http://journal.rekarta.co.id/index.php/jrip/
E-ISSN. 2655-2191 | P-ISSN. 2655-5026
Vol. 3 No. 1 Januari 2021
Abstract: Penelitian ini dilatarbelakangi dari kuatnya pengaruh pondok pesantren terhadap pengkaderan
ulama. Dengan usianya yang sangat tua, pondok pesantren masih bisa bertahan sampai hari ini
sebagai lembaga yang melahirkan calon ulama. Diantaranya Pondok Pesantren Sumatera
Thawalib Parabek dan Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung. Tujuan
penelitian untuk mengetahui bagaimana dinamika pendidikan Islam dalam mempersiapkan kader
ulama. Penelitian ini bersifat lapangan memakai metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan
komparatif. Objek penelitian ini adalah pimpinan, guru, santri dan alumni kedua pondok
pesantren ini. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, display data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinamika pendidikan Islam dalam
menyiapkan kader ulama dapat dilihat dari 3 aspek: 1) pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh
fiddiin) melalui pengkajian kitab kuning yang meliputi kurikulum, metode dan evaluasi serta
kegiatan muzakarah. 2) Internalisasi Nilai-Nilai Islam (Islamic Values) melalui pembiasaan,
keteladanan guru, tata tertib dan pengkondisian lingkungan yang telah terlaksana sejak awal.
Internalisasi ini pada hakikatnya sudah sejalan dengan pembelajaran kitab kuning baik nilai
keimanan, ibadah, akhlak dan lainnya. 3) Pembinaan Keterampilan Khusus calon ulama melalui
kegiatan khidmatul ummah meliputi latihan ceramah, khutbah, imam, memimpin
Ulama adalah orang yang Allah jadikan kewajiban bagi setiap muslim, sehingga santri
sebagai pemimpin atas umat manusia dalam dipersiapkan dan dilatih untuk menjadi orang
perkara hukum, ilmu, agama dan dunia. yang bermoral baik (Ch, 2012).
Menurut Ibnu Al-Qayyim yang dikutip oleh Menurut M. Din Syamsuddin, Pesantren
Ridho Abdillah, bahwa ulama adalah orang mempunyai tiga fungsi yaitu: Pertama, sebagai
yang pakar dalam hukum Islam yang berhak lembaga pendidikan keagamaan yang berfungsi
berfatwa di tengah-tengah manusia, yang untuk menyebarluaskan dan mengembangkan
menyibukkan diri dengan mempelajari hukum- ilmu-ilmu keagamaan Islam. Kedua, sebagai
hukum Islam dan menyimpulkannya, serta yang lembaga pengkaderan yang berhasil mencetak
merumuskan kaidah-kaidah halal dan haram kader umat dan kader bangsa. Umumnya kader-
(Abdillah, 2012). Ulama adalah orang-orang kader tersebut memperoleh pengakuan sosial
yang memiliki kemampuan untuk menganalisa (social recognition) yang luas. Ketiga, sebagai
ayat-ayat Allah yang bersifat Qur’aniyah agen reformasi sosial yang menciptakan
maupun kauniyah dan bertakwa (takut dan perubahan dan perbaikan dalam kehidupan
tunduk) kepada Allah (Nasution, 2020). masyarakat. Hal terakhir ini mungkin terjadi
Di Indonesia, ulama diidentikkan dengan karena pesantren dengan figur sentral kiyai
fuqaha’ atau memiliki ilmu pengetahuan di mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan
bidang fikih yang dianggap pemberi nasehat masyarakat sekitar sehingga dapat melakukan
dan panutan. Bahkan dalam pengertian awam mobilisasi yang efektif (Usman, 2013).
sehari-hari ulama adalah fuqaha di bidang Menurut Sulthon Masyhud dan Moh.
ibadah saja. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Khusnurdilo, Pesantren memiliki fungsi-fungsi
ulama di pondok pesantren merupakan tokoh sebagai berikut: 1) lembaga pendidikan yang
agama dan masyarakat yang memiliki melakukan transfer ilmu-ilmu agama (Tafaqquh
kontribusi yang signifikan dalam menanmkan fiddiin) dan nilai-nilai Islam (Islamic values), 2)
nilai-nilai nasionalisme yang tertulis dalam lembaga keagamaan yang melakukan kontrol
karya-karyanya (Jaeni, 2020).Dalam pandangan sosial (social control), dan 3) lembaga
sebagian ahli tafsir, ulama merupakan salah keagamaan yang melakukan rekayasa sosial
satu yang dimaksud dengan ulil amri di (social engineering). Upaya Tafaqquh fiddiin
samping umara’ yang harus ditaati berdasarkan sendiri dapat dilihat dari pendalaman kitab
perintah Allah SWT. Wilayah kekuasaan para klasik. Menurut Bruinnessen, kitab kuning
ulama adalah memberikan penjelasan tentang adalah warna dari kitab tersebut kekuning-
syari’at Allah serta mengajak manusia kuningan (Alwi, 2016). Azyumardi Azra juga
berpegang padanya. Ulama adalah pengemban secara rinci mendefenisikan bahwa kitab kuning
amanah ilmu pemeliharanyaa dan penyampai, adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab,
pengajar serta pendidik bagi umat (Asifuddin, Melayu atau jawa atau bahasa-bahasa lokal lain
2012). Berdasarkan pendapat di atas, dapat di Indonesia dengan mengunakan aksara Arab
dipahami bahwa ulama merupakan orang yang yang selain ditulis oleh ulama Timur Tengah
diamanahkan dalam memberikan pendidikan, juga ditulis ole ulama Indonesia sendiri
termasuk di lembaga pendidikan Islam seperti (Damanhuri et al., 2013).
