Anda di halaman 1dari 23

URGENSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENERAPKAN SIKAP AKHLAKUL KARIMAH UNTUK


KESEJAHTRAAN SOSIAL MASYARAKAT

Samsudin
Institut Agama Islam Negeri Metro, Jl Kihajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota
Metro, lampung 34111
Samsudinahmad412@gmail.com

Abstrak

Fungsi diciptakannya umat manusia diatas muka bumi ialah sebagai


pemimpin serta sebagai hamba Allah. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan kedua
fungsi ini manusia haruslah membekali dirinya secara cukup, terutama bekal
pengetahuan agama. Dengan pengetahuan inilah umat islam dapat memerankan
dirinya dalam rangka mengokohkan hubungan dengan Tuhannya (Sang Khaliq)
maupun dengan sesamanya (makhluk). Di dalam agama Islam, akhlak mulia
memiliki kedudukan yang amatlah tinggi. Dalam banyak ayat baik al-Qur’an atau
pun hadits Rasulullah telah dituangkan berbagai keutamaan akhlak mulia. Sebagai
pedoman berkehidupan bagi manusia, al-Qur’an dan al-hadits banyak
mengandung seruan untuk berakhlak mulia, dan larangan untuk berakhlak tercela.
Apabila setiap umat mengerti konsep akhlak islami dengan cara baik dan
merealisasikannya dalam kehidupan masing-masing, maka berbagai macam
masalah baik menyangkut kehidupan pribadi maupun masyarakat dapat dipastikan
akan teratasi dengan solusi yang baik. Cara yang bisa ditempuh adalah
melaksanakan seluruh perintah Allah serta meningkatkan ketakwaan kepada-Nya
dan meninggalkan diri dari seluruh larangan Allah. Karena itu, menerapkan
akhlak mulia dalam berhubungan antar sesama manusia tidak bisa dipisahkan dari
kerangka aqidah serta pendidikan akhlak melalui agama islam. Ketika orang
melakukan hubungan dengan sesamanya, baik dengan dirinya sendiri, dengan
keluarganya, maupun dengan masyarakat disekitarnya tetap harus didasari oleh
aqidah dan ilmu agama yang benar, sehingga tercapailah akhlak mulia yang
sebenarnya.

Kata Kunci : Akhlak, Masyarakat, Pendidikan Islam.


URGENSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENERAPKAN SIKAP AKHLAKUL KARIMAH UNTUK
KESEJAHTRAAN SOSIAL MASYARAKAT

Samsudin
Institut Agama Islam Negeri Metro, Jl Kihajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota
Metro, lampung 34111
Samsudinahmad412@gmail.com

Abstract
The function of the creation of humanity on the face of the earth is as a
leader and as a servant of God. Therefore, to carry out these two functions man
must equip himself adequately, especially the provision of religious knowledge.
With this knowledge the Muslims can portray themselves in order to strengthen
the relationship with their Lord (the Khaliq) and with each other (creatures). In
Islam, noble character has a very high position. In many verses either the Qur'an
or the hadith of the Prophet has been poured various virtues noble virtue. As the
guidance of living for humans, the Qur'an and al-hadith contains many calls for
noble character, and the prohibition of morality. If every people understand the
concept of Islamic morality in a good way and realize it in their respective lives,
then various kinds of issues both concerning personal life and society can
certainly be solved with a good solution. The way to go is to carry out all the
commandments of God and increase the piety of Him and to forsake the whole
prohibition of God. Therefore, applying the noble character in relationships
among human beings can not be separated from the framework of aqidah and
moral education through Islamic religion. When people connect with each other,
both with themselves, with their families, and with the surrounding community
must still be based on the aqidah and science of religion is true, so that the real
morality is real.

Keywords: Morals, Society, Islamic Education.


