Anda di halaman 1dari 19

Page|1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS TASAWUF

Abdul Rokib Al-Mikdar

(19.011.797)

Institut Agama Islam Darussalam

Abstrak
Tasawuf lebih dikenal dengan istilah sufisme. Tasawuf merupakan langkah seorang muslim
untuk bisa lebih dekat dengan Tuhannya. Seorang muslim malakukan pendekatan spiritual
untuk mencapai pengetahuan yang luar biasa dan untuk mencapai kepuasan lahiriyah dan
batiniyahnya. Adapun orang yang melakukan/mempraktikan tasawuf disebut dengan sufi.
Pendidikan Islam berbasis tasawuf tentu akan mendapatkan hasil yang sangat luar biasa,
salah satu diantaranya yaitu akan menjadi individu yang berpengetahuan luas, menjadi
individu yang berakhlaq mulia, bertaqwa, mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pendidikan
tasawuf sangatlah penting, hal tersebut perlu diterapkan terutama dalam proses pembelajaran,
baik di dalam pendidikan formal maupun non formal. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tasawuf sudah memberikan kontribusi
yang sangat menguntungkan terhadap kehidupan manusia, khususnya dalam bidang seni,
bidang sastra, budaya agama Islam, dan telah membentuk pemikiran-pemikiran luar biasa
terhadap tokoh-tokoh agama dan pilosofis agama Islam.

Kata Kunci : Pengembangan Pendidikan, Islam, Berbasis Tasawuf

Abstract
Sufism is better known as Sufism. Sufism is a step for a Muslim to get closer to God. A
Muslim takes a spiritual approach to achieve extraordinary knowledge and to achieve inner
and outer satisfaction. People who practice/practice Sufism are called Sufis. Islamic
education based on Sufism will certainly get extraordinary results, one of which is becoming
an individual who is knowledgeable, an individual who has noble character, is devout, has a
high social spirit. Sufism education is very important, this needs to be applied especially in
the learning process, both in formal and non-formal education. This research uses descriptive
research methods with a qualitative approach. Sufism has made a very beneficial contribution
to human life, especially in the fields of art, literature, Islamic religious culture, and has
shaped the extraordinary thoughts of Islamic religious and philosophical figures.

Keywords: Educational Development, Islam, Based Sufism


Page|2

A. PENDAHULUAN
Agama Islam sebagai agama rahmatan lil aa’lamiin, sangat memperhatikan
pendidikan manusia dari beberapa aspek, terutama pendidikan mental spiritual dengan
nilai-nilai pengetahuan, agama, dan akhlaq atau budi pekerti. Dalam hal ini tampak
bahwa pendidikan agama Islam senantiasa berusaha mengembangkan aspek-aspek
dalam kehidupan manusia, yang meliputi: aspek spiritual, aspek intelektual, aspek
imajinasi, dll.
Pendidikan merupakan sarana pembinaan dan informasi yang paling krusial yang
dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari- hari. Pendidikan menjadi tolak
ukur utama dasar kekuatan manusia dari generasi kegenerasi. Pendidikan akan terus
menerus berkembang dari waktu ke waktu. Pendidikan yaitu sebuah proses yang
sistematis dengan melibatkan pemberian dan penerimaan daya serap/pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan etika/norma kepada setiap individu melalui pembelajaran,
pelatihan, atau penelitian. Adapun Tujuan utama pendidikan yaitu meningkatkan potensi
manusia agar dapat berperan aktif dan produktif di lingkungan masyarakat.
Terdapat dua jenis Pendidikan yang ada di Indonesia, yaitu pendidikan formal
(lembaga yang resmi seperti sekolah dan universitas). Lembaga formal diatur oleh
kurikulum tertentu yang biasanya diakui dengan penganugerahan ijazah atau sertifikat
pada akhir pencapaian. Yang kedua pendidikan non-formal (lembaga pendidikan di luar
sistem formal, seperti pondok pesantren, kursus/pelatihan, workshop, dan kegiatan
belajar mandiri).
Pendidikan tentunya akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Adapun tujuan pendidikan diantaranya yaitu:
 Untuk mengembangkan Pengetahuan dan Keterampilan seseorang
 Untuk membentuk Karakteristik seseorang (membentuk sifat/karakter, moral,
etika/norma, integritas seseorang, dapat bertanggung jawab, dan memiliki sifat
empati)
 Untuk mengembangkan kreativitas seseorang
 Untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang lebih luas, logis, dan kritis
Page|3

