Anda di halaman 1dari 25

Bimbingan Religi Dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Santri

Baru
(Pondok Pesantren An Nawa, Kampung Pengoreng, Desa Mangunreja,
Kecamatan Pulo Ampel, Serang, Banten)

PROPOSAL TESIS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Pendaftaran Pascasarjana


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Oleh:

WIRDATUL HASANAH AINI

BANDUNG

2022 M/1443 H
a. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk individu yang bukan hanya memiliki peran

terhadap dirinya sendiri, namun juga memiliki peranan lain yang melekat pada

dirinya seperti aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-

sosial yang bila terjadi goncangan pada suatu aspek akan membawa akibat

pada aspek yang lainnya

Salah satunya aspek sosial, aspek sosial menjadi peran yang sangat

penting dalam kehidupan sehari-hari setiap makhluk individu. Karena manusia

hidup dalam dimensi sosial, maka manusia juga tidak dapat dipisahkan dari

lingkungan sosialnya. “Lingkungan sosial diartikan sebagai tempat atau

suasana di mana satu kelompok merasa sebagai anggotanya” (Setiadi,

2011:181).

Dan dalam Al Qur’an sudah dijelaskan bahwa manusia sebagai ciptaan

Allah yang dijadikan suatu tujuan akhirnya sebagai pengabdian kepada Allah

SWT, yaitu sebagai khalifah-Nya. “Dalam statusnya sebagai khalifah Allah,

manusia hidup di alam mendapatkan tugas dari Allah untuk memakmurkan

bumi sesuai dengan konsep yang ditetapkannya” (Hanafi, 2019:93). Maka dari

itu manusia tidak akan bisa merealisasikan jika ia tidak dibekali dengan ilmu

atau pengetahuan.

Sesuai dengan Syair Imam Syafii yang berbunyi

ْ ‫ان‬
‫واغ َت ِرب‬ َ ‫دع اَأل ْو َط‬
ِ ‫اح ٍة َف‬
َ ‫مِنْ َر‬ ٍ ‫َما فِي ال ُم َق ِام لِذِيْ َع ْق ٍل َوذِيْ َأ َد‬
‫ب‬
‫ب‬ ِ ‫صبْ َفإنَّ لَذِي َذ ْال َعي‬
َ ‫ْش فِي ال َّن‬
ِ ‫ص‬ َ ‫َوا ْن‬ ِ ‫َسافِرْ َت ِج ْد عِ َوضا ً َعمَّنْ ُت َف‬
‫ارقُ ُه‬

“Tidak ada istilah diam dan santai bagi orang yang memiliki akal dan

adab. Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah.

Merantaulah, niscaya akan kau dapatkan pengganti bagi orang yang kau

tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup itu ada dalam usaha.”

(Salim)

Maka banyak orangtua yang mengantarkan anak-anaknya untuk

belajar menuntut ilmu pengetahuan dan mempunya akhlakul karimah.

Salah satunya ke pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan tradisional. Di pondok pesantren siswa siswinya lebih

dikenal sebagai santriwan/santriwati. Para santri yang belajar di pondok

pesantren ini tinggal dibawah bimbingan dan pengasuhan asatidz ataupun

ustadzah, banyak yang menyebutnya sebagai santri rantauan karena tidak

tinggal bersama orangtuanya.

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam yang ada

untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam

(tafaqquh fiddin) dengan menekankan moral agama sebagai pedoman

hidup bermasyarakat sehari hari. Pesantren merupakan lembaga

pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kontribusi penting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga ini layak diperhitungkan

dalam pembangunan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan,

keagamaan, dan moral.


Dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman luar biasa

dalam membina, mencerdaskan dan mengembangkan masyakat di

sekelilingnya. Pesantren telah lama menyadari bahwa pembangunan

sumber daya manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab

pemerintah, tetapi juga semua komponen masyarakat, termasuk dunia

pesantren. Karena itu sudah semestinya pesantren yang telah memiliki

nilai historis dalam membina dan mengembangkan sumber daya manusia

ini terus didorong dan dikembangkan kualitasnya.

