Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik antara

hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat

(habluminannas). Akhlak yang baik akan hadir pada diri manusia dengan

proses yang panjang, yaitu melaui pendidikan akhlak. Banyak kalangan di

dunia ini menawarkan pendidikan akhlak yang mereka yakini kebaikannya,

tetapi tidak semua dari pendidikan tersebut mempunyai kaidah-kaidah yang

benar dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang terbatas dari

pemikiran manusia itu sendiri.

Sementara pendidikan akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan sesuata

yang benar dan tidak ada kekurangannya. Pendidikan akhlak yang ditawarkan

Ilslam berasal langsung dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW melaui malaikat Jibril dengan Al Quran dan Sunnah kepada

umat Rasulullah. 

Rasulullah SAW sebagai teladan yang paling baik memberikan

pengetahuan akhlak kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW,

sehingga orang-orang dekat Rasulullah SAW mampu memiliki akhlak yang

tinggi di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah.  Sebagai umat

Islam yang baik dan beriman kepada Allah, setiap langkah kita sebaiknya

merupakan implementasi dari keteladanan akhlak luhur yang dimiliki

Rasullullah.

1
2

Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak adalah sesuatu

yang kuno dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemodernan harus kita

hapuskan dari pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh

penghujung dunia seharusnya menjadi keprihatian sendiri bagi seluruh umat.

Semestinya manusia sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia

yang diciptakan Allah dengan akhlak yang mulia. Orang yang paling

sempurna keimannannya adalah orang yang baik akhlaknya. Akhlak Islam

yang mulia ini akan membawa umat  untuk selamat hidupnya di  dunia dan

akhirat 

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak menurut Islam?

2. Bagaimana pembagian akhlak dalam Islam?

3. Bagaimana penerapan akhlak masa kini?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian akhlak menurut Islam

2. Untuk mengetahui pembagian akhlak dalam Islam

3. Untuk mengetahui penerapan akhlak masa kini


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya

“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.

Sendangkan menururt istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang

baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan

menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya

melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan perbuatan. Jika

perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak

mazmumah.sebaliknya jika perilaku tersebut baik maka disebut akhlak

muhmudah.

Selain akhlak digunakan pula istilah etika dan moral. Etika berasal dari

bahasa Yunani “ethes” artinya adat. Etika adalah ilmu yang menyelidiki baik

dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui

oleh akal pikiran. Sendangkan moral berasal dari bahasa Latin “mores” yang

berarti kebiasaan. Persamaan antara akhlak dengan etika adalah keduanya

membahas masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya

terletak pada dasarnya sebagai cabang filsafat, etika bertitik pada tolak dari

pikiran manusia. Sendangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Akhlak tidak lepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak

merupakan pola tingkah laku yang memotivasi oleh dorongan karena Allah.

Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin

3
4

ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek,

yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada

alam.

Akhlak islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang islami adalah akhlak

yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami merupakan

amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator

seseorang apakah muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah

dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya

dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang

diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu

untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah Swt)

dan hubungan baik antara makhluq dengan makhluq.

Kata “menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu

disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam dari

akhlak yang sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna.

Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah

berakhlak sempurna. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini:

Artinya:

“Dan sesungguhnya engkau :Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (Q.S Al-Qalam: 4)

Dalam ayat diatas Allah Swt sudah menegaskan bahwa Muhammad Saw

mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapa pun
5

yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya, tidak

mungkin bisa memperbaiki akhlak orang lain kecuali dirinya sendiri sudah

baik akhlaknya. Karena akhlak yang sempurna itu, Rasulullah Saw patut

dijadikan uswa al-hasanah (teladan yang baik). Firman Allah Swt:

Artinya:

“Susungguhnya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk kamu

dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhir dan

mengingat Allah sebanyak-banyaknya.” (Q.S Al-Ahzab: 21).

Berdasarkan ayat di atas, orang yang benar-benar ingin bertemu dengan

Allah dan mendapatkan kemenangan di akhirat, maka rasulullah Saw adalah

contoh dan teladan yang paling baik untuknya. Tampak jelas bahwa akhlak

memiliki dua sasaran: Pertama,akhlak dengan Allah. Kedua,dengan sesama

makhluk. Oleh karena itu, tidak benar kalau masalah akhlak hanya dikaitkan

dengan masalah hubungan antar manusia saja. Atas dasar itu, maka benar

akar akhlak adalah aqidah dan pohonnya adalah syariah. Akhak merupakan

buahnya. Buah itu akan rusak jika pohonnya rusak, dan pohonnya akan rusak

jika akarnya rusak. Oleh karena itu akar, pohon, dan buah harus dipelihara

dengan baik.

Bagi Nabi Muhammad Saw, Al-Qur’an sebagai cerminan berakhlak.

Orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan melaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari, maka sudah termasuk meneladani akhlak Rasulullah.


6

Oleh karena itu setiap mukmin hendaknya selalu membaca Al-Qur’an sebagai

pedoman dan menjadi tuntunan yang baik dalam berperilaku sehari-hari,

Insya Allah akan terbina akhlak yang mulia bagi dirinya.

Adapun hal-hal yang perlu dibiasakan sebagai akhlak yang terpuji dalam

islam, antara lain:

1. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta menciptakan manfaat, baik

bagi diri maupun oranglain.

2. Adil dalam memutuskan hukum tanpa membedakan kedudukan, status

sosial ekonomi, maupun kekerabatan.

3. Arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.

4. Pemurah dan suka menafkahkan rezeki baik ketika lapang maupun sempit.

5. Ikhlas dalam beramal semata-mata demi meraih ridha Allah.

6. Cepat bertaubat kepada Allah ketika berdosa.

7. Jujur dan amanah.

8. Tidak berkeluh kesah dalam menghadapi masalah hidup.

9. Penuh kasih sayang.

10. Lapang hati dan tidak balas dendam.

11. Rela berkorban untuk kepentingan umat dan dalam membela agama Allah.

B. Pembagian Akhlak

1. Akhlak Terhadap Allah Swt

Akhlak yang baik kepada Aallah berucap dan bertingkah laku yang terpuji

terhadap Allah Swt, baik melalui ibadah langsung kepada Allah seperti

shalat, puasa, dan sebagainya, maupun perilaku-perilaku tertentu yang


7

mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah itu.

Allah swt telah mengatur hidup manusia dengan adanya hukum perintah

dan larangan. Hukum ini tidak lain adalah untuk menegakkan keteraturan

dan kelancaran hidup manusia itu sendiri. Dalam pelaksanaan hukum

tersebut terkandung nilai-nilai akhlak terhadap Allah Swt, yaitu sebagai

berikut;

a. Beriman, yaitu menyakini wujud dan keesaan Allah serta menyakini

apa yang difirmankan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab,

rasul-rasul, hari kiamat, dan qadha dan qadhar. Beriman merupakan

fondamen dari seluruh bangunan akhlak islam. Jika iman telah

ditanamkan didada, maka ia akan memancar kepada seluruh perilaku

sehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan akhlak islam

yang muliah.

b. Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya. Sikap taat kepada perintah Allah merupakan sikap yang

mendasar setelah beriman, ia merupakan gambaran langsung dari

adanya iman didalam hati.

c. Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa

mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah. Jadi, ikhlas itu bukan

tanpa pamrih, tetapi pamrih hanya diharapkan dari Allah berupa

keridhaan-Nya. Oleh karena itu, dalam melaksanakannya harus

menjaga akhlak sebagai bukti keikhlasan menerima hukum-hukum

tersebut.
8

d. Khusyuk, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam

perbuatan yang sedang dikerjakannyaatau melaksanakan perintah

dengan sungguh-sungguh. Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan

perasaan pada orang yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk

perintah yang dilakukan dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan

hidup. Ciri-ciri khusyuk yaitu adanya perasaan nikmat ketika

melaksanakannya. Shalat perlu dilakukan dengan khusyuk. Agar

khusyuk dalam sholat, sejak niat kita harus bersungguh-sungguh hanya

terpusat pada perbuatan yang berkaitan dengan shalat. Apa yang

dibacakan lidah, dimaknai oleh perbuatan yang berkaitan dengan

pikiran, diresapi oleh hati dan difokuskan pada Allah yang sedang kita

hadapi.

e. Huznudzan, yaitu berprasangka baik kepada Allah. Apa saja yang

diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia.

Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan

kedekatan seseorang kepada-Nya, sehingga apa saja yang diterimanya

dipandang sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu,

seorang yang huznudzan tidak akan mengalami perasaan kecewa atau

putus asa yang berlebihan.

f. Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam

melaksanakan suatu rencana. Sikap tawakal merupakan gambaran dari

sabar dan menggambarkan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam

melaksanakan suatu rencana. Apabila rencana tersebut menghasilkan


9

keinginan yang diharapkan atau gagal dari harapan yang semesteinya,

ia akan mampu menerimanya tanpa penyesalan.

g. Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat

yang telah diberikan-Nya. Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-

kata dan perilaku. Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah

engucapkan hamdalah setiap saat, sendangkan bersyukur dengan

perilaku dilakukan dengan cara menggunakan nikmat Allah sesuai

dengan semestinya. Misalnya. Nikmat diberikan mata, maka bersyukur

terhadap nikmat itu dilakukan dengan menggunakan mata untuk

melihat yang baik, seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya

yang mendatangkan manfaat.

h. Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang

menimpa diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal putus asa dalam

menjalankan ibadah kepada Allah. sesungguhnya Allah bersama

orang-orang sabar. Oleh karena itu, perintah bersabar bukan perintah

berdiam diri, tetapi perintah untuk terus berbuat tanpa berputus asa.

i. Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu dengan

memperbanyak mengucapkan subahanallah (maha suci Allah) serta

menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Swt.

j. Istighfar, yaitu meminta ampunan kepada Allah atas segala dosa yang

pernah dibuat dengan mengucapkan “astagfirullahal’adzim” (aku

memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung). Sendangkan


10

istigfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi

dosa atau kesalahan yang telah dilakukan.

k. Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca “Allahu Akbar”

(Allah Maha Besar). Mengagungkan Allah dengan perilaku adalah

menggunakan nama-Nya dalam segala hal, sehingga tidak menjadikan

sesuatu melebihi keagungan Allah. Tidak mengagungkan yang lain

melampaui keagungan Allah dalam bebagai konsep kehidupan, baik

melalui kata-kata maupun tindakan.

l. Do’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan

cara yang baik sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Do’a adalah

cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah, karena itu

berdoa merupakan inti dari beribadah. Orang yang tidak suka berdo’a

adalah orang yang sombong. Sebab ia tidak mengakui kelemahan

dirinya dihadapan Allah, merasa mampu dengan usahanya sendiri. Ia

tidak sadar bahwa semua itu berkat izin Allah. Jadi, doa merupakan

etikabagi seorang hamba dihadapan Allah Swt. Firman Allah sebagai

berikut:

Arinya:

“Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-ku, niscaya akan aku

perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong


11

tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam

keadaan hina.” (Q.S Al-Gafhir: 60)

2. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw

Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau

sangat dermawan paling dermawan diantara manusia. Beliau sangat

menghindari perbuatan dosa, sangat sabar, sangat pemalu melebihi gadis

pengitan, berbicara sangat fasih dan jelas, beliau sangat pemberi, jujur dan

amanah, sangat tawadhu’, tidak sombong, tepati janji, penyayang, lembut,

suka memaafkan, dan lapang dada. Beliau mencintai orang miskin dan

duduk bersama mereka, beliau banyak diam dan tawa beliau adalah

senyuman.

Maka oleh sebab itu sepatutnya kita meneladani akhlak Rasulullah.

Berakhlak kepada rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus

dilakukan manusia kepada baginda Rasulullah Saw sebagai rasa terima

kasih atas perjuangannya membawa umat manusia ke jalan yang benar.

Berakhlak pada rasulullah perlu kita lakukakan atas dasar:

3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan

rohani. Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberikan konsumsi

makanan yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak

halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Akal kita juga

perlu dipelihara dan dijaga agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus
12

disucikan agar menjadi orang yang beruntung. Sebagaimana Firman Allah

berikut ini:

Artinya:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan

sesungguhnyamerugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S As-Syam: 9-10)

