PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
NIM.208190029
lebik baik. Oleh karenanya, proses pendidikan yang tepat adalah yang
mudah menyebar dan menjangkau setiap ruang, hal ini karena kemajuan
peristiwa yang sedang terjadi di tempat yang sangat jauh bisa didapat
1
Nurresa Fi Sabil and Fery Diantoro, “Sistem Pendidikan Nasional...,” Jurnal Pendidikan Islam 19
(2021): 7.
1
sosial,
serta jati diri kebangsaan yang tegas. Terbetuknya karakter dari masing-
sejenis.2
2
Nur Komariah, “PONDOK PESANTREN SEBAGAI ROLE MODEL PENDIDIKAN BERBASIS FULL DAY
SCHOOL” 5, no. 2 (2016): 9.
2
Tujuan daripada pendidikan pesantren yaitu menciptakan dan
3
Tantangan itu juga berlaku di Pondok Pesantren Assyafi’iyah
meskipun begitu bukan berarti dampak perubahan zaman itu tidak dapat
sangat sulit untuk dicegah, sehingga kita akan dipaksa untuk mengikuti
adalah karakter sosial yaitu sikap dan perilaku menghargai, kerja sama
para pelajar sekolah menengah yang berasal dari berbagai daerah namun
3
Gatot Krisdiyanto et al., “Sistem Pendidikan Pesantren dan Tantangan Modernitas,” Tarbawi :
Jurnal Ilmu Pendidikan 15, no. 1 (June 30, 2019): 8, https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i1.337.
4
berdirinya sebuah pondok pesantren. Pembelajaran ilmu-ilmu agama
Pesantren modern. Dari berbagai macam kegiatan yang ada, para santri
karakter sosial pada diri santri. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran
Kabupaten Ponorogo.”
B. FOKUS PENELITIAN
5
Fokus masalah dala,m penelitian berguna agar pembahasan pada
saja. Fokus penelitian ini terletak pada peran pondok pesantren dalam
C. RUMUSAN MASALAH
ini adalah;
D. TUJUAN PENELITIAN
adalah;
6
2. Ingin mendeskripsikan bagaimana proses pembentukan
E. MANFAAT PENELITIAN
manfaat baik secara teoretis dan praktis, adapun manfaat dari penelitian
ini adalah;
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
peneliti mengenai tata cara bersikap sosial melalui penelitian yang akan
Ponorogo.
Dalam hal ini, peneliti berharap bahwa penelitian ini bisa dijadikan
7
pijakan dan juga referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang
berfokus pada sikap sosial serta dapat digunakan sebagai bahan kajian
lebih lanjut.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, data
8
Bab V yang merupakan bab terakhir dan berisi tentang penutupan,
G. JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
9. Wisuda Mei
9
BAB II
TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian pesantren
pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi Pondok Pesantren. 4
4
“Mujamil Qomar.Pdf,” n.d., 1.
5
“Mujamil Qomar.Pdf,” 1.
10
Dalam perkembangannya, perbedaan ini mengalami kekaburan hal
Arifin berarti,
leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri khas yang
6
“Mujamil Qomar.Pdf,” 2.
7
ibid.Pdf,” 2.
11
Pengertian pesantren berasal dari kata santri yang berarti seseorang
awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal santri.
kitab umum bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail
yang sangat populer, khususnya di Jawa, dapat dilihat dari sua sisi
kultural.
pesantren mencakup pengertian yang lebih luas mulai dari sistem nilai
santri, seperti kepatuhan pada kyai sebagai tokoh sentral, sikap ikhlas
12
temurun.8 Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan
b. Sejarah pesantren
13
Sejarah pendidikan Indonesia mencatat bahwa, Pondok pesantren
pesantren.13
12
“1113-2293-1-PB (1).Pdf,” n.d., 3.
13
“1113-2293-1-PB (1).Pdf,” 4.