Pondok pesantren pada umumnya membahas keilmuan, mulai dari

tata bahasa arab, nahwu dan sharaf, tafsir, dan membaca al-quran (qiraat),

tauhid, fiqih empat mazhab, umumnya imam syafii, akhlaq, mantiq,

sejarah, hingga tasawwuf. Selain itu, aksara jawi, yaitu huruf arab dengan

bahasa melayu, kian memanipulasi pesantren sebagai pusat transfer ilmu

yang menghubungkan corak khas nusantara di tenga tengah dunia islam.

Pondok pesantren An nawa salah satu pondok pesantren di banten

yang berbasis modern ini, walaupun salah satu pondok pesantren yang

masih dibilang baru, namun santri baru sudah cukup banyak. Dari berbagai

daerah yang datang untuk menimba ilmu pendidikan. Santri di pondok

pesantren ini hidup dalam dimensi sosial maka anak-anak tidak bisa

dipisahkan dengan lingkungan Pondok Pesantren Annawa khususnya

Santri baru yang baru mengenal ruang lingkup pesantren. Hal ini

membuat anak-anak di Pondok Pesantren Annawa harus bisa berbaur dan

bersosialisasi langsung dengan seluruh penghuni di tempat ini. Ditambah


santriwan ataupun santriwati harus mengikuti semua sistem yang telah

diterapkan oleh Pondok Pesantren Annawa. Hal ini menyebabkan mereka

harus bergaul, menjalin kerja sama dan berinteraksi dengan seluruh

penghuni pondok pesantren ini, khususnya sesama santri baru.

Pada umumnya interaksi sosial akan sulit terjadi apabila memiliki

perbedaan karakter, budaya dan nilai. Hal ini dapat menjadi masalah

apabila tidak segera diatasi karena bakat dan minat yang terdapat dalam

diri akan terpendam dan tidak dapat berkembang serta sulit untuk

mencapai pergaulan yang baik seperti yang diharapkan. Kurangnya santri

baru dalam menjalin hubungan yang baik serta jarang berkomunikasi

membuat anak kesulitan untuk berinteraksi

Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang

membutuhkan. Bantuan tersebut diberikan bertujan, berencana dan

sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut,

sehubungan dengan masalahnya. Interaksi merupakan salah satu aktiditas

social di pondok pesntren ini, maka dari itu peneliti Maka dari itu melalui

permasalahan yang dipaparkan diatas, maka penulis mengambil penelitian

dengan judul “Bimbingan Sosial Religi Dalam Meningkatkan Interaksi

Sesama Santri Baru”


b. Fokus Penelitian

1. Bagaimana kronologis Diberikannya Bimbingan Sosial Religi dalam

meningkatkan kemampuan Interaksi Sosial santri baru di Pondok

pesantren Annawa?

2. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Sosial Religi terhadap Santri baru di

Pondok pesantren Annawa?

3. Bagaimanakah Dinamika kemampuan Interaksi Sosial santri baru sebelum

dan sesudah Bimbingan Sosial Religi di pondok pesantren Annawa?

c. Tujuan Penelitian

Karena keterbatasan dalam hal waktu, tempat, tenaga serta agar penelitian

lebih terarah. Maka perlu adanya Fokus Penelitian. Peneliti membatasi

masalah diatas dengan Bimbingan Sosial Religi, Interaksi Sosial, Santri baru:

1. Mengetahui Kronologis diberikannya Bimbingan Sosial Religi dalam

meningkatkan kemampuan Interaksi Sosial Sesama santri baru di Pondok

pesantren An Nawa

2. Mengetahui layanan Bimbingan Sosial Religi Antar Santri baru di Pondok

pesantren Annawa

3. Mengetahui Dinamika Penyesuaian diri Bimbingan Sosial Religi dalam

meningkatkan interaksi sesama santri baru di pondok pesantren An nawa

d. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi antara lain:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada pemerhati sosial,

mahasiswa studi Dakwah dan Komunikasi serta masyarakat pada

umumnya, mengenai bimbingan religi dan pola interaksi sosial.