 Untuk meningkatkan keterampilan sosial, mampu berkolaborasi/penggabungan, dan


mampu berkomunikasi.
Pendidikan Islam yang berhubungan dengan ajaran tasawuf dapat membantu
seseorang memahami makna dalam ajaran-ajaran agama dan mengetahui cara
bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan pemaparan diatas, pendidikan Islam tentunya mempunyai peran
penting dalam kehidupan umat beragama. Melalui pendidikan, seseorang akan mampu
mengembangkan potensi mereka, mampu meningkatkan kualitas hidup, dan mampu
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Melalui Pendidikan
Islam, seseorang akan mendapatkan pengetahuan tentang agama, kebijaksanaan
spiritual, moral/etika, dan kepedulian sosial. Oleh karena itu, banyak institusi
pendidikan Islam menerapkan prinsip-prinsip tasawuf dalam kurikulum mereka untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
Maka sesuai latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas
mengenai bagaimana cara yang dapat mengembangkan pendidikan Islam berbasis
tasawuf. Karena melalui pendekatan ini, pendidikan Islam berbasis tasawuf dapat
membentuk individu yang cerdas, berjiwa sosial, dan dapat memiliki integritas moral
dan spiritual.

B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu
penelitian yang meneliti langsung pada sumber data, peneliti merupakan instrumen
kunci yang menyajikan data dalam bentuk kata atau gambar, penelitian ini tidak
menggunakan angka-angka sebagai analisis data. Peneliti tidak melakukan manipulasi
data dalam metode penelitian ini, analisis data yang peneliti lakukan di dasarkan pada
fakta-fakta yang ada yang telah peneliti temukan di lapangan.
Adapun Sumber data penelitian ini yaitu sumber data dari berbagai literatur seperti
jurnal, artikel, koran, surat kabar, maupun buku yang berkaitan dengan penelitian.
Kemudian data dikumpulkan dan diolah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
peneliti. Adapun teknik Pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui tahapan
mencari sumber data yang sesuai dengan penelitian ini, kemudian dikumpulkan dan
diolah menjadi data yang valid agar dapat disajikan dengan tepat sebagai tambahan
pengetahuan bagi para pembaca (Yunitasari & Hanifah, 2020).
Page|4

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Pendidikan Agama Islam
Di dalam kamus bahasa Arab terdapat tiga istilah yang menerangkan makna dari kata
pendidikan, diantaranya yaitu: tarbiyah, ta'lim dan ta'dib. Menurut Mu'jam istilah al-
Tarbiyah mempunyai tiga makna, yaitu:

