0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
510 tayangan26 halaman
Dokumen tersebut membahas pentingnya akhlak dalam agama Islam. Islam menempatkan akhlak pada posisi yang sangat strategis dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari pengiriman rasul. Akhlak baik dapat dibentuk dengan memahami akhlak yang baik dan buruk menurut Islam serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dokumen tersebut membahas pentingnya akhlak dalam agama Islam. Islam menempatkan akhlak pada posisi yang sangat strategis dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari pengiriman rasul. Akhlak baik dapat dibentuk dengan memahami akhlak yang baik dan buruk menurut Islam serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dokumen tersebut membahas pentingnya akhlak dalam agama Islam. Islam menempatkan akhlak pada posisi yang sangat strategis dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari pengiriman rasul. Akhlak baik dapat dibentuk dengan memahami akhlak yang baik dan buruk menurut Islam serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan Kelompok 9 Sayid Muhammad Mustafa 1609035023 M. Devan Deandra Putra 1609035032 M. Syahrul Gunawan 1609035035 M. Okta Rianto 1609035043 Idris Zulqarnain 1609035044 M. Rasul Ibnu Nasir 1609035045 Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya. Akhlak akhlak ialah hal ihwan yang melekat pada jiwa (Sanubari). Dari situ timbul perbuatan-perbuatan secara mudah tanpa dipikir panjang dan diteliti terlebih dahulu (Spontanitas). Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pikiran dan syariah, maka tingkah laku itu disebut ahklak yang baik. Apabila menimbulkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tingkah laku disebut ahklak yang buruk. Ahklak terpuji dan baik tidak akan terbentuk begitu saja, landasan dalam islam adalah Al-Quran dan al-hadits. Dari kedua landasan inilah dijelaskan kreteria demi kreteria antara kebajikan dan kejahatan, keutamaan dan keburukan, terpuji dan tercelah. Kedua Landasan itupula yang dapat dijadikan cermin dan ukuran akhlak muslim. Ukuran itu ialah iman dan takwa semakin tinggi keimanan dan ketakwaan seseorang, akan semakin baik pula ahlaknya, namun sebaliknya, semakin rendah nilai keimanan dan ketakwaan seseorang maka akan semakin rendah pula kualitasnya. Moral Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Etika Dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep- konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Perbedaan Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika
Akhlak: standar penentuan Al-Quran dan Hadits
Moral: besifat lokal/khusus Etika: lebih bersifat teoritis/umum
Perbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak
pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah Al-Quran dan Hadits. Eksistensi Akhlak dalam Islam Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam beberapa hal diantaranya; Rasulullah Saw. diutus kepada umatnya dengan membawa risalah yang telah diwahyukan Allah swt. melalui Jibril, diantaranya yaitu untuk menyempurnakan akhlaq. Sebagai mana sabda Rasulullah Saw. dalam salah satu haditsnya; Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. (HR. Malik). Mendefenisikan agama sebagai akhlaq yang baik. Dalam sabda Rasulullah saw. ketika beliau ditanya tentang makna agama, beliau menjawab; bahwa agama adalah akhlak yang baik. Timbangan yang paling berat pada hari Kiamat adalah akhlak mulia. Rasulullah Saw. besabda; Timbangan yang berat pada hari perhitungan nanti adalah takwa kepada Allah dan akhlak mulia. Orang-orang mukmin yang bagus keimanannya dan lebih baik diantara mereka adalah yang paling mulia akhlaknya. Eksistensi Akhlak dalam Islam Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukkan bahwa Islam menempatkan akhlaq di posisi yang sangat tinggi. Sebagaimana qudwah kita, Nabi Muhammad Saw. memiliki akhlak yang baik dan sifat-sifat mulia. Dengan sifat-sifat tersebut, beliau mampu membawa risalah yang Allah Swt. amanatkan kepadanya dengan membuahkan hasil yang memuaskan, diantaranya dengan melahirkan generasi- generasi yang tangguh dan memiliki iman serta ketakwaan kepada Allah Swt. Sehingga, tak jarang beliau mendapat acungan jempol dari musuh-musuhnya dikarenakan akhlaknya yang mulia. Dan setelah kita mengetahui akan pentingnya akhlak mulia dalam Islam, timbul pula satu pertanyaan, adakah kita mampu membentuk akhlak yang mulia dalam kepribadian kita sehari-hari ? dan mampukah kita merubah tabiat buruk seseorang dan membimbingnya untuk berakhlak baik ?. Eksistensi Akhlak dalam Islam Akhlak yang baik secara umum dapat dibentuk didalam diri kita, karena Allah Swt. memerintahkan kita untuk berakhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk. Dan jikalau hal ini tidak mungkin ditetapkan kepada manusia pasti Allah tidak akan mentaklifkan kepada manusia karena Islam tidak memerintahkan hal-hal yang mustahil kepada umatnya. Dan hal ini berdasakan kemampuan yang dimiliki setiap individu dan juga ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Umumnya manusia itu telah dianugerahi oleh sebagian akhlak, dan akhlak-akhlak ini bisa terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Sabda Rasulullah Saw. kepada Abdul Qais; Sesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang Allah Swt. dan Rasul-Nya menyukai keduanya yaitu kelembutan dan kesabaran; kemudian ia bertanya kepada Rasulullah; saya akan berakhlak dengan keduanya, apakah Allah Swt. telah menciptakan keduanya kepadaku ?. Rasulullah Saw. bersabda bahkan kedua-duanya diciptakan kepada engkau, maka ia menjawab; alhamdulillah Allah Swt. telah menciptakan kedua sifat kepadaku yang mana Allah dan Rasul-Nya menyukai keduanya. Eksistensi Akhlak dalam Islam Adapun cara-cara dalam membentuk akhlak yang baik : 1. Mengetahui macam-macam akhlak yang baik yang telah ditetapkan dalam agama Islam dan juga macam-macam akhlak yang buruk yang telah dilarang oleh Islam. Hal ini sangat penting sekali karena jikalau tidak diketahui oleh seseorang muslim bagaimana ia bisa membedakan akhlak yang baik dan akhlak yang tidak baik. 2. Seseorang muslim juga harus mengetahui dan menyadari akan pentingnya ia berakhlak yang baik karena hal ini berhubungan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. sebagaimana ia juga harus mengetahui akan bahayanya berakhlak yang buruk. Tidak cukup hanya dengan mengetahuinya saja, tapi juga harus direalisasikan dalam prilaku sehari-hari sebagai bukti nyata dari keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. karena akhlaq yang buruk itu menunjukkan lemahnya keimanannya kepada sang Khalik, tapi akhlak yang mulia menunjukkan tingginya iman dan takwa kepada Allah Swt. 3. Memelihara maani-maani aqidah Islam dalam diri karena ia merupakan kunci keimanan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya yang bisa membuka jiwa dalam menerima akhlak-akhlak Islami serta merealisasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Urgensi Akhlak dalam Islam Benarkah akhlak menjadi kunci sukses seseorang dunia akhirat? Apakah akhlak mempunyai eksistensi dalam Islam? Apakah akhlak menjadi penentu bagi seseorang untuk masuk syurga? Bukankah cukup hanya dengan Iman, dan banyak beribadah kita dapat masuk syurga? Apakah benar tujuan dari berbagai ibadah dalam Islam, seperti puasa, shalat, zakat, dan haji untuk membentuk akhlak mulia? Apakah tanpa akhlak mulia ibadah kita sia-sia?. Untuk menjawab semua pertanyaan diatas, perlu kita telusuri dalam Al- Quran dan Hadits, ternyata banyak hadits dan ayat yang secara langsung maupun tidak langsung menghubungkan antara ritual/ibadah pembentukkan akhlak mulia, hal ini dapat kita perhatikan dari berbagai ritual dalam Islam, ternyata semuanya selalu berhubungan dengan pembentukkan akhlak mulia. Urgensi Akhlak dalam Islam Allah mengutus Rasulullah untuk menyempurnakan akhlak manusia, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. (H.R. Ahmad). Hadits tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak manusia, mungkin kita akan bertanya, apakah Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak? Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak. Apakah manusia tidak mampu memperbaiki akhlaknya sendiri, sehingga perlu diutus seorang Rasul? Bukankah manusia dibekali akal? Dengan akalnya manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk? Mungkin disatu sisi argument tersebut ada benarnya, tetapi akal manusia terbatas, kalau akal dapat menentukan baik dan buruk, tentunya Allah tidak perlu lagi menurunkan kita-kitabnya, tidak perlu mengutus para Nabi untuk menjelaskan Ayat-ayat-Nya. Urgensi Akhlak dalam Islam Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat, dan dirikanlah shalat, sesungguhnya Shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, (Q.S. Al-Ankabut:45). Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan kalau kita telusuri proses ritual Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti harus bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, intinya Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Urgensi Akhlak dalam Islam Dalam hadits Qudsi Allah berfirman, sesungguhnya Aku menerima shalat dari seseorang yang mengerjakannya dengan khusuk karena kebesaran-Ku, dan ia tidak mengharapkan anugerah dari Shalatnya. Ternyata, Allah menerima shalat seseorang bukan karena sebagai hamba, tetapi lebih kepada kemuliaan akhlaknya, seperti ikhlas tanpa pamrih, tidak bekerja karena atasan, menyantuni anak yatim, orang miskin, orang yang terkena musibah, tidak bermaksiat. Bila akhlak kita belum baik, maka shalat belum diterima, bahkan ada kemungkinan kita termasuk orang-orang tidak berakhlak, lebih dari itu, jika kita belum mampu mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar, sebenarnya kita telah gagal dalam ritual shalat, dan kepribadian kita diragukan. Urgensi Akhlak dalam Islam akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa secara meyakinkan orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Urgensi Akhlak dalam Islam Bahkan manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek, sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya. (H.R. Bukhari). Ternyata Allah menggolongkan manusia yang tidak berakhlak termasuk manusia yang paling jelek dihadapan-Nya. Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. (H.R. Abu Daud). Urgensi Akhlak dalam Islam Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga, penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya. (H. R. Tirmidzi). Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk, sesungguhnya perbuatan-perbuatan (akhlak) yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. (Q.S. Hud:114). Ternyata keberhasilan ritual seseorang disisi Allah dilihat dari sejauhmana ia telah menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Cara Membentuk Akhlak Mulia 1. Melalui latihan yang dilakukan secara bersungguh-sungguh tanpa kenal arti jemu dan putus asa. 2. Perlu dipupuk dan dibendung dengan rapi agar dapat tumbuh subur dalam jiwa setiap orang. 3. Bermula dengan memberi tumpuan secara berfokus kepada adab-adab seharian seperti adab bangun pagi, mandi, makan, memberi salm, bercakap dan tidur. 4. Melalui mujahadah dan riyadah sehingga menjadi satu tabiat atau kebiasaan. 5. Menjadikan sesuatu perbuatan yang baik sebagai tanggungjawab sehingga kekal menjadi amalan kebiasaan kepada seseorang. 6. Hubungan yang akrab antara zahir dan batin yang dibentuk melalui keseimbangan hubungan lahir dan batin. Akhlak Terhadap Allah SWT Akhlak terhadap Allah Swt dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut: 1. Takwa 2. Cinta dan ridho 3. Ikhlas 4. Khauf dan Raja 5. Tawakkal 6. Syukur 7. Muraqabah 8. Taubat Akhlak Terhadap Manusia Berikut beberapa hadist dan firman Allah SWT mengenai hubungan antara manusia dengan manusia lain. Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain. (HR. Bukhari Muslim). Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS.al-Hujuraat:10). Rasulullah Saw bersabda: Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu satu tubuh, apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama, sulit tidur dan merasakan demam. (HR. Muslim). sabda Rasulullah saw: Tidak beriman seseorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari-Muslim dari Anas ra). Akhlak Terhadap Manusia Rasulullah Saw: Hak muslim terhadap sesamanya ada enam, Rasulullah ditanya,Apa saja itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab, Apabila kamu bertemu dengannya ucapkanlah salam, apabila dia mengundangmu penuhilah undangan tersebut, apabila dia meminta nasihat, berikanlah, apabila dia bersin lalu mengucapkan hamdalah jawablah, apabila dia sakit jenguklah, dan apabila dia meninggal dunia, antarkanlah. (HR. Muslim). Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Saw bersabda: Seorang muslim adalah saudara bagi seorang muslim lainya, tidak boleh menganiayanya dan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, Allah akan membantu kebutuhannya. Barangsiapa membebaskan kesukaran seorang muslim, Allah akan membebaskan darinya satu kesukaran dari antara kesukaran-kesukaran pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi (cacat)nya akan ditutup aibnya kelak di hari kiamat. (HR. Bukhari-Muslim). Akhlak Terhadap Diri Sendiri Macam macam akhlak terhadap diri sendiri
Berakhlak terhadap jasmani Berakhlak Terhadap Jiwa
1. Menjaga kebersihan dirinya 1. Bertaubat 2. Menjaga makan minumnya 2. Bermuqarabah 3. Tidak mengabaikan latihan 3. Bermuhasabah jasmaninya 4. Bermujahadah 4. Rupa diri 5. Memperbanyak ibadah Berakhlak terhadap akalnya 6. Menghadiri majlis Iman 1. Memenuhi akalnya dengan ilmu 2. Penguasaan ilmu Akhlak Terhadap Lingkungan
Berikut macam-macam akhlak terhadap lingkungan :
Memelihara dan Melindungi Hewan Penanaman Pohon dan Penghijauan Menghidupkan Lahan Mati Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam. Semoga Bermanfaat