2. Memberikan kontribusi serta menambah wawasan juga dalam memahami

pola interaksi sesama santri baru yang berada di pondok pesantren

Annawa

e. Landasan Pemkiran

Seperti umumnya para remaja, kesulitan santri dalam penyesuaian diri

sering dijumpai di pondok pesantren yang ditampilkan dalam berbagai

perilaku seperti perilaku rendah diri, agresif, melanggar disiplin, meng-isolasi

diri dan sulit bekerja sama dalam kelompok, malas belajar, kabur dari

pesantren, dan depresi. (Maghfur, 2018, hal. 88)

Dalam Journal of Personality and Social Psychology yang ditulis oleh

Smith dipaparkan hasil penelitiannya tentang perubahan dan perbedaan

individu dan proses dasar dalam perilaku, emosi, kesehatan, motivasi, dan

fenomena lain yang mencerminkan kepribadian dalam kehidupan social

(Smith, 2011)

Demikian pula pola pendidikan di pesantren menjadi pilihan dari para

pendiri pesantren dan pilihan bagi orang tua yang meng- hendaki anaknya

menuntut ilmu di pesantren. Mereka berharap agar pola pendidikan pesantren

bisa diandalkan dalam menghadapi pengaruh ling-kungan yang negatif.

(Novianti, 2016, hal. 5-6)


Dalam Journal of Adolescent Research, Bohnert dkk. Memaparkan

hasil penelitiannya tentang hubungan antara keterlibatan aktivitas

terorganisasi, kesepian, dan kualitas persahabatan. Keterlibatan lebih intens

dalam kegiatan selama setahun pertama studi menunjukkan bahwa aktivitas

bersama meningkatkan kualitas persahabatan lebih baik daripada kesen-

dirian/kesepian dan ketidakpuasan sosial bagi orang-orang yang miskin untuk

beradaptasi sosial. Individu yang terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan

untuk alasan sosial lebih mungkin untuk memiliki teman terbaik. Temuan dari

studi ini menunjukkan bahwa keterlibatan aktivitas ter-organisasi

menyediakan individu tertentu muncul dengan konteks untuk eksplorasi dan

pengembangan persahabatan (Bohnert, 2007)

Bimbingan kelompok berbasis Islam yang dimaksudkan adalah

bimbingan kelompok yang materinya diisi dengan konsep-konsep yang digali

dari ajaran Islam agar santri bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di

pesantren. Bimbingan kelompok berbasis Islam diharapkan memberikan

kontribusi positif dalam mengeliminasi pengaruh-pengaruh negatif yang

memasuki kehidupan pesantren melalui konsep Islam.

Aspek-Aspek Penyesuaian Diri yang Sehat

Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi

dan penyesuaian sosial (Enung, 2016).

1. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi

tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.


2. Penyesuaian sosial, dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling

mempengaruhi satu sama lain yang terus-menerus dan silih berganti. Dari proses

tersebut, timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan

aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial

f. Landasan Teoritis

g. Bimbingan

Menurut Robert L. Gibson & amp; Marianne H.Mitchell “Guidance the

procces of assisting individuals in making life adjustment. It is needed in the

home, school, community and in all other phases of the individual

environment”. Bimbingan adalah sebuah proses bantuan individu dalam

menentukan hidupnya. Bantuan ini dibuthkan dirumah, sekolah, masyarakat

dan disegalabentuk lingkaran individu tersebut. (Siti Aisyah, 2012, hal. 66)

Sedangkan menurut (Ismaya, 2015, hal. 6) memberikan pandangannya

tentang bimbingan yaitu “Sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus

menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya”.

Inti bimbingan dari sudut pandang psikologi adalah memberikan bantuan

kepada klien dalam memecahkan problem kehidupan yang dialaminya.

Sehingga menurut dalam proses bimbingan itu terdapat faktor yang penting,

yakni bahwa bahwa bimbingan bertujuan dengan membantu orang lain dalam

menentukan pilihan dan tindakan solusif, bahwa dalam proses bimbingan


terjadi proses edukasi (belajar) dan bahwa dalam proses bimbingan terjadi

perubahan dan perkembangan kepribadian sebagai suatu yang akan dicapai.

Sedangkan bimbingan dalam Islam, sejalan dengan konsep Al-Qur’an,

karena Al-Qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati

manusia agar memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat serta bebas dari

segala konflik kejiwaan. Dengan bimbingan ini manusia akan mampu

mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dihadapinya atas dasar iman

dan ketaqwaan kepada yang Maha Kuasa.