(1) Rabba yarbu tarbiyah, artinya tambah (zad) dan berkembang (nama). Pendidikan
merupakan sebuah proses tumbuh kembangnya apa yang dimiliki siswa dalam tubuh,
pikiran, jiwa, roh, dan kehidupan sosial mereka .
(2) Rabba yurbi tarbiyah, mempunyai arti tumbuh (nasya'a) dan menjadi akbar atau
dewasa, pendidikan dalam hal ini merupakan sebuah perjuangan untuk membantu
siswa secara spiritual, emosional, sosial, dan fisik.
(3) Rabba yarubbu tarbiyah, mempunyai arti memperbaiki (ashlaha), keberadaan dan
keberlanjutannya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan perjuangan
untuk melestarikan, merawat, meningkatkan, dan menata kehidupan peserta didik
agar menjadi lebih baik .
Pendidikan agama Islam dapat diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan yang
didalamnya mempelajari al-Qur'an dan al-Hadits. Lembaga pendidikan agama Islam
dikenal dengan istilah pondok pesantren. Pondok Pesantren merupakan lembaga yang siap
untuk menampung, mengajar, memberi arahan bagi para pelajar. Para pelajar yang berada
di pondok pesantren dikenal dengan istilah santriwan/ santriwati. Para santriwan/
santriwati tersebutlah yang mengamalkan sistem ajaran berpusatkan kyai.
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan menggunakan awalan “pe” dan akhiran
“an” yang berarti tempat tinggal, tempat diam, para santri. Menurut pendapat Manfred
Ziemek Pesantren Berasal dari kata pe-santri-an yang berarti “tempat santri”. Sedangkan
Menurut versi ensiklopedia, Islam memberikan gambaran yang berbeda tentang pondok
pesantren. Menurutnya pesantren berasal dari “tamil” yang berarti “guru ngaji” atau
dalam bahasa India disebut dengan “sastria” yang berarti buku-buku suci, buku-buku
tentang keagamaan, dan buku-buku tentang ilmu pengetahuan alam maupun sosial.
Adapun secara terminologi pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam
yang didirikan dengan tujuan agar para santri dapat memahami, menghayati, serta
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaquh fiddin) dengan menanamkan
pentingnya mempelajari moral-moral agama Islam untuk pedoman hidup sehari-hari.
Page|5

Pada abad ke-19 M, Sistem pendidikan di Indonesia masih menggunakan pendekatan


konvensional. Sistem ini biasa dikenal dengan istilah “lembaga pengajaran asli” yaitu
sebuah lembaga mengacu pada sistem pesantren Islam seperti masjid, surau, langgar, dan
pesantren. Pendidikan dasarnya disebut dengan istilah “nggon ngaji”, sementara
pendidikan lanjutannya disebut dengan “pondok pesantren”. Tujuan utama dari sistem
pendidikan ini yaitu untuk mengajarkan siswa bagaimana cara membaca Al - Qur'an, tata
cara melaksanakan sholat, dan memahami ajaran Agama Islam. Nggon Ngaji tidak
terlembaga dengan semestinya, karena Indonesia terlebih dahulu telah meraih
kemerdekaaannya. Lembaga-lembaga yang sudah mapan telah berupaya
menyempurnakan kurikulum dan metode pengajarannya, sehingga memunculkan
lembaga-lembaga baru yang dikenal sebagai madrasah diniyah .
Menurut hasil penelitian terdahulu, pondok pesantren yang mengimplementasikan
nilai-nilai tasawuf dalam aktivitas sehari-harinya yaitu Pondok Pesantren Miftahul Huda
Gading Malang, adapun bentuk pembelajarannya yaitu tariqat. Selain mengajarkan
tariqat, ajaran tasawuf juga menjadi ajaran yang wajib dipelajari oleh para santri, lalu
kemudian diamalkan dengan cara bertariqat. Ajaran tasawuf telah menjadi pembelajaran
yang paling utama di pesantren tersebut, hasilnnya yaitu terbentuknya kepribadian yang
berakhlak mulia, bertaqwa kepada Allah SWT. (Nur Yasin, 2020)
Meskipun belum terlembaga secara sistematis, perkembangan Islam di Indonesia telah
diketahui sejak awal masuknya Islam ke Nusantara. Lembaga pendidikan Islam di
Nusantara diantaranya yaitu: Masjid, Langgar, pondok pesantren yang merupakan sebuah
lembaga yang mengajarkan nilai-nilai agama dan pengetahuan. Kemudian Lembaga-
lembaga pendidikan Islam melakukan pembaharuan, setelah berdirinya pondok pesantren
kemudian berlanjut pada Perguruan Tinggi Agama. Namun pada umumnya lembaga-
lembaga pendidikan yang didirikan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencetak
generasi yang saleh, cerdas, dan berakhlak mulia.