pondok pesantren. Adanya pondok pesantren merupakan
Tujuan pendidikan pesantrenadalah sebuah keniscayaan dalam penyebaran Islam di
menciptakan dan menggambarkan kepribadian Nusantara. Setelah para penyebar Islam yang
muslim yaitu kepribadian yang beriman dan kemudian disebut muballigh itu berhasil meng-
bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, Islam-kan sebagian masyarakat, maka
bermanfaat bagi masyarakat. Sebagaimana selanjutnya mereka mempersiapkan kader
kepribadian Rasulullah yaitu menegakkan Islam dalam melanjutkan perjuangan mereka dalam
dan kejayaan umat ditengah-tengah masyarakat menyebarkan Islam. Para kader itu disebut
dan mencintai ilmu dalam rangka santri (Rosyid & Dkk, 2017). Jadi, pondok
mengembangkan kepriadian manusia. Jadi, pesantren disebut dengan juga dengan lembaga
tujuan utama pendidikan pesantren adalah pengkaderan ulama.
menumbuhkan komitmen pada Tuhan, karena Banyak pihak sepakat bahwa kaderisasi
untuk mencari pengetahuan dipandang sebagai ulama adalah program yang sangat penting bagi
9
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
kemajuan Islam dan ummatnya (Assiroji, pondok pesantren yang memiliki pengaruh kuat
2020). Ada beberapa identifikasi akan dalam perkembangan pendidikan Islam.
kebutuhan terhadap pengkaderan ulama antara Lahirnya pondok pesantren di Sumatera
lain: Pertama, semakin langkanya ulama dan Barat, merupakan sebuah hasil dari modernisasi
pengasuh pondok pesantren akibat meninggal yang dilakukan oleh ulama terhadap sistem
dunia, sehingga umat semakin butuh terhadap pendidikan surau (Janan Asifudin, 2017).
figur yang dapat diteladani dan sekaligus Modernisasi surau di Minangkabau dimulai
generasi pelanjut dalam pengasuhan pondok dengan mengubah sistem surau yang tradisional
pesantren. Kedua, sosok tokoh yang memiliki dengan sistem pendidikan modern yang
kompetensi ulama sangat minim. Kebijakan dan klasikal, berijazah dan memiliki kurikulum
konstruk sosial belakangan cenderung kurang (Silvia Hanani, 2019). Di Padang Panjang
memberikan ruang yang cukup terhadap misalnya, surau Jembatan Besi dengan duet
pengayaan dan pembinaan atas kelangsungan tenaga pengajar yakni Haji Abdullah Ahmad
ulama sehingga sedikit banyak berimplikasi dan Haji Rasul menjadi cikal bakal sekolah
terhadap rendahnya kualitas atas ketokohan Thawalib. Tujuan utama Thawalib adalah untuk
ulama. Ketiga, belum adanya proses regenerasi membantu santri agar menjadi seseorang yang
pengasuh pondok pesantren yang baik. Pola ahli dalam urusan dunia dan akhirat (Saerozi,
kaderisasi pengasuh pondok pesantren belum 2014).
mencerminkan pada penyiapan penerus pondok Sumatera Thawalib sendiri merupakan
pesantren yang mapan. Keempat, umat muslim sekolah Islam modern pertama di Indonesia dan
di Indonesia perlu untuk dibimbing sehingga masih berdiri sampai sekarang. Sumatera
tidak terjerumus pada kondisi yang Thawalib, yang berarti Pelajar Sumatera, berdiri
memprihatinkan. pada tanggal 15 Januari 1919 dari hasil
Berdasarkan beberapa pertimbangan tentang pertemuan antara pelajar Sumatera Thawalib
pentingnya mengkader ulama di atas, maka Padang Panjang dengan pelajar Parabek. Hasil
sejatinya pondok pesantren merupakan lembaga pertemuan ini adalah dibentuknya sebuah
yang memiliki peran besar dalam hal ini. Sebab, persatuan antara kedua pelajar lembaga
sejarah mencatat, ulama dilahirkan dari pondok pendidikan itu, yang dinamai Sumatera
pesantren. Namun, permasalahan yang muncul Thawalib. Sumatera Thawalib adalah sebagai
hari ini, kualitas ulama masa lalu tidak sama perkumpulan pelajar-pelajar agama Sumatera.
dengan kualitas ulama saat ini, baik dari aspek Sejarah awal dari Pondok Pesantren Sumatera
pendalaman ilmu agama, akhlak dan ibadahnya. Thawalib tidak bisa dipisahkan dari keberadaan
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa surau di Sumatera Barat. Beberapa surau
pondok pesantren merupakan lembaga yang penting bagi Sumatera Thawalib lainnya adalah
tepat dalam melakukan pengkaderan ulama. surau Batu Sangkar, Surau Sungai Batang
Pengkaderan ulama atau reproduksi ulama Maninjau, dan Surau Parabek Bukittinggi
adalah bentuk sosialisasi yang dijalankan oleh (Rohman & Mulyati, 2019). Surau-surau
pesantren agar nilai-nilai pondok pesantren tersebutlah yang menjadi cikal bakal lahirnya
tetap hidup di dalam masyarakat dan menjadi Sumatera Thawalib, diantaranya adalah surau
salah satu pilar kontrol social (Ma’Arif, 2018). Parabek menjadi Sumatera Thawalib Parabek.
