Anda di halaman 1dari 5

PERAN PENDIDIKAN PESANTREN DI INDONESIA

Wijang Iswara Mukti


Universitas Sebelas Maret Surakarta
wijangiswara15@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran
pendidikan pesantren di Indonesia. Penelitian ini berbentuk
kajian kepustakaan (library research). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pendidikan pesantren telah berperan
banyak dalam pembangunan bangsa Indonesia terutama dalam
hal melahirkan generasi yang religius dan amanah, serta
berperan sebagai pengendali sosial di masyarakat saat terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Islam.

Kata Kunci: peran pendidikan pesantren, Indonesia

Pendahuluan
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk memperbaiki
kehidupan generasi. Di Indonesia, berbagai inovasi untuk memajukan pendidikan
pun sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Pengetahuan dan wawasan anak-anak
Indonesia pun semakin lama semakin maju. Prestasi intelektual anak-anak
Indonesia juga mengalami peningkatan cukup baik dibuktikan dengan banyaknya
prestasi di berbagai olimpiade sains internasional. Namun demikian, pendidikan
di Indonesia juga masih menyisakan permasalahan.
Di antara permasalahan yang muncul ternyata terjadi pada aspek yang
lebih penting, yaitu moralitas. Hal ini dibuktikan dengan masih maraknya
permasalahan-permasalahan seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, kasus
aborsi, dan kasus narkoba. Masyarakat yang semula merasa asing dan bahkan tabu
terhadap model-model pakaian (fashion) yang terbuka, hiburan-hiburan (fun),
film-film porno dan sadisme, atau tabu dengan bacaan dan gambar porno yang
dimuat di berbagai media massa, kemudian menjadi biasa-biasa saja (permissive),
bahkan ikut menjadi bagian dari itu (Muhaimin, 2009: 16).
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Moralitas juga berperan
sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam berperilaku agar dapat
dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang
buruk (Keraf, 1993: 20). Moralitas memuat ajaran tentang baik buruk yang

1
diterima dalam umum berkaitan tentang sikap, kewajiban, budi pekerti, akhlak,
dan pola-pola hubungan.
Dalam ajaran Islam, moralitas berkaitan erat dengan ajaran akhlak.
Lingkup kajian tentang akhlak dan budi pekerti sama dengan lingkup ajaran Islam
itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran
Islam mencakup berbagai pola hubungan, dimulai dari pola hubungan dengan
Allah, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungan (Alim, 2011: 152). Aspek
akhlak menjadi begitu penting karena berhubungan dengan fitrah dasar manusia
sebagai hamba Tuhan dan makhluk sosial. Kemunduran pada aspek akhlak akan
menyebabkan masalah serius dalam dunia pendidikan (Syafri, 2012: 2).
Jika pendidikan sebagai ujung tombak perbaikan suatu negeri tidak dapat
menahan laju kemerosotan akhak pada generasi mudanya, maka akan banyak
dijumpai hambatan-hambatan dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
bangsa tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki moralitas tinggi akan
memudahkan suatu bangsa untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.
Menurut Hamka (dalam Nizar, 2007: 135), pendidikan merupakan hal
yang sangat penting. Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada
kesempurnaan sistem pendidikan dan pengajaran yang ditawarkan. Sedangkan
menurut Ratna (2012: 449), indikator terpenting kemajuan suatu bangsa adalah
pendidikan dan pengajaran. Perkembangan pendidikan di suatu negeri memiliki
keterkaitan dengan perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Pendidikan dalam perspektif Islam bukanlah usaha yang semata-mata
ditujukan untuk membuat perserta didik memiliki intelegensi yang tinggi, akan
tetapi, lebih dari itu, pendidikan Islam bertujuan membentuk jiwa peserta didik
dengan nilai-nilai akhlak, kepribadian, dan keutamaan.
Pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia telah banyak memberikan kontribusi bagi pembentukan manusia-
manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan beradab. Tujuan pesantren adalah
membentuk kepribadian, memantapkan akhlak, dan melengkapinya dengan
pengetahuan. Lembaga pendidikan pesantren berupaya membebaskan manusia
dari keterbelakangan dan berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa (Ziemek
dalam Huda, 2015: 310). Kemunculan pondok pesantren sungguh telah menjadi
awal munculnya pencerahan bangsa Indonesia, sebab melalui pondok pesantren
inilah bangsa Indonesia mulai mengenyam pendidikan, baik pendidikan
keagamaan maupun pendidikan kemasyarakatan dan kewarganegaraan. Lulusan-
lulusan pesantren tersebar di seluruh penjuru negeri bahkan juga penjuru dunia.
Mereka turut menjaga Indonesia dan berkontribusi mewujudkan cita-cita luhur
bangsa Indonesia.