Pengembangan Pendidikan Islam


Pengembangan pendidikan Islam yaitu sebuah proses untuk meningkatkan kualitas
dan relevansi pendidikan berbasis pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Tujuannya
adalah untuk menciptakan generasi-generasi muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, dan berkontribusi positif terhadap lembaga masyarakat dan lembaga keagamaan.
Page|6

Terdapat beberapa strategi-strategi yang dapat diambil untuk pengembangan


pendidikan Islam diantaranya yaitu:
1. Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Kurikulum:
Menyusun kurikulum dengan menerapkan pelajaran agama Islam, etika/budi
pekerti, dan moralitas, serta mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam mata
pelajaran lainnya seperti sains, matematika, dan seni.
2. Meningkatkan Kualitas Pengajaran:
Meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dengan cara mengikuti pelatihan-
pelatihan dan pengembangan profesional. Guru yang berkualitas tentu akan dapat
memberikan pembelajaran yang lebih bermakna dan menginspirasi siswa.
3. Pendidikan Karakter:
Pendidikan karakter dapat dibentuk melalui pengajaran pendidikan Islam
dengan mempelajari etika, moralitas, kejujuran, dan empati yang merupakan bagian
dari pendidikan Islam.
4. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran:
Memanfaatkan teknologi dalam metode pengajaran untuk meningkatkan
keterlibatan siswa dan membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif.
5. Pendidikan Inklusif:
Memastikan bahwa pendidikan Islam dapat diakses oleh semua orang,
termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif.
6. Pengembangan Institusi Pendidikan:
Membangun dan meningkatkan infrastruktur sekolah, perguruan tinggi, dan
lembaga pendidikan Islam lainnya. Hal ini mencakup penyediaan fasilitas yang
memadai, perpustakaan, dan laboratorium untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
7. Pendidikan Kewirausahaan dan Keterampilan:
Menyediakan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan praktis yang sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini tentu akan membantu mempersiapkan siswa
dalam menghadapi dunia kerja dan juga dapat memfasilitasi kewirausahaan dalam
kehidupan masyarakat.
Page|7

8. Pendidikan Lingkungan:
Mengajarkan kesadaran lingkungan dan bertanggung jawab melalui
pendidikan Islam dengan menanamkan pemahaman tentang pentingnya menjaga
alam dan keberlanjutan sumber dayanya
9. Kerjasama dengan Komunitas:
Melibatkan komunitas lokal dalam pengembangan pendidikan Islam.
Berupaya menciptakan kolaborasi dengan masjid, organisasi sosial, dan lembaga-
lembaga keagamaan lainnya yang bisa memberikan dukungan baik berupa
kendaraan beroda empat juga materi serta dapat menambah sumber daya.
10. Evaluasi
Mengadakan evaluasi yang rutin dengan tujuan untuk mengukur kemajuan
siswa, kinerja guru, dan efektivitas program pendidikan.
Pengembangan pendidikan Islam memerlukan komitmen jangka panjang dari
pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Dengan menggunakan strategi-
strategi ini, pendidikan Islam dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman,
memberikan manfaat maksimal bagi siswa, dan mendukung pertumbuhan positif dalam
masyarakat.

Konsep Tasawuf
Makna tasawuf berasal dari kata tashawwafa, yatashawwafa, tashawwafa, yang
berarti (proses) “pemurnian” (Haidar Bagir, 2019: 77). Secara umum definisi tersebut
mengandung makna shafa’ (suci), wara’ (kehati-hatian ekstra untuk tidak melanggar
batas-batas agama), dan ma’rifah (pengetahuan ketuhanan atau hakikat segala sesuatu).
Secara etimologis tasawuf memiliki kesamaan makna dengan kata Suf (Wool) yang telah
lama dikenalkan oleh tokoh sufi terdahulu, atau safa (kesucian) yang berarti kesucian.