A. PENDAHULUAN
Fungsi diciptakannya umat manusia diatas muka bumi ialah sebagai
pemimpin serta sebagai hamba Allah. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan
kedua fungsi ini manusia haruslah membekali dirinya secara cukup, terutama
bekal pengetahuan agama. Dengan pengetahuan inilah umat islam dapat
memerankan dirinya dalam rangka mengokohkan hubungan dengan Tuhannya
(Sang Khaliq) maupun dengan sesamanya (makhluk). Di dalam agama Islam,
akhlak mulia memiliki kedudukan yang amatlah tinggi. Dalam banyak ayat
baik al-Qur’an atau pun hadits Rasulullah telah dituangkan berbagai
keutamaan akhlak mulia. Sebagai pedoman berkehidupan bagi manusia, al-
Qur’an dan al-hadits banyak mengandung seruan untuk berakhlak mulia, dan
larangan untuk berakhlak tercela. Apabila setiap umat mengerti konsep akhlak
islami dengan cara baik dan merealisasikannya dalam kehidupan masing-
masing, maka berbagai macam masalah baik menyangkut kehidupan pribadi
maupun masyarakat dapat dipastikan akan teratasi dengan solusi yang baik.
Cara yang bisa ditempuh adalah melaksanakan seluruh perintah Allah serta
meningkatkan ketakwaan kepada-Nya dan meninggalkan diri dari seluruh
larangan Allah. Karena itu, menerapkan akhlak mulia dalam berhubungan
antar sesama manusia tidak bisa dipisahkan dari kerangka aqidah serta
pendidikan akhlak melalui agama islam. Ketika orang melakukan hubungan
dengan sesamanya, baik dengan dirinya sendiri, dengan keluarganya, maupun
dengan masyarakat disekitarnya tetap harus didasari oleh aqidah dan ilmu
agama yang benar, sehingga tercapailah akhlak mulia yang sebenarnya.
kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai
berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram,
hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa
melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Akhlak didalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari merupakan faktor paling terpenting bagi umat
manusia dalam berupaya menyusun kelangsungan dihidupnya, dengan
demikian, mereka mempunyai keyakinan bahwanya hidup yang dijalani ini
sangatlah berarti (meaningful). Oleh sebab itu, manusia menempatkan akhlak
sebagai sistem yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam
kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Dalam konteks ini
akhlak ialah jati diri seorang muslim yang dapat memberi arti bagi tingkah
laku ketika berintraSeorang dapat dikatakan berakhlak, jika ia menetapkan
perilakunya pada patokan ajaran agama Islam, yang bersumber pada wahyu. Ia
mengartikan kesadaran terhadap keberadaan Tuhan di setiap saat, menyadari
bahwasanya Tuhan mengetahui apapun perbuatannya. Oleh karena itu segala
kegiatan hidupnya ialah untuk beribadah kepada Allah. Jadi, keimanan
didalam Islam, pada hakikatnya ialah kesadaran untuk menjadi pribadi yang
lebih baikksi sosial.
Di maklumi secara luas, islam adalah agama yang di anaut oleh
mayoritas penduduk indonesia. Dengan demikian, islam sebenarnya
berpeluang besar dalam mempengaruhi tata hidup kemasyarakatan dan ke
bangsaaan di tanah air. menyadarai , A. Syafi’i Ma’arif menegaskan bahwa
sebagai penduduk mayoritas semestinya umat isalam tidak lagi sibuk
mempersoalkan hubungan islam ke indomesiaan,dan kemanusiaan. Konsep ini
lah harus di tepatkan dalam satu nafas sehingga islam yang mau di
kembangkan di indonesia adalah sebuah islam yng ramah, terbuka,
insklunsif,dan mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah besar
bangsa dan negara .
Karena itu tidak perlu di khawatirkan islam di indonesia yang di
warnai oleh unsur-unsur lokal dan global yang memang tidak bisa di
hindarkan, sepanjang tidak larut dan hanyut dalam unsur-unsur lokal yang
negatif dan terbelakang, secara tidak terseret oleh arus global yang
mengundang malapetaka masyrakat umat islam di indonesia.
Dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara,jelas patut di
sayangkan maraknya konflik kekerasan yang di sebabkan lemahnya sikap
Akhlak terpuji dalm diri seseorang sehinnga timbul konflik kekerasan yanag
bisa mengoyak persatuan dan kesatuan warga serta ke utuhan NKRI.
Kenyataantersebut menunjukan bahwa pendidikan agama di lembaga lembaga
pendidikan yakni sekolah lebih bercorak exslusifve, yaitu agama di ajarkan
dengan cara menafikan hak hidup agama lain, seakan-akan hanya agamanya
sendiri yang benar dan mempunyai hak hidup sementara agama lain
salah,tersesat dan terancam hak hidupnya.
Dalam kemajemukan sejatinya merupakan modal sosial yang sangat
berharga bagi pembangun bangsa. Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak
bisa terlepas dari seseorang manusia. Penciptaan manusia sebagai mahluk
sosial membuatnya selalu membutuhkan orang lain.1
Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini
merupakan perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam
hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar
hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga
menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat.

B. PENEGRTIAN PENDIDIKAN AGAMA


Pengertian agama secara umum,pendidikan dalam bahsa arabbya
adalah tarbiyah dengan kata kerja rabba. kata kerja rabba yang artinya
mendidik suadah di gunakan pada zaman nabi. Dalam bentuk kata benda,kata
rabba ini di gunakan untuk Tuhan, karena Tuhan juga bersifat mendidik,
mengasuh, memelihra, bahkan mencipta, kata lain yang mengandung
pendidikan adalah addaha dan allama,2
Dalam memlihara dan memberi latihan di perlukan adanya ajaran,
tuntunan dan pemimpin mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan
dapat di artikan sebagi sebuah proses dengan menggunakan metode-metode
tertentu, sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam penegertian yang luas
dan reprensiatif, pendidikan merupakan the total proces of devaloping human
abilites and behaviors, drawing on almost all life’s experinces”, yang berarti