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses

bantuan terhadap klien oleh konseli untuk memecahkan masalah yang dihadapi

olehnya secara terorganisasi dengan potensi yang dalam diri pribadi klien.\

h. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial merupakan bagian dari layanan bimbingan dan

konseling. Beberapa ahli (Tohirin, 2007; Sukardi dan Kusmawati, 2008;

Yusuf, 2009) mendefinisikan bimbingan sosial sebagai layanan yang

diberikan kepada individu agar dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial

seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, dan penyesuaian diri,

sehingga dapat menyesuaikan diri secara baik di dalam lingkungannya.

Bimbingan sosial ditujukan untuk mengembangkan kemampuan: (1)

komunikasi baik lisan maupun tulisan secara efektif; (2) menerima dan

menyampaikan pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan

produktif; (3) bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di

sekolah, maupun di masyarakat luas.


Keterampilan individu dalam berinteraksi sosial serta kemampuan

menghargai perbedaan dalam realitas sosial seperti yang diungkapkan oleh

Joyce, Weil, dan Calhoun merupakan manifestasi dasar dari bimbingan sosial.

Hal tersebut perlu dikembangkan pada diri remaja, mengingat masih terdapat

remaja yang mengalami kesulitan dalam menolak ajakan negatif dari teman

sebayanya.

Hakikat bimbingan sosial adalah layanan yang diberikan kepada individu

agar dapat mengembangkan pemahaman dan keterampilan sosial sehingga

dapat: (1) mencegah adanya konflik sosial yang deskonstruktif; (2)

mengembangkan keterampilan komunikasi dalam berinteraksi sosial serta

pemecahan masalah-masalah sosial; (3) membangun hubungan yang

produktif; (4) meningkatkan penghormatan terhadap diri dan orang lain; (5)

meningkatkan kapasitas untuk kerja sama secara produktif.

i. Religi
Menurut Sidi Gazalda, Religi adalah kecenderungan rohani manusia, yang

berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang

terakhir, hakikat dari semuanya itu. Religi mencari nilai dan makna dalam

sesuatu, yang berbeda sama sekali dari segala sesuatu yang dikenal, karena

itulah dikatakan bahwa religi itu berhubungan dengan yang kudu. Manusia

mengakui adanya dan bergantung mutlak pada yang kudus, yang dihayati

sebagai tenaga di atas manusia dan di luar dengan cara Bersama-sama

menjalankan ajaran, upacara dan Tindakan dalam usahanya itu. (Jalaluddin,

2012, hal. 41-42)


Jadi, segala suatu aktifitas yang menyangkut keagamaan yang

memasukkan pesan pesan dakwah keagamaan. Bukan hanya dalam

peribadahan, namun juga kegiatan-kegiatan yang mengandung pesan pesan

keagamaan, misalnya dalam Pendidikan seperti muhadhoroh (Public Speking),

Tadarusan, pesantren kilat. Bisa juga dalam seni Nasyid, Marawis, Hadroh,

dan lain sebagainya. Karena memang cangkupannya yang sangat luas.

Istilah religi menunjukkan pada aspek religi yang telah dihayati oleh

individu dalam hatinya mangunwijaya dalam Sudrajat 2010 disetel Sudrajat

2010 menyatakan bahwa di dalam religi terdapat unsur internalisasi agama

dalam diri individu definisi Allah yang menyatakan bahwa religi merupakan

perilaku terhadap agama yang berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama

yang dapat ditandai tidak hanya melalui ketaatan dalam menjalankan ibadah

seseorang tercakup dalam agamanya dan bagaimana seseorang hidup dan

terpengaruh berdasarkan agama yang dianutnya.