Istilah tasawuf berasal dari kata (tasawwafa, yatashawwafa, tashawafa), yang


mempunyai makna yaitu "pemurnian". (Haidar Bagir, 2019: 77). Istilah ketentuan shafa'
(suci), wara' (kehati-hatian tambahan untuk tidak melintasi batas agama), dan ma'rifah
(pemahaman ketuhanan atau hakikat segala sesuatu. Secara etimologi tasawuf berkaitan
dengan kata Suf (Wool), yang digunakan oleh para Sufi dan istilah safa (kemurnian)
yang mengacu pada keadaan yang diinginkan.
Moenir Nahrowi Tohir (2012) menyatakan bahwa tasawuf adalah sebuah global
mistik mistik yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini didasarkan pada
pandangan yang keras terhadap dunia atau asketisme, dan bertujuan untuk menciptakan
ittishal, dengan sumber kebaikan, al-mala' al-a'la (sumber dari kebaikan).
Page|8

Mengenai definisi tasawuf, Dr. Nursamad Kamba berpendapat bahwa menurutnya


Tasawuf bukanlah buku yang di baca, bukan teori dan rumus-rumus yang harus
diterapkan, bukan juga aliran pemikiran yang harus diterapkan. Tasawuf merupakan
saripati hidup hamba yang totalitas dalam interaksi dan kemesraannya dengan Tuhan
(Muhammad Nursamad Kamba, 2018).
Tahap pertama, tasawuf meluas ke seluruh nusantara seiring dengan menyebarnya
doktrin-doktrin Islam, karena yang memperkenalkan Islam ke wilayah tersebut adalah
para sufi. Seiring berjalannya waktu, muncullah akademisi tasawuf, diantaranya:
Hamzah Al Fanshuri, Syamsuddin Sumatrani, Abdur Rauf Al Fanshuri, Syekh
Burhanuddin Ulakan, dan Nuruddin al Raniry.
Tahap kedua yaitu masa perkembangan, setelah wafatnya para pemikir terkemuka
pada era pertama, seperti Hamzah Fanshuri dan Syamsuddin dari- Sumatrani maka
munculah ajaran tasawuf di Indonesia dalam bentuk tariqat. Ajarannya yaitu wahdatul
wujud yang mulai menyebar ke seluruh nusantara. Akademisi yang masyhur pada tahap
ini yaitu: Syech Abdus Samad al-Falimbani, Syech Muhammad Nafis al-Banjari dan
Syech Daud al- Fathani.
Tahap ke tiga yaitu masa Pemurnian. Para ulama melestarikan ajaran otentik Islam
yang Islam mulai bermunculan pada masa ini. Mereka memerangi lawannya secara
langsung, menjauhkan para penduduk dari sifat syirik, bid'ah, khurafat. Mereka disebut-
sebut sebagai wahabi Minangkabau di Sumatera Barat, dan di bawah asuhan merekalah
madrasah kontemporer tersebar di seluruh nusantara ( Muzakir IAIN Sultan untuk
sebagai Saefudin , 2015). Akademisi yang masyhur pada tahap ini diantaranya: Syekh
Ahmad Khatib Al Minangkabaw, Syekh Muhammad Djamil, Djambeik, Syekh
Abdurrauf Al-Kurinsyi, Syech Abdullah Ahmad, Syech Abdul Karim Amrullah dan
Hamka. (Suteja tahun 2016)
Page|9

Macam-macam tasawuf diantaranya:


1. Tasawuf Akhlaki (Sunni)
Tasawuf akhlaki atau tasawuf sunni adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada
teori-teori perilaku, akhlak, atau budi pekerti. Tasawuf sunni dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari terbentunya akhlak mazmumah (akhlaq yang buruk)
untuk mewujudkan terbentuknya akhlaq mahmudah (akhlaq yang baik). Adapun
sistem pembinaan akhlak pada tasawuf ini disusun sebagai berikut:
 Takhalli
Takhalli yaitu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang sufi. Takhalli
merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk menjauhi perilaku/sikap
tercela.
 Tahalli
Tahalli yaitu upaya seseorang untuk menghiasi dirinya dengan cara
membiasakan diri berbuat baik, berperilaku terpuji, dan berakhlak al-karimah.
Tahapan tahalli dilakukan oleh kaum sufi setelah menjalankan takhalli yaitu
menjauhi perilaku tercela.
 Tajalli
Tajalli yaitu upaya untuk memantapkan dan mendalami materi-materi yang
sudah diterima pada fase tahalli, rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah
yaitu fase tajalli. Kata tajalli mempunyai makna yaitu terbukanya hijab seseorang
sehingga nampak nur ilahi nya.
2. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi merupakan tasawuf dengan berdasarkan pada pengggabungan
teori-teori tasawuf dan filsafat atau yang bermakna mistik dan metafisis. Tasawuf ini
dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus filsuf.
3. Tasawuf Syi'i
Tasawuf Syi'i adalah salah satu cabang tasawuf berpendapat bahwa karena
manusia memiliki keinginan bawaan untuk memanfaatkan dewa - dewanya , mereka
semua itumati bersamanya .berpendapat bahwa karena manusia memiliki keinginan
bawaan untuk memanfaatkan dewa-dewa mereka , mereka semua bisa mati bersama
dewa- dewa tersebut.Berdasarkan ajaran Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Taftazani,
melihat kedekatan atau kesamaan antara tasawuf falsafi dengan tasawuf syi'i terkait
pandangan hulul atau ketuhanan iman-iman mereka.
P a g e | 10

Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Tasawuf


Penyelenggaraan pendidikan Islam berbasis tasawuf terdiri dari dua kegiatan,
yaitu belajar dan mengajar. Hal ini serupa dengan cara kerja pendidikan pada umumnya.
Pendidikan Islam berdasarkan tasawuf merupakan suatu proses perubahan sikap dan
perilaku dalam proses belajar mengajar yang ditimbulkan oleh interaksi antara santri dan
kyai di pesantren (Nashihin, 2019). Ajaran tasawuf membentuk landasan dari
pendidikan Islam yang pada hakikatnya menjadi sumber ilmu pengetahuan, menjadikan
interaksi santri dan aktivitas berbasis sufi sebagai pendidikan Islam, yang harus
dibangun di pesantren.

Dilihat dari sudut pandang, pendidikan Islam berbasis sufi melibatkan proses
pembelajaran yang berlarut-larut. Dampak variabel internal dan eksternal
mempengaruhi efektivitas sistem pendidikan Islam berbasis sufi. Pemahaman kiai dan
santri terhadap pembelajaran tasawuf dijadikan sebagai salah satu variabel internal.
Refleksi santri terhadap lingkungan belajarnya sedang belajar di pesantren mengarah
pada variabel eksternal, lingkungan di pesantren menimbulkan variabel eksternal.
Kemampuan pesantren dalam menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis tasawuf
sangat dipengaruhi oleh keadaan internal dan eksternal.

Dalam proses pendidikan Islam berbasis sufi, kyai merupakan sosok yang
sangat penting. Seorang kyai harus mampu menjadi dimensi spiritual yang
dikembangkan santri melalui berbagai kegiatan pendidikan Islam berbasis sufi
(Nashihin, 2012). Dalam mempertimbangkan penyelenggaraan implementasi pendidikan
Islam berbasis tasawuf, maka penting untuk memperhatikan banyak komponen
pendidikan Islam, seperti kurikulum, lingkungan belajar, pendidik, siswa, dan tujuan.