Dinamika perkembangan pendidikan pondok Sumatera Thawalib Parabek didirikan oleh
pesantren merupakan perwujudan dari Syeikh Ibrahim Musa pada tanggal 21
kebutuhan masyarakat akan suatu sistem September 1921. Syeikh Ibrahim Musa sendiri
pendidikan alternatif. Keberadaan pondok lahir pada tahun 1882 di Parabek. Parabek
pesantren tersebut sebagai lembaga pendidikan, adalah sebuah jorong yang terdapat di
juga sebagai lembaga dakwah dan syiar Islam Kanagarian Ladang Laweh Duo Kecamatan
serta sosial keagamaan. Berkembang pesatnya Banuhampu Sei. Puar Kabupaten Agam. Syekh
pesantren di Indonesia belakangan ini Ibrahim Musa merupakan salah seorang tokoh
merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi pembaharu di Sumatera Barat. Hal ini berawal
umat Islam karena pesantren merupakan simbol dari sekembalinya dari Mekkah untuk menuntut
lembaga pendidikan Islam. Begitu juga juga ilmu. Beliau berangsur-angsur melakukan
haknya di Sumatera Barat yang memiliki perubahan sistem sesuai dengan perkembangan
10
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
dan pertumbuhan sekolah-sekolah yang ada di Kenagarian Canduang Koto Laweh, Kecamatan
Padang Panjang dan akhirnya sistem surau Canduang Kabupaten Agam. Latar belakang
sama sekali ditinggalkan. Tokoh-tokoh berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini
pembaharu tersebut dikenal dengan sebutan tidak terlepas dari munculnya gerakan kaum
kaum muda (Zuraida & Laila, 2020). Hadirnya muda yang membawa beberapa perubahan di
lembaga pendidikan Islam baru di Minangkabau baik dalam paham keagamaan
Minangkabau dalam format sekolah yang sudah yang berlainan dengan paham keagamaan yang
berkelas-kelas dan memuat mata pelajaran dianut oleh kaum tua.
umum, hasil dari modernisasi surau oleh ulama Kehadiran pondok pesantren bagi sebagian
pembaharu yang disebut kaum muda di atas, besar masyarakat Sumatera Barat, memberikan
mendapatkan respon dari kalangan ulama yang harapan baru, karena pondok pesantren dilihat
lain yang masih mempertahankan surau dengan sebagai alternatif pengganti peran surau. Oleh
tradisi lama. Ulama tersebut tergolong kepada sebab itu perkembangan pondok pesantren di
ulama yang menolak adanya pembaharuan yang Sumatera Barat tumbuh dengan sangat cepat,
disebut dengan kaum tua (Zulfikri, 2017). hampir semua daerah, mulai dari daerah pesisir
Berbenahnya surau menjadi Sumatera sampai ke daerah pedalaman Sumatera Barat
Thawalib, ternyata juga membawa pengaruh bermunculan berbagai macam pondok
positif terhadap surau-surau lainnya yang pesantren yang mengelola semua tingkatan
dikelola oleh golongan ulama tua. Seiring pendidikan. Namun tidak semua pondok
berjalannya waktu dan perkembangan zaman, pesantren tersebut mampu bertahan seiring
sistem surau tidak memungkinkan lagi untuk perkembangan lembaga pendidikan umum yang
dipertahankan, hingga kemudian ulama tua semakin meningkat.
akhirnya merubah sistem halaqah menjadi Seiring dengan berbagai pembaharuan yang
klasikal. Beralihnya sistem surau menjadi dilakukan oleh pondok pesantren, tentunya juga
madrasah dan sekolah yang memakai sistem mempengaruhi proses pengkaderan ulama di
klasikal dan kurikulum, yang dilakukan oleh sebuah pondok pesantren. Untuk
ulama Kaum Tua. Menurut Karel A. mempersiapkan kader ulama tentunya tidak
Steenbrink, adalah bisa disebut bagian dari terlepas dari sistem pendidikan, kurikulum dan
sikap menolak paham Kaum Muda di satu sisi, sebagainya. Dengan dirubahnya sistem
tetapi mengikuti pada sisi lainnya (Rohmadi, pendidikan dan kurikulum pembelajaran,
2017). Sehingga pada akhirnya lahirlah tentunya ada upaya tertentu oleh pondok
lembaga pendidikan Islam baru yang juga pesantren agar pesantren bisa tetap menjaga
merupakan modernisasi surau oleh kaum tua fungsinya sejak awal yaitu sebagai lembaga
yaitu Madrasah Tarbiyah Islamiyah. yang pengkaderan ulama. Sebagaimana yang
Madrasah Tarbiyah Islamiyah sendiri tercatat dalam sejarah, kedua pondok pesantren
merupakan perubahan dari beberapa lembaga ini telah melahirkan ulama-ulama terkemuka
pendidikan surau yang dikelola secara sepanjang sejarah di Sumatera Barat. Dengan
tradisional dan menggunakan sistem halaqah demikain, wajaralah kiranya muncul
oleh ulama-ulama yang berpaham ahl al- pertanyaan, bagaimana dinamika kedua pondok
Sunnah wa al-Jama’ah dan bermazhab Syafi’i. pesantren ini dalam mempersiapkan kader
Madrasah Tarbiyah pertama kali didirikan di ulama.