1 Andik Wahyu Muqoyidin, “Membangun Kesadaran Insklusif Multi Kultural Untuk


Deradikalisasi Pendidikan Islam,” Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1 (2013): 132.
2 Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan Masyarakat Di
Desa Garungtungan Kecamatan Kindung Kabupaten Bulukuma,” Jurnal Adabiyah 17, no. 2
(2017): 162.
seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan prilaku-prilaku
manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan
pendidikan di artiakan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelambangan
yang di pergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan kebiasaan sikap dan sebagainy
Berdasarkan bebrapa pengertian di atas maka dapat di simpukakan
bahwa pendidikan adalah usaha orang secara sadar untukmembimbing dan
mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam
bentuk pendidikan formal maupun nonformal pendidikan adlah suatu proses
yang mempunyai tujuan yang biasanya di usahakan untuk menciptakan pola-
pola tingkah laku tertentu pada anal-anak atau orang yang sedang dididik.
pendidkan adalah seatu usaha yang di lakukan secara sadar untuk melatih,
membimbing, dan mengemangkan segala potensi yang ada dalam diri
seseorang melalui sesuatu proses dengan menggunakan metode-metode
tertentu, baik secara formalmaupun non formal, sehinngga orang tersebut
memperoleh pengetahuan dan pemahaman membentuk pola tingkah laku
tertentu untuk menciptakan kepribadian yang mandiri supaya sampai kepada
kemampuan yang mungkin di capai.
Pendidikan islam memiliki 3 tahapan kegiatan yaitu Tilawah.
Membaca ayat ALLAH, (2)Takiyah mensucikan jiwa, (3) Talimul kitab wa
sunnah:mengajarkan al kitab dan al-hikmah3, pendidikan agama islam dapat
merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat yang baik, pendidikan islam
mempunyai ciri pemahaman yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan yang
telah di pelajarinya, pengembanagn atas ilmu yang di perolehnya dan tetap
pada rel syariah.hasil pendidikan agama islam akan membentuk jiwa jiwa
yang tenag, akal yang cerdas, fisik yang kuat serta hidup sejahtra dalam
bermasyrakat.

3 Musolikodin Djailani, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan


Masyarakat,” Jurnal Ilmiah 1, no. 2 (2013): 102.
Pendidikan islam terpadu dalam pendidikan ruhiyah,fikriyah dan
amaliyah ( aktivitas),nilai islam yang di tanamkan pada indvidumembutuhkan
tahapan-tahapan selanjutnya dan di kembangkan pada pemberdayaan di segala
sektor kehidupan manusia. Potensi yang di kembangkan kemudian di arahkan
pada merealisasikan potensi dalam berbagai kehidupan bermasyaraka,
pendidikan yang di ajarkan oleh Allah SWT, melalui Rasulnya, bersumber
kepada Alqur’an sebagi rujukan dan pendekatan akan dnegan tarbiyah akan
membentuk masyrakat yang sabar dan menjadikan Allah sebagi Iilah saja,
maka kehidupan mereka kan selamt didunia dan di akhurat kelak. Hasil ilmu
yang di peroleh adalah kenikmatan yang sangat besar, yitu berupa
pengetahuan yng luas, harga diri, kekuatan dan persatuan dalm hidup beragam
dan berbangsa.
Tujuan utama dalam pendidikan islam ialah agar manusia memiliki
gambaran tentang islam yang jelas, utuh dan menyeluruh, interaksi di dalam
diri manusia memberi pengaruh pada kehidupan di masyarakat,sikap dan
tingkah laku amalanya sehingga menghasilkan sehingga menghasilkan akhlak
yang baik pua. Maka semakin banyak amalanya semakin mudah ia melakukan
kebaikan, selain itu latihan akan mengantarkan dirinya memiliki kebiasaan
yang ahirnya menjadi gaya hidup sehari-hari4.
Dan dalam sebuah keluarga ada beberapa pondasi atau pembinaan
sebuah keluarga yang menjadian keluarga menjadi bahagia yaitu : pertama
yaitu iman dalam membicaraken suatu keluarga yang bahagia, seseoranng
harus menjaga keimanan untuk ketaqwan kepada Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW sebagai sebuah contoh untuk menjaga hubungan antara
orang lain termasuk keluarga atau juga habluminannas(hubungan antara
manusia).
Kedua yaitu akidah, tanpa adanya akidah keimanan tidak akan
sempurna sebab iman dan akidah keduanya memiliki kekuatan dan keutuha
dakam diri setiap manusia, karena akidah berasaskan keyakinan serta

4 Irwan Masduqi, “Deradikalisai Pendidikan Islam Berbasis Khasanah Pesanteren,” Jurnal


Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2013): 2.
kepercayaan yang kokoh tentang kewujudan Allah SAW. Dan denga
seseorang berlandasan al-qur’an dan hadits akan maka akan menjauhkannya
dari menyekutukan Allah atau bisa juga syirik dan juga bisa berdasarkan dalil
naqli dan aqli.
ketiga ialah ilmu selain iman dan akidah, ilmu pengetahuan juga bisa
menjadikan seseorang mendapatkan kemuliaan, karena dengan melalui ini
manusia akan bisa mendapatkan kemuliaan, kehormatan , ketentraman dan
kebahagian didunia maupun diakhirat. Persyaratan yang terpenting yaitu
seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dengan ini seseorang
akan mendapatkan nilai kebahagiaan kerena seseorang hidup didunia harus
mempunyai ilmu pengetahuan yang luas mestinya harus bertindak sesuai
dengan apa yang ia dapatkan ilmu tersebut dala proses taqwa kepada Allah
SWT.
Selain iman, akidah, ilmu juga ada amal yang ada di aspek aspek
kebahagiaan keluarga, amal merupakan suatu cara untuk kita
mengimplementasikan perbuata, seseorang yang tidak memiliki amal yang
banyak maka ia buruk, sebab amal merupaka suatu perbuatan yang kita
lakukan yang bersifat baik atau positif, misalnya kita menolong seseorang itu
termasuk amal atau ibadah, jika sesseorang berbuat baik lebih banyak maka
akan bertambah pula amal kita, amal juga termasuk pensyaratan dalam
kesejahteraan dalam menjalankan aktifitas.
Seseorang manusia itu bila diserapi oleh akidah Islamiyyah yang sahih,
kuat dan teguh, ia akan menjadikan seseorang itu bersikap baik serta tidak lagi
melakukan penyelewegan terhadap perintah Allah SWT. Apabila seseorang
itu tidak menyalahi perintah Allah SWT, sudah tentu apa-apa kerja yang akan
dilakukan lebih-lebih lagi soal mendirikan rumahtangga akan merasai
ketenteraman, keharmonian dan kebahagiaan. Antara ciri-ciri yang terhasil
daripada keteguhan akidah terhadap diri seseorang Dengan ini, menerapkan
akhak yang baik dalam kehidupan sehari hari maka akan menjadikan sebuah
keluarga yang aman, tentram, dan damai dan mewujudkan yang harmonis
melewati sebuah pelaksanaan serta kehormatan hak dan tanggunng jawab
antara suami dan istri. Jadi sangat penting akhlak itu bagi yang membangun
suatu keluarga, dan yang membuat keluarga berantakan tidak harmonis serta
menjadikan seseorang menjadi runtuh itu karena akhlak yang buruk. Dengan
ini, seseorang tidak akan ragu lagi untuk menerapkannya akhlak dalam
kehidupan kekeluargaan maka akan menumbuhkan kebahagiaan, ketentraman,
kedamainan serta eharmonian dalam keluarga tersebut, itulah sebuah akidah
untuk membahagiakan sebuah binaan rumah tangga seorang umat islam.

