Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mewujudkan manusia yang cerdas dan berkualitas pendidikan tidak hanya

diorientasikan pada kecerdasan intelektualnya saja namun kecerdasan emosional

pun harus dibimbing dan diarahkan agar menciptakan lulusan yang berwawasan

luas dan memiliki moralitas yang tinggi. Pada masa sekarang dapat dilihat bahwa

sudah banyak penyelewengan dikalangan peserta didik yang mulai merajalela.

Seperti halnya budaya bolos sekolah, mencuri, bullying, terjangkit narkoba,

berkata kasar, indisipliner di sekolah, berkelahi dan masih banyak lagiragam

kasus-kasus kenakalan dari yang ringan sampai yang bersifat kriminal sering kali

terjadi.

Dunia pendidikan menunjukan bahwa kecerdasan emosional belum

menjadi prioritas utama sesuai yang diharapkan. Jika hal ini dikaitkan dengan

agama, akan tampak bahwa agama belum teraktualisasikan sesuai ajaran-ajaran

normatifnya. Religiusitas merupakan salah satu faktor utama dalam hidup dan

kehidupan. Religiusitas yang tinggi ditandai dengan adanya keyakinan akan

adanya Tuhan yang dimanivestasikan dalam proses individu mempelajari

pengetahuan mengenai ajaran agama yang diyakininya dan prilaku yang sesuai

dengan ajaran agamanya.

Agama Islam banyak ditekankan agar manusia senantiasa dapat

mengendalikan hawa nafsunya dengan selalu bersabar dalam menghadapi

masalah, senantiasa bekerja keras ketika ingin meraih sesuatu dan berserah diri

ketika ikhtiar telah dilaksanakan semaksimal mungkin. Demikian pula lewajiban-

1
2

kewajiban agama yang ditetapkan dalam rangka kebaikan dan kemaslahatan

manusia. Dapat diumpamakan shalat, al-quran dan hadits banyak menyeru kaum

muslim. Selain shalat adalah kewajiban yang menunjukkan kadar perbedaan

seorang muslim dengan non muslim. Selain itu, shalat juga dapat mencegah dari

perbuatan keji dan munkar Religius seseorang mestinya berimplikasi dalam segala

kehidupannya, baik dalam belajar, bekerja, bergaul dan berusaha.1

Remaja ialah seorang individu yang mengalami fase pergantian antara

masa anak-anak menuju masa dewasa. Para ahli berbeda pendapat mengenai

rentang usia masa ini. Menurut pendapat Papalia dan Olds bahwa “rentang usia

masa remaja diawali ketika seorang anak memasuki usia 12 atau 13 tahun dan

doakhiri ketika seorang anak memasuki usia belasan tahun atau awal dua puluh

tahun”.2 Selanjutnya, Wirawan menyatakan secara spesifik mengenai usia masa

remaja berdasarkan budaya setempat di negara Indonesia yakni pada rentang usia

11-24 tahun dan belum melakukan pernikahan.3

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, penelitipun berkesimpulan bahwa

rentang usia masa remaja khususnya di pondok pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah Punnia diawali ketika seorang individu mulai memasuki jenjang

pendidikan MTs atau sederajat dan diakhiri ketika seorang remaja sudah lulus

jenjang pendidikan MA atau sederajat dan mulai melanjutkan pendidikan ke

jenjang pekerjaan atau ke jenjang berikutnya. Pada jenjang pendidikan MTs inilah

1
Siti Hanipah, Metode Pendidikan Inabah Dalam Mengatasi kenakalan Remaja Pondok
Pesantren Suryalaya, (Banten: Jurnal , 2020) h. 39
2
Kamim Zarkasih Saputro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja,
(Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama 17. No.1, 2018), h. 25-26
3
3

konsep diri seorang remaja mulai terbentuk terutama di lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah.

Berbagai upaya dalam mengatasi masalah-masalah tersebut diatas

tidak hanya dapat diatasi oleh orang tua, tetapi antara orang tua, masyarakat

dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, harus saling

melengkapi dan bertanggung jawab atas usaha pembinaan remaja.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal

dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja

maupun pda masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja

berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang

begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dan konflik-

konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun

remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma pada masa lalunya,

perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma

terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya

rendah diri. Seperti yang dialami oleh beberapa remaja yang datang ke Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia dengan berbagai ragam persoalan

yang dihadapi.

Kenakalan remaja seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus

sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke

tahun dan bahkan dari hari kehari semakin rumit. Masalah kenakalan remaja

merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan

dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin lancar, cepat dan mudah.
4

Dunia teknologi semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui

berbagai informasi diberbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak

negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.4

Arus perkembangan semakin pesat menyebabkan kita terjebak oleh budaya

sekuler, hal ini karena proses penyebaran informasi dan budaya yang begitu cepat

masuk keseluruh daerah di penjuruh dunia, sedangkan nilai budaya yang tersebar

terkadang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan berpotensi merusak moral

bangsa terutama remaja sebagi penerus bangsa. Meraka sangat rentang terhadap

pengaruh budaya bebas yang merusak moral sehingga dibutuhkan bimbingan

agama yang dapat dijadikan sebagai salah satu kontrol sosial dalam berprilaku.

Pondok Pesantren merupakan kekayaan khazanah budaya umat Islam

Indonesia yang khas. Sebagai lembaga pendidikan dan lembaga sosial keagamaan,

pesantren telah terbukti menjadi barometer pertahanan moralitas umat Islam yang

mampu melakukan perubahan masyarakat di lingkungannya ke arah transformasi

nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

Pesantren juga merupakan lembaga yang mengerti dan memahami

terhadap perubahan dan tantangan sosial masyarakat baik pada konteks lokal,

nasional maupun global.5 Sebelum tahun 60-an, pusat -pusat pendidikan pesantren

di Jawa lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok berasal dari bahasa

Arab (‫قودنف‬, funduuq) yang berarti Hotel atau Asrama.6

4
R Rosita “Perilaku Menyimpang Santri Remaja Putri Di Pondok Pesantren DDI Lil-Banat
Parepare,2017
5
L. Fauroni Susilo P. Menggerakan Ekonomi Syari’ah dari Pesantren (Yogyakarta: FP3Y,
2007), h.18
6
Zamakhasary Dhofier, Tradisi Pesantren-Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:
LP3ES, 1984), h. 18.
5

Budaya pesantren yang menekankan kesetaraan, kerakyatan dan keadilan,

telah melahirkan suatu perubahan masyarakat menjadi modern, namun tetap

berpijak pada landasan tradisionalitas dan moralitas. Pesantren telah menciptakan

kemajemukan dan kedinamisan sebagai sebuah lembaga multi fungsi yang

melibatkan partisipasi dan peran kiai, santri, ustadz, masyarakat,dan pemerintah.

Dari identitas dan dinamisasi itulah, maka pesantren dapat berperan aktif dalam

kehidupan sosial, ekonomi bahkan politik.7

Dalam komunitas pesantren ada santri, ada kiai, ada tradisi pengajian

serta tradisi lainnya, ada pula bangunan yang dijadikan para santri untuk

melaksanakan semua kegiatan selama 24 jam. Saat tidur pun para santri

menghabiskan waktunya di asrama pesantren.Tempat itu dalam bahasa Jawa

dikatakan pondok atau pemondokan. Adapun kata santri sendiri berasal dari kata

cantrik, yang berarti murid dari seorang resi yang juga biasanya menetap dalam

satu tempat yang dinamakan dengan padepokan. Pesantren mempunyai persamaan

dengan padepokan dalam beberapa hal, yakni adanya murid (cantrik dan santri),

adanya guru (kiai dan resi), adanya bangunan (pesantren dan padepokan), dan

terakhir adanya kegiatan belajar mengajar.8

Pondok pesantren hadir sebagai salah satu lembaga atau institusi

pendidikan khususnya pendidikan agama islam diindonesia yang bertujuan untuk

mengembangkan nilai-nilai keagamaan dan membentuk moral-moral yang

religius. Pondok pesantren sebagai komunitas khusus atau kelompok yang ideal

terutama dalam bidang kehidupan moral atau perilaku dan bahkan pondok
7
Ibid, h 19.
8
Neny Muthi’atul Awwaliyah, pondok pesantren sebagai wadah modenirasi Islam di era
generasi milenial, Jurnal (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2019) h. 39
6

pesantren dianggap sebagai tempat mencari ilmu khususnya ilmu agama islam dan

disertai dengan pengabdian yang sesuai dengan ajaran agama. Pondok pesantren

tidak hanya mengajarkan atau mendidik santrinya dengan pelajaran-pelajaran

umum seperti institusi pendidikan formal yang ada diluar pondok pesantren, akan

tetapi di pondok pesantren juga dididik secara moral keagamaan melalui aturan

dan norma-norma yang ada di pondok pesantren tersebut yang harus dipatuhi oleh

para santri maupun penghuni lainnya.

Keberadaan para santri dipondok pesantren mempunyai latarbelakang dan

alasan-alasan yang berbeda. Hal ini akan membentuk kualitas dari para santri itu

sendiri dalam menyerap nilai-nilai agama islam. Sebab tidak jarang dijumpai pada

suatu pesantren dimana santri yang dititipkan oleh orangtuanya sebagai

ketidakmampuan orang tuanya dalam menangani kelakuan buruk anaknya,

sehingga memasukkan kepondok pesantren. Santri inilah yang terkadang

membuat berbagai masalah dilingkungan pondok pesantren.

Pondok pesantren darul arqam muhammadiyah punnia merupakan pondok

pesantren yang terletak di kota pinrang. Namun pondok pesantren ini berada jauh

dari kota, perjalanan untuk sampai kesana bisa memakan waktu yang cukup

lama,karena bukan karena jaraknya saja yang jauh, namun jalanan kesana agak

jelek karena bebatuan keras dan berpasir.

Pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia adalah salah satu

pondok pesantren yang kemudian sekaligus sebagai salah satu lembaga

pendidikan di Kabupaten Pinrang yang memiliki cita-cita meneruskan tongkat

stafet perjuangan Nabi. Begitupun idealitas pesantren sebagai benteng pertahanan


7

ajaran agama Islam. Di Pondok Pesantren ini hampir 24 jam santri diberillan

pendidikan khususnya pendidikan moral. Santri mulai menjalankan aktivitasnya

dari bangun tidur sampai tidur kembali di malam hari. Hampir tidak ada waktu

melakukan sesuatu yang tak bernilai pendidikan, namun masih saja terjadi

perilaku menyimpang yang berupa pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan dan

norma yang ada.

Aturan-aturan yang begitu ketat di pondok pesantren ini membuat para

santri remaja yang baru mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

membuat mereka terkadang berperilaku menyimpang dengan hal ini melanggar

norma-norma yang ada di pondok pesantren seperti halnya melakukan kekerasaan

fisik, pencurian, bolos diwaktu jam sekolah formal maupun jam pengajian-

pengajian yang diadakan di masjid serta, gaya penampilan santri dan santriwati

terkadang mengikuti gaya-gaya modern yang tidak lagi menunjukkan seperti

pakain yang islami. Belum lagi cara bergaul yang tidak bersikap tawadhu seperti

tutur kata yang kasar, suka urakan dan rendahnya sikap menghormati, serta etika

non-religius tidak lagi ditanamkan dalam dirinya seperti ditelan mentah-mentah

tanpa disikapi secara kritis.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian di Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia. Berdasarkan uraian diatas

peneliti berkesimpulan melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pondok

Pesantren dalam Mengantisipasi Kenakalan remaja (Studi Kasus di Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia)”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran bentuk perilaku kenakalan remaja santri di Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia?