Nagari Candung, Bukittinggi, kemudian Pondok Pesantren Sumatera Thawalib
menyusul Madarah Tarbiyah Islamiyah lain Parabek dan Pondok Pesantren Madrasah
antara lain: MTI Jaho, MTI Tabek Gadang, Tarbiyah Islamiyah Candung merupakan
MTI Batu Hampa, MTI Bayua, MTI pondok pesantren tertua di Sumatera Barat
Muhammad Yunus Tuankau Sasak di Pasaman, sampai hari ini masih mampu bertahan dan
dan sebagainya (Zaini, 2015). masih diminati oleh masyarakat. Banyak
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung pondok pesantren yang dulunya maju, namun
didirikan oleh Syeikh Sulaiman Arrasuli pada sekarang hampir tidak memiliki santri baru.
15 Zulkaedah 1346 / 5 Mei 1928 di Kanagarian Bahkan ada beberapa pesantren yang sudah
Candung Kabupaten Agam. Beralamat di Jl. ditutup karena tidak mampu bersaing dengan
Syekh Sulaiman Arrasuli Jorong Lubuk Aur, lembaga pendidikan lain. Pondok Pesantren
11
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
12
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
adalah santri yang menetap di asrama, masa pendiri yaitu Syekh Ibrahim Musa dan
sedangkan santri kalong adalah santri yang Syekh Sulaiman ar-Rasuli. Untuk perbandingan
tidak menetap. Kita klasik atau istilah lainnya keduanya, terdapat beberapa kitab yang sama
kitab kuning adalah kitab kuning adalah kitab- dan beberapa kitab yang berbeda. Salah satu
kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu, perbedaannya adalah dalam kitab fikih, yang
Jawa, atau bahasa Lokal lain di Indonesia mana Syekh Ibrahim Musa menekankan kepada
dengan menggunakan aksara Arab yang selain murid-muridnya untuk tidak taqlid pada satu
ditulis oleh ulama Timur Tengah juga fitulis mazhab saja. Pola berpikir beliau yang terbuka
oleh ulama Indonesia sendiri (Bashori, 2017). terhadap pandangan mazhab lain dan tidak
Kyai merupakan tokoh sentral dalam pesantren hanya mendalami satu mazhab saja. Hal ini
yang memberikan pengajaran. Karena itu, kyai masih dilanjutkan saat ini, artinya Sumatera
adalah salah satu unsur yang paling dominan Thawalib Parabek memberikan kebebasan
dalam kehidupan suatu pesantren (Engku & kepada santri untuk mempelajari beberapa
Siti, 2013). mazhab sebagaimana yang dwasiatkan oleh
Menurut M. Din Syamsuddin, Pesantren Syekh Ibrahim Musa, “Matangkanlah satu-
mempunyai tiga fungsi ganda yaitu: Pertama, satu, lalu ambillah yang lain untuk dijadikan
sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang perbandingan dan jangan menutup diri pada
berfungsi untuk menyebarluaskan dan satu mazhab saja”. Berbeda dengan Madrasah
mengembangkan ilmu-ilmu keagamaan Islam. Tarbiyah Islamiyah Candung, yang lebih
Kedua, sebagai lembaga pengkaderan yang menekankan pada mazhab Syafi’i. hal ini dapat
berhasil mencetak kader umat dan kader dilihat dari kitab-kitab fikih yang dipakai yang
bangsa.Umumnya kader-kader tersebut bercirikan mazhab Syafi’i, dilihat dari amaliyah
memperoleh pengakuan social (social guru dan santri, bahkan tertera dalam ijazah
recognition) yang luas. Ketiga, sebagai agen santri.
reformasi sosial yang menciptakan perubahan Berdasarkan kitab-kitab yang dipelajari,
dan perbaiakan dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat persamaan dan perbedaan kedua
(Maesaroh & Achdiani, 2018). lembaga ini. Terdapat beberapa kitab yang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan sama-sama dipelajari oleh kedua pondok
Islam sebagai tempat mempersiapkan calon- pesantren ini, dan ada beberapa yang berbeda.
calon ulama dengan berbagai upaya yang Beberapa kitab yang memiliki tingkat kesulitan
dilakukan. Diantara upaya yang dilakukan yang tinggi dipelajari di Madrasah Tarbiyah
pondok pesantren dalam mempersiapkan calon Islamiyah Candung, namun tidak dipelajari di
ulama antara lain adalah melalui: pendalaman Sumatera Thawalib Parabek seperti kitab fikih
ilmu agama (Tafaqquhfiddin), Internalisasi Al-Mahalliy dipelajari di Madrasah Tarbiyah
nilai-nilai Islam (Islamic Value), dan Islamiyah Candung, sedangkan kitab fikih yang
pembinaan keterampilan khusus calon ulama. dipelajari di Sumatera Thawalib Parabek adalah
Abuddin Nata mengemukakan bahwa fathul Mu’in.