Pendidikan agama Islam dalam konteks tasawuf sering disebut dengan istilah
riyadhoh dan tirakat. Supaya dianggap telah melakukan riyadhoh, seseorang harus
mampu melakukan perbuatannya dengan istiqomah. Riyadhoh tidak bisa terlaksana
tanpa adanya kata kunci yaitu istiqomah.
Pengembangan pendidikan Islam berbasis tasawuf mencakup pendekatan
pendidikan yang menekankan pada aspek spiritual, moral, dan etika dalam Islam,
dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip tasawuf ke dalam proses pembelajaran.
P a g e | 11

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diambil untuk pengembangan


pendidikan Islam berbasis tasawuf:
1. Pendidikan Spiritual:
 Membangun program pengembangan spiritual yang mencakup praktik-praktik
tasawuf seperti dzikir, meditasi, dan kontemplasi.
 Menekankan pentingnya keimanan, ketakwaan, dan hubungan pribadi dengan
Allah dalam pembelajaran sehari-hari.
2. Pendidikan Moral dan Etika:
 Mengajarkan nilai-nilai moral dan etika Islam yang dipromosikan oleh
tasawuf, seperti kasih sayang, kejujuran, kesabaran, dan kerendahan hati.
 Memadukan kisah-kisah para sufi dan ajaran-ajaran moral dalam
pembelajaran untuk memberikan contoh nyata bagi siswa.
3. Pembentukan Karakter:
 Mendorong pembentukan karakter yang baik, termasuk keberanian,
ketabahan, dan keadilan, melalui praktik-praktik tasawuf.
 Mengajarkan konsep zuhud (kehidupan sederhana) dan wara' (kehati-hatian
dalam berperilaku) untuk membentuk karakter yang rendah hati dan
bertanggung jawab.
4. Pengajaran Empati dan Toleransi:
 Mengajarkan untuk menanamkan rasa empati terhadap orang lain dan
menghargai keberagaman dalam masyarakat.
 Memperkenalkan konsep kesetaraan di hadapan Allah untuk menghilangkan
prasangka dan diskriminasi.
5. Pengembangan Kepemimpinan Berbasis Kebaikan:
 Mengajarkan konsep kepemimpinan berbasis khidmat dan kebaikan kepada
siswa.
 Memfasilitasi kegiatan sosial dan kemanusiaan untuk membantu siswa
mempraktikkan kepemimpinan dalam memberikan manfaat bagi masyarakat.
6. Pendidikan Kesadaran Sosial:
 Mengajarkan konsep zakat (sumbangan wajib) dan menjelaskan pentingnya
memberdayakan orang yang membutuhkan
 Mengorganisir kegiatan sosial dan amal untuk membantu siswa memahami
P a g e | 12

tanggung jawab sosial mereka sebagai umat Islam.

7. Monitoring dan Bimbingan:


 Memberikan bimbingan dan monitoring kepada peserta didik/siswa agar dapat
memahami prinsip-prinsip tasawuf.
 Mendorong siswa untuk mencari nasihat dan bimbingan spiritual untuk
pengembangan diri yang lebih baik.
8. Evaluasi dan Pengukuran Spiritualitas:
 Mengembangkan metode evaluasi yang mencakup aspek spiritualitas dan
moralitas siswa.
 Mengevaluasi kemajuan siswa dalam hal perkembangan karakter dan
hubungan spiritual mereka.
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip tasawuf ke dalam pendidikan
Islam, sekolah dan lembaga pendidikan Islam dapat membentuk individu yang tidak
hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral dan spiritualitas
yang kuat. Ini dapat menciptakan generasi muslim yang memiliki kedalaman spiritual,
empati terhadap sesama, dan kontribusi positif dalam masyarakat.
Berikut tujuan pendidikan Islam berbasis sufi :
1. Muroqobah (Introspektif)
Tujuan utama pendidikan Islam berbasis sufi adalah menumbuhkan sikap
muroqobah atau introspeksi ( Sugiyatno , 2018 ) seharusnya bisa melakukan
introspeksi diri melalui tujuan muroqobah ini .
2. Mahabbah (Cinta)
Mahabbah/ Cinta kepada Allah SWT yaitu sikap cinta kepada Allah SWT
dengan cara mencintai segala yang di ciptakan-Nya. (Munandar , 2020)
3. Khauf (Takut)
Ketakutan kepada Allah SWT merupakan Tujuan utama pendidikan Islam
berbasis tasawuf adalah menanamkan rasa takut kepada Allah SWT atau khauf .
SWT.
4. Raja’ (Berharap)
Tujuan utama dari pendidikan Islam berbasis tasawuf adalah mengembangkan
sikap raja , atau pengharapan kepada Allah SWT.