C. LANGKAH-LANGKAH MENANAMKAN NILAI PENDIDIKAN


ISLAM
Istilah pendidikan pada dasarnya berasal dari kata didik dengan
memberi awalan “pe”dan menambah akhiran”kan”.yang mengandung
arti”perbuatan”. 5Al-qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama islam
membagi tiga tingkatan penegetahuan yaitu (1) penegtahuan tinggi ilmu
ketuhanan , (2) pengetahuan menengah mengenai dunia seperti kedokteran
dan matematika,(3)pengetahuan rendah :pengtahuan praktus seperti
bermacam-macam tampilan kerja. Hal iniberarti bahwa pendidikan
iman/agama harus di utamakan tiga hal penting (1) pendidikan akidah atau ke
imanan: untuk menghasilkan generasi muda masa depan yang tengah dalam
intaq(iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang
menyesatkan, seperti gerakan islam radikal, penyalah gunaan narkoba,
tawuran dan pergsulan bebas yanh akhir-akhir ini snagt
menghawtirkan.(2)pendidikan ibadah,untuk di ajarkan kepada anak anak
untuk membangun generasi muda yang punya komiten dan terbiasa
melaksanakan ibadah seperti: shalat, puasa, mebac Al-quran.(3)Pendidikan
akhlakul-karimah:untuk menghasilkan generasi rabbani atau generasi yang
bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu peran para orang tua
sanagat di butuhkan.

5 Ali Anas Nasution, “Konsep Dasar Pendidikan Islam,” Jurnal Thariqoh Ilmiah 1, no. 1
(2014): 3.
Sebagai makhluk yang hidup dengan budaya, maka mereka dituntut
untuk menjadi manusia yang mempunyai komitmen terhadap karakter dan
sikap dengan moralitas yang tinggi. Dalam pendidikan karakter, akhlak,
prilaku dan moralitas hendaknya tidak hanya dipelajari tetapi juga harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena jika hanya dipelajari tetapi
tidak diterapkan maka pendidikan itu hanya akan menjadi wacana belaka. Dan
itu merupakan sesuatu tindakan yang salah. Karena jika manusia sudah tidak
memiliki sikap-sikap tersebut maka manusia akan berprilaku6 seenaknya
sendiri dan tidak pernah memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya.
Faktor penghamabat penghamabt dalam pembentukam karakter
akhlakul karimah ialah Jika sikap itu sudah ada dalam diri seseorang mereka
akan cenderung individual yang kemudian bersikap seolah dia tidak
membutuhkan orang lain dalam hidupnya 57 Bahkan dia juga akan
menganggap apa yang diperolehnya tersebut adalah hasil kerjannya sendiri
tanpa bantuan siapapun, termasuk tanpa bantuan Allah, padahal apapun yang
terjadi didunia adalah atas kehendak Allah.
Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau
kelompok kaum muslim.
Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai
terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan menyikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada
keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara

6 Nur Ainiyah, “Pembentukan Kharakter Melaluai Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Al-
Ulum(Jurnal Studi-Studi Islam) 13, no. 1 (2013): 29.
7 Hilda Aniss Shifa, “Pendidikan Karakter Dalam Persepektif Pendidikan Islam,” Jurnal
Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014): 3.
membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya
perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka
akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama,
al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).

D. PENGERTIAN NILAI-NILAI AGAMA


Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak bisa di lihat, di raba,
maupundirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat kaitanya
dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks,sehingga
sulit di tentukan batasanya, karena ke abstrakan itu maka darajat
mengemukakan bahwa terdapat bermacam macam pengertian,di antaranya
sebagai berikut:
1. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang di yakini
sebagai suatau identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola
pemikiran perasaan keterkaitan maupun prilaku.
2. Niali adalah suatu noramtif, yang menentukan tingkah laku yang di
inginkan bagi suatu sistem yang ada kaitanya dengan lingkungan
3. Nilai adalah rujukan atau keyakian dalam menetukan pilihan
4. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat di identifikasi,tetapi
hanya dapat di alami dan di apahami secara langsung.
5. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, bukan benda konkrit,
bukan fakta,bukan hanya persoalan bermasalahan
6. Yang menuntut pembuktian emppirik, melainkan soal penghayatan yang
di hendaki di senangi dan tidak di senangi.8