14
dan memberi bimbingan kepada santri. Dan hal yang palig penting dari
berasaskan ketuhanan yang maha Esa dan juga sebagai negara yang
pandang an hidup dan tata nilai yang di anut, cara hidup yang di
15
pondok pesantren lainnya. Namun demikian pondok pesantren juga
adalah tempat tinggal bagi para santri. Pondok inilah yang menjadi ciri
15
I’anatut Thoifah, “Model Pendidikan Pesantren: Studi Kasus di Pesantren Rakyat Al-Amin
Sumberpucung Kab. Malang,” Progresiva : Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam 7, no. 2
(January 10, 2019): 8, https://doi.org/10.22219/progresiva.v7i2.13978.
16
masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang menjadi pimpinan
pendekatan klasikal.
16
Guntur Cahaya Kesuma, “Refleksi Model Pendidikan Pesantren dan Tantangannya Masa Kini,”
Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 2, no. 1 (June 24, 2017): 67–79,
https://doi.org/10.24042/tadris.v2i1.1740.
17
Kesuma, 9.
17
Salaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok pesantren
dengan mempelajari kitab yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Dan begitu
dikenal dengan sistem belajar tuntas. Dengan cara ini santri bisa lebih
intensif dalam mempelajari suatu cabang ilmu. Dengan cara ini pula,
santri bisa lebih memahami apa yang sedang dia pelajari, sehingga hal
tertentu.20
18
Muhammad Idris Usman, “PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM,” n.d., 8.
19
Muhammad Hasyim, “MODERNISASI PENDIDIKAN PESANTREN DALAM PERSPEKTIF KH.
ABDURRAHMAN WAHID,” CENDEKIA : Jurnal Studi Keislaman 2, no. 2 (April 22, 2018): 54,
https://doi.org/10.37348/cendekia.v2i2.27.
20
Eko Prasetyo Utomo, “Internalisasi Nilai Karakter Gotong Royong Dalam Pembelajaran Ips
Untuk Membangun Modal Sosial Peserta Didik,” Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 3, no.
2 (October 31, 2018): 6, https://doi.org/10.17977/um022v3i22018p095.
18
pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal, baik madrasah
(MI, MTs, MA) maupun sekolah (SD, SMP, SMA) ataupun nama
dahulu suatu kitab tertentu kemudian baru bisa naik ke jenjang kitab
malam hari sesudah salat Magrib dan sesudah salat Subuh. Proses
19
terhadap agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Santri juga
20
kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna
sekitarnya).
21
pembangunan masyarakat bangsa.
agama Islam.27
27
Imam Syafe’i, “PONDOK PESANTREN: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter,” Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (May 16, 2017): 87,
https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2097.
22
sehingga hal ini dapat menjalin hubungan yang harmonis antara
A). Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang dengannya
sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi
dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh
dengan moral knowing, moral loving, and moral behavior. Menurut (Dijen
cara berpikir dan berperilaku yang mencadi ciri khas tiap individu utuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
28
Rufaidah Salam, “Pendidikan di Pesantren dan Madrasah” 1 (2021): 23.
29
Usman, “PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM,” 54.
30
Zahrul Wardati, “Peran guru dalam pembentukan karakter sosial anak pada Habib Alby
Homescholing,” Journal of Islamic Education, 2 (2019): 260–279.
23
berkarakter baik adalah individu yang berhasil membuat keputusan dan
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras
(2004)
understand, care about, and act upon core ethical values. When we think
about the kind of character we want for our children, it is clear that we
want them to be able to judge what is right, care deeply about what is
right, and than do what they believe to be right, even in the face of
31
Posha, “PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN,” 6.
32
45 Kemendikbud, “Infografis Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)” (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), www.kemendikbud.go.id.
33
“217440-None-3bd0f990.Pdf,” n.d., 7.
24
Menurut Elkind dan Sweet (2004) pendidikan karakter adalah
nilai- nilai etis. Dimana kita berpikir tentang macam-macam karakter yang
kita inginkan untuk anak kita, ini jelas bahwa kita ingin mereka mampu
untuk menilai apa itu kebenaran, sangat peduli tentang apa itu kebenaran
terkait lainnya.