tafaqquh fiddiin mengharuskan dunia pesantren Metode pembelajaran kitab kuning
mengajarkan kitab-kitab salafiyah, menghayati dilakukan secara sistematis, yaitu dimulai
dan mengamalkan tradisi pesantren yang dengan mengajarkan matan dengan kaidah ilmu
berbasis pada tasawuf dan akhlakul karimah. alatnya atau i’rab, Kemudian dilanjutkan
(Nata, 2014). dengan arti atau terjemahannya, terakhir syarah
Tafaqquh fiddin dapat dilaksanakan melalui atau penjelasan dari isi kitab tersebut. Yang
pendalam kitab kuning yang dilaksanakan mana sampai hari ini metode ini masih dipakai
dalam pendidikan Formal sesuai dengan jadwal oleh kedua lembaga tersebut. Namun, saat ini,
dan kurikulum pondok pesantren dan di luar di samping menggunakan metode klasik, guru
jam pelajaran yang disebut dengan istilah juga mengkombinasikan dengan metode-
talaqqi atau halaqah kitab kuning. Untuk metode lain seiring dengan perkembangan
kurikulum pembelajaran kitab kuning, kedua pendidikan saat ini.
lembaga ini tidak mengalami dinamika yang Evaluasi pembelajaran kitab kuning
signifikan, kebanyakan kitab yang dipelajari dilakukan secara lisan dan tulisan. Evaluasi
saat ini merupakan kitab yang diajarkan sejak dilakukan tidak mesti untuk pengambilan nilai,
13
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
namun juga untuk mengukur apakah santri Nilai-nilai yang dimaksud dalam penelitian
sudah memahami pelajaran tanpa diberikan ini adalah nilai-nilai yang perlu
penilaian. Evaluasi dilakukan melalui kegiatan diinternalisasikan pada calon ulama sebagai
membaca, menterjemahkan, mengi’rab dan bekal untuk menjalankan peran sebagai ulama
mengambil kesimpulan atau penjelasan dari di tengah-tengah umat. Nilai tersebut meliputi
kitab yang diujikan. nilai akidah, ibadah, dan mu’amalah.
Tafaqquh fiddin juga dilakukan melalui Pondok Pesantren Sumatera Thawalib
kegiatan bahs al-masa’il dalam kegiatan Parabek dan Pondok Pesantren Madrasah
muzakarah. Kegiatan ini sebenarnya sama Tarbiyah Islamiyah Candung merupakan
dengan bahs al-asa’il karena kegiatannya lembaga pendidikan Islam yang mendasarkan
membahas masalah-masalah yang tercantum sistem nilai (value system) pendidikannya pada
dalam kitab al-fiqhiyyah. Kegiatan ini telah nilai-nilai Islam. Artinya, proses penanaman
berlangsung sejak masa Syekh Ibrahim Musa nilai-nilai Islam merupakam sesuatu yang
dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli yang langsug hakiki dalam seluruh proses
ikut terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan pendidikannya.Nilai-nilai Islam tersebut
muzakarah ini dilaksanakan dalam bentuk meliputi nilai pendidikan keimanan, pendidikan
diskusi atau debat tentang permasalahan- akhlak, dan pendidikan ibadah.
permasalahan agama seperti masalah fikih dan Hal ini dapat dilihat dari aturan dan tata
sebagainya. Kegiatan ini masih berlangsung tertib baik di pondok maupun di asrama. Tata
sampai hari ini, namun mengalami dinamika tetib Sumatera Thawalib Parabek dapat
dalam sistem pelaksanaannya, pengelola dan ditemukan dalam handbook santri seperti tata
tema atau materinya. Pondok Pesantren tertib di asrama yang disusun dengan rapi
Sumatera Thawalib Parabek memberikan tugas tentang rangkaian kegiatan santri di asrama
yang dalam bentuk paper kepada santri sebagai sejak bangun tidur hingga malam hari serta tata
syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir tertibnya. Sementara untuk handbook santri
nasional (UN). Paper yang ditulis santri berisi asrama Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung
permasalahan fikih yang sedang berkembang, belum tersusun rapi. Selain melalui aturan atau
kemudian santri mengumpulkan dalil-dalil yang tata tertib, internalisasi nilai dilakukan melalui
terkait melalui al-Qur’an, hadis dan kitab pembiasaan dan keteladan. Santri dibiasakan
kuning dan pendapat ulama untuk mencari melaksanakan sholat duha, sholat berjama’ah,
hukum mengenai permasalahan kontemporer infak, bertutur kata yang baik dan sopan dan
tersebut. Kemudian santri memberikan analisa sebagainya. Hal ini juga didukung dari
dan pendapat mengenai permasalahan yang keteladanan guru dan pimpinan. Hal ini sesuai
diangkat tersebut tentunya tetap berpedoman dengan temuan penelitian Syamsul Qomar,
kepada al-Qur’an dan hadis serta kitab kuning. bahwa diantara kepemimpinan yang
ditunjukkan oleh para pemimpin Madrasah
Tarbiyah Islamiyah Candung antara lain adalah
3.2 Dinamika Pendidikan Islam dalam pemimpin menjadi uswatun hasanah (Qomar,
Mempersiapkan Kader Ulama Melalui 2014). Internalisasi nilai juga melibatkan
Internalisasi Nilai-Nilai Islam (Islamic masyarakat sekitar dengan mengkondisikan
Value) lingkungan sekitar siswa seperti menyebarkan
himbauan dalam bentuk selebaran di warung
Internalisasi adalah upaya menghayati dan sekitar pondok agar tidak menjual rokok kepada
mendalami nilai agar nilai tersebut tertanam santri.
