Samsudin
Institut Agama Islam Negeri Metro, Jl Kihajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota
Metro, lampung 34111
Samsudinahmad412@gmail.com
Abstrak
Samsudin
Institut Agama Islam Negeri Metro, Jl Kihajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota
Metro, lampung 34111
Samsudinahmad412@gmail.com
Abstract
The function of the creation of humanity on the face of the earth is as a
leader and as a servant of God. Therefore, to carry out these two functions man
must equip himself adequately, especially the provision of religious knowledge.
With this knowledge the Muslims can portray themselves in order to strengthen
the relationship with their Lord (the Khaliq) and with each other (creatures). In
Islam, noble character has a very high position. In many verses either the Qur'an
or the hadith of the Prophet has been poured various virtues noble virtue. As the
guidance of living for humans, the Qur'an and al-hadith contains many calls for
noble character, and the prohibition of morality. If every people understand the
concept of Islamic morality in a good way and realize it in their respective lives,
then various kinds of issues both concerning personal life and society can
certainly be solved with a good solution. The way to go is to carry out all the
commandments of God and increase the piety of Him and to forsake the whole
prohibition of God. Therefore, applying the noble character in relationships
among human beings can not be separated from the framework of aqidah and
moral education through Islamic religion. When people connect with each other,
both with themselves, with their families, and with the surrounding community
must still be based on the aqidah and science of religion is true, so that the real
morality is real.
5 Ali Anas Nasution, “Konsep Dasar Pendidikan Islam,” Jurnal Thariqoh Ilmiah 1, no. 1
(2014): 3.
Sebagai makhluk yang hidup dengan budaya, maka mereka dituntut
untuk menjadi manusia yang mempunyai komitmen terhadap karakter dan
sikap dengan moralitas yang tinggi. Dalam pendidikan karakter, akhlak,
prilaku dan moralitas hendaknya tidak hanya dipelajari tetapi juga harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena jika hanya dipelajari tetapi
tidak diterapkan maka pendidikan itu hanya akan menjadi wacana belaka. Dan
itu merupakan sesuatu tindakan yang salah. Karena jika manusia sudah tidak
memiliki sikap-sikap tersebut maka manusia akan berprilaku6 seenaknya
sendiri dan tidak pernah memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya.
Faktor penghamabat penghamabt dalam pembentukam karakter
akhlakul karimah ialah Jika sikap itu sudah ada dalam diri seseorang mereka
akan cenderung individual yang kemudian bersikap seolah dia tidak
membutuhkan orang lain dalam hidupnya 57 Bahkan dia juga akan
menganggap apa yang diperolehnya tersebut adalah hasil kerjannya sendiri
tanpa bantuan siapapun, termasuk tanpa bantuan Allah, padahal apapun yang
terjadi didunia adalah atas kehendak Allah.
Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau
kelompok kaum muslim.
Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai
terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan menyikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada
keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara
6 Nur Ainiyah, “Pembentukan Kharakter Melaluai Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Al-
Ulum(Jurnal Studi-Studi Islam) 13, no. 1 (2013): 29.
7 Hilda Aniss Shifa, “Pendidikan Karakter Dalam Persepektif Pendidikan Islam,” Jurnal
Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014): 3.
membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya
perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka
akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama,
al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).
8 Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Garungtungan Kecamatan Kinding Kabupaten Balukumba,” Jurnal Adabiyah
17, no. 2 (2017): 168.
Nilai buakan di jadikan rujukan untuk bersikap berbuat dalam
masyarakat, akan tetapi di jadikan pola sebagai ukuran benar tidaknya suatu
fenomena dalam masyarakat itu sendiri. apabila ada suatu fenomena sosial
yang bertentangan dengan sistem nilai yang di anut oleh masyarakatmaka
perbuatan tersebut di nyatakan bertentangan dengan nilai yang telah di anut
oleh masyarakat, dan akan mendapatkan penolakan dari masyarakat tersebut.
Dengan demikian dapat di simpulaka nilai merupakan sesuatu yang di
yakini kebenaranya yang di anut serta di jadikan acuan dasar individu dan
masyarakat dalam menetukan sesuatau yang di pandang baik, benar, bernilai
maupun berharga. Nilai merupakan kepribadian individuyang berpengaruh
terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif serta
mengarahkan pada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai merupakan daya pendorong oleh karena itu nilai dalam setiap
individu dapat aspek niai-niai ajaran islam pada intinya dapat di bedakan
menjadi 3 yaitu:
1. Niali-nilai aqidah
mengajarkan manusia untuk percaya akan adnya Alah maha esa dan maha
kuasa sebagi pencipta alam smesta yang akan senantiasa mengawasi dan
memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia dengan merasa
sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan Maha kuasa.
2. Nilai-nilai ibadah
Mengajarkan kepada manusia agar di setiap perbuatanya senantiasa di
landasi dengan hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah SWT.