2. Bagaimana upaya Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia

dalam mengantisipasi kenakalan remaja yang dilakukan santri remaja?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah:

a. Untuk mengetahui gambaran bentuk perilaku kenakalan remaja santri di

Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia.

b. Untuk mengetahui upaya Pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah Punnia dalam mengantisipasi kenakalan remaja yang

dilakukan oleh santri remaja.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini :

a. Manfaat secara toritis:

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-

temuan baru yang akan berguna bagi perkembangan disiplin ilmu

bimbingan konseling Islam, serta memberikan penjelas gambaran

mengenai Strategi Pondok Pesantren dalam mengantisipasi kenakalan


9

remaja (studi kasus di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah

Punnia).

b. Manfaat secara praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

wawasan bagi pondok pesantren dan lembaga kemasyarakatan lainnya

dalam upaya mengatasi kenakalan remaja serta sebagai masukan informasi

kepada pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia dalam

mengatasi kenakalan remaja.

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional diperlukan Agar menghilangkan penafsiran yang

rancuh terhadap beberapa istilah dalam judul tersebut, penulis akan mengurangi

secara detail mengenai gambar tersebut, sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren

Pesantren pada dasarnya adalah sebuah lembaga pendidikan yang berbasis

keagamaan, dan juga merupakan sebagai asrama pendidikan Islam tradisional

yang santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru

yang lebih dikenal dengan sebutan kiai. Asrama untuk para santri berada dalam

lingkungan pesantren di mana kiai bertempat tinggal yang juga menyediakan

sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan-kegiatan

keagamaan lainnya.9

2. Kenakalan Remaja
9
Ahmad Afif, Psikologi Kaum Bersarung,( Makassar: Alauddin University ), h. 100-101.
10

Kenakalan remaja Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja

(usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma

yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barangbarang

yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain Kenakalan remaja

meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang

dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan

orang-orang di sekitarnya.10

3. Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia

Pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia adalah lokasi

penelitian, objek yang diteliti adalah Strategi Pondok Pesantren dalam

Mengantisipasi Kenakalan remaja (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah Punnia).

BAB II

10
Fatoni, Proses Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Anak di Polres Brebes Pada Tahun
2011-2012, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, h. 2-3.
11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Strategi

Secara bahasa “strategi” adalah ilmu siasat, tipu muslihat yang digunakan

untuk mencapai maksud11. Secara istilah strategi dapat diartikan sebagai garis

besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan 12. Pada

awalnya strategi sebenarnya berasal dari istilah kemiliteran, yaitu usaha untuk

mendapatkan posisi yang menguntungkan dan tujuan mencapai kemenangan atau

kesukaan.13

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi strategi

pembelajaran sebagai sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan

yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.14

Menurut stephanie K. Marrus, strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berokus pada tujuan jangka

panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar

tujuan tersebut dapat dicapai.15

11
J.S. Badudu & Sutan M.Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), h. 1357
12
Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosda
Karya, 1994), h. 165.
13
Djamalludin Darwis, Strategi Pembelajaran dalam Buku PBM PAI di SekolahEksistensi
dan Proses Pembelajaran PAI, (Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongobekerjasama dengan
Pustaka Pelajar, 1998), h. 193.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pemebelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), h. 126.
15
Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Strategik. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.
16.
12

Dua pakar strategi, Hammel dan Prahalad, mendefenisikan lebih khusus,

mereka mendefinisikan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat increamental

(senantiasa meningkat) dan terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan

demikian strategi selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai

dari apa yang terjadi. Terjadinya inovasi pasar yang baru dan perubahan pola

konsumen merupakan kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.16

2. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Secara bahasa pesantren berasal dari bahasa Arab funduq yang

berarti tempat menginap. Adapun kata pesantren merupakan bentukan dari

kata santri mendapat affiks “pe-an” menjadi lklpesantrian.17

Istilah pondok Pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama para

santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau berasal dari kata

fundu yang berarti Hotel Atau Asrama. Sedangkan Perkataan pesantren

berasal dari kata santri yang dengan awalan ”pe” dan akhiran ”an”, yang

berati tempat tinggal para santri.18 Lebih jelas lagi dan terinci Nur Cholis

mengupas asal-usul kata santri. Ia berpendapat “santri” berasal dari kata

sastri (Sangsekerta) yang berarti “melek huruf”, senada dengan itu

perkataan santri juga berasal dari bahasa Jawa (catrik) yang berarti orang

16
Ibid, h. 17
17
Depag, Pola Pembelajaran di Pondok Pesantren, (Jakarta: Ditpekapontren, 2003), h. 12
18
Syamsul Ma’arif, Pesantren Inklusif Berbasis Kearifan Lokal, (Yogyakarta: Kaukaba
Dipantara, 2015), h. 208-209
13

yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru pergi menetap, tentu

dengan tujuan agar dapat belajar dari guru mengenai suatu keahlian.19

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang

berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah

dan pusat pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. Istilah Pondok

Pesantren pertama kali dikenal di Jawa, di Aceh sendiri dikenal denan

rangkah dan dayah, di Sumatra Barat dikenal dengan nama suarau.20

Pondok pesatren merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang

tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek)

dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau

madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan leader-ship sesorang

atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik

serta independen dalam segala hal.21

Dunia pesantren, Pondok atau Asrama merupakan ciri khas pondok

pesantren yang membedakannya dengan sistem tradisional di masjid-masjid

yang kini berkembang di Negara lain. Bahkan sistem pondok pesantren

membedakannya pula dengan sistem surau atau masjid yang akhir-akhir ini

tumbuh dan berkembang sedemikian pesat.

Secara terminologis pesantren dideinisikan sebagai lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan moral

19
Zamakhasary Dhofier, Tradisi Pesantren-Studi tentang Pandangan Hiduo Kyai (Jakarta:
LP3ES, 1984), h. 18
20
Anun Nurhayati, Kurikulum Inobasi (Telaah terhadap pengembangan Kurikulum
pendidikan Pesantren, Cet. I, (Yogyakarta: teras, 2010), h. 47.
21
Mujamil Qomar, (2005), h. 2.
14

keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Perlu dijelakan bahwa

dalam pengertian “tradisional” defenisi ini bukan berarti kolot dan

ketinggalan zaman, tetapi menunjuk pada pengertian bahwa lembaga ini

hidup sejak ratusan tahun yang lalu.22

Pendidikan pesantren yang merupakan jenis pendidikan khas

Indonesia tidak diragukan lagi selama puluhan tahun bahkan ada yang telah

seabad lebih memberikan andil dan perannya dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa. Selama tiga dekade terakhir ini kita mendapati

perubahan-perubahan signifikan di dunia pesantren. Pertama, perubahan

pesantren tidak lagi terkesan kumuh, kurang tertib dan tidak teratur. Kini

jumlah pesantren telah memiliki fasilitas gedung yang memadai dilengkapi

dengan peralatan modern. Kedua, perubahan menyangkut pola pengelolaan

dan kepengasuhan teknis pesantren dari bentuk kepemimpinan personal kyai

menjadi pengelilaan secara kolektif yang berwujud yayasan atau dewan,

meskipun meskipun perubahan ini belum terjadi di banyak pesantren.

Ketiga, adanya peningkatan jumlah program pendidikan yang

diselenggarakan pesantren. Disamping mempertahankan nilai-nilai salafiyah

dan tradisi pengkajian kitab kuning (turats), semakin banyak pesantren yang

tlah menyelenggarakan pendidikan formal (dalam bentuk madrasah,

sekolah, perguruan tinggi), atau non formal (diniyah, ma’had aly), program

keterampilan, dan program pengembangan lainnya.

22
Muljono Dampolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2011), h. 66.
15

Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang

mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan

lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah,

pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para

peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di

pesantren. Tempat di mana para santri menetap di lingkungan pesantren

disebut dengan istilah pondok. Ditinjau dari segi historisnya, pondok

pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia.

Pondok pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan

sejak Islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang sejalan

dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya. Sebagai lembaga

pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, pondok pesantren

selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama

di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan

kedalam jiwa rakyat Indonesia, serta ikut berperan aktif dalam upaya

mencerdaskan bangsa.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk

mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman

hidup keseharian, atau disebut tafaqquh fi ad-din dengan menekankan

pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Pesantren yang dimaksud

penulis adalah pesantren tradisional yaitu lembaga pesantren yang

mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti

pendidikan, sedangkan sistem pengajarannya masih menggunakan model


16

sorogan, weton (bandongan) dan hafalan.23 Pesantren adalah sitem

pendidikan yang tumbuh dan lahir dari kultur Indonesia yang bersifat

indeginous, lembga inilah yang kembali menjadi model dasar

pengembangan konsep pendidikan (baru) Indonesia.24

Berikut bebeapa defenisi pesantren menurut para ahli antara lain:

1) H Rohadi Abdul Fatah, Taufik, M Tata, Bisri, Abdul Mukti

berpendapat bahwa pesantren berasal dari kata santri yang dapat

diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa

Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu

mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh perguruan taman

siswa dalam sistem asrama yang disebut pawiyatan. Istilah santri juga

dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji

2) C. C Berg berpendapat sebagaiman dikutip oleh Fatah dkk, bahwa

istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India

berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang

sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai

gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka

menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan

manusia baik-baik.25

3) H.Amin Haedari, Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam

tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan


23
Haidar Putra Daulay, Filosifis dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), h. 8-9
24
Yasmidi, Modernisasi Pesantren Kritik Norcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2001) h, 3-4
25
Fatah dkk, Rekontruksi Pesantren Masa Depan, (Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra,
2005) h.11
17

Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan

mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama

berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan

yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui

memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.26

4) HS. Mastuki, El-sha, M. Ishom, Pesantren pada mulanya merupakan

pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun,

dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah

garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical

(dengan penjejelan materimateri keagamaan), tetapi juga mobilitas

horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada

kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan

cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan

kikian masyarakat (societybased curriculum). Dengan demikian,

pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga

keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial

yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di

sekitarnya.27

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pondok

pesantren adalah tempat pembentukan karakter seseorang dari paling

dasar yang tinggal didalam lembaga tersebut untuk mengembangkan

baik sebagai makhluk individu, maupun sebagai makhluk sosial secara

26
Amin Haedari,Transformasi Peasntren, (Jakarta : Media Nusantara, 2007) h, 3
27
Mastuki, dkk, Intelektualisme Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2006) h, 1
18

bertahap sesuai dengan tingkat pertumbuhan, perkembanganya dan

tingkat kecerdasan serta potensi spiritual yang dimiliki masing-masing

santri.

Peran Pondok Pesantren dalam dunia pendidikan secara umum

sangat penting. Seperti diketahui bahwasanya Pondok Pesantren

merupakan wadah atau sarana bagi santri untuk mengembangkan ilmu

agama yang mereka miliki, baik itu ilmu fiqih, aqidah, tauhid akhlak dll.

Pada umumnya dalam Pondok Pesantren mempunyai peraturan-peraturan

khusus yang berlaku bagi santri yang bermukim tau mondok di dalamnya,

peraturan tersebut terutama dalam mengontrol akhlak para santri.

Dengan adanya peraturan-peraturan didalam Pondok Pesantren

diharapkan bisa meminimalisir akhlak-akhlak yang kurang baik serta

mengembangkan akhlak yang baik. Santri yang bermukim didalamnya

diuapayakan berakhlak baik, sopan dan terpuji sesuai dengan ajaran Islam.

Jadi peranan Pondok Pesantren ini salah satunya adalah sebagai pembinaan

akhlak agar menjadikan akhlak didikya menjadi pribadi yang mempunyai

akhlak yang mulia.

b. Fungsi pondok pesantren

Menurut Ma’shum, “fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek

yaitu fungsi religius (daniyyah), fungsi sosial (ijtimaiyyah), dan fungsi

edukasi (tarbawiyyah). Ketiga fungsi ini masih berlaku hingga sekarang”.

