara untukmencapai tujuan tersebut:
Anda bias memulai dengan sesuatu yang kecil. Anak-anak memiliki suatu keinginan
untuk menolong, bahkan anak usia dibawah dua tahun ingin melakukan sesuatu untuk
menolong orang tuanya. Anda bias memberikan semangat anak anda melalui sesuatu
keinginan anak untuk membantu anda tanpa melalui pemberia hadiah sehingga muncul
Tuan kita sebagai orang tua mengajarkan kepada anakuntuk menjadi anak yang lebih
baik, anak yang bertanggungjawab. Ketika anak membuat kesalahan, biarkan anak
Setiap orang menyukai pengakuan. Ketika anak ada mengggunakan pakaian yang
dianggapnya pantas, maka berilah semangat kepada anak anda untuk memakainya di
kemudian hari.
Diskusikan tanggungjawab dengan anak anda , biarkan anak mengetahui sesuatu yang
anda anggap bernilai. Biarlah anak melihat anda bertanggungjawab, dan anak anda
akan belajar banyak dari apa ynag dilakukan diri pada apa yang mereka dengar.
Biarkan anak mengambil keputusan dengan uang yang dimilikinya pada saat anak
masih kecil. Anak akan membuat kesalahan, tetapi jangan menghentikan pemberian
uang anda kepada anak . ini akan memberi pelajaran kepaa anak tentang apa yang akan
terjadi jika anak menghamburkan uangnya. Selain itu akan menjadi pembelajaran di
Ini barangkali cara yang sangat penting untuk menjadikan anak anda
lingkungan sekitar yang merespon kepadanya. Bila anda melihat anak anda sebagai
pribadi yang bertanggungjawab, dia akan tumbuh sesuai harapan anda. Di sini, bila
anda menyuruh anak, biarkan anakk memahami instruksi anda, anak akan bias
memenuhi harapan anda. Bila anda yakin bahwa anak mampu menjaga komitmen dan
5. Karakter
Secara umum kita sering mengasosiasikan istilah karakter dengan apa yang
psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan kita juga bias
memahami karakter dan sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsistis
yang dimiliki individu sejak lahir disini. Istilah karakter dianggap sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat
khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan yang diteima dari lingkungan,
tetap menjaga identitas permanen dalam diri manusia yaitu semakin menjadi sempurna
dalam proses penyempurnaan dirinya sebagai manusia. Karakter merupakan ciri dasar
melalui mana pribadi itu memiliki keterarahan ke depan dalam membentuk dirinya secara
6
Sjakaewai, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Intelektual, Emosional, Dan Sosial Sebagai
Wujud Integritas Membangun Jati Diri ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.11.
19
kenyataan, melainkan keutuhan perilaku. Karakter bukanlah hasil atau produk, melainkan
usaha hidup.
6. Pendidikan karakter
yang dinamankan kepada anak sejak dini. Kehadiran seorang anak penting dalam sebua
a. Anak sebagai pelanjut keturunan yang disebabkan oleh naluri makhluk mansuia untuk
melanjutkan keberadaan.
c. Anak juga menjadi wakil yang sah dari orang tua dimasyarakat
d. Anak akan melindungi dan menjadi tumpuan harapan orang tua saat mereka tua dan
Hal ini menunjukkan suatu perhatian khusus terhadap seorang anak banyak hal
yang telah dilakukan dan diperjuangkan demi anak. Namun kita orang tua tidak
memahami akan pentingnya sebuah karakter yang hendak ditanamkan dalam diri anak,
hal ini akan menjadikan sebuah permasalahan yang muncul dalam sebuah keluarga.