Pengamalan konsep-konsep nili ibadah akan melahirkan manusia yang
adil, jujur, dan suka membantu sesamanya
3. Nilai –nilai akhlak
Mengajarkan manusia untuk bersikap dan berprilaku yang baik sesuai
norma atau adab yang benar atau bai, sehingga akan membawa manusia
untuk hidup tentram, damai, dan sejahtra/ harmonis9.
Dengan ini, menerapkan akhak yang baik dalam kehidupan sehari hari
maka akan menjadikan sebuah keluarga yang aman, tentram, dan damai dan
mewujudkan yang harmonis melewati sebuah pelaksanaan serta kehormatan
hak dan tanggunng jawab antara suami dan istri. Jadi sangat penting akhlak itu
bagi yang membangun suatu keluarga, dan yang membuat keluarga
berantakan tidak harmonis serta menjadikan seseorang menjadi runtuh itu
karena akhlak yang buruk. Dengan ini, seseorang tidak akan ragu lagi untuk
menerapkannya akhlak dalam kehidupan kekeluargaan maka akan
menumbuhkan kebahagiaan, ketentraman, kedamainan serta eharmonian
dalam keluarga tersebut, itulah sebuah akidah untuk membahagiakan sebuah
binaan rumah tangga seorang umat islam.
Sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan baik dan terpuji
menurut rasio dan syariat maka sifat tersebut dinamakan akhlakyang baik.
Akhlak yang baik atau mulia tentunyaakhlak yang tidak bertentangan dengan
kaidahagama, adat dan hukum yang diterima olehmasyarakat. Akhlak mulia
tersebut dapat beruparasa tanggung jawab atas semua yang diucapkanatau
dikerjakan. Kemauan untuk menuntut ilmu,menghormati akal mendorong
untuk meneliti danmerenung, memilih kebenaran dan kebaikan,saling
memberi nasehat, bersabar, dan beramal.Masih banyak akhlak mulia yang bisa
diterapkan.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan
sehari – hari, manusia selalu berinteraksi satu sama lain. Entah itu interaksi
secara langsung maupun tidak langsung. Akhlak terhadap sesama manusia ini
sasarannya adalah keluarga, teman, tetangga, diri sendiri, maupunorang
lemah.9
Akal pikiran manusia juga sama kedudukannya seperti hati nurani di
atas. Kebaikan atau keburukan yang diperoleh akal bersifat subjektif dan
relatif. Karena itu, akal manusia tidak dapat menjamin ukuran baik dan
buruknya akhlak manusia. Hal yang sama juga terjadi pada pandangan umum
masyarakat. Yang terakhir ini juga bersifat relatif, bahkan nilainya paling
rendah dibandingkan kedua standar sebelumnya. Hanya masyarakat yang
memiliki kebiasaan (tradisi) yang baik yang dapat memberikan ukuran yang
lebih terjamin.
Karena pada awalnya, manusia diciptakan oleh Allah tujuannya adalah
untuk menjadi khalifah di muka bumi, yang tentunya juga harus dapat
melestarikan bumi ini. Memang suatu saat nanti kiamat pun akan terjadi.
Namun jika manusia terus bersikap merusak lingkungan seperti ini, tentunya
kiamat itu sendiri akan menjadi lebih cepat karena ulah manusia itu sendiri.
Setidaknya kita sebagai seorang muslim, dapat melestarikan lingkungan
karena tentunya kita telah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
Penerapan akhlak terhadap lingkungan merupakan peran utama dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana yang akan mengancam tidak hanya pada
jiwa tetapi juga harta, kehormatan, dan keturunan bahkan agama. Karena
alasan itulah tindakan mengantisipasi ancaman mutlak dilakukan oleh setiap
individu ataupun kelompok di dalam masyarakat demi tercapainya
kemaslahatan bersama
10 Amirus Sodik, “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam,” Jurnal Ekonomi Syariah 3, no. 2
(2015): 383.
fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara, sayangnya
harapan dan cita-cita tersebut masih jauh dari kenyataan.11
Islam juga mendapatkan tekanan yang luar biasa dari pemelukny,
Islam datang sebagai agama terakhir yang bertujuan untuk mengantarkan
pemeluknya menuju kepada kebahagiaan hidup yang hakiki, oleh karena itu
islam sangat memperhatikan kebahgiaan manusia baik itu kebhagiaan dunia
maupun akhirat kelak, dengan kata lain agama islam ( dengan segala aturanya
)sanagat mengharapkan umat manusia untuk memperoleh kesejahtraan materi
dan spiritual.12
Sejatinya sebagai konsekuensi ke imanan kepada Allah, seseorang
muslim wajib mengaitkan diri pada syariah islam harus di terpakan dalam
semua lini kehidupan.13
Rasulullah SAW menyuruh umat manusia agar beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. Manusia juga diajarkan untuk selalu menjaga tali
persaudaraan, memuliakan tamu, berbuat baik kepada sesame, baik yang tua
maupun yang muda, bahkan berbuat baik kepada binatang.
Rasulullah juga mengajarkan umat manusia agar menjadi seorang
yang dermawan, santun dan pemaaf. Rasulullah menuntun manusia agar selalu
memegang amanah, menepati janji, dan selalu melaksanakan kewajiban
dengan baik sebelum menuntut hak dirinya. Apa yang beliau serukan dan
beliau ajarkan selalu dicontohkan oleh pribadi dirinya yang Luhur
buruk/tercela).