8 Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Garungtungan Kecamatan Kinding Kabupaten Balukumba,” Jurnal Adabiyah
17, no. 2 (2017): 168.
Nilai buakan di jadikan rujukan untuk bersikap berbuat dalam
masyarakat, akan tetapi di jadikan pola sebagai ukuran benar tidaknya suatu
fenomena dalam masyarakat itu sendiri. apabila ada suatu fenomena sosial
yang bertentangan dengan sistem nilai yang di anut oleh masyarakatmaka
perbuatan tersebut di nyatakan bertentangan dengan nilai yang telah di anut
oleh masyarakat, dan akan mendapatkan penolakan dari masyarakat tersebut.
Dengan demikian dapat di simpulaka nilai merupakan sesuatu yang di
yakini kebenaranya yang di anut serta di jadikan acuan dasar individu dan
masyarakat dalam menetukan sesuatau yang di pandang baik, benar, bernilai
maupun berharga. Nilai merupakan kepribadian individuyang berpengaruh
terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif serta
mengarahkan pada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai merupakan daya pendorong oleh karena itu nilai dalam setiap
individu dapat aspek niai-niai ajaran islam pada intinya dapat di bedakan
menjadi 3 yaitu:
1. Niali-nilai aqidah
mengajarkan manusia untuk percaya akan adnya Alah maha esa dan maha
kuasa sebagi pencipta alam smesta yang akan senantiasa mengawasi dan
memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia dengan merasa
sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan Maha kuasa.
2. Nilai-nilai ibadah
Mengajarkan kepada manusia agar di setiap perbuatanya senantiasa di
landasi dengan hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah SWT.
Pengamalan konsep-konsep nili ibadah akan melahirkan manusia yang
adil, jujur, dan suka membantu sesamanya
3. Nilai –nilai akhlak
Mengajarkan manusia untuk bersikap dan berprilaku yang baik sesuai
norma atau adab yang benar atau bai, sehingga akan membawa manusia
untuk hidup tentram, damai, dan sejahtra/ harmonis9.
Dengan ini, menerapkan akhak yang baik dalam kehidupan sehari hari
maka akan menjadikan sebuah keluarga yang aman, tentram, dan damai dan
mewujudkan yang harmonis melewati sebuah pelaksanaan serta kehormatan
hak dan tanggunng jawab antara suami dan istri. Jadi sangat penting akhlak itu
bagi yang membangun suatu keluarga, dan yang membuat keluarga
berantakan tidak harmonis serta menjadikan seseorang menjadi runtuh itu
karena akhlak yang buruk. Dengan ini, seseorang tidak akan ragu lagi untuk
menerapkannya akhlak dalam kehidupan kekeluargaan maka akan
menumbuhkan kebahagiaan, ketentraman, kedamainan serta eharmonian
dalam keluarga tersebut, itulah sebuah akidah untuk membahagiakan sebuah
binaan rumah tangga seorang umat islam.

E. Konsep Pembentukan Akhlakul-Kariamah


Dalam pengertian sehari-hari akhlak umunya di samakan artinya
dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, dan tidak berbeda pula dengan
arti moral, mnusia akan menjadi semourna jika memounyai ahklak terpuji
dalam dirinya serta menjauhkan akhlak tercela, secara kebahasaan akhlak bisa
baik dan bisa buruk, tergantung tata nilai yang di jadikan landasan atau tolak
ukurnya, di indonesia kata akhlak selalu berkonotasi positif.
Orang yang baik sering di sebut orang yang berakhlak, sementara
orang yang tidak baik di sebut orang yang tidak berprilaku akhlak, adapun
secara istilah akhlak adalah sistem niali yang mengatur pola sikap dan
tindakan manusia di muka bumi sistem n ilai yang di maksud adalah ajaran
islam. Dengan Al ‘quran dan sunah Rasul sebagi sumber nilai serta ijtihad
sebagi metode berfikir islami. Pola sikap dan tindakan yang di maksud
mencakup pola-pola hubungan dengan Allah, semua manusia termasuk
dirinya sediri ..
Akhlak dalam islam adalah suatu sikap dan tingkah laku atau
perbuatan yang luhur. Yang berhubungan dengan Zat Allah Swt. Akhlak
dalam islam merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan Allah Swt.
Dalam jiwa yang tauhid.
Akhlak adalah hasil dari keilmuan dan keimanan (akidah) seseorang.
Akhlak dinyatakan sebagi kondisi psikologis yang memantul pada prilaku
seseorang. Jadi semakin tinggi ilmu dan keimannya maka semakin tinggi pula
akhlak seseorang.
Ibnu taimiyah menuturkan pendapatnya bahwa akhlak berikatan erat
dengan keimanan yang mencakup 3 unsur yaitu :
1. Yakin bahwa Allah lah sang maha esa yang hanya satu , ia lah sang
pemberi rezeki dan sang maha penguasa diatas segalanya. Tak dapat
dipungkiri sifat bersyukur dalam diri sangat sult untuk dijalankan karena
yang dipikiran manusia ialah kesenangan dunia saja, tak ayal banyak
sekali manusia yang melupakan menciptanya untuk kemudian ia bekerja
tak kenal lelah, padahal semestinya. Oleh karena seseorang yang
keyakinan bahwa Allah telah mengatur segala urusannya, ialah orang yang
berakhlak mulia.
2. Harus mencintai Allah , melebihi cinta kepada makhluknya. Ungkapan itu
benar adanya, karena ketika sudah mencintai Allah melebihi apapun,Allah
pun tak segan untuk lebih mencintai kita. Ketika ada sebuah yang
berbunyi, berharap pada manusia itu mengecewakan namun berharap pada
Allah itu melegakan.
3. Apabila seorang hamba telah mecintai Allah dengan ikhlas maka akan
sampai pada ridho Allah. Dari sini lah kita mengerti bahwa akhlak baik itu
tergantung bagaimana kita memprioritaskan Allah pada hidup kita.

Sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan baik dan terpuji
menurut rasio dan syariat maka sifat tersebut dinamakan akhlakyang baik.
Akhlak yang baik atau mulia tentunyaakhlak yang tidak bertentangan dengan
kaidahagama, adat dan hukum yang diterima olehmasyarakat. Akhlak mulia
tersebut dapat beruparasa tanggung jawab atas semua yang diucapkanatau
dikerjakan. Kemauan untuk menuntut ilmu,menghormati akal mendorong
untuk meneliti danmerenung, memilih kebenaran dan kebaikan,saling
memberi nasehat, bersabar, dan beramal.Masih banyak akhlak mulia yang bisa
diterapkan.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan
sehari – hari, manusia selalu berinteraksi satu sama lain. Entah itu interaksi
secara langsung maupun tidak langsung. Akhlak terhadap sesama manusia ini
sasarannya adalah keluarga, teman, tetangga, diri sendiri, maupunorang
lemah.9
Akal pikiran manusia juga sama kedudukannya seperti hati nurani di
atas. Kebaikan atau keburukan yang diperoleh akal bersifat subjektif dan
relatif. Karena itu, akal manusia tidak dapat menjamin ukuran baik dan
buruknya akhlak manusia. Hal yang sama juga terjadi pada pandangan umum
masyarakat. Yang terakhir ini juga bersifat relatif, bahkan nilainya paling
rendah dibandingkan kedua standar sebelumnya. Hanya masyarakat yang
memiliki kebiasaan (tradisi) yang baik yang dapat memberikan ukuran yang
lebih terjamin.
Karena pada awalnya, manusia diciptakan oleh Allah tujuannya adalah
untuk menjadi khalifah di muka bumi, yang tentunya juga harus dapat
melestarikan bumi ini. Memang suatu saat nanti kiamat pun akan terjadi.
Namun jika manusia terus bersikap merusak lingkungan seperti ini, tentunya
kiamat itu sendiri akan menjadi lebih cepat karena ulah manusia itu sendiri.
Setidaknya kita sebagai seorang muslim, dapat melestarikan lingkungan
karena tentunya kita telah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
Penerapan akhlak terhadap lingkungan merupakan peran utama dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana yang akan mengancam tidak hanya pada
jiwa tetapi juga harta, kehormatan, dan keturunan bahkan agama. Karena
alasan itulah tindakan mengantisipasi ancaman mutlak dilakukan oleh setiap
individu ataupun kelompok di dalam masyarakat demi tercapainya
kemaslahatan bersama

9 Marfuah Sri Sanitiyastuti, “Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membangun Akhlakul


Kharimah,” JUrnal Chennel 3, no. 2 (2015): 115.
F. KONSEP KESEJAHTRAAN SOSIAL
Notowidagdo (2016;36) berpendapat sejahtra adalah aman santosa dan
makmur, selamat terlepas dari gangguan kesukaran dalam kehidupan,kondisi
kehidupan atau sejahtra yakni mencakup tiga konsep dasar yaitu (1) kondisi
kehidupan sejahtra yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah
rohaniah dan sosial, (2)institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan
lembaga kesejahtraan sosial dan berbagai profesi kemnausiaan yang
menyelenggarakan usaha kesejahtraan sosial dan pelayanan sosial, (3)
aktivitas yakni sesuatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisasi untuk
mencapai kndisi sejahtra.10
Kesejahtraan merupakan impian dan harapan bagi setiap amnusia
yang hidup di muka bui ini, setiap orang pasti mengharapkan kesejahtraan
bagi kelurga dan orang terdekatnya, baik itu berupa kesejahtraan materi,
maupun kesejahtraan sepiritual, orang tua selalu besrusaha untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya, mereka akan bekerja kerasmembanting tulang
melakukan apa sja demi kehidupan kesejhtraan keluarganya, Allah SWT
sendiri telah menjamin kesejahtraan bagi hambanya dan mahluk yang
bernyawa sebagai man yng tersebut dalam surat Hud ayat 6yang artinya”dan
tidak ada suatu binatang melata-pun di bumi melaikan Allah lah yang
memberi rezekinya”.
Namun jaminan itu tidak di berikan tanpa usaha umat manusia harus
berakhlkul kariamah dan taat terhadap perinta Allah swt dan seantiasa
menjauhi laranganya, berbagai norma-norma dan aturan yang memudahkan
bagi mereka untuk memenuhi kebutuhanya, dalam istilah modern lembaga
tersebut di kenal dengan “pemerintah” para pencentus kemerdekaan bangsa
indonesia telah merumuskan kesejahtraan sebagai tujuan bangsa dalam batang
tubuh UUD 1945 dan telah menjabarkanya dalam bab perekonomian nasional
dan kesejahtraan social dalam pasal 33 UUD 1945 dengan menegaskan bahwa