Berakhlak terhadap diri sendiri antara lain :


a. Setia ( al-Amanah ), yaitu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur
dalam melaksanakansesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik
berupa harta, rahasia, kewajiban, ataukepercayaan lainnya.
b. Benar ( as-Shidqatu ), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam
perkataan maupunperbuatan.
c. Adil ( al-‘adlu ), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
d. Memelihara kesucian ( al-Ifafah ), yaitu menjaga dan memelihara
kesucian dan kehormatandiri dari tindakan tercela, fitnah dan
perbuatan yang dapat mengotori dirinya.
e. Malu ( al-Haya ), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari
perbuatan melanggarperintah Allah.
f. Keberanian ( as-Syajaah ), yaitu sikap mental yang menguasai hawa
nafsu dan berbuatsemestinya.
g. Kekuatan ( al-Quwwah ), yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan
pikiran ataukecerdasan.
h. Kesabaran ( ash-Shabrul ), yaitu sabar ketika ditimpa musibah dan
dalam mengerjakansesuatu.
i. Kasih Sayang ( ar-Rahman ), yaitu sifat mengasihi terhadap diri
sendiri, orang lain dansesama makhluk.
j. Hemat ( al-iqtishad ) yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga
dan waktu.
13

4. Akhlak Terhadap Keluarga

Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan

keturunannya. Kita harus berbuat baik kepada anggota keluarga terutama

orang tua. Ibu yang telah mengandung kita dalam keadaan lemah,

menyusui dan mengasuh kita memberikan kasih sayang yang tiada tara.

Ketika kita lapar, tangan ibu yang menyuapi, ketika kita haus, tangan ibu

yang memberi minuman. Ketika kita menangis, tangan ibu yang mengusap

air mata. Ketika kita gembira, tangan ibu yang menadah syukur, memeluk

kita erat dengan deraian airmata bahagia. Ketika kita mandi, tangan ibu

yang meratakan air ke seluruh badan, membersihkan segala kotoran.

Tangan ibu, tangan ajaib, sentuhan ibu, sentuhan kasih,dapat membawa ke

Surga Firdaus.

Begitu juga ayah dialah sosok seorang pria yang hebat dalam hidup

yang telah menafkahi kita tanpa memperdulikan panasnya terik matahari,

maut yang akan menghadang demi anak apapun akan dilakukan, mendidik

kita tanpa lelah meskit erkadang kita melawan perintahnya ia tak pernah

bosan memberi yang terbaik agar anaknya selamat dunia dan akhirat,

menyekolahkan anaknya hingga sukses. Tak pernahlupa dalam doa mereka

untuk kita. Begitulah perjuangan orang tua maka sudahkah kita berbakti,

mendoakan mereka disetiap selesai shalat, ingat kepada mereka setiap

saat,maka sepatutnya lah kita patuh kepada kedua mereka dalam hidup kita

ini .
14

Firman Allah Swt :

Artinya:

“Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada


duaorangibubapaknya, ibunya mengandungnya dengan susahpayah, dan
melahirkannyadengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tigapuluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empatpuluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmatEngkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dansupaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilahkebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasukorang-orang yang
berserah diri." (Q.S Al-Ahqaf :15)

Akhlak Terhadap Orang Tua antara lain :

a. Mencintai mereka melebihi rasa cinta kita terhadap kerabat yang lain.

b. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan

c. Merendahkan diri di hadapannya.

d. Berdoa kepada mereka dan meminta doa kepada mereka.

e. Berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.

f. Berterima kasih kepada mereka.


15

5. Akhlak Terhadap Masyarakat

Akhlak terhadap masyarakat antara lain :

a. Memuliakan tamu.

b. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

c. Saling menolong dalam melakukan kebajikan takwa.

d. Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik dan mencegah

perbuatan jahat.

e. Memberi makan fakir miskin.

f. Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan bersama.

g. Menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat kepada

kita.

h. Menepati janji.

6. Akhlak Terhadap Tetangga

Akhlak terhadap tetangga merupakan perilaku yang terpuji. Berbuat

baik kepada tetangga sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw.

Sebagaimana sabda Rasulullah:

Artinya:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia

memuliakan tetangganya.” ( H.R Bukhari 5589, Muslim 70)


16

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

Artinya:

Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya

terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang

paling baik sikapnya terhadap tetangganya.

C. Penerapan Akhlak Masa Kini

Salah satu perkembangan memprihatinkan di masyarakat islam

Indonesia saat ini adalah kecenderungan meninggalkan akhlak ketika

menghadapi kemajuan zaman. Saat ini kita semua berada di zaman milenial.

Dimana pada zaman ini semuanya serba modern. Dari teknologi, peradaban,

bahkan akhlak manusia pun ikut terkena imbas kemajuan zaman. Sehingga

anak-anak yang lahir di zaman ini juga terkena dampak modernisasi. Seperti

sekarang, viral istilah "Kids Zaman Now" yang merujuk pada kerusakan

akhlak generasi zaman sekarang. Jadi, mungkin memang benar adanya

pernyataan belakangan ini yang menyatakan bahwa kids zaman now adalah

representasi dari rusaknya generasi.

