Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Mujiburrohman, S.Pd., M.Pd.I.

Disusun oleh :

Siti Nok Jumairoh 21100211348

Duratun Nafizah 21100211355

Sholikhatun Nisaa’ 21100211312

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Pendidikan akhlak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
agama, karena yang baik menurat akhlak, baik pula menurut agama, dan yang buruk
menurut ajaran agama buruk juga menurut akhlak. Pendidikan akhlak menempati posisi
sangat penting dalam Islam, karena kesempurnaan seseorang tergantung pada kebaikan
dan kemuliaan akhlak. Manusia yang dikehendaki islam adalah manusia yang memiliki
akhlak yang mulia, manusia yang seperti inilah yang akan mendapatkan kebaikan di
dunia dan diahirat. Nabi Muhammad SAW datang dengan membawa akhlak kepada
umat manusia, akhalak yang dikehendaki oleh Islam adalah akhlak Nabi Muhammad,
akhlak Nabi Muhammad sama dengan Al-Qur’an, begitu tegasnya Islam dalam membina
akhlak manusia yang membawa kepada jalan yang lurus.
Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya pembinaan yang
dilakukan. Oleh karena itu perlu di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi Pembinaan akhlak dilakuatkan dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
dan pendidikan. Pembinaan akhlak dalam pendidikan tertuang dalam pendidikan
karakter. Ahklak sering dikaitkan dengan pendidikan karakter yang merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,
dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti,
sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa.
Pendidikan karakter yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan tuhan, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan yang terwujud dalam
pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
budaya dan adat.
Karekter juga bisa diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti.
B. Rumusan Masalah.
a. Apa pengertian dari akhlak?
b. Bagaimana urgensi akhlak dalam kehidupan?
c. Apa saja pokok keutamaan akhlak?
d. Apa konsep dan dasar tujuan pendidikan Islam?
e. Apa saja tujuan pendidikan Islam?
C. Tujuan penulisan.
a. Mengetahui pengertian dari akhlak.
b. Mengetahui urgensi akhlak dalam kehidupan.
c. Mengetahui pokok keutamaan akhlak.
d. Mengetahui konsep dan dasar tujuan pendidikan Islam.
e. Mengetahui tujuan dari pendidikan Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak.
Memaknai Pendidikan Akhlak, maka kita hendak diarahkan untuk memaknai kata
akhlak itu sendiri, Akhlak dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata “Khuluq”
yang artinya budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Dalam pengertian etimologi,
Akhlak berarti karakter, disposition dan moral constitution. Dalam bukunya M. Quraish
Shihab yang berjudul Wawasan Al-Qur’an, bahwa “kata akhlak walaupun diambil dari
bahasa arab, namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, yang ditemukan
hanyalah bentuk tunggal kata tersebut seperti khuluq, seperti termaktum dalam Al-
Qur’an surat Al-Qalam ayat 4; “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti
yang luhur”.
Sedangkan menurut Ahmad Amin dalam Kitab Al-Akhlaq, bahwa berbicara mengenai
akhlak yaitu berbicara tentang baik dan buruk, lebih jauh lagi dia menuturkan bahwa,
baik dan buruk merupakan objek dalam studi akhlak. Dalam buku Etika Dasar Frans
Magnis Suseno mengungkapkan bahwa dalam era modern, sedikitnya terdapat tiga
fungsi akhlak dalam kehidupan manusia, antara lain, dapat dijadikan sebagai panduan
dalam memilih apa yang boleh diubah, dan apa yang harus dipertahankan. Kemudian,
dapat dijadikan sebagai obat penawar dalam menghadapi berbagai ideologi kontemporer
(seperti materialisme, nihilisme, hedonisme, radikalisme, marxisme, sekulerisme dan
lain-lain). Dapat pula dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi perilaku
menyimpang akibat pengaruh negatif globalisasi.
Dalam Al-Qur’an terdapat gambaran yang jelas mengenai pendidikan akhlak,
diantaranya adalah akhlak pada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, sebelum akhlak
kepada sesama makhluk Tuhan. Oleh karena itu, akhlak kepada Allah Ta’ala (berupa
ketaatan) adalah dasar dari diterimanya segala amalan baik kepada sesama makhluk di
dunia, seperti memberi harta yang dicintai kepada kerabat, anak, istri, anak-anak yatim,
orang miskin, dan musafir, serta kebaikan-kebaikan lainnya. Karena sesunguhnya
kesempurnaan akhlak mulia adalah beradab kepada Allah Ta’ala, Rabb semesta alam.
Yaitu dengan mengetahui hak Rabb-nya dan bersegera memenuhi hak Rabb-nya dari
perkara yang diwajibkan atasnya serta dari sunnah yang dimudahkan atasnya. Sehingga
seorang hamba dapat mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah Ta’ala.
B. Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan.
Aspek-aspek ajaran Islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim
ketiganya merupakan aspek-aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus
dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat
terlaksana tanpa adanya akhlak yang baik.Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak
merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam. Akhlak yang mulia adalah pertanda
kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk mengemban
misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang
terdahulu. Rasulullah SAW bersabda ‫دوالبيهقى‬EE‫“ ٳَّنَم اُبِع ْثُتُأِلَتِّم َمَم َك اِر َم اَأْلْخ َالِقرواهأحم‬Aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi). Apakah Rasulullah
diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak? Tentu tidak hanya itu
saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan
akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah SWT melalui para Nabi dan Rasul,
ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat
sebagai berikut : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al-kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah SWT mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q. S. Al-Ankabut:45). Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa
muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan
munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita
telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih
badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk
membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, ta’at peraturan, dan melatih seseorang
untuk tepat waktu.
Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang.
“ Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak
beriman”. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah
menjawab: “ Orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R.
Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak
buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin
kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu
yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal jika
kita ketahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan.
Bahkan manusia paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak
jelek. “sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah
seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya”. (H. R.
Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik
akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat
duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (H. R. At-
Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak
ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (H. R. Abu Daud). Demikian juga orang
bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga, “penyebab utama masuknya
manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya”. (H. R.
Tirmidzi).
Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang
bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan
baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus
perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui
tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri
bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.
C. Pokok Keutamaan Akhlak.
Keutamaan akhlak sebenarnya sangat banyak jenisnya, namun hal tersebut oleh imam
Al-Ghazali diklasifikasikan ke dalam empat macam, yang dianggap sebagai pokok yang
dapat mencakup segala cabang dan jenisnya yaitu, kebijaksanaan (hikmah), keberanian
(syaja’ah), pemeliharaan diri (iffah), dan keseimbangan (‘adalah).
a) Bijaksana
Al-Ghazali menyebutkan bahwa kebijaksanaan (Al-Hikmah) merupakan salah
satu keutamaan jiwa rasional (Al-Aqliyat) yang memelihara jiwa Al-Ghadabiyat
yang memungkinkan seseorang membedakan yang benar dari yang salah dalam
semua perbuatan yang disengaja.
Kebijaksanaan (Al-Hikmah) yang dimaksud Al-Ghazali adalah keutamaan
yang telah dianggap agung oleh Allah SWT, sehingga orang yang mendapatkan sifat
bijaksana akan diberikan Tuhan segala macam kebijakan di dalam dirinya baik
secara zhahir maupun bathin, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an : “Allah
menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As
Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-
Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-
orang yang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran. (Q. S. Al-Baqarah 1:269)
b) Keberanian
Apabila akhlak yang terpuji itu telah dapat tercapai maka akan tumbuhlah
tindakan-tindakan yang baik, misalnya apabila keberanian telah tercapai maka akan
tumbuhlah berani maju sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat
dicontohkan dengan maju ke medan perang untuk menundukkan kesombongan
orang kafir yang mengganggu di satu sisi, namun di sisi lain berkasih sayang di
antara sesama muslim.
c) Menjaga Kesucian Diri
Al-‘Iffah, (memelihara diri agar terhindar dari segala perbuatan tercela).
Manusia berkewajiban untuk mengawasi syahwat, biasanya orang cenderung untuk
memperturutkan syahwatnya, terutama yang menyangkut dengan alat kelamin dan
perut dan juga kehendak untuk mendapatkan harta yang banyak, pangkat dan
kedudukan yang tinggi yang dibarengi dengan gila hormat. Keterlaluan dan
kekurangan dalam sifat-sifat tersebut adalah merupakan cacat dan merupakan suatu
kekurangan, sedangkan yang sempurna adalah keseimbangan menurut ukuran akal
yang sehat dan agama yang benar.
d) Keadilan (keseimbangan)
Keadilan (keseimbangan) merupakan prinsip utama dalam ajaran akhlak, hal
ini tidak saja meliputi konsep, tetapi juga meliputi berbagai hal, misalnya
keseimbangan dalam sifat-sifat tubuh sebaiknya harus dilengkapi dengan sifat-sifat
yang baik secara menyeluruh. Keseimbangan atau keadilan dalam budi pekerti tentu
dapat menimbulkan keadilan dalam pergaulan masyarakat dan politik kenegaraan,
dan keadilan merupakan cabang dari pada keadilan budi pekerti.
D. Konsep Dan Dasar Tujuan Pendidikan Islam.
a.Konsep Pendidikan Islam
Pada dasarnya konsep pendidikan Islam mencakup seluruh tujuan pendidikan
yang dewasa ini diserukan oleh barat bahkan diserukan oleh negara-negara di dunia.
Karena Islamlah, pendidikan memiliki misi sebagai pelayan kemanusiaan dalam
mewujudkan kebahagiaan individu dan masyarakat. Artinya Islam akan berhasil
mewujudkan tujuan pendidikan yang selama ini menjadi obsesi tokoh pendidikan
barat.
Secara universal Allah swt menyerukan kepada seluruh umat manusia agar
masuk ke dalam Islam secarah kaffah (menyeluruh). Itu berarti bahwa ajaran Islam
bukan hanya mencakup satu aspek saja, akan tetapi mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia yang intinya adalah mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat kelak. Berikut adalah 2 konsep yang terdapat dalam pendidikan Islam.