Kemudian menurut A. Wahid Zaini menegaskan bahwa “disamping


19

lembaga pendidikan, pesantren juga sebagai lembaga pembinaan moral dan

kultural, baik di kalangan para santri maupun santri dengan masyarakat”.28

Pondok pesantren mempunyai kedudukan yang strategis di

masyarakat oleh karena itu fungsi dan perannya dalam bidang pendidikan

dan pemberdayaan umat dalam bisang pendidikan sebagaimana telah

diketahui bersama bahwa pondok pesantren merupakan sasaran bagi umat

untuk menimba ilmu pengetahuan tidak hanya bidang agama tetapi

mencakup bidang-bidang lainnya, seperti ekonomi, IPA, IPS, sosial maupun

teknologi.

c. Tujuan Pondok Pesantren

Tujuan pesantren menurut Hiroko Horikoshi, dilihat dari segi

otonominya, adalah untuk melatih para santri memiliki kemampuan

mandiri. Sedangkan menurut Manfred Zimek, tertarik dari sudut

keterpaduan aspek perilaku dan intelektual, tujuan pesantren menurut

pengamatannya ialah membentuk kepribadian, memantapkan akhlak dan

melengkapinya dengan pengetahuan. Tujuan pesantren menurut Mastuhu

yang didapat dari wawancara dengan beberapa kyai pengasuh pesantren

yang kemudian ia rangkum adalah, menciptakan dan mengembangkan

kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat

kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat

tetapi rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian

28
Mujamin Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institus, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 22.
20

Nabi Muhammad (Mengikuti sunah Nabi) mampu berdiri sendiri, bebas,

dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam

dan kejayaan ummat ditengah masyarakat (‘Izz alIslam wa Muslimin) dan

mencintai ilmu dalam rangka membangun kepribadian manusia.29

Adapun tujuan khusus pesantren ialah:

1) Mendidik siswa/ santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang

muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki

kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara

yang berpancasila;

2) Mendidik siswa/ santri untuk menjadi manusia muslim selaku

kaderkader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh,

wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan

dinamis;

3) Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan

bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan negara.

d. Unsur-Unsur Pondok Pesantren

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam masih seperti

lembaga pendidikan pada umumnya, yakni memiliki unsur-unsur penunjang

di dalamnya namun ada yang membedakannya dari lembaga pendidikan

pada umumnya, yakni penyebutan nama guru, media kegiatan belajar

29
Ibid, h. 4
21

mengajar, tempat pengajaran dan lain sebagainya. Terdapat beberapa unsur-

unsur dalam pesantren seperti menurut Zamarkhasyari Dhofier yaitu:30

1) Kiai

Kiai merupaka unsur yang paling esensial dari suatu pesantren,

bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan

suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi

kiainya.

Menurut asal-usulnya perkataan kiai dalam bahasa Jawa dipakai

untuk tiga jenis helar yang berbeda:

a) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang diaggap

keramat; umpamanya “Kiai Garuda Kencana” dipakai untuk

sebutan Kereta Emas yang ada di keraten Yogyakarta;

b) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya

c) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesatren dan

mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya. Selain gelar

kiai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam

pengetahuan Islamnya).

2) Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar

dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang dikenal dengan sebutan

30
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi Pandangan Hidup Kiyai, (Jakarta: LP3ES,
1994), h. 55
22

kiai. Pondok, asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi

pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisi

pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di

masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di negara-

negara lain.31

3) Masjid

Masjid merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari

pesantren. Karena para kiai pertama kali yang didirikan adalah masjid.

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren

merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam

tradisional. Masjid dianggap sebagai tempat yang tepat untuk mendidik

santri terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan

sembahyang jum’at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Fungsi

masjid di zaman dahulu bukan hanya sekedar menjadi tempat untu sholat

saja namun juga sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas

administrasi dan kultural. Hal ini berlangsung selama 13 abad.32

4) Santri

Seorang alim hanya bisa disebut kiai jika memiliki pesantren dan

santri yang tinggal dalam pesantren tersebut. Terdapat 2 kelompok santri:33

a) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh

dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukin yang paling

lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok


31
Ibid, h. 44
32
Ibid, h. 49.
33
Ibid, h. 51.
23

tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan

pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar

santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.

b) santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa

disekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.

Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik

(nglajo) dari rumahnya sendiri.

5) Kitab-Kitab Klasik

Unsur-unsur kitab klasik, paling tidak menurut Zamakhsari Dhofier

ada 8 macam di bidang pengetahuan yang diajarkan di pesantren yaitu:34

a) Nahwu (syantax) dan shorof (morfologi)

b) Fiqh

c) Usul Fiqh

d) Hadis

e) Tafsir

f) Tauhid

g) Tasawuf dan etika

h) Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.

3. Kenakalan Remaja

a. Kenakalan

Menurut Dr. Fuad Hasan, kenakalan diartikan sebagai perbuatan anti

sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa

34
Ibid, h. 50.
24

dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan35. Kenakalan mempunyai konotasi

serangan, pelanggaran, kejahatan, dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak

muda di bawah usia 22 tahun.

b. Remaja

Remaja berasal dari kata latin AdolecereI (kata bendanya Adolescentia)

yang berarti remaja, yaitu “tumbuh atau tumbuh dewasa” dan bukan kanak-kanak

lagi.36 Remaja menurut Zakiah Daradjat adalah tahap peralihan dari masa kanak-

kanak, tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa. Remaja adalah umur yang

menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.37

Dengan demikian, kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/

pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti

sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Paham kenakalan remaja

dalam arti luas, meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan

dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana

umum) maupun   perundangundangan di luar KUHP (pidana khusus).

Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, artinya anak-anak, anak muda,

ciri karakteristik pada anak muda, sifat-sifat khas pada periode remaha.

Delintquent berasal dari kata latin delinquere” yang berarti terabaikan,

mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal,

pelanggar aturan, perebut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana,

dursila, dan lain-lain. Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan,

35
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka 2012), h.11
36
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta : PT
RinekaCipta, 2009), cet. I, h. 20
37
Sudarsono, op.chit, h. 12
25

pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda

dibawah usia 22 tahun.38

Juvenile delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan

anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara emosional kepada

anak-anak dan remaja disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga

mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang. Anak-anak

muda yang delinkuen atau jhat itu disebut pula sebagai anak cacat secara

emosional. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang

ada di tengah masyarakat.39

c. Tipe kenakalan remaja

Tipe delinkuensi menurut struktur kepribadian ini dibagi atas:

1) Delinkuensi terisolir

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen;

merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak

menderita kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka

disebabkan atau didorong oleh faktor berikut:

a) Kejahatan mereka tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan

konflik batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif yang

mendalam; akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh keinginan

meniru.

b) Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang

transisional sifatnya yang memiliki subkultural kriminal.


38
Kartini Kartono, Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Graindo
Persada, 2003), h.6.
39
Ibid.
26

c) Pada umumnya anak delinkuen ini berasal dari keluarga

berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami

banyak frustasi.

d) Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan

dasarnya ditengah lingkungan anak-anak kriminal. Gang

delinkuen memberikannya alternative hidup yang menyenangkan.

e) Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit

mendapatkan supervise dan latihan disiplin yang teratur.

Ringkasnya, delinkuensi terisolasi itu mereaksi terhadap

tekanan dari lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan sekuritas

dari dan di dalam kelompok gangnya.40

2) Delinkuensi neurotik

Pada umumnya anak-anak delinkuen tipe ini menderita

gangguan kejiawaan yang cukup serius, antara lain berupa:

kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, merasa

tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan lain-lain.

Ciri tingkah laku mereka itu antara lain ialah:

a) Tingkah laku delinkuennya bersumber pada sebab-sebab

psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi

pasif menerima norma dan nilai subkultural gangnya yang

kriminal itu saja; juga bukan usaha untuk mendapatkan prestise

sosial dan simpati dari luar.

40
Ibid, h. 49-51.
27

b) Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik

batin yang belum terselesaikan.

c) Biasanya, anak remaja delinkuen seperti ini melakukan kejahatan

seorang diri, dan mempraktekan jenis kejahatan tertentu.

d) Anak delinkuen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas

menengah, yaitu dari linkungan yang konvensional yang cukup

baik kondisi sosial-ekonominya.

e) Anak delinkuen neurotik ini memiliki ego yang lemah, da nada

kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang

dewasa atau anak-anak remaja lainnya.

f) Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda. Misalnya, para

penyundut api (pyromania, suka membakar).

g) Perilakunya memperlihatkan kualitas komplusif (paksaan).

Kualitas sedemikia ini tidak terdapat pada tipe delinkuen

terisolir.41

3) Delinkuensi psikopatik

Delinkuen psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat

dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan

oknum kriminal yang paling berbahaya. ciri-ciri tingkah laku mereka

ialah:

a) Hampir seluruh anak delinkuen psikopatik ini berasal dan


dibesarkan dalam linhkungan keluarga yang ekstrim, brutal
diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak
konsisten, dan selalu menyiakan anak-anaknya.

41
H. 52-53
28

b) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau


melakukan pelanggaran. Karena itu sering meledak dan tidak
terkendali.
c) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya
yang kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya
sangat agresif dan implusif.
d) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan
norma-norma sosial yang umum berlaku. Juga tidak perduli
terhadap norma subkultural gangnya sendiri.
e) Seringkali mereka juga menderita gangguna neurologis, sehingga
mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.42

4) Delinkuensi defek mental

Defek (defect, defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah,

cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri:

selalu melakukan tindak a-sosial atau anti-sosial, walaupun pada

dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun

ada disfungsi pada intelegensinya.

Kelemahan dan kegagalan para remaja delinkuen tipe ini

ialah: mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah

lakunya yang jahat; juga tidak mampu mengendalikan dan

mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan perbuatan

kekerasan, penyerangan dan kejahatan.43

d. Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja

Ada beberapa faktor yang menjadi delinquent atau kenakalan remaja

antara lain :44

1) Instabilitas psikis

42
Ibid, h. 53-54.
43
Ibid, h. 54-55
44
Kartini Kartono. Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2015), h. 195
29

Tipe ini pada terdapat anak-anak gadis, dengan sikap yang pasif,

tanpa kemampuan dan suggestible. Biasanya mereka itu tidak memiliki

karakter, terlalu labil mentalnya. Emosinya tidak matang, dan inteleknya

mengalami retardasi: pada umumnya mereka tidak agresif, tapi kemauan

dan karakternya sangat lemah. Sehingga mudah mereka pecandu alcohol,

lalu mudah pada praktek dan perbuatan-perbuatan immoral seksual serta

melakukan prostitusi.

2) Defisiensi dan control super-ego.

Mengakibatkan efek intelektual, sehingga selalu melakukan reaksi  

primitif. Tingkah laku jahat-kejam tidak berprikemanusiaan, dan suka

meteror orang lain lingkungan.

3) Fungsi persepsi yang defektif

Mereka itu tahu bahwa perilakunya jahat kriminal, namun

mereka tidak menyadari arti dan kualitas dari kejahatannya. Selain itu

ada beberapa faktor dari luar individu (Ekseternal) antara lain:45

a) Cinta kasih orang tua yang kurang harmonis, kesenjangan kasih

sayang antara orang tua dan anak, pemerataan kasih sayang yang

tidak seimbang (perlakuan yang tidak adil) dalam keluarga, terjadi

broken home (keluarga yang tidak utuh) dan sebagainya.

b) Kemampuan ekonomi yang tidak menunjang atau ada kesenjangan

sosial ekonomi bagi keluarga si anak.