dalam diri setiap individu (Sutarman, 2020). Perbandingan kedua pondok pesantren ini
Nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang dalam hal internalisasi nilai-nilai pendidikan
baik, pakinng benar, sangat berharga dan Islam, belum penulis temukan perbedaan yang
bermanfaat menurut keyakinan seseorang atau signifikan. Namun kalau untuk melihat
sekelompok orang. Nilai menunjukkan kualitas perbandingan keduanya, bisa dilihat dari aturan
tentang sesuatu sehingga sesuatu itu disukai, dan tata tertib masing-masing pondok
dicari, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna pesantren. Salah satu yang dapat penulis lihat
dan dapat membuat orang menjadi bermartabat. perbedaaanya adalah bahwa di Sumatera
(Adisusilo, 2013).
14
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
Thawalib Parabek dalam pendidikan nilai ini merupakan salah satu program unggulan dari
ada istilah core value THAWALIB nilai beberapa program unggulan yang dimiliki
(takwa, hikmah, amanah, wara;, ahlul ‘ilmi wal antara lain: muzakarah dan muhadharah,
ibadah, lain, istiqomah, dan birrun) yang sekali tahfizh excellent, talaqqi kitab kuning, seni al-
seminggu diberikan kepada guru dalam bentuk Qur’an, pembinaan imam dan khatib dan
ceramah yang nantinya juga menjadi tanggung sebagainya.
jawab setiap guru untuk menanamkan core Perbandingan yang terlihat dari kedua
value tersebut kepada santri. Selain itu, kegiatan pondok pesantren ini adalah dalam kegiatan
santri di asrama sebenarnya sudah tergambar khidmatul ummah. Kegiatan khidmatul ummah
bahwa santri sudah diberikan nilai-nilai Islam ini di Sumatera Thawalib Parabek sudah
baik dalam bentuk ibadah, maupun akhlak berlangsung sejak tahun 2003 yang
melalui disiplin dan aturan asrama. Sementara dilaksanakan di daerah-daerah atau desa
untuk pembiasaan, dan teladan keduanya sama. tertentu yang dirasa tepat oleh pesantren
Jadi yang berbeda hanya sebagian kecil dari ditempati oleh santri. Kegiatan ini dilaksanakan
aturan sekolah, namun tetap tujuannya sama oleh semua santri ketika mereka duduk di kelas
yaitu agar santri memiliki iman yang kuat, rajin V yang bertetapan dengan pelaskanaan Ujian
beribadah, dan berakhlak mulia yang Nasional santri kelas VI.
merupakan bagian dari ciri-ciri yang harus Sementara khidmatul ummah di Pondok
dimiliki oleh seorang ulama. Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah
Candung baru berjalan sejak 2017 yang diikuti
3.3 Dinamika Pendidikan Islam dalam oleh beberapa santri pilihan saja untuk
Mempersiapkan Kader Ulama Melalui mendiami beberapa masjid di wilayah Agam
Pembinaan Keterampilan Khusus Calon selama bulan Ramdhan dalam menghidupkan
Ulama masjid dan melakukakan kegiatan keagamaan
lainnya. Meskipun pada hakikatnya sejak dulu
Keterampilan khusus calon ulama, selain santri sudah melakukan pengabdian kepada
mendalami ilmu agama, memiliki akhlak mulia, masyarakat melalui berkhutbah, menjadi imam,
tentunya ada beberapa keterampilan lain yaitu memimpin do’a, menyelenggarakan jenazah
mampu berkhutbah, cermah atau pidato. Sebab, dan sebagainya.
seorang ulama memiliki ilmu agama yang
dalam bukan saja untuk dirinya sendiri namun 3.4 Persamaan dan Perbedaan Pondok
mesti disampaikan kepada ummat. Menurut Pesantren Sumatera Thawalib Parabek dan
Muhtarom, latihan khitabah (pidato) bermaksud Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah
untuk melatih santri agar memiliki kemampuan Islamiyah Candung dalam Mempersiapkan
retorika untuk menyampaikan ilmunya pada Kader Ulama
publik (Afif, 2019).
Implementasi pembinaan keterampilan calon 3.4.1 Persamaan Pondok Pesantren Sumatera
ulama pada Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek dan Pondok Pesantren
Thawalib Parabek dan Madrasah Tabiyah Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung
Islamiyah Candung ini dapat dilihat dalam
kegiatan khidmatul ummah (KU). Khidmatul Secara umum, dapat dilihat beberapa
Ummah (KU) adalah salah satu program persamaan antara kedua pondok pesantren ini
pondok pesantren untuk mengutus para santri antara lain:
terjun ke masyarakat dan menetap di sana untuk 3.4.1.1 Dalam upaya tafaqquh fiddin,
melakukan kegiatan keagmaan kedua lembaga ini sama-sama menjaga tradisi
sepertimengaktifkan kembali masjid/mushalla. pondok pesantren yaitu mempelajari kitab
Pada dasarnya kegiatan ini pengabdian kepada kuning. Dalam hal kurikulum kitab, ada
masyarakat ini sudah berlangsung sejak awal beberapa kitab yang sama antara lain beberapa
berdiri kedua pondok pesantren ini, namun kitab Nahwu, sharaf, mantik, fikih di kelas
belum termasuk sebuah program wajib yang rendah. Dalam hal metode atau sistem belajar,
harus diikuti santri seperti saat ini. juga memiliki sistem yang sama yaitu membaca
Kegiatan khidmatul ummah Pondok matan, mengi’rab, mengartikan, dan
Pesantren Sumatera Thawalib Parabek ini menjelaskan makna kitab, di samping itu,
15
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
16
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah beberapa kitab yang dipelajari, salah satunya
Islamiyah Candung mengharuskan santri adalah fikih. Sumatera Thawalib Parabek
membuat makalah tentang penyelenggaraan lebih terbuka dalam mempelajari mazhab lain,
jenazah serta mempraktekkannya. sedangkan Madrasah Tarbiyah Islamiyah
3.4.2.1Dalam hal pembinaan keterampilan Candung lebih menekankan mazhab Syafi’i
khusus calon ulama, kedua lembaga ini saja. b) Melalui kegiatan bahs al-masa’il
memiliki sedikit perbedaan, yaitu dalam dalam bentuk muzakarah. Kedua pondok
implementasi keterampilan khusus calon ulama pesantren ini melakukan kegiatan muzakarah
memlalui program khidmatul ummah. yang mana sudah ada dilakukan sejak masa
pelakasanaan khidmatul ummah. Pondok pendiri. Namun dinamika yang terjadi adalah
Pesantren Sumatera Thawalib Parabek sudah dalam pelaksanaanya yang mana untuk saat
berlangsung cukup lama sejak 2003, dan ini kegiatan ini dikelola oleh Organisasi Santri
pelaksanaannyapun merata untuk semua santri, Tarbiyah Islamiyah (OSTI). Adapun tema
sebelum tamat harus lulus program ini terlebih yang diangkat adalah masalah-masalah fikih
dahulu. Sedangkan Pondok Pesantren Madrasah kontemporer. Sumatera Thawalib Parabek
Tarbiyah Islamiyah Candung baru memulai mengharuskan santri untuk mengembangkan
program ini tahun 2007 dan tidak semua santri kajian Islam melalui penulisan paper sebagai
dapat kesempatan yang sama. sarat untuk bisa mengikuti ujian akhir atau
Menurut penulis, dalam implementasi UN. Isinya adalah mengangkat persoalan-
keterampilan keulmaan ini dalam bentuk persoalan yang terjadi hari ini dengan
khidmatul ummah, Pondok Pesantren Sumatera menemukan penyelesaian melalui dalil al-
Thawalib Parabek lebih unggul, namun dalam Qur’an dan hadis serta merujuk kitab kuning.
pengabdian kepada masyarakat dalam bidang Sementara itu, Madrasah Tarbiyah Candung,
keagamaan pada hakikatnya Pondok Pesantren sarat untuk mengikuti ujian akhir contohnya
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung lebih adalah membuat makalah tentang tata cara
unggul karena banyak santri yang terjun ke penyelenggaraan jenazah serta prakteknya.
masyarakat seperi kegiatan “mando’a”, Kedua, Dinamika Pendidikan Islam dalam
sholawatan, tinggal di Masjid dan sebagainya Mempersiapkan Kader Ulama Melalui
baik di masyarakat sekitar sekitar pondok Internalisasi Nilai-Nilai Islam (Islamic
maupun di daerah atau kampung santri sendiri. Values). Sejak awal berdiri, baik Syekh
Ibrahim Musa maupun Syekh Sulaiman
Arrasuli, sudah menanamkan nilai-nilai Islam
4. SIMPULAN kepada santri melalui pembiasaan, teladan dan
sebagainya. Namun dinamika yang terlihat
Berdasarkan hasil penelitian, dapat adalah untuk saat ini internalisasi nilai-nilai
dikemukakan Dinamika Pendidikan Islam Islam dapat dilihat dari pembiasaan, teladan
Dalam Mempersiapkan Kader Ulama Di dan tata tertib pondok pesantren. Aturan dan
Sumatera Barat (Studi Komparatif Pondok tata tertib Sumatera Thawalib Parabek terdiri
Pesantren Sumatera Thawalib Parabek dan dari dua yaitu aturan di sekolah dan di asrama.
Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Sementara itu, Madrasah Tarbiyah Islamiyah
Islamiyah Candung) sebagai berikut: Candung juga menanamkan nilai melalui
Pertama, Dinamika pendidikan Islam pembiasaan, teladan dan melalui tata tertib
dalam mempersiapkan kader ulama melalui sekolah dan asrama. Perbandingan yang
pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh penulis temukan adalah bahwa aturan dan tata
fiddiin) dapat dilihat pada: a) kegiatan tertib Sumatera Thawalib Parabek lebih
pendalaman kitab kuning mreliputi kurikulum, banyak dan mencakup semua aspek. Selain
metode belajar, dan evaluasinya baik dalam itu, juga disusun secara rapi dan dibagikan
pembelajaran di jam sekolah maupun belajar kepada santri dalam bentuk hand book santri
tambahan. Pembelajaran kitab kuning di baik untuk di sekolah maupun di asrama.
kedua pondok pesantren ini tidak mangalami Sementara untuk Madrasah Tarbiyah
dinamika yang signifikan. Sedangkan Candung, santri belum memiliki hand book
perbedaan keduanya terdapat dari adanya yang berisi tentang aturan yang harus diikuti
17
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
oleh santri khususnya yang tinggal di asrama. dibentuk atas kerja sama antara pihak pondok
Perbandingan lainnya yaitu Sumatera pesantren dengan Kemenag Agam dan 4
Thawalib memiliki sebuah program core value Kantor Urusan Agama (KUA) yaitu: KUA
yang memuat nilai-nilai takwa, hikmah, Candung, KUA IV Angkek, KUA Baso, KUA
amanah, wara;, ahlul ‘ilmi wal ibadah, lain, Tilatang kamang. Santri yang mengikuti
istiqomah, dan birrun yang mana program ini melakukan kegiatan yang
singkatannya adalah THAWALIB. berhubungan dengan keterampilan khusus
Ketiga, Dinamika Pendidikan Islam dalam calon ulama seperti azan, menjadi imam,
Mempersiapkan Kader Ulama Melalui memberikan ceramah dan khutbah jum’at,
Pembinaan Keterampilan Khusus Calon memimpin do’a, menyelenggarakan jenazah,
Ulama.Pembinaan keterampilan khusus calon bahkan menjadi amil zakat.
ulama meliputi latihan ceramah, khutbah,
menjadi imam, memimpin do’a, menghafal al-
Qur’an, menyelenggarakan jenazah dan lain DAFTAR PUSTAKA
sebagainya yang mana keterampilan tersebut
akan dilaksanakan dalam masyarakat. Untuk Abdillah, R. (2012). Siapakah yang Pantas
semua pembinaan keterampilan di atas sudah Disebut Ulama? 44 Kisah Ulama Panutan
berlangsung sejak masa awal berdirinya Sepanjang Sejarah. Darul Falah.
pondok pesantren sampai hari ini masih Adisusilo, S. (2013). Pembelajaran Nilai-Nilai
terlaksana. Karakter. Rajawali Press.
Implementasi pembinaan keterampilan Afif, M. (2019). Penerapan Metode Sorogan
khusus calon ulama dapat dilihat dari kegiatan dalam Meningkatkan Baca Kitab di
khidmatul ummah. Khidamatul ummah sendiri Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in.
merupakan salah satu program unggulan bagi KABILAH : Journal of Social Community,
Sumatera Thawalib Parabek. Perbandingan 4(2), 34–43.
yang dapat penulis paparkan adalah bahwa https://doi.org/10.35127/kbl.v4i2.3592
kegiatan khidmatul ummah di Sumatera Alam, M. (2011). Model Pesantren Modern:
Thawalib Parabek sudah berlangsung sejak 14 Sebagai Alternatif Pendidikan Masa Kini
tahun yang lalu yaitu sejak tahun 2003. dan Mendatang,. Gaung Persada Press.
Adapun bentuk kegiatan khidmatul ummah ini Alwi, B. M. (2016). Pondok Pesantren: Ciri
meliputi pada kegiatan-kegiatan keagamaan Khas, Perkembangan, Dan Sistem
seperti menghidupkan masjid dengan azan dan Pendidikannya. Lentera Pendidikan :
imam shalat berjamaah serta bacaan Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
shalatnya, pidato dan ceramah termasuk untuk 16(2), 205–219.
santri perempuan, menjadi imam, memimpin https://doi.org/10.24252/lp.2013v16n2a8
do’a dan zikir sesudah shalat, menjadi khatib Aly, A. (2011). Pendidikan Islam Multikultural
dan kegiatan keagamaan lainnya. Santri yang di Pesantren: Telaah Terhadap Kurikulum
mengikuti program ini adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Modern Islam
kelas V baik laki-laki maupun perempuan Assalam Surakarta. Pustaka Pelajar.
bertepatan saat santri kelas VI mengikuti ujian Asifuddin, A. F. (2012). Pendidikan Islam,
akhir atau ujian nasional. Kegiatan ini Basis Pembangunan Ummat.
berlangsung lebih kurang 10 hari di daerah- Naahirusunnah.
daerah yang dirasa membutuhkan peran Assiroji, D. B. (2020). Konsep Kaderisasi
seorang ulama. Sementara itu, Madrasah Ulama di Indonesia, Edukasi Islami.
Tarbiyah Candung melaksanakan program ini Jurnal Pendidikan Islam, 09 Nomor 0.
sejak tahun 2017 lalu. Program ini dilakukan Bashori, B. (2017). Modernisasi Lembaga
pada bulan Ramadhan yang diikuti oleh Pendidikan Pesantren. Jurnal Ilmu Sosial
beberapa orang santri laki-laki saja yang Mamangan, 6(1), 47.
ditentukan atau dipilih oleh pondok pesantren https://doi.org/10.22202/mamangan.1313
dari kelas V dan VI yang ditempatkan di Ch, M. (2012). PesantRen Rakyat: Perhelatan
mesjid-mesjid yang kekurangan garim yang tradisi kolaboratif kaum abangan dengan
terdapat di kabupaten Agam. Program ini kaum santri Pinggiran di desa
sumberpucung kabupaten Malang Jawa
18
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
19
Hidayatul Dina, dkk, 2021. Dinamika Pendidikan Islam dalam Mempersiapkan Kader Ulama di Sumatera
Barat. Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Vol. 3 (1), 8-20
20