Tujuan menjadikan anak-anak sebagai manusia yang peduli dan solider sangatlah
mulia. Lebih dari memikirkan bagaimana caranya anak menjadi produktif, kreatif,
merupakan cita-cita kemanusiaan yang agung. Alangkah terhormatnya orang tua yang tak
tetapi orang tuanya yang ingin menciptakan anak-anak dan generasi yang punya peran
mengukuhkan moral intlektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan
tahan ujimelainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan
karakter menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit sosial. Pendidikan karakter
menjadi jalan keluar bagi perbaikan dalam masyarakat kita. Situasi sosial yang ada
menjadi alas an utama utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam
Pendidikan karakter dalam hal ini bukan sekedar memaknai masyarakat sebagai
tempat dimana pada akhirnya pendidikan karakter itu mestinya hadir namun juga menjadi
sarana paedagogis bagi masyarakat diluar sehingga mereka pun menjadi satubahu
membahu menyuburkan perilaku dan tata nilai yang bermakna dan berguna bagi tatanan
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, program pendidikan karakter apapun tidak dapat
melepaskan diri dari tatanan sistem nilai didalam masyarakat local yang menjadi sumber
Paling tidak ada dua program yang bisa dipertimbangkan tentang jangkauan kerja
sama antara sekolah dan lingkungan sekitar. Pertama program yang dasarnya adalah
keterlibatan komunikasi (community) based dan kedua kerjasama dengan media untuk
Proses pendidikan seperti itu tidak dapat mudah dilaksanakan, ia hanya dapat
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan pesantren. Lebih dari itu system pendidikan
hidup dan keagamaan yang tidak akan tergoyahkan oleh arus perubahan nilai-nilai sosial
Sesuai dengan wataknya, pesantren memiliki ciri khas tradisi keilmuan yang
pesantren adalah pengajaran kitab-kitab kuning, kitab-kitab islam klasik yang ditulis
dalam bahasa arab baik ditulis oleh ulama-ulama arab maupun ulama-ulama Indonesia
sendiri.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran yang
yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bias mempengaruhi perilakunya.
maka perilakunya berjalan selarah dengan hokum alam. Hasilnya perilaku tersebut
membawa ketenangan dan kebahagiaan sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai
menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu pikiran harus mendapatkan perhatian serius.
dalammengendalikan pikiran kearah kebaikan, kita akan mudah mendapatkan apa yang
kita inginkan yaitu kebahagian. Sebaliknyajika pikiran kita lepas kendali sehingga
terfokus kepada keburukan dan kejahatan, maka kita akan terus mendapatkanpenderitaan-
sekolah, televise, internet, buku, majalah, dan berbagai sumber lainnya menambah
besar untuk dapat menganalisis dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran
sadar (conscious) menjadi semakin dominan. Seiring perjalanan waktu maka penyaringan
terhadap informasi yang masuk melalui pikiran sadar menjadi lebih ketat sehingga tidak
sembarang informasi yang masuk melalui panca indera dapat mudah dan langsung
kepercayaan dan pola piker yang terbentuk maka semakin jelas tindakan, kebiasaan, dan
karakter unik dari masing-masing individu. Dengan kata lain setiap individu akhirnya
memiliki system kepercayaan (belief system), citra diri (self- image), dan kebiasaan
(habib) yang unik. Jika system kepercayaannya benar dan selaras, karakternya baik, dan
konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin membahagiakan.
Sebaliknya jika system kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik dan konsep
dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan.
mampu menjiwai dan mengarahkan lembaga pada penghayatan pendidikan karakter yang
realitis, konsisten, dan integral, paling tidak ada lima unsur yang bias dipertimbangkan.8
a. Mengajarkan
Untuk dapat mengajarkan yang baik ,yang adil,yang bernilai,pertama –tama perlu
mengetahui dangan jerni apa itu yang ernih apa yang itu kebaikan ,keadilan dan
itu sehingga anak didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu
Proses diseminasinilai tidak hanya tidak dapat dilakukan dengan hanya dapat
pendidikan yang dapat membantu anak didik semakin menyadari sekumpulan nilai
b. Keteladanan
Keteladan memang menjadi salah satu hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan
pendidikan karakter tidak sekedar melalui apa yang dikatakan melalui pembelajaran di
nyata diluar kelas. Karakter guru menetukan (meskipun tidak slalu) warna kepribadian
anak didik
8
Alicia Komputer, “ Teori Pembentukan Karakter”, http://koleksi-skripsi-blogspot.com.