45
http;//beb7n.wordpres.com/2008/08/13/menanggulangi kenakalan anak remaja/13 mei
2012, h.1
30

c) Kesalahan pendidikan yang diterapkan orang tua terhadap anak,

baik dalam pendidikan keluarga, formal maupun masyarakat dan

akibat dari rendahnya tingkat pendidikan orang tua.

d) Kurangnya sosok teladan yang baik dari orang tua dalam mendidik

dan membimbing anak, termasuk tingkat kejujuran dan

kedisiplinan orang tua itu sendiri.

e) Kurang tertanamnya rasa tanggung jawab yang terlatih di rumah,

misalnya tanpa ada jadwal kegiatan tertentu bagi anak, seperti;

waktu belajar, membantu orang tua, bermain, makan dan

sebagaianya.

f) Lingkungan rumah yang kurang menguntungkabagi anak.

g) Bergaul dengan teman yang kurang menguntungkan, misalnya;

dimasyarakat, di sekolah dan sebagainya.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan peneliti dalam

mencari hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu dari berbagai sumber yang

relevan dan dapat dipertanggung jawabkan. Artinya pengambilan dan pencatuman

hasil dari peneltian dan karya ilmiah terdahulu dalam skripsi ini didasarkan pada

kemiripan tema, kata kunci serta ditinjau dari isi dan sebagainya.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penrelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya:


31

Setelah melakukan kajian terhadap beberapa karya ilmiah, peneliti

menemukan beberapa hasil penelitian yang memiliki tema serupa, namun lokasi

penelitian yang berbeda-beda diantaranya:

1. Skripsi Nurhidayah Ahmad Mahasiswa STAI DDI Pinrang Tahun 2017 yang

berjudul “Pentingnya Pendidikan Islam bagi Remaja dalam Penanggulangan

Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Internet di Lingkungan Garessi

Kab. Pinrang” menyimpulkan bahwa Teknologi internet yang berkembang

begitu cepat memberikan dampak positif yang bermanfaat bagi manusia.

Akan tetapi dibalik dampak positif, dampak negatif juga banyak

bermunculan akibat dari perkembangan teknologi. Dampak negatif ini juga

bisa berpengaruh besar terhadap kesejahteraan umat manusia.

2. Skripsi Hamzah Mahasiswa STAI DDI Pinrang Tahun 2017 dengan judul

“Pengaruh Minuman Keras terhadap Perilaku Generasi Muda Dusun Batri

Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang” meneliti bahwa para generasi

muda/remaja Dusun Batri dewasa ini, secara jelas terlibat dalam pemakaian

minuman keras, dan segala akibat yang ditimbulkanya.Hal tersebut

disebabkan karenakurangnya pemahaman mereka/para genarasi muda

Dusun Batri terhadap perubahan-perubahan baik terhadap jasmani dan

rokhani mereka yang mereka alami dalam jenjang usia remaja, Rendahnya

pendidikan formal yang mereka tempuh dan Kurangnya pemahaman orang

tua terhadap kondisi para remaja dan segala permasalahanya serta

Kurangnya pembinaan dari tokoh masyarakat, dalam rangka membantu


32

pemahaman para remaja untuk lebih memahami perubahan-perubahan yang

mereka alamiterhadap nilai-nilai agama yang dianut.

Adapun spesifikasi skripsi ini pada dasarnya adalah tentang strategi

Pondok Pesatren dalam mengantisipasi kenakalan remaja di pondok Pesantren

Darul Arqam Punnia, sehingga yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah

Remaja dalam lingkup pondok pesantren yakni Peserta didik MTs dan MA.

Dalam skripsi ini membahas tentang strategi pondok pesantren dalam

mengantisipasi kenakalan remaja di pondok pesantren Darul Arqam Punnia

tersebut. Melalui pembahasan skripsi ini, penulis mencoba mengkritisi strategi

yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam mengantisipasi kenakalan remaja.

Dapat dilihat dari tinjuan penelitian terdahulu yang penulis temukan di berbagai

referensi judul skripsi di Kampus STAI DDI Pinrang yang membedakan dari

penelitian ini adalah lokasi penelitian, sumber data, dan cara mengantisipasi

kenakalan remaja.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Menurut Sugiyono mengemukakan bahwa “Kerangka berpikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka

kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-

pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi

pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari

penelitian yang akan dilakukan.”46

46
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi.(Bandung: Alfabeta, 2011), h.60.
33

Penulis membuat suatu skema atau bagan kerangka pikir untuk dapat

memudahkan pembaca mengetahui maksud dari judul penelitian ini, berikut ini

landasan berpikir dari penelitian ini:

Kerangka Berpikir

Pondok Pesantren Darul Arqam


Muhammadiyah Punnia

Input

Proses
Output

MTs Madrasah

Remaja
Asrama Berakhlak

MA
Masjid

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian mengandung arti prosedur atau cara melakukan

verifikasi data yang diperlukan untuk petunjuk bagaimana penelitian


34

dilaksanakan. Agar penelitian lebih terarah, maka diperlukan sebuah metode

penelitian yang sesuai objek yang sedang dikaji.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field

research) yang bersifat diskriptif kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata,

penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan

untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifas social,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual atau kelompok.47

Dalam penelitian ini penulis mendiskripsikan fenomena yang ada secara kualitatif

yang dilakukan melalui observasi non partisipasif, wawancara dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk meneliti tentang Strategi

Pondok Pesantren dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja (studi kasus Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah

Punnia, karena peneliti merupakan salah satu alumni santri di Pondok Pesantren

tersebut. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui dan meneliti lebih

mendalam tentang Strategi pondok pesantren dalam mengantisipasi kenakalan

remaja di pesantren ini.

2. Waktu Penelitian
34

47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, cet. III, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007, h. 72
35

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, mulai dari

bulan September hingga bulan Oktober 2021.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Namun, untuk memperoleh data yang valid diperlukan adanya suatu

metode yang dapat digunakan secara tepat sesuai dengan masalah yang

diteliti, maksudnya dengan metode tersebut diharapkan dapat dicari dan

diperoleh data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan peneliti.48

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

a. Observasi

Obeservasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu

teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.49

Observasi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah observasi non partisipatif (non participatory observation).Yaitu

penulis hanya melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan tetapi

tidak ikut partisipasi dalam kegiatan. Metode ini digunakan untuk

mengetahui Strategi pondok pesantren dalam mengantisipasi kenakalan

remaja di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia.

48
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), h. 209.
49
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Pendidikan, Cet. III, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 220.
36

Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek

penelitian, sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya.

Pengamatan bersifat non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem

yang diamati. Peneliti ini mengamati sejauh mana Strategi pondok

pesantren dalam mengantisipasi kenakalan remaja di Pondok Pesantren

Darul Arqam Muhammadiyah Punnia ini.

b. Wawancara

Mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang atau

lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersebut. Dengan

wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang

terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.50

Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis

wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis

wawancara terstruktur.

c. Dokumentasi

50
Sugiyono, op.cit, h. 211.
37

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.51

Melalui metode ini dapat diketahui berbagai macam keterangan,

misalnya : sejarah berdirinya pondok pesantren, struktur organisasi,

sarana prasarana, dan kegiatan di pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah Punnia.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Pedoman Observasi, yaitu hasil pengamatan peneliti mengenai objek

penelitian.

b. Pedoman Wawancara, yaitu hasil Tanya jawab antara si peneliti

dengan narasumber.

c. Pedoman Dekumentasi, yaitu data-data atau arsip-arsip yang

berhubungan dengan penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono, analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

pada orang lain.52

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa analisis isi

berasal dari analisis anggapan dasar dan ilmu-ilmu sosial dan studi yang

berkenaan dengan situasi sosial. Adapun analisis data dalam penelitian kualitatif,
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 274
52
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: 2013), h. 337.
38

penulis telah melakukannya sejak sebelum memasuki lapangan, akan terus

dilanjutkan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis data

dalam penelitian kualitatisf, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,

dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban

yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa

belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Penelitian deskriptif dirancang

untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian

dilakukan.Peneliti mengambil teori analisis data dari Matthew Miles dan Michael

Huberman dalam sugiyono.

Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti adalah:53

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses merangkum, memilah hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak penting. Merupakan tahap awal yang dilakukan oleh

Peneliti dalam pengelolaan data adalah prosis pemilihan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data “Kasar” yang muncul dari catatan

tertulis dilapangan.

2. Penyajian data.

53
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&B, (Bandung: Alfa Beta,2008),
h. 274
39

Penyajian data adalah upaya penggabungan sekumpulan informasi yang

tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

Data yang telah didapat, disederhanakan.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam melakukan analisa

data. Menurut Sugiono, “penarikan kesimpulan merupakan untuk menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal”.

Peneliti menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari

makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan

konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proposisi. yang

bersifat utuh.

BAB IV
40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil

Nama pesantren : Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah


Punnia
Alamat lengkap : Jl. Andi Wahid No. 1, Desa Banga Kec.
Mattirobulu
Kabupaten : Pinrang
Provinsi : Sulawesi Selatan
Tgl. Berdiri : 1 Juli 1972
Pendiri : PDM Pinrang, PDM Parepare, PDM Sidrap dan
PDM Enrekang
Penyelenggara : PCM Mattiro Bulu
Status Kepemilikan : Wakaf
No. Statistic : 512073150001
Luas Lahan : 1,6 ha 2
Status pendidikan : 1. Madrasah Tsanawiiyah (MTs), terakreditasi A
2. Madrasah Aliyah (MA), terakreditasi B
3. Kelas Tahfizul Qur’an tingkat MTs dan MA
Program unggulan : 1. Madrasah Tsanawiiyah (MTs), terakreditasi A
2. Madrasah Aliyah (MA), terakreditasi B
3. Kelas Tahfizul Qur’an tingkat MTs dan MA
Direktur : Andi Syamiluddin, S.Pd., M.Pd.I.
Mudir : Drs. Syahrir Bedo
Kyai : Drs. Zubair Zainal

2. Sejarah

40
41

Pada tahun 1972 didirikan Pondok Pesantren Muhammadiyah “Darul

Arqam” Punnia Labumpung yang berlokasi di Desa Bunga Kecamatan

Mattirobulu Kabupaten Pinrang yang apada awal berdirinya langsung dikelolah

oleh 4 Pimpinan Daerah sebagai Penanggung jawab  masing-masing adalah

sebagai berikut:

a. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pinrang

b. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Madya Pare- pare

c. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sidenreng Rappang

d. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten  Enrekang

Pondok Pesantren Muhammadiyah “Darul Arqam” dibangun di atas tanah

20.000 m ( 2 Ha), Lokasi ini merupakan tanah wakaf dari bapak H. Andi Wahid

(Almarhum) salah seorang tokoh masyarakat yang cukup di segani dan

mempunyai kepedulian serta tanggung jawab yang tinggi terhadap perkembangan

islam di daerahnya.

3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam

a. Visi

Menjadikan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia

Labumpung sebagai lembaga pendidikan karakter yang berwatak Al-Islam

dan Kemuhammadiyahan bertafakkuh fiddin, berdaya saing dan berakhlak

karimah.

b. Misi
42

1) Menjadi pusat pembinaan kader ummat, bangsa dan pesyarikatan di

Kabupaten Pinrang

2) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan dan

pembelajaran komprerhensif yang mengintegrasikan sans religius

(pendidikan agama) dan sains rasional (pendidikan ummu)

3) Mengembankan dan mencerahkan pendidikan khusus

kepesantrenan dalam penguasaan keilmuan melalui pendidikan

bahasa arab, bahtsul kutub, dan Kemuhammadiyahan

4) Menyelenggarakan dan mengembangkan model-model pembinaan

dan perkaderan serta da’wah islamiyah

5) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler

PontrenMu dalam bentuk olahraga, olah rasa, dan olah rasio.

6) Menjalin serta mengembangkan hubungan serta kerjasama

kelembagaan dengan berbagai pihak selama tidak bertentangan

dengan asas dan prinsip kemuhammadiyahan.

c. Tujuan

Menjadikan Santri yang brimtaq dan beriptek.