10 Amirus Sodik, “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam,” Jurnal Ekonomi Syariah 3, no. 2
(2015): 383.
fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara, sayangnya
harapan dan cita-cita tersebut masih jauh dari kenyataan.11
Islam juga mendapatkan tekanan yang luar biasa dari pemelukny,
Islam datang sebagai agama terakhir yang bertujuan untuk mengantarkan
pemeluknya menuju kepada kebahagiaan hidup yang hakiki, oleh karena itu
islam sangat memperhatikan kebahgiaan manusia baik itu kebhagiaan dunia
maupun akhirat kelak, dengan kata lain agama islam ( dengan segala aturanya
)sanagat mengharapkan umat manusia untuk memperoleh kesejahtraan materi
dan spiritual.12
Sejatinya sebagai konsekuensi ke imanan kepada Allah, seseorang
muslim wajib mengaitkan diri pada syariah islam harus di terpakan dalam
semua lini kehidupan.13
Rasulullah SAW menyuruh umat manusia agar beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. Manusia juga diajarkan untuk selalu menjaga tali
persaudaraan, memuliakan tamu, berbuat baik kepada sesame, baik yang tua
maupun yang muda, bahkan berbuat baik kepada binatang.
Rasulullah juga mengajarkan umat manusia agar menjadi seorang
yang dermawan, santun dan pemaaf. Rasulullah menuntun manusia agar selalu
memegang amanah, menepati janji, dan selalu melaksanakan kewajiban
dengan baik sebelum menuntut hak dirinya. Apa yang beliau serukan dan
beliau ajarkan selalu dicontohkan oleh pribadi dirinya yang Luhur
buruk/tercela).
Akhlak mulia itu sendiri meliputi sikap yang sopan, santun, tutur kata
yang lembut, tidak marah, bisa menjadi teladan yang baik, taat beribadah dan
berbuat jujur. Adapun sumber akhlak adalah tuntunan Alquran dan Hadits.
Masyarakat melihat akhlak dari perbuatan yang tampak, ditampilkan melalui
perkataan dan perbuatan seseorang namun, tidak melihat dari segi hakikatnya,

11Muhamad Arif, “Pendidikan Agama Islam Inklusif Multikultural,” Jurnal Pendidikan


Islam 1, no. 1 (2012): 3.
12 Abdul Basid, “Dakwah Cerdas Di Era Moderen,” Jurnal Komunikasi Islam 3, no. 1
(2013): 80.
13 Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia,” Jurnal Studia Islamika 12, no. 2 (2015): 258.
atau mereka baru mengungkapkan buah dari akhlak itu juga masih secara
sangat terbatas dan belum pada buah akhlak yang lengkap
Sebenarnya Islam telah menjadikan akhlak dan kepribadian
Rasulullah SAW sebagai teladan abadi dan aktual bagi pendidikan. Islam
tidak menampilkan keteladanan ini untuk menunjukkan kekaguman yang
negatif atau perenungan fiktif belaka, melainkan Islam menyuguhkan agar
manusia menerapkannya pada dirinya masing-masing
Nabi Muhammad saw dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan
bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk
menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini
bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk
merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22
tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat
Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah
setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah),
Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada
waktu itu.Selanjutnya pun kita harus tetap menanamkan nilai nilai akhlak
islami dalam bermasyarakat pada zaman modern saat ini. Menurut Quraish
Shihab, kata khuluq dalam ayat diatas jika tidak dibarengi dengan objektifnya,
maka berarti budi pekerti yang luhur, tingkah laku dan watak terpuji.
Objek pembahasan akhlak itu adalah semua bentuk tingkah laku dan
perangai dalam kehidupan manusia yang sudah dilakukan terus menerus dan
telah terbiasa di praktekan di lapangan tanpa pertimbangan dan pemikiran
yang matang terlebih dahulu. Dengan demikian,secara umump endidikan
agama islam yang menanaamkan nialai-nilai ahklak mulia, di harapkan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan generasi muda islam
sehingga menjadi manusia.14

14 Samirin, “Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia,”


Jurnal Al-Ta’dib 8, no. 1 (2015): 109.
Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan
para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga
dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela
tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam
Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan
sejak agama Islam itu lahir.
Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau
kelompok kaum muslim.
Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai
terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan menyikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada
keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara
membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya
perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka
akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama,
al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).
Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat
hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan
untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa
adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah,
dari satu pihak ke pihak lain. Model sosial akan menjadi bencana apabila di
miliki oleh kelompok manusia yang tidak bermoralsebab solidritas dan
kerjasama yang intens dpat di gunakan ke arah yang keliru.15
Contoh toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu:
1. Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama.
2. Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan. Adapun toleransi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
3. Merasa senasib sepenanggungan.
4. Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
5. Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
6. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.