2
Penelitian ini akan memfokuskan kajian pada peran pendidikan pesantren
di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi dan
khazanah keilmuan bagi pendidikan Islam di era modern ini.

Metode
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research).
Penelitian kepustakaan merupakan serangkaian usaha untuk mengungkap
masalah-masalah yang ditemukan dengan mencari berbagai data-data
kepustakaan. Data dan informasi dalam penelitian ini didapat dari berbagai
fasilitas kepustakaan seperti buku, jurnal, majalah, dokumen, dan catatan sejarah.

Hasil dan Pembahasan


Pendidikan pesantren tidak bisa dilepaskan dari konsep-konsep ajaran
Islam karena pesantren sendiri terlahir dari rahim pendidikan Islam. Ajaran Islam
menjadikan wahyu Alquran dan hadis sebagai pedoman utama dalam kehidupan
termasuk di dalamnya pendidikan.
Alquran dan hadis sebagai sumber utama ajaran Islam telah melakukan
proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama
kepada Nabi Muhammad SAW yang berisi perintah untuk membaca. Ajaran di
dalam Alquran dan hadis berisi pedoman bagi manusia untuk mengenal hakikat,
tugas, fungsi, serta tujuannya dalam kehidupan. Tujuan-tujuan itulah yang juga
menjadi tujuan dalam pendidikan Islam termasuk di dalamnya pendidikan
pesantren.
Menurut Al Attas, konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha
mewujudkan manusia yang baik, manusia yang sempurna, atau manusia universal
yang sesuai dengan fungsi utama diciptakannya. Manusia membawa dua misi
sekaligus, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan sebagai khalifah di muka
bumi (khalifah fil ardh) (Syafri, 2012: 47). Senada dengan Al Attas, menurut An
Nahlawi, proses pendidikan Islam berupaya mendidik manusia ke arah
kesempurnaan sehingga manusia dapat memikul tugas kekhalifahan di bumi
dengan perilaku amanah (Syafri, 2012: 35).
Dr. Soetomo sebagai seorang alumni pesantren dan juga alumni sekolah
kolonial pernah menyampaikan anggapan pada Kongres Pendidikan Nasional
yang pertama pada Juni 1935 bahwa sekolah-sekolah pemerintah (kolonial) hanya
menghasilkan pegawai dan hanya ditujukan untuk mengasah otak saja, serta
menciptakan manusia-manusia egoistik yang hanya memusatkan perhatian pada
diri sendiri, sedangkan pesantren justru menjadi wahana penggemblengan rakyat
dan pembangunan mental kebangsaan.
Pesantren telah memberikan pendidikan kepada generasi bangsa pada
masa-masa sulit, masa awal perjuangan melawan kolonial, dan merupakan pusat
studi yang tetap survive sampai masa kini (Zuhriy, 2011: 288). Lembaga