4. Tata Tertib Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam

Bentuk penyimpangan-penyimpangan sosial yang tidak diperbolehkan di

Madrasah sebagai berikut:

a. Membolos dengan alasan yang tidak jelas atau tidak berada di

Madrasah pada jam-jam belajar;

b. Memalsukan surat keterangan izin tidak masuk;


43

c. Berpakaian tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan

Madrasah berdasarkan peraturan pesantren Muhammadiyah;

d. Menggunakan aksesoris atau makeup berlebihan ke Madrasah,

khususnya santri perempuan;

e. Sengaja datang terlambat ke Madrasah dan pulang lebih awal;

f. Tidak mengerjakan PR atau tugas-tugas mata pelajaran dari Ustadz

dan Ustadzah;

g. Sengaja tidak mengikuti upacara bendera yang telah ditetapkan;

h. Melakukan tindakan mencontek dengan berbagai cara saat ujian

berlangsung;

i. Sengaja membiarkan rambut menjadi panjang, khusus santri pria;

j. Sengaja bermain telepon genggam selama proses belajar sedang

berlangsung kecuali dengan izin tertentu;

k. Membuang dan menyimpan sampah disembarang tempat;

l. Makan dan minum selama proses belajar mengajar;

m. Menyimpan dan berkendara ke Madrasah dan keluar Madrasah

dengan menggunakan sepeda motor atau mobil bagi santri secara

ugal-ugalan;

n. Membuat gaduh atau bercanda selama guru memberikan penjelasan

di kelas;

o. Meninggalkan Madrasah atau kelas tanpa alasan yang jelas saat jam

belajar berlangsung;
44

p. Melakukan tindak pencurian dan pengrusakan terhadap barang milik

orang lain atau properti Madrasah/Pesantren;

q. Melakukan tindak asusila di Madrasah;

r. Melakukan pemerasan, penindsn dan tindak bullying (intimidasi)

terhadap temn dalam lingkungan Madrasah yang telah diatur

Pesantren MU;

s. Melakukan tawuran antar santri atau antar Madrasah;

t. Berkelahi dengan sesama santri selama berada di Mdrasah.

5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam

Adapun sarana dan prasarana dalam hal ini adalah segala alat yang

dapat menunjang terlaksananya kegiatan roses belajar mengajar pada

Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam.

Table 1
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

No
Jenis sarana & Prasarana Jumlah Ket.
.
Prasarana
1. Ruang Kelas 12
2. Ruang Kepala Madrasah 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang TU 1
5. Ruang Perpustakaan 1 Rusak Ringan
6. UKS 1
7. Tempat Ibadah 1
8. Laboratorium 1
9. Kamar Mandi 1
10. Asrama 2
11. Lapangan Olahraga 1
45

Sarana
1. Bangku untuk 1 siswa 95 15 Rusak Ringan
2. Kursi siswa 90 5 rusak ringan
3. Lemari 5
4. Papan Tulis 5
5. Rangka Manusia 3 3 Rusak Sedang
6. Komputer Kantor 3
7. IPA 1 Rusak Ringan
8. Tape Recorder 1 Rusak Ringan
9. Bola Volly 2
10. Bola Sepak 1
11. Tennis Meja 1
12. Obat-obat 15
Sumber Data : Kantor Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam

Dengan keterangan tentang sarana pendidikan dalam arti sarana kegiatan

proses belajar mengajar yang tersedia di pondok pesantren tersebut, jelas dapat

dipahami bahwa eksistensi Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam,

didukung oleh potensi sarana pembelajaran yang cukup, sehingga dengan

sendirinya, santri dapat mengikuti kegiatan proses interaksi belajar dengan tuntas,

efisien dan efektif.

6. Tenaga Kependidikan / Pendidik Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul

Arqam

a. Pendidik/guru :

Sebagaimana data yang diperoleh penulis pada obyek yang

diselidiki, maka dapat dikemukakan bahwa pondok pesantren tersebut

dalam mengemban tugas sebagai lembaga pendidikan madrasah adalah

dibina oleh seorang Pengurus Daerah Muhammadiyah Kab. Pinrang,

Majelis DIKDASMEN Kab. Pinrang, LP2M Kab. Pinrang, Direktur,


46

Wakil Direktur, Kyai, Kepala Madrasah Tsanawiyah, Kamad Madrasah

Aliyah, Bendahara, Kepala unti pembina Aspura, Kepala Unit Pembina

Aspuri, Pembina Tahfiz, 8 orang Pegawai Tetap Yayasan, 42 guru mata

pelajaran. Untuk itu, penulis uraikan dalam bentuk table berikut :

Table 2
Keadaan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

Tabel 2.1
Kepengurusan/Kelembagaan Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam

STATUS
NO. URAIAN
(PENGURUS)
1. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Pinrang Penasehat
2. Majelis DIKDASMEN Kab. Pinrang Penasehat
3. LP2M Kab. Pinrang Penasehat
4. Andi Syamiluddin, S.Pd., M.Pd.I. Direktur
5. Drs. Syahrir Bedo Wakil Direktur
6. Drs. Zubair Zainal Kyai
7. Zulkarnain, S.Pd., M.Pd. Kamad MTs
8. Nasmiati, S.Pd., M.A. Kamad MA
9. Asmaul Husna, S.Pd. Bendahara
10. ST. Khadijah Utami N, S.Pd. Tata Usaha
11. Ikhsan, S.Pd., M.Pd. Ka. Unit Pembina
Aspura
12. Mardhatillah, S.Pd., M.Pd. Ka. Unit Pembina
Aspuri
13. Muh. Sa’ad, S.Pd.I. Pembina Tahfidz
Sumber data : Kantor Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam

Tabel 2.2
Keadaan Tenaga Kependidikan MTs.
Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
47

Tahun Pelajaran 2021 / 2022

PENDIDIKAN STATUS
NO URAIAN
TERAKHIR KEPEGAWAIAN
1. Zulkarnain, S.Pd., M.pd. Strata Dua YYS
2. Drs. Zubair Zainal Strata Satu YYS
3. A. Syamiluddin, S.Pd., M.Pd.I. Strata Dua YYS
4. Asmaul Husna, S.Pd. Strata Satu YYS
5. Munira, S.Ag. Strata Satu PNS
6. Muksin, S.Pd. Strata Satu GTY
7. Rasma, S.Pd. Strata Satu GTY
8. Dewi Sapriati, S.Pd. Strata Satu GTY
9. Asyiah, S.Pd. Strata Satu GTT
10. Kasman, S.Pd. Strata Satu GTY/PTY
11. Abd. Rahman, S.Ag. Strata Satu GTT
12. Ruslan, S.E. Strata Satu GTT
13. Nudiah, S.Pd.I. Strata Satu GTT
14. Kartini, S.Pd. Strata Satu GTT
15. Syamsuriana, S.Pd.I. Strata Satu GTT
16. Hanita Nurjannah MA PTY
17. Abdul Sabur, S.Pd. Strata Satu GTT
18. Jumaini, S.Pd. Strata Satu GTY
19. Hj. Hadriyah Lanjong, S.Ag. Strata Satu GTT
20. Rosmiati, S.Pd. Strata Satu GTT
21. Sitti Syakina MA PTY
22. Irma. S., Sos. Strata Satu GTY
23. Dewi Ariani, S.Pd. Strata Satu GTY
24. Muhammad Khaidir, S.Kom Strata Satu GTY
25. Saiful, S.Or. Strata Satu GTY
Sumber data : Kantor MTs Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul
Arqam
Tabel 2.3
48

Keadaan Tenaga Kependidikan MA


Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

PENDIDIKAN STATUS
NO URAIAN
TERAKHIR KEPEGAWAIAN

1. Nasmiati, S.Pd., M.A. Strata Dua PNS


2. Drs. Syahrir Bedo Strata Satu YYS
3. Drs. Zubair Zainal Strata Satu YYS
4. A. Syamiluddin, S.Pd., M.Pd. Strata Dua YYS
5. Rustam Efendi, S.Pd., M.Pd. Strata Dua GTT
6. Anas M. Akkas, S.Pd.I. Strata Satu GTY
7. Ihsan Jahsan, S.Pd., M.Pd. Strata Dua GTT
8. Amiruddin Khaeruddin, S.Pd. Strata Satu GTT
9. Muhajirah, SE. Strata Satu PNS
10. Kartini, S.Pd. Strata Satu GTY
11. Ismail H. Mawi, S.Pd., S.IP., M.Si. Strata Dua GTY
12. Murni R, SE. Strata Satu GTY
13. Winda Winanda, S.Pd. Strata Satu GTY
14. Zainul Arifin, S.H. Strata Satu GTY
15. Yuliana, S.Pd. Strata Satu GTY
16. Nurlinda Darwis, S.Sos Strata Satu GTY
17. Sumarni, S.Pd. Strata Satu GTY
18. ST. Khadijah Utami, S.Pd.I. Strata Satu GTY
19. Muhammad Saad, S.Pd.I. Strata Satu GTY
20. Asnur, S.Pd., M.Pd. Strata Satu GTY
21. Ratna Pratiwi, S.H. Strata Satu GTY
22. Fatur Rahman MA PTY
23. Annas Saputra, S.Pd. Strata Satu GTY
24. Sulfiana, S.Pd. Strata Satu GTY
Sumber data : Kantor MA Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
49

Memperhatikan keadaan tenaga kependidikan baik tenaga pengajar atau

guru maupun tenaga administrasi atau pegawai Pondok Pesantren Muhammadiyah

Darul Arqam sebagaimana yang diuraikan pada table tersebut diatas, dapat

dipahami bahwa sekolah tersebut adalah didukung oleh faktor pendidik yang

cukup potensial. Mengingat bahwa tenaga edukasi tersebut sebahagian besar

berkualitas ijazah Sarjana atau Strata Satu (S1) dan Strata Dua (S2).

b. Anak didik/siswa/santri :

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari ST. Khadijah Utami,

S.Pd. Tata Usaha, dikemukakan bahwa Pondok Pesantren Muhammadiyah

Darul Arqam, sejak didirikan atau sejak pertama kali mulai menerima

santri baru pada tahun pelajaran 1972, sejak itu pula selalu menerima

santri baru pada setiap tahun pelajaran. Adapun jumlah santri Pondok

Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam tahun pelajaran 2021/2022

dengan rekafitulasi Tingkat MTs = 145 orang, Tingkat Aliyah = 152 dan

Program Thafidz = 36 orang.

Tabel 3
Keadaan Santriwan dan Santriwati
Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

JENIS SANTRI SANTRI SANTRI TOTAL


KELAMIN PONDOK TIDAK TAHFIDZ
MONDOK LUAR
SANTRIWAN 123 17 18 158
SANTRIWATI 100 28 18 146
TOTAL 304
50

Tabel 3.1
Keadaan Santri MTs Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

Jumlah Siswa
No Kelas Total
(L) (P)
VII. A 27
1.
VII. B 16
VIII. A 19
2.
VIII. B 19
IX. A 12
3.
IX. B 18
JUMLAH 58 53 111

Tabel 3.2
Keadaan Santri MA Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

Jumlah Siswa
No Kelas Total
(L) (P)
X IPA 1 22
1.
X IPA 2 22
2. XI IPA 1 21
XI IPA 2 15
3. XII IPA 1 19
XII IPA 2 19
JUMLAH 56 62 118
51

BAGAN STRUKTUR PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM


MUHAMMADIYAH PUNNIA – LABUMPUNG KABUPATEN PINRANG
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH
KABUPATEN PINRANG

LEMBAGA PENGEMBANGAN BADAN PEMBINA PESANTREN


PESANTREN (BPP) MAJELIS DIKDASMEN
(LP2M)

MUDIR
Andi Syamiluddin, S.Pd., M.Pd.I.

BENDAHARA SEKRETARIS
Asmaul Husna, S.Pd. ST. Khadijah Utami, S.Pd.