1. Konsep Pendidikan Islam tentang Aktualisasi Diri

Ketika Allah memerintahkan kepada manusia untuk menyembah-Nya, Allah


memberi bekal kemampuan kepada manusia untuk membedakan mana yang baik dan
yang buruk. Artinya, Allah memberi kebebasan memilih kepada manusia serta
menjelaskan konsekuensi pilihannya yang akan dirasakan manusia di akhirat kelak.
Allah membiarkan ajang kompetensi dalam kebaikan tetap terbuka bagi manusia.

Allah menjadikan penghambaan dan ketaatan manusia kepada-Nya sebagai


tujuan tertinggi. Hanya itulah yang menjadi tolak ukur aktualisasi diri dalam Islam.
Beberapa ayat menjelaskan pentingnya manusia beraktifitas atau bekerja sesuai
dengan kesiapan dirinya.

Untuk itu, Allah swt berfirman dalam QS Al-A’la/87: 1-3;

“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang menciptakan dan


menyempurnakan (penciptaan-Nya dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan
memberi petunjuk."

Kemudian dalam QS at-Taubah /9: 105 Allah swt berfirman;


‫َو ُقِل ٱْع َم ُلو۟ا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َع َم َلُك ْم َو َر ُسوُل ۥُه َو ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱْلَغْيِب َو ٱلَّشَٰه َد ِة َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َتْع َم ُلوَن‬

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
2. Konsep Pendidikan Islam tentang Perkembangan Pendidikan

Islam meletakkan segala perkara dalam posisi yang alamiah dan memandang
seluruh aspek perkembangan sebagai sarana mewujudkan penghambaan dan ketaatan
kepada Allah swt serta apliksai keadilan dan syariat Allah dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian pendidikan Islam itu mencakup pemeliharaan seluruh aspek
perkembangan, baik itu aspek material, spiritual, intelektual, perilaku sosial, dan
apresiasi.
b. Dasar Tujuan Pendidikan Islam
Idealitas tujuan dalam proses kependidikan Islam mengandung nilai-nilai
Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam
secara bertahap. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan
penggambaran nilainilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi peserta didik
pada akhir dari proses kependidikan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Islam
adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang diperoleh dari
pendidik muslim melalui proses yang terfokus pada pencapaian hasil (produk) yang
berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga sanggup mengembangkan dirinya
menjadi hamba Allah yang taat dan memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang
dengan dunia akhirat sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang berjiwa
tawakkal secara total kepada Allah swt, sebagai mana firman-Nya dalam QS Al-
An’am/6: 162 Terjemahnya: “Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Dengan
demikian tujuan pendidikan Islam sama luasnya dengan kebutuhan manusia modern
masa kini dan masa yang akan datang karena manusia tidak hanya.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi
berpendapat bahwa Dasar Tujuan pendidikan Islam adalah akhlak. Menurutnya,
pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Islam telah memberi
kesimpulan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan
Islam, dan tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya adalah mencapai suatu akhlak
yang sempurna. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa kita tidak mementingkan
pendidikan jasmani, akal, ilmu maupun ilmu pengetahuan praktis lainnya, melainkan
bahwa kita sesungguhnya memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak sebagaimana
halnya memperhatikan ilmu-ilmu yang lain. Anak-anak membutuhkan kekuatan
dalam jasmani, akal, ilmu, dan juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, cita rasa
dan kepribadian. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah mendidik budi
pekerti dan pembentukan jiwa.