5. 'Uns (Dekat)
P a g e | 13

Uns’ atau dekat dengan Allah SWT merupakan pola pikir yang terbentuk
melalui rasa hormat kepada makhluk dan menjaga diri dari perilaku maksiat.
(Sugiyatno, 2018)
P a g e | 14

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan dasar kekuatan manusia dari generasi ke generasi. Pendidikan


akan terus menerus berkembang dari waktu ke waktu. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk
meningkatkan potensi manusia agar dapat berperan aktif dan produktif di lingkungan
masyarakat. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pengembangan
pengetahuan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang akan mampu mengembangkan potensi
mereka, mampu meningkatkan kualitas hidup, dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam
pembangunan sosial dan ekonomi. Adapun pendidikan Islam di nusantara mempunyai peran
yang sangat penting. Melalui Pendidikan Islam, seseorang akan mendapatkan pengetahuan
tentang agama, kebijaksanaan spiritual, moral/etika, dan kepedulian sosial. Dengan demikian,
banyak institusi pendidikan Islam yang menerapkan prinsip-prinsip tasawuf dalam kurikulum
mereka untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

Pengembangan pendidikan Islam berbasis tasawuf diperoleh melalui pendekatan


pendidikan yang menekankan pada aspek spiritual, moral, dan etika dalam Islam, dengan
mengintegrasikan prinsip-prinsip tasawuf ke dalam proses pembelajaran. Dengan
mengintegrasikan prinsip-prinsip tasawuf ke dalam pendidikan Islam, sekolah dan lembaga
pendidikan Islam dapat membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi
juga memiliki integritas moral dan spiritualitas yang kuat. Hal Ini dapat menciptakan generasi
muslim yang memiliki kedalaman spiritual, empati terhadap sesama, dan kontribusi positif
dalam masyarakat.
P a g e | 15

DAFTAR PUSTAKA

Roza Susanti , Nilai-Nilai Tasawuf dalam Konsep Pendidikan Islam Menurut Hamka 2021-
06-30 Vol 4 No 1 (2021): JOEAI (Journal of Education and Instruction)

Manfret Ziamek, Pesantren Islamiche Bildung In Sozialen Wandel, Butche B. Soendjojo,


(penj), (Jakarta: Guna Aksara,1986) hlm. 16

Ictiar Baru Van Houve, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ictiar Baru Van Houve,1993) hlm. 107

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai
Sisten Pendidikan Pesantren, ( Jakarta: INIS, 1994) hlm. 6

Rausyan Fikr, Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia 2018-01-2018 Vol. 14 No. hlm.
159

Iswati Iswati, ‘Transformasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Nilai Karakter
Peserta Didik Yang Humanis Religius’, Al-I’tibar : Jurnal Pendidikan Islam
3, no. 1 (1 February 2017): 44.

Asep Saepullah, Tasawuf Sebagai Intisari Ajaran Islam dan RelevansinyaTerhadap


Kehidupan Masyarakat Modern, Turast: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 9, No. 2,
Juli-Desember 20219 (2) 2021

Kamas Wahyu Amboro, ISLAMIC PEDAGOGY: Journal of Islamic Education Vol. 01, No.
01, 52-63, Juni 2023

Neni Triana dkk, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 12/NO: 01 Februari
2023 P-ISSN: 2252-8970 DOI: 10.30868/ei.v12i01.2917

Muhajir Ilallah dkk, CENDEKIA : Jurnal Ilmu PengetahuanVol 2. No. 4, Oktober 2022

Ahmad Zaini, Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf issn 2460-7576 eissn 2502-884
P a g e | 16
P a g e | 17
P a g e | 18
P a g e | 19

Anda mungkin juga menyukai