WADIR KYAI PONDOK


Drs. Syahrir Bedo Drs. Zubair Zainal
52

Gambaran bentuk perilaku kenakalan remaja santri di Pondok Pesantren


SARANA & PRASARANA KAMAD MTs KAMAD MA PEMBINA PEMBINA
TAHFIDZ
PEMBINA PUTRA
PUTRI
Rustan Efendi, S.Pd., M.Pd. Zulkarnain Hasyim, S.Pd., M.Pd. Nasmiati, S.Pd., M.A. Muh. Ikhsan,
Saad, S.Pd.,
S.Pd., M.Pd.
S.Pd.I.
Mardhatillah, M.Pd.

Darul Arqam Muhammadiyah Punnia


SANTRI Untuk membahas gambaran bentuk perilaku kenakalan remaja santri di

Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia penulis akan

menguraikan antara lain :

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Ustadz Andi Syamiluddin, S.Pd.,

M.Pd.I. selaku pimpinan pondok pesantren Darul Arqam Punnia sekaligus guru

MTs dan Madrasah Aliyah mengatakan:

“Kenakalan remaja yang selama ini seperti yang kita anggap kenakalan
remaja yang ada diluar, seperti narkoba, minuman keras, tauran,
perkelahian antar kelompok. Pesantren ini alhamdulillah tidak ada, yang
seperti walaupun mungkin, kalau terkait hal-hal seperti merokok secara
sembunyi-sembunyi, keluar dari pesantren secara sembunyi-sembunyi itu
ada. Secara khusus untuk kenakalan remaja meminum minuman keras,
tauran dan perkelahian tidak ada, sehingga saya mengatakan kenakalan
remaja yang secara umum untuk kenakalan remaja di pondok pesantren ini
tidak ada. Kenakalan remaja di pesantren itu, yang ada terbagi menjadi dua
yakni secara khusus dan secara umum. Secara umum itu seperti memakai
barang-barang temannya tanpa seizin, keluar tanpa izin, pernah ada yang
pacaran. Secara khususnya pelanggaran-pelanggaran itu seperti
pelanggaran-pelanggaran bahasa karena kita disini ada aturan-aturan
bahasa yakni tidak berbahasa daerah dan tidak berbahasa Indonesia ketika
dalam keseharian (sehari-hari), tidak shalat berjamaah karena santri itu
harus shalat berjamaah, tidak masuk kelas, ada yang tidur.54

Lebih lanjut hasil wawancara dengan Bapak/Ustadz Drs. Syahrir Bedo,

selaku wakil direktur Pondok Pesantren yang dulunya adalah seorang pimpinan

54
Andi Syamiluddin, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Senin, tanggal, 27 September 2021 , Pukul 16.03 Wita di ruangan meet room kantor
pondok.
53

pondok putri sebelum terganti, beliau juga adalah seorang tenaga pendidik/guru di

Madrasah Aliyah (MA) pengampuh mata pelajaran Bahasa Arab, Fiqih dan Nahu

Sharaf.

“Kalau santri kita disin, dalam lingkungan pesantren, Alhamdulillah


terkendali dalam hal kenakalan, utamanya kenakalan remaja. Karena
pesantren tentu pembinaan itu mengarah ke pada agama, sehingga tidak
terpengaruh dengan situasi dengan diluar, apalagi mereka disamakan
disini. Kenakalan, kalau kita bandingkan dengan kenakalan yang ada
diluar dan kenakalan remaja di pondok pesantren, kenakalan
perkembangan santri dalam hal ini kenakalan yang pernah kami hadapi
langsung atau lihat langsung, tapi insya Allah kalau mereka mondok disini
insya Allah kita bina itu dengan agama.”55

Hasil wawancara dengan Ibu/Ustadzah ST. Kahdijah Utami N, S.Pd.,

selaku pegawai tata usaha sekaligus guru Madrasah Aliyah (MA) Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia mengemukakan bahwa :

“Kita berada di dalam atau ceritanya pondok pesantren bermacam-macam,


sejauh ini santri putra banyak sekali Dalam lokasi pesantren ini, santri
disini tidak dibebaskan keluar masuk. Namanya juga pesantren, tapi bnyak
santri yang keluar tanpa izin pembina, bisa dikatakan mereka lewat
belakang, ada yang keluar lewat belakang, ada yang merokok atau
kedapatan merokok, membulli temannya. Ini juga bulli yang sering sekali
terjadi, teman-teman santri yang merasa dirinya hebat, ngebulli adik-
adiknya atau juniornya, apalagi kepada santri baru. Santri baru yang belum
tau apa-apa tentang pesantren. Sehingga mereka menjadi sasaran oleh
seniornya yang merasa hebat, merasa senior, tapi di antisipasi jie sama
pembinanya.”56

Mengenai hal yang serupa Ibu/Ustadzah Mardatillah, S.Pd., M.Pd. selaku

Kepala Unit pembina asrama putri yang mengatakan bahwa :

55
Syahrir Bedo, Wakil Direktur Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 15.07 Wita di ruang meet room kantor
pondok.
56
ST. Khadijah, Pegawai Tata Usaha Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
Punnia, Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 11.40 Wita di ruang meet room
kantor pondok.
54

“Jelas. Sekarang ini kalau di putri itu mereka umurnya, beberapa di antara
berumur 13 sampai 15 tahun, umurnya itu masa-masa pubernya. Ya bisa
dikatakan puber pertamalah. Cuma tidak seperti santri/siswa yang tinggal
diluar, mereka kenakalannya dikompleks pesantren itu seperti putrinya
dilarang berbicara dengan putra, kalau putra lain lagi, Tapi saya disini
hanya bicara tentang putri saja dulu yaaa. Kalau putri itu tidak banyak-
banyak, paling kalau putri itu biasanya keras suaranya, kalau kenakalan
yang fatal seperti naik motor, balap-balapan atau bergaul dengan lawan
jenis. Alhamudillah sejauh ini tidak”57

Hasil wawancara dengan Ibu/Ustazah irma selaku guru BK MTs Pondok

pesantren darul Arqam Punnia mengemukakan bahwa

“Tergantung. Kalau santri-santri disini, paling kenakalan seperti yang


bajunya keluar, bukan seperti kenakalan anak diluar. Biasanya kenakalan paling
parah itu yang pernah saya tangani itu, baku cekcok atau bisa dikatakan
bertengkar atau adu mulut dengan temannya.”58

Hasil wawancara dengan Ibu/Ustazah Sulviana, selaku guru BK Madrasah

Aliyah Pondok pesantren Darul Arqam Punnia mengemukakan bahwa:

“Saya disini bisa dikatakan masih baru karena baru satu bulan, selama
masa itu yang sering masuk ruangan BK itu kelas IPA 2 (dalam hal ini
santri yang tinggal diluar), kalau santri yang tinggal didalam atau mondok
itu tidak terlalu nakal. 59

Hasil wawancara dengan Bapak/Ustadz Ikhsan, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala

Unit pembina asrama putra Pondok pesantren Darul Arqam Punnia

mengemukakan bahwa Wawancara pembina putra.

“Dalam lingkungan pesantren ini saya bagi antara lain ; 1) kenakalan


ringan yang berupa membolos dari sekolah ketika pelajaran berlangsung
57
Mardatillah, Kepala Unit Pembina Asrama putri Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Punnia, Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 15.46 Wita di
ruang tata usaha Tsanawiyah.
58
Irma, Guru BK Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia, Wawancara,
Selasa, tanggal, 28 September 2021 , Pukul 16.10 Wita di depan kantor MTs (Pinggir kolam ikan).
59
Sulviana, Guru BK Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia, Wawancara,
Selasa, tanggal, 28 September 2021 , Pukul 16.37 Wita di Ruang BK MA.
55

ada yang masih tidur, keluar tanpa izin, keluar dari asrama, merokok, tidak
mengerjakan PR, memakai sandal, membuat keributan didalam kelas dan
tidak memperhatikan ketika sedang belajar; 2) Kenakalan yang menganggu
keamanan dan ketentraman orang lain berupa, meminta sesuatu secara
paksa kepada teman yang lain dan berkelahi antar santri; 3) Bercengkrama
dengan lawan jenis, usil dengan teman lawan jenis hingga berpacaran.”60

Kenakalan santri dalam hal ini sesuai dengan Zakiyah Darajat dalam

bukunya Membina Nilai-Nilai Moral, membagi jenis kenakalan tersebut kedalam

3 bagian yaitu:

1. Kenakalan Ringan

Kenakalan ringan adalah kenakalan yang tidak sampai melanggar

hukum, diantaranya adalah:

a. Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru

b. Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru

c. Lari atau bolos dari sekolah

d. Sering berkelahi

e. Cara berpakaianyang tidak menurut aturan

2. Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain.

Kenakalan ini bisa dikategorikan kenakalan yang melanggar

hukum karena telah melanggar hak orang lain. Diantaranya kenakalan ini

adalah:

a. Mencuri

b. Menarget (minta sesuatu dengan paksa)

c. Menodong

60
Ikhsan, Pembina Asrama Putra Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Selasa, tanggal, 05 Oktober 2021 , Pukul 16.10 Wita di ruangan meet room kantor
pondok.
56

d. Kebut-kebutan

e. Minum-minuman keras

f. Penyalah gunaan narkoba

3. Kenakalan remaja yang diatur dalam Undang-undang

Yang dianggap melanggar hukum, diselesaikan dengan hukum dan

disebut dengan istilah kejahatan, adalah sebagai berikut:

a. Perjudian dan segala bentuk macam perjudian yang menggunakan

uang.

b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan: pencopetan)

perampasan, dan penjambretan.

c. Penggelapan barang

d. Penipuan clan pemalsuan

e. Pelanggaran tata susila, menjual gambar~gambar porno dan

pemerkosaan

f. Pemalsuan uang dan surat-surat keterangan resmi

g. Tindakan-tindakan anti sosial: perbuatan yang merugikan miik orang

lain

h. Percobaan pembunuhan

i. Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan

j. Pengguguran kandungan.61

Tugas seorang guru pondok tidaklah bisa disamakan dengan guru bidang

studi lainnya. Karena pelajaran di pondok tidak hanya sebatas pada pemberian

61
Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja cet, ( Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,1990), h,
21-22
57

materi saja, tetapi hakikatnya keberhasilan pelajaran di pondok bisa dikatakan

berhasil jika seorang guru mampu menjadi pengajar, pendidik dan pembina bagi

para santri dengan membantu membentuk kepribadian santri, pembinaan akhlak

menumbuhkan karakter siswa, dan juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

sebagai makhluk yang beragama. Oleh karena itu, dalam praktek keseharian, guru

juga turut andil dalam mengatas kenakalan santri.

