Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA

KELOMPOK 11:
IKA FEBRIZA
RISALDI
MUH. KHAERUL AMRI
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan bagian inhern dalam
kehidupan manusia. Manusia hanya dapat
dimanusiakan melaui proses pendidikan. Karena
hal itulah, maka pendidikan merupakan sebuah
proses yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup manusia. Pendidikan agama yang diberikan
secara formal di sekolah khususnya yang
diselenggarakan oleh lembaga keagamaan seperti
pesantren, yayasan Islam, dan lain sebagainya, oleh
masyarakat dinilai gagal, karena menurut penilaian
masyarakat tujuannya tidak tercapai.
RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana posisi pendidikan agama Islam dalam
Sistem Pendidikan Nasional?
 Bagaimana penerapan sistem pendidikan nilai dan
moral agama dalam proses pendidikan?
 Apa nilai relatif kebudayaan, nilai absolut agama,
nilai sekuler dan nilai-nilai humanisme dalam
pendidikan?
 Bagaimana cara-cara mentransformasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai agama ke dalam
pribadi peserta didik?
 
POSISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Posisi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan


nasional secara normatif dapat dilihat dari
perkembangan kebijakan negara terhadap pendidikan
Islam, baik itu pendidikan di madrasah dan pondok
pesantren, maupun pendidikan agama sebagai bagian
kurikulum di sekolah umum. Secara normatif terjadi
pengakuan terhadap eksistensi pendidikan Islam yang
sama dengan sekolah umum. Persamaan kedudukan
madrasah dengan sekolah umum dalam pelaksanaan
wajIb belajar, memperlihatkan bahwa lembaga
pendidikan Islam dipandang dapat memenuhi
kewajiban pelaksanaan wajib belajar bagi masyarakat.
Lembaga pendidikan pondok pesantren yang mengembangkan
sistem pendidikan madrasah dan menerapkan kurikulum tang
ditetapkan pemerintah, mendapat kedudukan dan status yag sama
dengan pendidikan yang dekelola oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Pasal 30 UU RI Nomir 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional memberikan pengakuan tentang itu. Sama
halnya dengan pendidikan madrasah.
Djamas berpendapat,bahwa dilihat dari kontribusi pendidikan Islam
dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa , posisi lembaga
pendidikan Islam pada dasarnya diakui sama dengan lembaga
pendidikan lain. Pendidikan Islam juga menjalankan misi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga pendidikan Islam yang
tersebar luas sampai ke pelosok desa, di pesisir pantai, dan di pulau-
pulau, memberi banyak manfaat yang sanagt berarti kepada
masyarakat yang tidak mapu melanjutkan pendidikan formal di
sekolah umum.
PENERAPAN SISTEM NILAI DAN MORAL
AGAMA KE DALAM PROSES PENDIDIKAN
Pendidikan moral ini dalam Islam berjalan sangat sistematis
dan kontinu, yaitu mulai dari lingkungan keluarga sampai ke
lingkungan sekolah dan masyarakat dengan berbagai saluran.
Penerapan ajaran nilai dan moral agama ini antara lain
melalui rukun Islam yang lima itu.
Pengakuan secara tulus dan sadar akan ke-Esaan Allah dan
Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya yang memebawa semua
ajaran-ajaran-Nya yang benar dan mutla itu yang
kesemuanya adalah kebaikan umat manusia itu sendiri.
Pengakuan yang tulus ini dalam Islam dikenal dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat. Nilai lihur dua kalimat
syahadat ini dapat mengontrol tingkah laku dan perilaku
seseorang dalam kehidupannya
Mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam. Dengan
ibadah shalat dapat membawa seseorang (umat Islam) sangat
dekat dengan Allah, karena selama ibadah ini dilakukannya
selau dalam keadaan siap sedia menerima dialognya dan
mendengarkannya setiap waktu di mana saja di muka bumi ini.
Melalui ibadah shalat hamba-Nya memuja, mengagungkan-
Nya serta menyatakan kehambaan di hadapan-Nya. Dengan
dialog ini seseorang menyatakan kesetiaannya dan menyatakn
penyerahan diri sambil memeohon pertolongan serta
perlindungan-Nya. Melalui ibadah shalat ini seseorang dapat
terhindar dari segala perbuatan yang terlarang dan melakukan
perbuatan yang disuruh-Nya.
Maka di tingkat Sekolah Dasar ibadah shalat ini perlu
mendapat perhatian utama dari setiap guru agama. Bila sejak
dari SD peserta didik mulai malas melakukannya, maka pada
masa perkembangan selanjutnya rasa malas ini akan makin
besar.
Ibadah puasa juga merupakan amal yang dapat
menyucikan diri dari ruh kotor. Melalui ibadah puasaa
seseorang akan berupaya sekuat tenaga menahan hawa
nafsu makan dan minum dan hubungan kelamin
dengan siami/istrinya. Nilai tinggi yang dikandung
oleh ibadah puasa antara lain adalah kemampuan
menahan diri, keinginan untuk mengalahkan orang lain.
Nilai luhur yang dapat ditanamkan kepada peserta
didik melaui ibadah puasa adalah mendekatkan diri
kepada Allah dan sesama manusia, terutama golongan
umat Islam yang bernasib kurang baik seperti fakir
miskin yang berada dalam kekurangan gizi.
Ibadah zakat memiliki nilai tersendiri pula. Melalui
ibadah zakat ini akan tertanam pula sifat diri dan
sikap jiwa mau menolong sesama dan menolong
agama Allah dengan rezeki yang diberikan-Nya.
Nilai luhur zakat dapat menghilangkan sifat bakhil