Terdapat dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama

religius dan pengalaman beragama religion experience kesadaran beragama

adalah segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui

introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dan aktivitas agama

sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran

beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan

oleh tindakan

Dimensi religi Terdiri dari 5 yaitu


1. Kepercayaan seseorang terhadap ajaran agama.
2. Kedua pelaksanaan ajaran agama dalam bentuk praktik ibadah ibadah
ritual
3. Kepahaman seseorang terhadap nilai-nilai dan ajaran agama yang
dianutnya
4. Pengalaman agama yang dirasakan oleh seseorang
5. Pengaruh dari kepercayaan pelaksanaan kepahaman dan pengalaman
tentang agama terhadap sikap ucapan dan perilaku seseorang yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari

Faktor-faktor yang mempengaruhi religi secara umum religi dipengaruhi oleh


dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

Faktor Internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pembawaan sedangkan

faktor eksternal faktor-faktor yang berasal dari lingkungan di luar diri individu

seperti dengan kebutuhan rasa aman dan keselamatan kebutuhan akan kasih

kebutuhan akan memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya

kematian

Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi religi seseorang meliputi

A. Lingkungan keluarga
Glock and Stark (Sudrajat:2010) menyatakan bahwa faktor sosialisasi awal bagi
pembentukan konsep diri seseorang adalah keluarga Selain itu Sigmund Freud
melalui converter image menjelaskan Bagaimana Citra seorang ayah akan
mempengaruhi perkembangan religi anaknya sehingga dapat dikatakan bahwa
keluarga sangat memegang peranan penting dalam menentukan Bagaimana religi
seseorang
B. Lingkungan sekolah
Sekolah mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan religi siswanya

Upaya pengembangan tersebut berkaitan dengan wawasan pemahaman siswa

terhadap agama pembiasaan mengamalkan ibadah dan mendidik siswa agar

berakhlak yang baik dan dapat mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan

sehari-hari terdapat tiga hal penting dalam pendidikan formal yang mempengaruhi

religi yaitu kurikulum hubungan guru dan siswa serta hubungan antar siswa

C. Lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan interaksi sosial dan sosial kultural yang potensial

j. Interaksi Sosial
Interaksi yaitu satu relasi antara dua system yang terjasi sedemikian rupa

sehingga kejadian yang berlangsung pada satu system akan mempengaruhi

kejadian yang terjadi pada system lainnya. Interaksi adalah satu pertalian social

antara individu sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling

mempengaruhi satu sama lainnya (Chaplin, 2011)

Prof. Dr. Soerjono Soekamto mendefinisikan interaksi sosial sebagai

kunci rotasi semua kehidupan sosial. Dimana dengan tidak adanya komunikasi

ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan

bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak

dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling

berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar

dari suatu bentuk proses sosial. Karena tanpa adanya interaksi sosial, maka

kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut

interaksi.
Menutur Gillin dan Gilliin dalam Soekanto 1982 interaksi social

merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang-perorangan, antar kelompok-kelompok manusia

maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua

orang bertemu, interaksi social dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,

berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-

aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi social

Walaupun banyak orang-orang yang bertemu atau bertatap muka tidak

saling berbicara, namun dengan ekspresi dan raut wajahnya, bahasa tubuh,

interaksi sosial telah terjadi.

Masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan

perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang

bersangkutan hal itu dapat disebabkan dari bau keringat, minyak wangi, suara

orang-orang berjalan dan lain sebagainya. Dan itu semua d yang meninggalkan

kesan didalam pikiran seseorang yang kemudian menimbulkan tindakan apa

yang akan dilakukannya.

Dalam buku (Tim Mitra Guru, 2007) Dinyatakan Untuk mempelajari

interaksi social, digunakan beberapa pendekatan. Salah satunya adalah

pendekatan interaksionalisme simbolik yang dikemukakan oleh Herbert

Blumer. Menurut Blumer, adanya interaksi antara seseorang dan orang lain aan

memunculkan makna (meaning) tertentu. Ada tiga pokok pikiran dari teori

interaksionalisme simbolik, yaitu pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu


atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut baginya. Kedua, makna yang

dimiliki sesuatu tersebut muncul dari interaksi social seseorang dengan sesama.

Ketiga, makna diperlakukan atau diubah melalui proses penafsiran.

k. Syarat-syarat interaksi sosial


1). Kontak sosial
Apabila kamu bercakap-cakap bermain memberi salam atau bahkan
berkelahi dengan temanmu berarti telah terjadi kontak sosial antara kamu
dan temanmu itu
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih dengan
orang lain melalui komunikasi tentang maksud dan tujuan masing-masing
dalam kehidupan masyarakat kontak sosial dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung antara satu pihak dan pihak lainnya.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu sebagai berikut.
a. Antar individu misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan kebiasaan
dalam keluarganya proses tersebut terjadi melalui sosialisasi yaitu
suatu proses anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma
dan nilai-nilai masyarakat
b. Antara individu dan kelompok manusia atau sebaliknya misalnya
seseorang merasa bahwa tindakan tindakannya berlawanan dengan
norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa
anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan
programnya
c. Antara suatu kelompok manusia dan kelompok manusia lainnya
misalnya 2 partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan
partai politik yang lainnya di dalam pemilihan umum atau apabila dua
buah perusahaan mengadakan suatu kontrak atau perjanjian tertentu

Kontak sosial tentu saja dapat bersifat positif ataupun negatif yang bersifat
positif mengarah pada suatu kerjasama sedangkan yang bernilai negatif
mengarah pada suatu pertentangan atau konflik bahkan pemutusan
interaksi sosial

1. Komunikasi
Komunikasi adalah Proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain
sehingga terjadi pengertian bersama arti yang terpenting dari komunikasi adalah
bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud
pembicaraan Sikap perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut

l. Bentuk bentuk interaksi sosial


1). Interaksi sosial antarindividu

Interaksi yang terjadi antara seseorang dan orang lain dapat berupa Interaksi

langsung maupun tidak langsung contohnya dua orang berkomunikasi dalam

situasi wawancara pekerjaan itu petugas seleksi penerimaan kerja

mewawancarai pelamar pekerjaan

2). Interaksi sosial antara individu dan kelompok

Interaksi yang terjadi antara 1 orang dan sekelompok orang dapat berupa

Interaksi langsung mengapung tidak langsung contohnya dua orang

berkomunikasi dalam situasi wawancara pekerjaan yaitu petugas seleksi

penerimaan kerja mewawancarai pelamar pekerjaan

3). Interaksi sosial antar kelompok

Interaksi yang terjadi antar kelompok juga dapat berupa Interaksi langsung
maupun tidak langsung contoh kasusnya adalah kerusuhan antara kelompok
anak muda dari Kelurahan Matraman dan kelompok anak muda dari keluarga
Kelurahan Palmerah yang disebabkan masalah daerah kekuasaan.
m. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus – Oktober 2022 pada hari
sabtu dan minggu setiap minggunya sebanyak 4 kali pertemuan, di Pondok
Pesantren Annawa, yang beralamat di Kampung Pengoreng Desa Mangunreja
Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Provinsi Banten.

Adapun alasan memilih tempat ini adalah sebagai berikut :

a) Data yang dibutuhkan untuk penelitian tersedia di lembaga ini


b) Proses perizinan pada lembaga ini tidak menyulitkan peneliti
c) Lembaga ini milik Paman peneliti sehingga memudahkan dalam
berlangsungnya penelitian

n. Jenis Metode Penelitian

Karena analisis ini menggunakan kualitatif Deskriptif, maka analisisnya


sebagai berikut :

Metode penelitian deskriptif kualitatif berguna untuk menguraikan

informasi kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menerjemahkan data yang

berkaitan dengan keadaan sosial, koneksi antar variabel yang terjadi serta

munculnya fakta yang ada serta akibatnya kepada lingkungan. Hasil dari

deskriptif kualitatif adalah informasi empiris yang faktual.

Hipotesis pada penelitian kualitatif berlandaskan pada analisa dari data


kualitatif yang dilakukan secara induktif, dan ditingkatkan alur koneksinya.

Langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah investigasi,


wawancara dan dokumentasi. Sumber dari penelitian ini merupakan
narasumber yang digunakan untuk menggali informasi mengenai keadaan dan
situasi latar penelitian.
(Spradley, 1979) menjelaskan, pada penelitian kualitatif tidak memakai
kosakata populasi. Namun menggunakan situasi sosial yang memiliki tiga
komponen dasar yakni aktivitas, pelaku dan tempat yang terkoneksi secara
integral.

Model penelitian deskriptif kualitatif mencerminkan situasi yang

sebenarnya tanpa menambah-nambahkan dan rekayasa pada variabel. Model

penelitian ini adalah model yang mendapatkan data dengan cara sesuai fakta

dan apa adanya dimana penelitian deskriptif  kualitatif lebih memfokuskan

pada hasil dan maknanya.