Ada berbagai pengaruh yang mengakibatkan rusaknya akhlak generasi

muda saat ini. Pengaruh utamanya adalah orang tua, karena orang tua

merupakan pilar dan penanggung jawab utama seorang anak, khususnya ibu.

Ibu adalah Al Madrasah Uula (pendidikan pertama dan utama) seorang anak di
17

dalam sebuah keluarga. Dalam mendidik anak, orang tua harus halus dan sabar

serta mengutamakan mendidik akhlak terlebih dahulu daripada ilmu. Karena

sudah jelas jika kedudukan akhlak lebih utama daripada ilmu. Sebagaimana

hadits dari Usamah Bin Syuraik Radhiyallahu 'anhu secara marfu' :

‫َأ َحبُّ ِعبَا ِد هللاِ ِإلَى هللاِ َأحْ َسنُهُ ُم ُخلُقًا‬

"Hamba-hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang

paling baik akhlaknya di antara mereka."

Al-Mundziri mengatakan dalam at-Targhiib (III/259): "Hadits ini

diriwayatkan oleh ath-Thabrani." Dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani

dalam as-Silsilah ash-Shahiihah (no. 433). Dan juga Habib Umar bin Hafidz

pernah berkata : "Orang yang tinggi akhlaknya meskipun rendah ilmunya maka

lebih mulia daripada orang yang tinggi ilmunya tapi kurang akhlaknya."

Hujjatul Islam al Ghazalli di dalam kitab Ihya' Ulumuddin mengatakan

bahwa akhlakul karimah (budi pekerti yang baik) bisa terbentuk dari 3 faktor :

1. Thob'an (watak). Watak manusia asal mulanya terbentuk sejak lahir/fitrah

atau turunan dari orang tua. Sehingga orang tua sangat berperan dalam

pembentukan karakter seorang anak.

2. I'tiyadan (kebiasaan). Ketika seseorang mempunyai kebiasaan yang baik

maka orang tersebut akan mempunyai akhlak yang baik juga, dan

sebaliknya. Seperti sebuah maqolah yang mengatakan:

ً‫طبِ ْي َعة‬ ْ ‫صا َر‬


َ ‫ت‬ ِ ‫اَ ْل َعا َدةُ ِإ َذا غ‬
ْ ‫َرز‬
َ ‫َت‬
18

"kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi sebuah

karakter".

3. Ta'alluman (pembelajaran). Akhlak seseorang juga dapat terbentuk dengan

siapa ia berinteraksi dan bergaul. Jika ia bergaul dengan yang baik, maka

ia akan menjadi baik dan sebaliknya. Karena ia dapat pembelajaran dari

orang-orang di sekitarnya sehingga bepengaruh pada karakteristik orang

tersebut.

Dari uraian diatas dominan menjelaskan bahwa faktor utama terkait

baik buruknya akhlak generasi zaman now adalah orang tua. Oleh sebab itu

orang tualah yang nantinya menjadi penentu lahirnya generasi Dzurriyatan

Thoyyiban (anak cucu yang berkualitas) atau justru sebaliknya Dzurriyatan

Dhia'fan (anak cucu yang lemah). Karena keluarga yang berkualitas (khairah

usrah) akan melahirkan pribadi yang bekualitas pula (khairul bariyyah).

Sehingga mampu melahirkan generasi-generasi muda Indonesia yang

berkualitas serta berakhlakul karimah.


19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Habibah, S. (2015). Akhlak dan Etika dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar, 1 (4)
Husni, Muhammad. (2016). Studi Pengantar Pendidikan Agama Islam. Padang:
Isi PandangPanjang Press.
Ibrahim, J. (2017) signifikansi Akhlak dalam Pendidikan Islam. At-Tafkir, 10 (1),
154-172.
Thohir, M. (2007). Kajian Islam Tentang Akhlak dan Karakteristiknya.MIMBAR:
Jurnal Sosial dan Pembangunan, 23 (1), 1-14
Tim Darul Ilmi. (2010). Buku Paduan Lengkap Agama Islam. Jakarta: Qultum
Media.

Anda mungkin juga menyukai