G. KESIMPULAN
Yang terpenting ditegaskan di sini adalah pembinaan akhlak mulia
bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Artinya sesulit apapun pembinaan akhlak mulia ini bisa dilakukan, ketika ada
komitmen (niat) yang kuat untuk melakukannya dan didukung oleh usaha
keras serta selalu bertawakkal dan mengharap rido dari Allah Swt. bukan tidak
mungkin akhlak mulia ini akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sikap dan perilaku sehari-hari.
Hal yang berkaitan dengan akhlak merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk dijadikan perhatian, karena akhlak menjadi tujuan utama untuk
tumbuh dan berkembangnya suatu negara dan bangsa. Selain itu tujuan utama
yang lain adalah untuk memperbaiki serta beristiqomah dalam melakukan
setiap ibadah. Apabila ibadah seseorang sempurna, maka akhlak yang dimiliki
seseorang tersebut akan sempurna juga. Dan agar suatu akhlak itu dapat
tertanam dalam jiwa seseorang serta dijadikannya sebagai teladan.
Kesempurnaan fisik seseorang harus selaras dengan kesempurnaan
akhlaknya, setiap orang mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan

15 Djamaludin Ancok, “Modal Sosial Dan Khualitas Masyarakat,” Jurnal Psikologika VIII,
no. 15 (2003): 12.
akhlaknya, upaya memperbaiki akhlak merupakan suatu ibadah sebagaiman
misi Rasulullah di utus ke dunia, yakni untuk menyempurnakan akhlak.
Keberhasilan suatu keluarga, masyarakat atau bangsa tidak bisa
dikatakan berhasil apabila akhlaknya belum baik. Sangat disayangkan, apabila
seseorang memiliki harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, terkenal di
seluruh jagat raya ataupun yang lainnya, apabila ia tidak menerapkan akhlak
maka hidup tidak akan bermanfaat, tidak memiliki jati diri yang sebenarnya.
Semua akan lenyap seketika apabila akhlak kita sudah hilang.
Dapat kita ketahui bahwa pendidikan akhlak haruslah ditanamkan sedini
mungkin, agar anak dapat tumbuh menjadi sosok yang memiliki sikap dan
perilaku yang baik di tengah-tengah masyarakat. Apabila dalam menerapkan
pendidikan akhlak dari sejak dini, maka untuk masa yang akan datang akan
melahirkan generasi – generasi yang unggul sehingga dapat mencapai Islam
Rahmatan Lil’alamin.
Dalam islam dasar akhlak adalah Al quran dan hadits, kedua sumber
tersebut menjadi landasan sumber ajaran islam secara keseluruhan,s sebagai
pola hidup sehari-hari untuk menetapkan mana yang baik dan mana yang
buruk. Agama islam memndang sikap akhlakul karimah sebagi hal yang
utama yang harus di miliki oleh setiap manusia untuk hidup bermsyarakat.
Dengan demikian Nabi muhammad SAW bertugas menyampaikan
risalahnya kepada seluruh umatnya, serta berkewajiban memperbaiki budi
pekerti, sehingga umatnya menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
Atas dasar tersebut maka kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang sangat penting sekali, baik sebagai indi vidu maupun
sebagi anggota masyarakat jatuh bangunya suatu bangsa bergantung pada
akhlaknya, apabila akhlaknya baik maka sejahtralah bansa tersebut, sebalinya
apabila bangsa nya berakhlak buruk maka jatuh lah bangsa tersebut
Berdasarkan pembahsan di atas maka penulis beri kesimpulan bahwa
akhlak dalam islam mempunyi banyak dimensi yang mengatur pola hubungan
manusia, tidak hanya sesama manusia saja, akan tetapi dengan khalik dan
alam sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA

Andik Wahyu Muqoyidin, “Membangun Kesadaran Insklusif Multi Kultural


Untuk Deradikalisasi Pendidikan Islam,” Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1
(2013): 132.

Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan


Masyarakat Di Desa Garungtungan Kecamatan Kindung Kabupaten
Bulukuma,” Jurnal Adabiyah 17, no. 2 (2017): 162.

Musolikodin Djailani, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan


Masyarakat,” Jurnal Ilmiah 1, no. 2 (2013): 102.

Irwan Masduqi, “Deradikalisai Pendidikan Islam Berbasis Khasanah Pesanteren,”


Jurnal Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2013): 2.

Ali Anas Nasution, “Konsep Dasar Pendidikan Islam,” Jurnal Thariqoh Ilmiah 1,
no. 1 (2014): 3.

Nur Ainiyah, “Pembentukan Kharakter Melaluai Pendidikan Agama Islam,”


Jurnal Al-Ulum(Jurnal Studi-Studi Islam) 13, no. 1 (2013): 29.

Hilda Aniss Shifa, “Pendidikan Karakter Dalam Persepektif Pendidikan Islam,”


Jurnal Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014): 3.

Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Garungtungan Kecamatan Kinding Kabupaten
Balukumba,” Jurnal Adabiyah 17, no. 2 (2017): 168
Marfuah Sri Sanitiyastuti, “Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membangun
Akhlakul Kharimah,” JUrnal Chennel 3, no. 2 (2015): 115.

Amirus Sodik, “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam,” Jurnal Ekonomi Syariah 3,


no. 2 (2015): 383.

Muhamad Arif, “Pendidikan Agama Islam Inklusif Multikultural,” Jurnal


Pendidikan Islam 1, no. 1 (2012): 3.

Abdul Basid, “Dakwah Cerdas Di Era Moderen,” Jurnal Komunikasi Islam 3, no.
1 (2013): 80.

Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia,” Jurnal Studia Islamika 12, no. 2 (2015):
258.
Samirin, “Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia,” Jurnal Al-Ta’dib 8, no. 1 (2015): 109.

Djamaludin Ancok, “Modal Sosial Dan Khualitas Masyarakat,” Jurnal


Psikologika VIII, no. 15 (2003): 12.

Anda mungkin juga menyukai