24
c. Menentukan proritas
Pendidika karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi
pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan. Oleh karna itu, lembaga
pedidikan mesti menentukan tuntunan stndar atas karakter yang akan ditawarkan kepada
Untuk itu,setiap pribadi yang terlihat dari dalam sebuah lembaga pendidikan yang
diinginkan menekankan pendidikan karakter juga mesti memahami secara jernih apakah
prioritas nilai yang ingin ditekankan dalam pendidikan karakter dalam lembaga
pendidikan.
d. Praktis prioritas
Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakan
oleh prioritas nilai pendidikan karakter tersebut berkaian dengan tuntunan lembaga
pendidikan mesti mampu membuat verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat
e. Refleksi
Karakter yang ingin dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam
yang tidak direplesikan merupakan hidup yang tidak layak dihayati.” Tanpa ada usaha
25
BAB III
26
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
(field reaserch) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilapangan. Sedangkan menurut
jenis datanya termasuk penelitian kualitatif. Metode penelitian sering disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamaiah (natural
setting): disebut juga sebagai etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk bidang antropologi budaya,disebut metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dari analisisnya lebih bersifat kualitatif.9 Penelitian kualitatif digunakan untuk
Metode penentuan subjek dan objek dalam penelitian ini adalah usaha penentuan
sumber data, artinya darimana sumber data yang diperoleh. Sunjek penelitian merupakan
orang yang bias memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan. Subjek penelitian
ini adalah santriwati pondok pesantren robitotul istiqomah . sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah perang pendidikan pondok pesantren dalam pembentukan karakter
Karena jenis penelitian ini adalah peneilitian kualitatif, maka teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampling). Maksudnya
adalah pengambilan sampel tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, yang menjadi salah
satu ciri sampel bertujuan yakni darimana atau dari siap pengambilan sampel itu dimulai
9
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 1.
27
tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka
1. Metode observasi
pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sering
fenomena sosial yang diteliti seperti apa adanya. Segala kegiatan di pondok pesantren dan
aktivitas remaja akan diamati. Teknik observasi boleh dikatakan merupakan keharusan
dalam pelaksanaan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena banyaknya phenomena
sosial yang tersamar atau kasat mata, yang sulit terungkap bila mana hanya digali melalui
wawancara. 10
2. Metode wawancara
melakukan wawancara, peneliti tidak bisa mendekati informan, sumber informan atau
guru bagi si peneliti, dan langsung meminta tentang topic yang diketahui. Hal ini bisa
mnegejutkan dan bahkan menganggap si peneliti sebagai makhluk asing yang harus
dihindari.11
10
Burhan Bungi, analisis data penelitian kualitatif (Jakarta: raja grafindo persada, 2005), hlm 60
11
Ibid., hlm. 179
28
Metode ini untuk menemukan sebuah jawaban atas pola-pola didikan non formal
dalam pesantren yang ada dalam membentuk karakter santri di pondok pesantren
robitotul istiqomah kec. Padang lawas. Metode wawancara dengan penguruh pesantren
yang sangat memahami kondisi dan hal-hal yang berhubungan pendidikan karakter di
Sedangkan wawancara dengan santri untuk mengetahui tanggapan santri terhadap proses
pembentukan karakater.
3. Metode dokumentasi
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Informasi
dokumentasi yang di dapatkan dari dokumen yakni laporan kegiatan santri, foto, arsip-
arsip pondok. Metode ini digunakan untuk mengumpullkan data yang bersifat
Metode ini untuk memperoleh data berupa struktur organisasi, jadwal kegiatan,
program pembentukan karakter dan yang perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen
D. Analisis data
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan
1. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yangmasih baru, dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lan yang dipandang
ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat
mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teoriyang signifikan.
2. Display data merupakan penyajian data yang dilakukan dalam bertuk uraian
singkat,bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Ang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.12
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interagtif, hipotesis dan teori.13
a. Pendekatan penelitian
karakter.
12
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alpabeta, 2009), hlm. 95
13
Ibid., hlm.99
30
bermasyarakat. Di dalam pola hubungan tersebut yang lajim disebut interaksi sosial
anak dan remaja merupakan salah satu pihak, disamping adanya pihak-pihak lain.
b. Metode berpikir
Metode berpikir dalam penelitian ini adalah metode berpikir induktif. Metode
berpikir induktif merupakan proses logika yang berangkat dari data empiric lewak
observasi menuju ke suatu teori atau mengorganisasi faka-fakta atau data-data yang