dan tumbuh sifat penyantun kepada sesama
manusia yang lemah yang memerlukan bantuan dan
pertolongan. Dalam diri akan timbul kesadaran,
bahwa rezeki yang diberikan Allah itu merupakan
titipan-Nya untuk diberikan sebagian kepada pihak-
pihak tertentu menurut ketentuannya.
Ibadah haji adalah rukun Islam yang kelima yang
mempunyai kedudukan khusus dibandingkan dengan
ibadah-ibadah lainnya, yaitu ia baru wajib melaksanakan
bila mukmin yang bersangkutan telah dapat memenuhi
persyaratan untuk menunaikannya ke tanah suci. Antara
lain kemampuan ekonomi dan kesehatan. Melalui ibadah
haji banyak sekali nilai luhur agama Islam yang dapat
ditanamkan kepada para peserta didik, antara lain adalah
ulet dalam berusaha untuk mencapai tujuan secara halal,
sabar dan tekun dalam suatu pekerjaan, mempunyai
tenggang rasa yang tinggi, mempunyai sikap diri yang tidak
membedakan derajat dan kedudukan seseorang dalam
pandangan agama, mawas diri dalam setiap pekerjaan dan
tidak menyombongkan diri dalam pergaulan sosial.
NILAI RELATIF KEBUDAYAAN, NILAI ABSOLUT
AGAMA, NILAI SEKULER DAN NILAI-NILAI
HUMANISME DALAM PENDIDIKAN
Kebudayaan adalah hasil budi daya, karsa dan interaksi manusia
dengan sesamanya, dan dengan lingkungannya. Untuk
mengadakan interaksi ini manusia menciptakan aturan-aturan
dan nilai-nilai tertentu. Aturan dan nilai tertentu ini dapat
berbentuk tata tertib, etika, adat dan aturan perundang-
undangan atau konsensus. Semua yang dihasilkan manusia
dalam bentuk aturan ini, hanya berlaku untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkungi
manusia tersebut. Lain halnya dengan sistem nilai yang terdapat
dalam agama khususnya agama Islam. Nilai dan aturan dalam
agama ini bersifat kekal, baku dan mutlak. Ia tidak dapat diubah
oleh tangan-tangan manusia, karena bukan ciptaan manusia. Ia
dibuat oleh yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Secara umum dapat dilihat di mana pun di dunia ini
aturan dan nilai yang dianggap luhur oleh manusia
itu adakalanya dihasilkan atas dasar pengalaman
yang berulang kali, ide atau kekuasaan manusia itu
sendiri. Hasil aturan dan nilai yang dibuat ini berlaku
turun temurun dengan diadakannya perombakan dan
penyesuaian di sana-sini oleh para pewarisnya
diadakan perubahan karena tidak sesuai dengan
zamannya, bahkan perombakan atau pergantian
melalui konsensus dan mufakat pula atau melalui
kekuasaan yang diberikan untuk mengubah hal itu.
Perkataan sekuler berasal dari kata seculer (Inggris) berarti
bersifat umum, tidak religius, tidak suci, pandangan hidup
yang tidak bercirikan agama sama sekali.
Pendidikan sekuler dalam pendidikan mulai timbul pada
zaman renaisance pada abad ke 14 yang memunculkan
kembali ide-ide kemanusiaan yang dikenal dengan gerakan
humanisme adalah Francesco Petrarca (1304-1374) di Italia.
Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap pendidikan
humaniora yang pada diri manusia terdapat berbagai potensi
yang perlu dikembangkan sebagaimana terdapat di dalam
agama Islam. Pendidikan humanis menghendaki, jangan
pendidikan dititikberatkan pada akhirat belaka, tapi juga perlu
memperhitungkan potensi-potensi yang ada pada peserta
didik untuk mengembangkan dalam rangka menghadapi
dunia realitas. Pendidikan agama juga diperlukan tetapi tidak
sefanatik seperti yang terjadi pada zaman pertengahan.
Setelah dianalisis, bahwa pendidikan sekuler ini dapat
membahayakan peserta didik, karena menjurus dan
mengandalkan kepada nalar dan renungan (kontemplatif)
yang dapat menjauhkan peserta didik dari ajaran agama.
Maka di Indonesia sekuler ini ditolak, karena tidak sesuai
dengan falsafah negara yaitu Pancasila dan UUD 1945. Di
Indonesia pendidikan dunia dengan pendidikan akhirat
diseimbangkan, sehingga hasil didikan menjadikan anak
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, terampil, pintar, berbudi pekerti luhur
dan dapat berguna bagi masyarakat dan tanah airnya.
Sebab itu pendidikan agama merupakan mata pelajaran
wajib yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar sampai
dengan pergurua tinggi, baik di sekolah negeri maupun
sekolah swasta.
CARA MENTRANSFORMASIKAN DAN
MENGINTERNALISASIKAN NILAI-NILAI AGAMA KE
DALAM PRIBADI PESERTA DIDIK

Para ahli didik telah sepakat, bahwa salah satu tugas yang
diembang oleh pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai
luhur budaya kepada peserta didik dalam upaya
membentuk kepribadian yang intelek bertanggung jawab
melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses
secara formal, nilai-nilai luhur tersebut termasuk nilai-nilai
luhur agama akan menjadi bagia dari kepribadiannya.
Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya
disebut mentransformasikan nilai, sedangkan upaya yang
dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai itu ke dalam
jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut
menginternalisasikan nilai. Kedua upaya ini dalam
pendidikan dilakukan secara bersama-sama dan serempak.
Untuk melaksanakan kedua kegiatan pendidikan
ini, banyak cara yang dilakukan oleh setiap
pendidik. Antara lain dengan jalan:
 Pergaulan

 Memberikan suri tauladan

 Mengajak dan mengamalkan


SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai