Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“IBADAH KHUSUS”

Oleh :

KELOMPOK 3

Aresti : 1811012023
Suci Hasani : 1811012045
Alyssa Azzahra: 1811013019

Dosen Pembimbing: Dr.Rahmi MA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah dan
bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah, sesat dan
menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan dibekali oleh allah akal
dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang
bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikatKalau kita tengok
sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan refernsi-referensi tentang bejad
dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni
mereka hanya mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini
semua adallah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT
mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rosul terakhir yang diutus hingga akhir zaman
untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana
diterangkan dalam hadist berikut:
‫انما بعثت التمم مكارم االخالق‬
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus
untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak
baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Akhlak Islamiyah
2. Proses Terbentuknya Akhlak
3. Sumber Akhlak Islamiyah
4. ciri-ciri akhlak islamiyah
5. Akhlak Terhadap Allah SWT.
6. Akhlak Terhadap Rasulullah.
7. Akhlak terhadap Ayah dan Ibu
8. Akhlak Terhadap Anggota Keluarga dan Karib Kerabat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak Islamiyah
Akhlak islam terdiri dari dua kata akhlak dan islam. Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab,
ٌ ُ‫ ُخل‬yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
jamak dari khuluqun ‫ق‬
ٌ =‫ خَ ْل‬yang
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ق‬
ٌ ِ‫ خَال‬ yang berarti pencipta; demikian
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq‫ق‬
ٌ ْ‫ َم ْخلُو‬yang berarti yang diciptakan.
pula dengan akhluqun ‫ق‬
Akhlak islam dapat di katakan sebagai akhlak yang islami. Akhlak islami adalah akhlak yang
bersumber pada ajaran Allah dan Rosul Nya. Akhlak islami ini merupakan amal perbutan yang
sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim baik atau
buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak
ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq  (yang di
ciptakan). Rasulullah di utus untuk menyempurnakan akhlak yaitu untuk memperbaiki
hubungan makhluq (manusia) dengan khalliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik
anatara makhluq dengan makhluq.
Kata ” menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu di sempurnakan. Hal
ini menunjukan bahwa akhlak bermacam – macam, dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang,
baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau
sendiri sudah berakhlak sempurna. Yang di jelaskan dalam al-qur’an dalam surah Al – qalam
[68]:4 yang artinya: “sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang agung.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya dari pada yang telah
dikemukakan  terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap
lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab
dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada
ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula
sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan
esensinya buruk.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang baik
untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan
dunia saja.
2.2 Proses Terbentuknya Akhlak
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana terbentuknya akhlak

a)      Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Mansur Ali Rajab mengatakan, sifat – sifat keturunan adalah sifat – sifat (bawaan) yang
diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya (anak dan cucunya).
b)      An-Nafsiyyah (Psikologis)       
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah)
tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang
yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang
orangtuanya lengkap.
c)      Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya
berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
d)     Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya
hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai islam yang diyakini dengan motivasi
semata-mata mencari keridhaan Allah.
2.3 Sumber Akhlak Islamiyah
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang
muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak
secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap
selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran
bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti
ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah
SWT.
Adapun indikator akhlak yang  bersumber dari Al-Qur’an yaitu :
1.      Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-muthlaq), yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak merupakan kebaikan yang murnidalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat
apa saja.
2.      Kebaikannya bersifat menyeluruh (as-shalahiyyah al-ammah), yaitu kebaikan yang terkandung
di dalamnya kebaikan untuk seluruh umat manusia.
3.      Implementasinya bersifat wajib (al-ilzam al-mustajab), yaitu merupakan hukum tingkah laku
yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.
4.      Pengawasan bersifat menyeluruh (al-raqabah al-muthitah), yaitu melibatkan pengawasan
Allah Swt. Dan manusia lainnya, karena sumbernya dari Allah Swt.

2.4 Ciri-ciri Akhlak Islamiyah

1. Kebajikan yang mutlak


Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia
menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan
waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin
kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
2. Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua tempat,
mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan
oleh umat manusia di luar kmampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat
dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3. Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat
tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu
memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat
berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman
atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya.
4. Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai daya
kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk pada
kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai
perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat,
karena takut skan siksaan Allah SWT.

5. Pengawasan yang menyeluruh


Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat.
3 Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan
tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Sekurang-
kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia
dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang diciptakan sudah
sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :
ِ ‫) يَ ۡخ ُر ُج ِم ۢن بَ ۡي ِن ٱلصُّ ۡل‬٦( ‫ق‬
ِ =ِ‫ب َوٱلتَّ َرٓا ِٕٕٮ‬
)٧( ‫ب‬ ٍ ۬ ِ‫ق ِمن َّمٓا ۬ ٍء دَاف‬ َ ِ‫فَ ۡليَنظُ ِر ٱإۡل ِ ن َس ٰـنُ ِم َّم ُخل‬
َ ِ‫) ُخل‬٥( ‫ق‬
Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan
dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh
dan sempurna kepada manusia.
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan
menguasai daratan dan lautan.
Beberapa contoh akhlak kepada Allah :
a. Mentauhidkan Allah
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah danBeriman bahwa
hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya.Terdapat pada
surat Al-Ikhlas ayat 1 sampai 4.
b.Banyak Berzdikir pada Allah
Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut danmemuji nama
Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dengan berzikir hati menjaditenteram. Terdapat dalam surat
Al Ahzab ayat 41 sampai 44
c. Berdo’a dan Bertakwa kepada Allah SWT.
Berdo’a adalah inti dari ibadah. Orang-orang yang tidak mau berdo’a adalah orang
-orang yang sombong karena tidak mau mengakui kelemahan dirinya di hadapan AllahSWT.
Terdapat dalam surat An-Nisa ayat 1.
d. Bertawakal Hanya Pada Allah
Tawakal kepada Allah SWT merupakan gambaran dari sikap sabar dan kerja kerasyang
sungguh-sungguh dalm pelaksanaanya yang di harapkan gagal dari harapansemestinya,sehingga
ia akan mamppu menerima dengan lapang dada tanpa ada penyesalan. Terdapat pada surat Ali
Imron ayat 159
e. Berhusnudzhon dan tidak berbuat syirik kepada Allah
Yakni berbaik sangka kepada Allah SWT karena sewsungguhnya apa saja yang di berijan Allah
merupakan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya. Terdapat dalam suratLuqmas ayat 13.
4 Akhlak Terhadap Rasulullah
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua orang Islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai
Rasulullah SAW dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang diantara
kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan
manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).
Bentuk akhlak terhadap Rasul SAW, diantaranya:
a. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita sebagai
umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan.
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh
manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang
mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)
b. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu
kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang
demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”
c. Selalu bershalawat
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi
Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi  hendaknya disertai dengan niat
dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap, yaitu:
1. Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang hatinya
tidak sadar.
3. Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan rasa
hormat.
d. Mencintai Keluarga Nabi
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang
besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati
(Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat selamanya hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya
Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam
kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).

5 Akhlak terhadap Ayah dan Ibu


Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang anak kepada Orang
tua yakni:
a. Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim
            Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya,
dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seorang anak samapai menyinggung
perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat lalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik,
atau membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak
meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya.
b. Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah
            Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam harus berbicara
sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia hal ini dituturkan dalam Firman
Allah:
‫ك ْال َكبِ َر اَ َح ُدهُ َما اَوْ ِكالَهُ َما فَالَ تَقُلْ لَهُ َما اُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َم==ا‬
َ ‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدوْ ا اَاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َولِ َد ْي ِن اِحْ َسانَا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
}24-23 :‫ص ِغ ْيرًا {االسراء‬ َ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ال َّذ ِّل الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬ ْ ‫ َو‬.‫قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬
Artinya:
“Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya dan
hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan seabaik-baiknya. Jika salah satu
dari keduanya atau kedua-duanya samapi berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapakan doa:”Wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
                                                                                                            (QS.Al-Isra: 23-24)
Dari ayat-ayat tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa sewajarnya seorang anak untuk berbuat
baik kepada orang tua baik berbicara dan yang lain- lain. Dengan cara tidak menyinggung
perasaan orang tua dan tidak berkata kasar kepada mereka.
c. Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu mudah dilakukan
dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moaral, maupun yang bersifat material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya yang sudah tiada. Hal ini
agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari segala dosa
orang tua kita. Doa yang sering di amalkan yakni:
َ ‫ى َوارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬
‫ص ِغ ْيرًا‬ ِ ْ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِر‬
َّ ‫لى َولِ َوالِ َد‬
b. Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya untuk
menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut. Dan hal ini diperbolehkan menurut hadits riwayat
Al-Bukhari dari Ibnu Abbas:
َ =َ‫َت أَفَأ َ ُح َّج َع ْنهَا؟ ق‬
: ‫=ال‬ ْ ‫ى َما ت‬
َّ ‫ت اِ َّن تَ َح َّج فَلَ ْم ت ََح َّج َحت‬ ْ َ‫صلَى هللاِ َعلَي ِه َو َسلَّ ِم فَقَال‬
ْ ْ‫ اِ َّن اُ ِّمى نَ َذر‬: ‫ت‬ ْ ‫امرأَةً ِم ْن ُجهَ ْينَةَ َجا َء‬
َ ‫ت اِلَى النَّبِى‬ َ ‫اَ َّن‬
‫ق بِ ْال َوفَا ِء‬
َّ ‫ضيَهُ ؟ اُ ْقضُوا هللاَ فاهللُ اَ َح‬ ِ ‫ حُجِّ ى َع ْنهَا أَ َرأَ ْي‬, ‫نَ َع ْم‬
ِ ‫ت لَو َكانَ َعلَى اُ ِّمكَ َدي ٌْن اَ َك ْن‬
ِ ‫ت قَا‬
{‫}رواه البخارى‬                                                 
Artinya:
“Bahwa seorang perempuan dari Juhainah dating kepada Nabi Saw, ia bertanya kepada Rasullah:
Bahwasannya ibu saya telah bernazar untuk berhaji, tapi ia tidak haji sampai meninggal dunia.
Apakah boleh saya menghajikannya? Jawab Rasullah:”ya, hajikanlah! Apakah kau tahu, kalau
seandainya ibu mempunyai hutang, apakah engkau membayarkannya? Bayarkan (tepatilah)
kepada Allah, sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditepati!”
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah, beliau-beliau
mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-segalang orang tua kita dengan temannya.
d. Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua.
6 Akhlak Terhadap Anggota Keluarga dan Karib Kerabat
1. Hendaknya tetap menjaga dan menjalin hubungan silaturahim‫ز‬

‫ث ِم ْنهُ َم=ا ِر َج= ااًل َكثِ=يرًا َونِ َس=ا ًء َواتَّقُ=وا هَّللا َ الَّ ِذي‬
َّ َ‫ق ِم ْنهَ=ا َزوْ َجهَ=ا َوب‬
َ =َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬ ٍ ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
‫تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS. An-Nisa’ 4:1).
2. Hendaknya jangan sampai hubungan silaturahim terputus hanya karena salah seorang dari kerabat
itu berkuasa atau memegang jabatan lalu sombong (QS. Muhammad 47:22).
3. Hendaknya  memberikan hak kepada kerabat, sesuai dengan kemampuannya, apalagi jika Allah
melapangkan rezeki kepadanya.
ُ‫ت َذا ْالقُرْ بَى َحقَّه‬
ِ ‫فَآ‬
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya,…” (QS. Ar-Rum 30:38).
4. Hendaknya tetap berbuat adil dan berbuat kebajikan kepada keluarga atau kerabat (QS. An-Nahl
16:90, An-Nisa’ 4:36).
5.  Hendaknya bersikap dan berakhlak yang baik dan berkata yang baik kepada kerabat.
‫ض َر ْالقِ ْس َمةَ أُولُو ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكينُ فَارْ ُزقُوهُ ْم ِم ْنهُ َوقُولُوا لَهُ ْم قَوْ اًل َم ْعرُوفًا‬
َ ‫َوإِ َذا َح‬
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah
mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS.
An-Nisa 4:8).
6. Hendaknya berakhlak atau berbakti kepada kerabat yang tua seperti bersikap kepada ibu atau
bapaknya sendiri (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Hendaklah berakhlak atau menyayangi kerabat yang muda seperti menyayangi anak-anaknya
sendiri. Kakak laki-laki dapat menjadi wali nikah bagi adik-adiknya, jika ayahnya telah tiada.
8. Tetap menjalin hubungan silaturahim dengan kerabat, meskipun mereka kafir seperti berbuat baik
kepada ayah dan ibu yang kafir. Akan tetapi tetap ingat  syariat Allah yang lainnya.
10. Hendaknya tidak menjadikan kerabat sebagai wali, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran
atas keimanan.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-
saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.” (QS. At-Taubah 9:23).
11. Benar-benar berbara’ terhadap kerabat yang mereka itu benar-benar menentang Allah dan Rasul-
Nya.
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah danhari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-
orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau keluarga mereka.” (QS. Al-
Mujadalah 58:22)
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1) Akhlak islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rosul Nya
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana terbentuknya akhlak yaitu Al-Wiratsiyyah,
An-Nafsiyyah, Syari’ah Ijtima’iyyah, Al-Qiyam
3) Ciri-ciri akhlak islamiyah ialah kebajikan yang mutlak, kebaikan yang menyeluruh,
kewajiban yang dipatuhi, pengawasan yang menyeluruh
4) Akhlak terhadap Allah SWT sebagai bentuk penghambaan diri dan sepantasnya kita
berterima kasih atas segala yang diberikan oleh Allah
5) Akhlak terhadap Rasulullah yaitu dengan menghidupkan sunah, menjadi pengikut yang
taat dan selalu bershalawat
6) Akhlak terhadap orangtua yaitu berbuat baik kepada orangtua, berbakti dan selalu
mendoakan kedua orangtua serta tidak pernah menelantarkan keduanya

3.2 Saran

1) Harapannya sebagai orang muslim kita harus menerapkan akhlak islami dalam kehidupan
2) Akhlak merupakan suatu hal yang penting untuk pembentukan karakter yang baik, untuk
itu perlu menjadi perhatian lebih dan selalu berlatih untuk menjadi pribadi yang lebih
baik
3) Banyaklah membaca buku atau sumber lainnya tentang akhlak islamiyah agar menjadi
alarm pengingat diri
DAFTAR PUSTAKA

Drs. M. Zein Yusuf, Akhlak-Tasawuf, Al-Husna, Semarang, 1993, hal.56

Drs. Sahilun A. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1980,
hal 98-99

Amin, Ahmad, Etika (ilmu ahlak),(ter.) Farid Ma’ruf,dari judul asli al- Akhlaq, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1983),cet.III.

Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf,   (Sidoarjo : CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2012)

Beni Ahmad  Saebani dan  Abdul Hamid. Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010)

Jawas, Yazid  bin Abdul Qadir,  Syarah  Aqidah Ahlus sunnah wal Jama’ah (Bogor: Pustaka
Imam Syafi’i, 2013)

Kasmuri, Selamat, dkk.  Akhlak Tasawuf.  Upaya \Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan 
Ilahi. Cet. I  ( Jakarta : Kalam Mulia, 2012)

Assegaf, Abd. Rahman, Studi Islam Konte-kstual:  Elaborasi Paradigma Baru Muslim


Kaffah (Yogyakarta: Gema Media, 2005)

Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karak-ter Mulia (Jakarta : Rajawali press, 2014)

Anda mungkin juga menyukai