B. Upaya Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia dalam


mengantisipasi kenakalan remaja yang dilakukan santri remaja

Berikut beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pihak pondok dalam

mengantisipasi kenakalan remaja dalam hal ini santri Pondok Pesantren Darul

Arqam Muhammadiyah Punnia seperti yang di kemukakan oleh responden antara

lain :

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Ustadz Andi Syamiluddin, S.Pd.,

M.Pd.I. selaku pimpinan pondok pesantren Darul Arqam Punnia sekaligus guru

MTs dan Madrasah Aliyah mengatakan:

“Untuk usaha awak kita memang sudah sepakati dari awal ketika santri itu
pertama masuk, kita adakan tanda tangan bersama dengan orangtua dan
santri untuk mentaati peraturan-peraturan yang ada dan hal tersebut di
tanda tangan langsung oleh orangtua dan santri. Selain itu ada juga sangsi-
sangsi yang dilakukan oleh pembina asrama selama ada pelanggaran-
pelanggaran yang sesuai aturan. Untuk usaha pencegahan, yang pertama
kita cegah adanya alat elektronik, seperti Handphone (HP) dan juga
termasuk laptop. Laptop itu diperbolehkan di kelas IX (sembilan) dan kelas
XII (duabelas) menjelang ujian kelulusan. Laptopnya disimpan diruangan
khusus di laboratorium, dan disana juga ada beberapa alat elektronik yang
dipakai ketika proses pembelajaran, alat-alat itu juga tidak dimiliki secara
pribadi dan mereka tidak bisa membawanya keluar ruangan, karena khasus-
58

kasus sebelumnya yang kita sudah pelajari yakni ada yang pacaran
sebelumnya karena adanya media komunikasi seperti HP dan anroid itu
dapat terjadi sehingga itu tidak ada lagi yang boleh membawa. Yang kedua
pencegahan-pencegahannya kita adakan pengajian-pengajian di luar waktu
belajar sekolah, seperti ada 3 waktu, yakni: 1) sore seperti ini, ada belajar
siang, 2) jam 2 itu setelah anak makan siang jam 2 dan ada juga pas sudah
makan siang langsung masuk belajar, ada kelompok-kelompok mengaji
atau khalaqah-khalaqah mengaji dan masing-masing punya guru tersendiri
bahkan kita mengambil guru khusus, kemudian ada belajar sampai 1 jam,
ada juga pada waktu istirahat setelah shalat ashar, setelah shalat ashar itu
sebagian tapi tidak langsung ada pengajian, ada juga setelahnya shalat
ashar biasanya pembina memberikan kegiatan untuk mengisi waktunya
seperti olahraga, tapak suci 2x sepekan. 3) kesempatan dhuhur. Adapun
hambatan dan solusi secara umum tidak ada sebenarnya hambatan, tapi
secara khusus ada memang yakni sifat-sifat bawaan anak-anak, ada sifat-
sifat yang dulu masih terbawa sampai sekarang anak-anak. Orangtua ketika
ada anaknya yang nakal membawa anaknya ke pesantren. Tapi
alhamdulillah dengan kesabaran pembina asrama dengan setiap hari
memberikan nasehat, kalau dari awal itu biasanya susah dan yang susah itu
yang masuk setelah SMP, kalau masuk sesusah SD masih mudah diaturnya,
tapi kalau masuknya setelah dari SMP itu agak susah makanya pihak
Pondok Pesantren mengadakan seleksi setiap santri yang mau masuk
Madrasah Aliyah (MA), disitu kita seleksi betul yang bisa diterima dan
pindahan dari pesantren lain kita juga batasi karena biasanya kalau ada
santri yang keluar dari pesantren kemudian mau pindah ke pesantren lain,
berarti anak itu betul nakal. Kenapa dia bisa dikeluarkan dari pesantren lain
kalau tidak ada masalah! Ada beberapa pindahan dari pesantren, bahkan
habis dari tempatnya di keluarkan disana ternyata ada sifatnya yang
sehingga dia dikeluarkan dari pesantren, suka mengambil barang temannya,
jadi pada saat sampai disini itu masih terbawa, sehingga untuk menerima
santri pindahan pesantren lain kita menghubungi pesantren sebelumnya,
ditanya kenapa santri ini pindah. Untuk mengaantisipasi sifat bawaan itu
juga ada forum dan dipinrang itu ada forum komunikasi pondok pesantren,
termasuk pembimbing adek itu Bapak Yunus Taba itu,”62

Lebih lanjut hasil wawancara dengan Bapak/Ustadz Drs. Syahrir Bedo,

selaku wakil direktur Pondok Pesantren yang dulunya adalah seorang pimpinan
62
Syahrir Bedo, Wakil Direktur Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 15.07 Wita di ruang meet room kantor
pondok.
59

pondok putri sebelum terganti, beliau juga adalah seorang tenaga pendidik/guru di

Madrasah Aliyah (MA) pengampuh mata pelajaran Bahasa Arab, Fiqih dan Nahu

Sharaf.Ustas

“Upaya yang kita lakukan disini yakni kita bina akhlaknya, karena itu
yang pokok kenakalan itu terbentuk atau tergantung dari bagaimana
pergaulan mereka dalam keseharian, yang pertama itu mereka tidak
dibebaskan keluar masuk, supaya tdk terpengaruh dengan situasi yang ada
diluar, yang ke 2 dengan memondokkan mereka, sehingga dengan mudah
kita bina, apa yang kita tentukan yang tinggak di pondok ada aturan yang
kita harus ikuti, dengan sendirinya. Santri yang mengikuti aturan itu insya
Allah tidak akan terpengaruh dengan kenakalan-kenakalan yang ada
diluar dan solusinya apabila masih ada santri yang melakukan pelanggaran
yakni kami tidak membebaskan mereka keluar masuk, kami
mengharuskan santri untuk mondok sehingga kami bisa mengontrol atau
membinanya, karena kalau keluar masuk pasti ada pengaruh dari luar, dan
mengadakan pengajian-pengajian ada namanya pengajian agama.63

Hasil wawancara dengan Ibu/Ustadzah ST. Kahdijah Utami N, S.Pd.,

selaku pegawai tata usaha sekaligus guru Madrasah Aliyah (MA) Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia mengemukakan bahwa :

“Upaya yang saya lakukan sebagai pembina disini yakni antisipasi dalam
pembinaan, kontrol yang sering-sering dilakukan kepada para santri,
karena sering terjadi karena adanya kurang perhatian, kurang kasih sayang,
belum lagi latar belakang santri-santri ada juga yang broken home, ada
permasalahan tersendiri dari dia, mungkin dari teman-temannya,
keluarganya yang lain dan lain sebagainya. Adapun Hambatan pasti ada
hambatan. Hambatan yang biasa saya alami, banyak sekali. Biasanya
disaat pembinaan, apakah anaknya ini punya karakter yang keras saat
dibina, ada yang memberontak, melawan, yaa.. macam-macam, kalau.
Solusinya sendiri yang saya lakukan tidak lepas dari kerjasama dari semua
pihak pondok, misalnya baik di putra atau di putri, tidak hanya serta merta
yang menangani itu adalah pembinanya harus ada kerja sama dari pihak
sekolah, pembina, pondok, ustadz dan ustadzahnya yang tinggal di dalam
pondok64.

63
Syahrir Bedo, Wakil Direktur Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 15.07 Wita di ruang meet room kantor
pondok.
60

Mengenai hal yang serupa Ibu/Ustadzah Mardatillah, S.Pd., M.Pd. selaku

Kepala Unit pembina asrama putri yang mengatakan bahwa :

“Upaya yang dilakukan pembina dalam mengantisipasi kenakalan remaja


yakni: 1) Dipesantren dengan adanya pengajikan rutin, dipesantren itu ada
namanya pengajian rutin yg dibawakan Ustadz Subair materinya itu
Adabull Marah, adabul mar’ah maksudnya adab-adab seseorang anak,
adab keseharian anak, adab keseharian anak apapun itu seperti adab
bertamu, adab disekolah, adab seorang anak, mencakup seorang anak. 2)
Ibu selaku pembina, sama seperti kita dulu de. Ada arahan tiap 2x (dua
kali) sepekan, yakni dalam hal perilaku, keseharian, dengan teman, dengan
orangtua, dengan ustadz dan ustadzah. Arahannya seperti mengingatkan,
menasehati, memberikan kisah-kisah teladan, supaya ada pengetahuan dan
perbandingannya. Oo.. seperti ini menjadi seorang remaja itu banyak hal
yang harus dihadapi, jadi harus ada bekalnya dalam beradab, beraktifitas,
dalam sekolah, bersama orangtua, orang yang lebih muda, orang yang
lebih tua masyarakat luas, dan lain sebagainya. Adapun hambatan yang ibu
alami dalam menangani kenakalan remaja/santriwati karena saya dibagian
santriwati disini, ibu rasa tidak ada. karena kalau anak pesatren,
kenakalannya tidak banyak-banyak juga, simpel dan sederhana. Sedangkan
solusi jikalau ada pelanggaran dihadapi, dinasehati, pasti pakai tahapan-
tahapan yakni dinasehati dulu setelah dinasehati dikasi hukuman, apabila
hukumannya tidak berdampak, terjadi lagi pelanggaran seperti ketemu
dengan lawan jenis kah, memakai celana keluar asrama atau pelanggaran
yang dia buat berulang kami surati orangtuanya.65

Hasil wawancara dengan Ibu/Ustazah irma selaku guru BK MTs Pondok

pesantren darul Arqam Punnia mengemukakan bahwa:

“Upaya yang saya lakukan disini itu dalam hal terlambat, keluar bajunya,
pakai sandal. Teguran pertama itu masih berupa teguran “jangan ki pake
sandal ta itu”, kemudian kalau masih santri tersebut terulang lagi atau
lakukan besoknya akan saya ambil atau sita atau tangkap atau saya gunting
sandalnya, jadi setelah saya terapkan itu Tidak ada lagi yang memakai
sandal. Hambatan yang alami selama penerapan upaya yang saya lakukan
disini itu alhamdulillah tidak ada, karena anak Madrasah Tsanawiyah
(MTs) itu lumayan agak mendengar jie. Adapun solusi yang saya lakukan
disini jikalau terjadi hambatan. Sebenarnya kalau anak-anak dalam fase
64
St. Khadijah, Pegawai tata usaha Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 11.40 Wita di ruang meet room kantor
pondok
65
Mardatillah, Kepala Unit Pembina Asrama putri Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Punnia, Wawancara, Ahad, tanggal, 26 September 2021 , Pukul 15.46 Wita di
ruang tata usaha Tsanawiyah.
61

begini masih mempunyai pemikiran yang labil, apalagi rata-rata santriwan


dan santriwati ada yang sifat anak-anaknya masih mereka bawa dari SD ke
SMP, jadi berupa teguran saja yang saya lakukan sebagai pembina
pondok.”66

Hasil wawancara dengan Ibu/Ustazah Sulviana, selaku guru BK Madrasah

Aliyah Pondok pesantren Darul Arqam Punnia mengemukakan bahwa:

“Upaya yang saya sendiri lakukan itu saya melihat dulu dari masalahnya,
lihat studi kasusnya, setelah di dalami kasusnya maka dilakukan
pendekatan, pendekatan yang berdasarkan perilakunya, karena sekarang
itu tidak bisa lagi dipukul anak apabila melanggar aturan karena sudah
ada peraturannya dari Pemerintah (UUD) jadi saya hanya memberikan
nasihat lalu mendalami kasusnya. Hambatan selama ini, kalau santri sudah
masuk ruangan BK, ditanyakan ke santri apa masalahnya atau melanggar
tata tertib seperti tidak boleh memakai sandal, tapi masih memakai sandal
lagi padahal sudah ditanya untuk tidak memakai sandal. Adapun solusi
yang saya lakukan yakni saya dekati santri-santi dalam hal ini tidak
memakai kekerasan dalam artian lain memakai hati. Tidak seperti dulu
saat jaman kita masih sekolah, kalau guru BK itu dia tekan anak-anak,
kalau saya motto ku bagaimana menjadi sahabatnya mereka.67

Hasil wawancara dengan Bapak/Ustadz Ikhsan, S.Pd., M.Pd, selaku

Kepala Unit pembina asrama putra Pondok pesantren Darul Arqam Punnia

mengemukakan bahwa Wawancara pembina putra:

“Upaya yang saya lakukan dalam mengatasi kenakalan santri disini antara
lain :
1. Tindakan yang bersifat preventif antara lain : a) memberikan
nasehat, tausiyah, keagamaan dan juga keteladanan, b) Peningkatan
intensitas dan kwalitas kegiatan Pondok, c) meningkatkan layanan
Bimbingan kepada santri, d) mengadakan penyuluhan dari pihak-
pihak yang terkait, e) Meningkatkan kerjasama dengan pihak wali
murid
2. Tindakan yang bersifat represif antara lain : a) memberikan
hukuman sesuai dengan perbuatannya, b) Memberikan Bimbingan
66
Irma, Guru BK Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia, Wawancara,
Selasa, tanggal, 28 September 2021 , Pukul 16.10 Wita di depan kantor MTs (Pinggir kolam ikan).
67
Sulviana, Guru BK Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia, Wawancara,
Selasa, tanggal, 28 September 2021 , Pukul 16.37 Wita di Ruang BK MA.
62

Konseling (BK), c) Membuat surat pernyataan, d) Memberikan


scoursing, e) Pengkomunikasian dengan orang tua, f) Dikeluarkan
dari sekolah bila perlu.”68

Dari penuturan berbagai responden yang peneliti wawancarai tindakan

yang dapat dilakukan seorang guru dalam hal ini dengan memberikan nasehat,

bimbingan dan pengarahan khusus kepada santri yang bermasalah. Apabila santri

belum bisa berubah setelah Pembina melakukan pemberian teguran, hukuman tapi

santri masih melakukan perbuatannya, maka pembina atau guru memberikan

kepada Pimpinan pondok untuk mengambil kebijakan. Dan apabila santri Dan

apabila santri tetap tidak berubah, pihak Pondok mengembalikan santri kepada

orang tuanya.