34
Henri Gunawan, Pendidikan karakter konsep dan implementasi (Bandung: Alfabeta, 2003) hlm
23
25
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan yang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
Salafiyah Al-Fattah Singosari Malang, (2) Apa saja faktor penunjang dan
26
penghambat pembentukan sikap sosial santri di Pondok Pesantren
lebih berfokus
27
menghadapi tantangan di era globalisasi (2) faktor pendukung dan
C. Kerangka Pikir
karakter dan kepribadian muslim yang berakhlak mulia serta berguna bagi
royong, serta kepedulian dan kepekaan terhadap sesama. Sehingga peran dari
28
BAB III
METODE PENELITIAN
diartikan para peneliti kualitatif mempelajari subjek yang di kaji dan berupaya
penunjang lainnya.
29
dengan memberikan kesimpulan akhir dengan menafsirkan fenomena di
2. Desa : Nologaten
3. Kecamatan : Ponorogo
4. Kabupaten : Ponorogo
1. Peneliti merupakan santri dari pondok pesantren tersebut, sehingga hal ini
pesantren serta peneliti juga sudah sangat hafal dengan keadaan di pondok
dari keadaan fasilitas pendidikan yang jauh dari kata modern, kemudian sistem
30
berbeda dengan pondok pesantren lain yang lebih modern seperti pondok
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Data merupakan
unsur yang sangat penting untuk dijadikan suatu dasar petimbangan dalam
mengambil suatu keputusan, juga sesuatu yang sangat peting dalam mancari
peroleh dengan berbagai macam cara yang kemudian akan diolah serta di
1. Data Primer
Adalah sumber data utama dalam penelitian ini yang diperoleh oleh
peneliti dengan cara mendidentfikasi suatu permasalah sesuai dengan arah dari
Pesantren Assyafi’iyah.
31
1. Data Sekunder
penelitian yang bersumber dari selain data primer yang secara tidak langsung
hasil belajar para santri di Pondok Pesantren Baitul Akbar, selain itu juga data
langkah atau cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data,
Jenis prosedur pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti ialah pengumpulan
data lapangan, sebab peneliti terjun langsung ke lapangan dalam mencari data.
32
E. Teknik Pengumpulan Data
sesuai dengan jenis penelitian yang akan digunakan. Berikut ada tiga
1. Teknik Wawancara
Pesantren Asyafi’iyah.
2.Teknik Observasi
33
peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber
3. Teknik Dokumentasi
Assyafi’iyah.
Adapun proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara simultan
dengan pengumpulan data. Analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa
ada tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan
kata, gambar, dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara,
dalam penelitian ini juga berdasarkan versi Miles dan Huberman yaitu
34
berdasarkan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berikut adalah pejelasan dari tiga alur kegiatan analisis data tersebut yaitu:
1. Reduksi Data
lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
2. Penyajian Data
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif, dengan
3. Penarikan Kesimpulan
baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh
35
pengecekan anggota, analisis kasus negatif, kecukupan referensial. Berikut
adalah penjelasannya:
1. Perpanjangan pengamatan
memperdalam data-datanya.
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.
Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat
3. Triangulasi.
Triangulasi.adalah.teknik.pemeriksaan.keabsahan.data.yang.memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
36
membedakan empat macam triangulasi.teknik.pemeriksaan.yang
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987: 331). Hal itu dapat dicapai
Dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi: (3) membandingkan apa yang
biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
dokumen yang berkaitan Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan
pendapat, atau pemikiran. Yang penting di sini ialah bisa mengetahui adanya
Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987: 329), terdapat dua
Teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan Memanfaatkan peneliti
37
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah
a. Pra-penelitian
b. Persiapan Penelitian
dalam.melangsungkan.penelitian,.seperti.mempersiapkan.pedoman.wawan
c. Pelaksanaan Penelitian
38
mencari dokumen-dokumen atau arsip-arsip penting yang dibutuhkan
Daftar Pustaka
39
SOSIAL KARL MARX),” 2008, 18.
Syafe’i, Imam. “PONDOK PESANTREN: Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter.” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (May 16,
2017): 61. https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2097.
Thoifah, I’anatut. “Model Pendidikan Pesantren: Studi Kasus di Pesantren Rakyat
Al-Amin Sumberpucung Kab. Malang.” Progresiva : Jurnal Pemikiran
dan Pendidikan Islam 7, no. 2 (January 10, 2019): 145.
https://doi.org/10.22219/progresiva.v7i2.13978.
Usman, Muhammad Idris. “PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA
40