3
pesantren juga telah melahirkan banyak pemimpin bangsa di masa lalu, kini, dan
masa depan. Lulusan pesantren banyak mengambil partisipasi aktif dalam
pembangunan bangsa (Tafsir, 2012: 290). Dengan demikian, upaya melahirkan
generasi-generasi yang religius dan amanah tersebut merupakan buah amal dari
pendidikan Islam. Pesantren sebagai komunitas dan lembaga pendidikan Islam
yang besar dan luas penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah banyak
memberikan saham dalam pembentukan manusia-manusia Indonesia yang religius
dan amanah dalam kehidupan.
Selain berperan dalam melahirkan manusia-manusia yang religius dan
amanah, pendidikan pesantren berperan sebagai alat pengendali sosial (agent of
social control) bagi masyarakat. Tatkala terjadi penyimpangan sosial (deviation)
dalam masyarakat, khususnya penyimpangan dalam hal yang berkaitan dengan
dengan nilai-nilai Islam (Paturohman, 2012: 65).
Sejarah juga telah membuktikan bahwa pesantren di masa-masa sebelum
kemerdekaan telah banyak berperan dalam usaha perlawanan terhadap penjajah.
Pendidikan pesantren yang menanamkan karakter berdasarkan nilai-nilai
keislaman, memahamkan kalangan ulama, kyai, dan santri bahwa penjajahan dan
penindasan yang dilakukan oleh Belanda maupun Jepang tidak dapat dibenarkan.
Perilaku licik penjajah memicu perlawanan dari kelompok santri yang dimotori
kyai dan para ulama seperti K.H. Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan salah satu
ulama yang membentuk barisan anak-anak muda untuk mendapatkan latihan
kemiliteran (Nofiaturrahman, 2014: 4). Tokoh-tokoh pergerakan sebelum
kemerdekaan yang lain seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, K.H.
Achmad Dahlan, mereka semua juga berasal dari kalangan pesantren.
Kalangan pesantren dan kaum santri juga sangat berperan dalam menjaga
NKRI dari paham komunis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ulama, kyai,
dan santri yang menjadi korban saat terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada
tahun 1948 yang dipimpin oleh Muso. Keberanian kyai di masa revolusi sampai
masa pemberontakan PKI menunjukkan andil dalam melawan penjajah dan
pemberontak PKI tidak terbantahkan. Pengorbanan itu merupakan wujud gerakan
politik kebangsaan yang bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari pemerintah
kolonial dan bahaya komunis. Ribuan santri dan kyai yang tersebar di seluruh
Indonesia rela mempertaruhkan nyawa untuk menebusnya. Langkah berani yang
diambil kyai merupakan bukti nyata atas kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Nofiaturrahmah, 2014: 10). Hal ini menunjukkan bahwa
kalangan ulama, kyai, dan kaum santri adalah golongan yang keras
perlawanannya terhadap PKI.
Dengan demikian, dapat diambil simpulan bahwa pendidikan pesantren
merupakan bagian dari pendidikan Islam yang tidak hanya berperan melahirkan
generasi yang religius dan amanah, yang mengetahui hakikat dirinya, mengetahui

4
tugas dan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi, akan tetapi juga
berperan sebagai pengendali sosial di masyarakat saat terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Simpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan di atas, dapat diambil simpulan
bahwa pendidikan pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam yang telah
berperan banyak dalam pembangunan bangsa Indonesia terutama dalam hal
melahirkan generasi yang religius dan amanah, yakni yang mengetahui hakikat
dirinya dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi serta berperan sebagai
pengendali sosial di masyarakat saat terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Daftar Pustaka
Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, S. 1991. Etika Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma
Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Nizar, S. 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka
Tengan Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Nofiaturrahmah, F. 2014. Melacak Peran Kyai-Santri dalam Politik Kebangsaaan
di Indonesia. Jurnal Islamic Review. Vol. 3, No. 1, Hal. 4.
Paturohman, I. 2012. Peran Pendidikan Pondok Pesantren dalam Perbaikan
Kondisi Keberagaman di Lingkungannya. Jurnal Tarbawi Vol. 1 No. 1, hal
65.
Syafri, U.A. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Alquran. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Tafsir, A. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuhriy, M.S. 2011. Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok
Pesantren Salaf. Jurnal Walisongo, Vol. 19, No. 2, Hal. 287-310.

Anda mungkin juga menyukai