E. Tujuan Pendidikan Islam.


Sebagai kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting. Karena
tujuan memiliki empat fungsi yaitu, mengakhiri usaha, mengarahkan usaha, titik pangkal
untuk mencapai tujuan-tujuan lain (tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan
dari tujuan pertama), dan memberi nilai (sifat) pada usaha. Berkaitan dengan fungsi
keempat ini, tujuan-tujuan pendidikan agama harus mampu mengakomodasikan tiga
fungsi utama dari agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman,
fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individu, dan fungsi sosial yang
berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain.

● Perbandingan Tujuan Pendidikan Islam Dan Penjabarannya.

1) Omar Moh. Al-Toumy Al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam


menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Tujuan yang berkaitan dengan individu yang mencakup perubahan berupa
pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-
kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
b) Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat yang mencakup tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, dan
memperkaya pengalaman masyarakat.
c) Tujuan profesional yang berkaiatan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, seni, profesi, dan kegiatan masyarakat.
2) Athiyah Al-Abrasyi merinci tujuan pendidikan Islam ke dalam:
a) Pembinaan akhlak.
b) Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
c) Penguasaan ilmu.
d) Ketrampilan bekerja dalam masyarakat.
3) Munir Mursi merinci tujuan umum (tujuan akhir) pendidikan Islam ke dalam:
a) Tujuan keagamaan.
b) Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
c) Tujuan pengajaran kebudayaan.
d) Tujuan pembinaan kepribadian.
Para pemikir pendidikan Islam berbeda ketika merumuskan tujuan pendidikan Islam.
Ada yang merumuskan secara umum, dan ada yang merumuskan lebih rinci. Meskipun
rumusan tujuan pendidikan Islam berbeda, tetapi pada dasarnya pendidikan Islam
bertujuan agar anak didik dapat hidup dengan berpegang teguh dengan
ajaran Islam. Dengan demikian, mereka telah mempersiapkan dirinya untuk mencapai
kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Akhlak merupakan sesuatu yang tidak pernah habis-habisnya untuk


dibicarakan. Karena akhlak termasuk salah satu pokok ajaran agama Islam dan
merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan diutusnya
Nabi Muhammad Saw., ke muka Bumi ini tidak lain untuk menyempurnakan akhlak
manusia.
Dengan demikian Akhlak menjadi dasar tujuan dari Pendidikan Islam. Islam
telah memberi kesimpulan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh
(jiwa) pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya adalah
mencapai suatu akhlak yang sempurna. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa kita
tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal, ilmu maupun ilmu pengetahuan praktis
lainnya, melainkan bahwa kita sesungguhnya memperhatikan segi-segi pendidikan
akhlak sebagaimana halnya memperhatikan ilmu-ilmu yang lain. Pendidikan Akhlak
juga sangat penting untuk menghadapi zaman yang terus berkembang dari waktu ke
waktu, karena dengan berkembangnya zaman sekarang Pendidikan Akhlak mulai
memudar.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. (2021). Urgensi Pendidikan Akhlak : Tinjauan Atas Nilai Dan Metode Perspektif
Islam Di Era Disrupsi. Manado: Institut Agama Islam Negeri (Iain) Manado

Sahlan. (2013). Urgensi Pendidikan Islam Dalam Membina Akhlak Mulia. Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Al-Syaibani, Omar Moh. Al-Toumy. (1979). Falsafah Pendidiknn Islam. Jakarta: Bulan
Bintang

Al-Ghazali, Abu Hamid, Muhammad Ibn Muhammad. 1964. Ihya ‘Ulumuddin. Beirut: Isa
Al-Babi Al-Halaby

An-Nahlawi, Abdurrahman. Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asahibiha fil Baiti wal

Madrasati wal Mujtama’. Terjemahan oleh: Shihabuddin dengan judul: Pendidikan Islam di
Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. CV. Nala Dana, 2007.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam I. Cet. III; Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Anda mungkin juga menyukai