Berdasarkan (Sukmaditana, 2016) mengungkapkan bahwa penelitian

deskriptif kualitatif bertujuan untuk menceritakan dan memvisualkan

kejadian-kejadian yang ada. Meski bersifat manipulasi dan alamiah manusia

yang lebih menekankan pada kualitas, sifat, koneksi antar aktivitas.

o. Sumber Data

Sumber data ini terbagi dalam dua macam yaitu:

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

objek penelitian, data primer dalam penelitian ini yakni santri di

Pondok Pesantren Annawa. Data diperoleh dari wawancara dan

pembagian angket kepada santri di Pondok Pesantren Annawa dan

wawancara kepada guru yang berjumlah empat orang.

b) Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder yaitu data tambahan yang diperoleh dari

pustaka, literature, dan laporan-laporan yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

p. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Suharsimi Arikunto (2010: 119) berpendapat bahwa “Observasi adalah

pengamatan, meliputi kegiatan pemutaran perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indera”. Pengamatan ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi objek secara langsung.

(Spradley, 1979) menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan observasi

terfokus, sebagai berikut :

a. Membuat daftar ranah yang telah dipilih secara tentatif untuk

observasi terfokus.

b. Menulis pertanyaan-pertanyaan struktural yang berhubungan

dengan ranah-ranah dimaksud untuk diajukan jadi pedoman observasi.

c. Mengidentifikasi tempat-tempat observasi yang akan memberi

kesempatan paling baik dalam melakukan observasi terfokus pada saat mana

peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan struktural.

d. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan waktu peneliti berpartisipasi

dalam melakukan observasi terfokus sealamiah mungkin.


e. Laksanakan observasi terfokus dan ambil catatan-catatan lapangan

menurut prosedur yang telah diketahui.

2. Wawancara

Menurut (Moleong, 2009, hal. 135) dijelaskan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan

responden berhadapan langsung untuk mengadakan informasi secara lisan dengan

tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

3. Tekhnik Kuesioner

Menurut Sutopo (2006: 82) Angket atau kuesioner merupakan suatu tekhnik

pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab

dengan responden). Instrument atau alat pengumpul datanya juga disebut angket

berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau di respon oleh

responden.

4. Studi Pustaka

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

mempelajari buku-buku serta dokumentasi lainnya yang berhubungan

serta menunjang dan relevan dengan masalah yang diteliti.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2013, hal. 244)


DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Chaplin, J. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Diterjemahkan (Kartini, Kartono).

Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada.

Elly M. Setiadi, U. K. (2011). Pengantar sosiologi: pemahaman fakta dan gejala

permasalahan sosial: teori, aplikasi dan pemecahannya. Jakarta: Kencana.

Halid Hanafi, L. A. (2019). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Ismaya, B. (2015). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Jalaluddin. (2012). Psikologi Agama. Rajaprasindo Persada.

Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Posdayakara.

Salim, M. I. (t.thn.). Diwan Imam asy-Syafi’i al-Musamma al-Jawhar al-Nafis fi

Syi’r asy-Syafi’i Muhammad bin Idris. Kairo: Maktabah Ibnu Sina.

Siti Aisyah, S. M. (2012). Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar.

Sleman: Deepublish.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sukmaditana, N. S. (2016). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.
Tim Mitra Guru. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial, Sosiologi. PT Gelora Aksara

Pratama.

Jurnal:

Bohnert, A. M. (2007). The Role of Organized Activities in Facilitating Social

Adaptation Across the Transition to College. Journal of Adolescent

Research, 189–208.

Chaplin, J. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Diterjemahkan (Kartini, Kartono).

Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada.

Elly M. Setiadi, U. K. (2011). Pengantar sosiologi: pemahaman fakta dan gejala

permasalahan sosial: teori, aplikasi dan pemecahannya. Jakarta: Kencana.

Halid Hanafi, L. A. (2019). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Maghfur, S. (2018). Bimbingan Kelompok Berbasis Islam Untuk Meningkatkan

Penyesuaian Diri Santri Pondok Pesantren Al Ishlah Darussalam

Semarang. Jurnal Dakwah da Komunikasi Vol 12 No 1, 85-104.

Anda mungkin juga menyukai