Hal ini senada dengan pendapat Zuhairini dkk, dalam bukunya Metodik

Khusus Pendidikan Agama”, berpendapat bahwa adapun tugas pendidik agama

adalah :

1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam

2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak

3. Mendidik anak agar tat menj alankan agama

4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang luhur.69

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
68
Ikhsan, Pembina Asrama Putra Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia,
Wawancara, Selasa, tanggal, 05 Oktober 2021 , Pukul 16.10 Wita di ruangan meet room kantor
pondok.
69
Zuhairini et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), h,
35.
63

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan di Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Gambaran bentuk kenakalan santri Pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah Punnia adalah pelanggaran berbahasa karena di pondok

pesantren tersebut memiliki aturan bahasa, tidak shalat berjamaah karena

ada yang tidur atau masih lalai, tidak mengerjakan tugas (PR), keluar dari

pesantren atau kelas secara sembunyi-sembunyi (membolos), memakai

sandal, memakai barang temannya tanpa izin, membulli temannya, bajunya

keluar, datang terlambat, merokok secara sembunyi-sembunyi, membuat

keributan di kelas, bercengrama dengan lawan jenis, usil dengan temannya,

cekcok atau bertengkar mulut dengan temannya dan berpacaran.

2. Upaya Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia dalam

mengatasi kenakalan remaja adalah :

a. Perjanjian awal dengan orangtua dan santri tentang aturan-aturan

pondok di kuatkan dengan tanda tangan orangtua dan santri

b. Memondokkan mereka agar mudah di kontril atau dibina

c. Pencegahan alat elektronik seperti HP dan Laptop

d. Melakukan pengajian-pengajian di luar waktu belajar dengan 3 (tiga)

waktu yakni 1) sore seperti ini, 2) jam 2 itu setelah anak makan siang

ada kelompok-kelompok mengaji atau khalaqah-khalaqah mengaji dan


63
masing-masing punya guru tersendiri bahkan kita mengambil guru

khusus, kemudian ada belajar sampai 1 jam, ada juga setelah shalat
64

ashar biasanya pembina memberikan kegiatan untuk mengisi waktunya

seperti olahraga, tapak suci 2x sepekan. 3) kesempatan dhuhur.

e. Menegur melalui hati, memberikan arahan, menasehati, tausiyah,

keagamaan dan memberikan kisah-kisah teladan

f. Melakukan kontrol yang sering-sering kepada santri, meningkatkan

layanan Bimbingan kepada santri, mengadakan penyuluhan dari pihak-

pihak yang terkait, meningkatkan kerjasama dengan pihak wali murid.

g. Memberikan hukuman sesuai dengan perbuatannya, memberikan

Bimbingan Konseling (BK), membuat surat pernyataan, memberikan

scoursing, pengkomunikasian dengan orang tua, dikeluarkan dari

sekolah bila perlu apabila santri telah melakukan pelanggaran yang

sudah besar atau sering.

B. SARAN

Berpijak pada kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Bagi Pengurus Pondok Pesantren

Sebaiknya berupaya terus untuk membina dan menyadarkan santri remaja

yang pernah melakukan kenakalan remaja dengan pengembangan kegiatan

pondok pesantren seperti, kajian agama, kajian pengenalan diri, kajian

pengembangan kontrol diri, kajian pembersihan diri dan perlu dilakukan dialog

yang lebih bermanfaat agar mereka lebih mengerti dan memahami bagaimana

hidup ini dan bagaimana sebaiknya menyikapinya agar lebih memahami hidupnya

serta optimis untuk melangkah masa depannya.


65

2. Bagi Santri

Untuk terus berusaha, maju, dan terus berkarya serta selalu optimis dalam

menghadapi masa depan yang cerah dan hal-hal yang positif misalnya mengikuti

kajian keagamaan melalui pengajian, tapak suci, berolahraga, sehingga tindak

kenakalan yang pernah dilakukan dapat dijadikan pengalaman hidup yang

berharga sehingga tidak mengulanginya.

3. Bagi Orangtua

Ada baiknya orang tua selalu meningkatkan komunikasi antara orang tua

dan anak, agar anak merasakan perhatian yang lebih dan menghindari anak untuk

melakukan tindak tenakalan serta orang tua juga harus menciptakan suasana

harmonis yang membahagiakan.

DAFTAR PUSTAKA

Aan Fauzan Rifa’i , 2019, Kenakalan Remaja Di Kalangan Santri Putra Di


Asrama Diponegoro Pondok Pesantren Yayasan Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta, Skripsi (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga
66

Afif, Ahmad, 2013, Psikologi Kaum Bersarung, Cet. 1, Makassar: Alauddin


University Press

Ahmad Tafsir, 2011, Iimu Pendidkan Dalam Persepektip Islam,Bandung: PT


Remaja Rosdakaryaa.

Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Jakarta: Rineka Cipta.

Awwaliyah, Neny Muthi’atul, 2019, pondok pesantren sebagai wadah


modenirasi Islam di era generasi milenial, Jurnal, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga.

Azhari, 2018, Peran Pondok Pesantren dalam penaggulangan kenakalan remaja


(Studi Kasus Pondok Pesantren Darul Ikhlas Kota Pagar Alam,
Bengkulu:IAIN Bengkulu

Dampoli, Muljono, 2011, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Daulay, Putra, Haidar, 2009, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,


Jakarta : PT RinekaCipta

Daulay, Putra, Haidar, 2001, Filosifis dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan
Madrasah, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Darwis, Djamalludin, 1998, Strategi Pembelajaran dalam Buku PBM PAI di


SekolahEksistensi dan Proses Pembelajaran PAI, Yogyakarta: Fak.
Tarbiyah IAIN Walisongo bekerjasama dengan Pusaka Pelajar.

Depag, 2003, Pola Pembelajaran di Pondok Pesantren, Jakarta: Ditpekapontren

Dhofier, Zamakhasary, 1984, Tradisi Pesantren-Studi tentang Pandangan Hidup


Kyai, Jakarta: LP3ES.

Dhofier, 1994, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren (Studi Pandangan Hidup Kiyai,


Jakarta: LP3ES.

Fatah dkk, 2005, Rekontruksi Pesantren Masa Depan, Jakarta Utara: PT.
Listafariska Putra.
66
Fatoni 2013, (Skripsi ) Proses Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Anak di
Polres Brebes Pada Tahun 2011-2012, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
67

J.S. Badudu & Sutan M.Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Haedari, Amin, Transformasi Peasntren, 2007, Jakarta : Media Nusantara.

Hanipah, Siti, 2020, Metode Pendidikan Inabah Dalam Mengatasi kenakalan


Remaja Pondok Pesantren Suryalaya, Jurnal Banten: STIT Al-Ihsan
Baleendah

Kartono, Kartini, 2003, Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja, Jakarta: PT. Raja
Graindo Persada.

Kartini, Kartono, 2015, Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan KejiwaanJakarta:


PT. RajaGrafindo Persada.

Ma’arif, Syamsul, 2015, Pesantren Inklusif Berbasis Kearifan Lokal, Yogyakarta:


Kaukaba Dipantara.

Moleong, Lexy J, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Ma’rif Syamsul. 2015 Pesantren Inklusif Berbasis Kearifan Lokal, Yogyakarta:


Kaukaba Dipantara

Makalah Pondok Pesantren, http://muslim-madjid.blog, diakses pada Tanggal 05


Oktober 2020.

Mastuki, dkk, 2006, Intelektualisme Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka.

Neny Muthi’atul Awwaliyah, 2019, Pondok pesantren sebagai wadah


modenirasi Islam di era generasi milenial, Jurnal, Yogyakarta. UIN
Sunan Kalijaga.

Nurhayati, Anun, 2010, Kurikulum Inobasi (Telaah terhadap pengembangan


Kurikulum pendidikan Pesantren, Cet. I, Yogyakarta: teras.

Qomar, Mujamin, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju


Demokratisasi Institus, 2002, Jakarta: Erlangga, 2002.

Rosita, R, 2017, Perilaku Menyimpang Santri Remaja Putri Di Pondok Pesantren


DDI Lil-Banat Parepare.

Rusyan, Tabrani, dkk, 1994, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,


Bandung: PT Rosda Karya
68

Rosita R. 2017, Perilaku Menyimpang Santri Remaja Putri Di Pondok Pesantren


DDI Lil-Banat Parepare, Pare-pare: Pesantren DDI Lil-Banat

Susilo P, L. Fauroni. 2007, Menggerakan Ekonomi Syari’ah dari Pesantren,


Yogyakarta: FP3Y.

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, 2012, Jakarta: Rineka.

Sanjaya , Wina, Strategi Pemebelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, 2006,


Jakarta: Kencana.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta.

Syaodih Sukmadinata, Nana, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, cet. III,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2007, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta..

Sudarsono,2012, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka.

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&B, Bandung:


Alfa Beta

Singgih D, Y. Gunarsa, 1990, Psikologi Remaja cet, ( Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.

Suyono, Hermanto dan Sriwahyuni, 2012, Peranan Pondok Pesantren dalam


Mengatasi Kenakalan Memaja( studi kasus dipondok pesantren Al-
Muayyad Surakarta),Yogyakarta: UNES
Umar , Husein, 2010, Desain Penelitian Manajemen Strategik, Jakarta: Rajawali
Pers.

Wardani, 2017, Strategi Pengasuh dalam Mengatasi Kenakalan Santri di Pondok


Pesantren Darul Mukhlisin Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota
Kendari.Kendari : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Kendari

Willis, Sopyan S. 2008, Remaja dan masalahnya, Bandung: Alfabeta

Yasmidi, Modernisasi Pesantren Kritik Norcholish Madjid Terhadap Pendidikan


Islam Tradisional, 2001, Jakarta: Ciputat Press.

Zuhairini et.al, 1983, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha


Nasional,1983.
69

Zakia Darajat, 1970, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

http;//beb7n.wordpres.com/2008/08/13/menanggulangi kenakalan anak remaja/


Diakses pada tanggal 05 Oktober 2020

Adriansah Al Fakri, 2012, Kenakalan Remaja di Negeri ini Kian Marajalela”,


diakses http://www.syababindonesia.com/2012/11/kenakalan-remaja-di-
negeri-kian-marajalela.html. Dikses pada tanggal 05 Oktober 2020

STRATEGI PONDOK PESANTREN


DALAM MENGANTISIPASI KENAKALAN REMAJA
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Punnia)
70

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan dalam Menyusun


Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Da’wah Wal-Irsyad
(STAI DDI) Pinrang

Disusun Oleh:

NURHIKMAH
NIM: 16010019
NIMKO : 8072116019

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD
(STAI DDI) PINRANG
2021

Anda mungkin juga menyukai