Akhlak mulia itu sendiri meliputi sikap yang sopan, santun, tutur kata
yang lembut, tidak marah, bisa menjadi teladan yang baik, taat beribadah dan
berbuat jujur. Adapun sumber akhlak adalah tuntunan Alquran dan Hadits.
Masyarakat melihat akhlak dari perbuatan yang tampak, ditampilkan melalui
perkataan dan perbuatan seseorang namun, tidak melihat dari segi hakikatnya,
G. KESIMPULAN
Yang terpenting ditegaskan di sini adalah pembinaan akhlak mulia
bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Artinya sesulit apapun pembinaan akhlak mulia ini bisa dilakukan, ketika ada
komitmen (niat) yang kuat untuk melakukannya dan didukung oleh usaha
keras serta selalu bertawakkal dan mengharap rido dari Allah Swt. bukan tidak
mungkin akhlak mulia ini akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
sikap dan perilaku sehari-hari.
Hal yang berkaitan dengan akhlak merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk dijadikan perhatian, karena akhlak menjadi tujuan utama untuk
tumbuh dan berkembangnya suatu negara dan bangsa. Selain itu tujuan utama
yang lain adalah untuk memperbaiki serta beristiqomah dalam melakukan
setiap ibadah. Apabila ibadah seseorang sempurna, maka akhlak yang dimiliki
seseorang tersebut akan sempurna juga. Dan agar suatu akhlak itu dapat
tertanam dalam jiwa seseorang serta dijadikannya sebagai teladan.
Kesempurnaan fisik seseorang harus selaras dengan kesempurnaan
akhlaknya, setiap orang mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan
15 Djamaludin Ancok, “Modal Sosial Dan Khualitas Masyarakat,” Jurnal Psikologika VIII,
no. 15 (2003): 12.
akhlaknya, upaya memperbaiki akhlak merupakan suatu ibadah sebagaiman
misi Rasulullah di utus ke dunia, yakni untuk menyempurnakan akhlak.
Keberhasilan suatu keluarga, masyarakat atau bangsa tidak bisa
dikatakan berhasil apabila akhlaknya belum baik. Sangat disayangkan, apabila
seseorang memiliki harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, terkenal di
seluruh jagat raya ataupun yang lainnya, apabila ia tidak menerapkan akhlak
maka hidup tidak akan bermanfaat, tidak memiliki jati diri yang sebenarnya.
Semua akan lenyap seketika apabila akhlak kita sudah hilang.
Dapat kita ketahui bahwa pendidikan akhlak haruslah ditanamkan sedini
mungkin, agar anak dapat tumbuh menjadi sosok yang memiliki sikap dan
perilaku yang baik di tengah-tengah masyarakat. Apabila dalam menerapkan
pendidikan akhlak dari sejak dini, maka untuk masa yang akan datang akan
melahirkan generasi – generasi yang unggul sehingga dapat mencapai Islam
Rahmatan Lil’alamin.
Dalam islam dasar akhlak adalah Al quran dan hadits, kedua sumber
tersebut menjadi landasan sumber ajaran islam secara keseluruhan,s sebagai
pola hidup sehari-hari untuk menetapkan mana yang baik dan mana yang
buruk. Agama islam memndang sikap akhlakul karimah sebagi hal yang
utama yang harus di miliki oleh setiap manusia untuk hidup bermsyarakat.
Dengan demikian Nabi muhammad SAW bertugas menyampaikan
risalahnya kepada seluruh umatnya, serta berkewajiban memperbaiki budi
pekerti, sehingga umatnya menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
Atas dasar tersebut maka kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang sangat penting sekali, baik sebagai indi vidu maupun
sebagi anggota masyarakat jatuh bangunya suatu bangsa bergantung pada
akhlaknya, apabila akhlaknya baik maka sejahtralah bansa tersebut, sebalinya
apabila bangsa nya berakhlak buruk maka jatuh lah bangsa tersebut
Berdasarkan pembahsan di atas maka penulis beri kesimpulan bahwa
akhlak dalam islam mempunyi banyak dimensi yang mengatur pola hubungan
manusia, tidak hanya sesama manusia saja, akan tetapi dengan khalik dan
alam sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Ali Anas Nasution, “Konsep Dasar Pendidikan Islam,” Jurnal Thariqoh Ilmiah 1,
no. 1 (2014): 3.
Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Garungtungan Kecamatan Kinding Kabupaten
Balukumba,” Jurnal Adabiyah 17, no. 2 (2017): 168
Marfuah Sri Sanitiyastuti, “Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membangun
Akhlakul Kharimah,” JUrnal Chennel 3, no. 2 (2015): 115.
Abdul Basid, “Dakwah Cerdas Di Era Moderen,” Jurnal Komunikasi Islam 3, no.
1 (2013): 80.
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia,” Jurnal Studia Islamika 12, no. 2 (2015):
258.
Samirin, “Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia,” Jurnal Al-Ta’dib 8, no. 1 (2015): 109.