“IBADAH KHUSUS”
Oleh :
KELOMPOK 3
Aresti : 1811012023
Suci Hasani : 1811012045
Alyssa Azzahra: 1811013019
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah dan
bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah, sesat dan
menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan dibekali oleh allah akal
dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang
bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikatKalau kita tengok
sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan refernsi-referensi tentang bejad
dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni
mereka hanya mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini
semua adallah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT
mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rosul terakhir yang diutus hingga akhir zaman
untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana
diterangkan dalam hadist berikut:
انما بعثت التمم مكارم االخالق
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus
untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak
baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Akhlak Islamiyah
2. Proses Terbentuknya Akhlak
3. Sumber Akhlak Islamiyah
4. ciri-ciri akhlak islamiyah
5. Akhlak Terhadap Allah SWT.
6. Akhlak Terhadap Rasulullah.
7. Akhlak terhadap Ayah dan Ibu
8. Akhlak Terhadap Anggota Keluarga dan Karib Kerabat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak Islamiyah
Akhlak islam terdiri dari dua kata akhlak dan islam. Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab,
ٌ ُ ُخلyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
jamak dari khuluqun ق
ٌ = خَ ْلyang
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ق
ٌ ِ خَال yang berarti pencipta; demikian
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqق
ٌ ْ َم ْخلُوyang berarti yang diciptakan.
pula dengan akhluqun ق
Akhlak islam dapat di katakan sebagai akhlak yang islami. Akhlak islami adalah akhlak yang
bersumber pada ajaran Allah dan Rosul Nya. Akhlak islami ini merupakan amal perbutan yang
sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim baik atau
buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak
ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang di
ciptakan). Rasulullah di utus untuk menyempurnakan akhlak yaitu untuk memperbaiki
hubungan makhluq (manusia) dengan khalliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik
anatara makhluq dengan makhluq.
Kata ” menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu di sempurnakan. Hal
ini menunjukan bahwa akhlak bermacam – macam, dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang,
baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau
sendiri sudah berakhlak sempurna. Yang di jelaskan dalam al-qur’an dalam surah Al – qalam
[68]:4 yang artinya: “sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang agung.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya dari pada yang telah
dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap
lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab
dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada
ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula
sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan
esensinya buruk.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang baik
untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan
dunia saja.
2.2 Proses Terbentuknya Akhlak
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana terbentuknya akhlak
a) Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Mansur Ali Rajab mengatakan, sifat – sifat keturunan adalah sifat – sifat (bawaan) yang
diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya (anak dan cucunya).
b) An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah)
tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang
yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang
orangtuanya lengkap.
c) Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya
berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
d) Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya
hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai islam yang diyakini dengan motivasi
semata-mata mencari keridhaan Allah.
2.3 Sumber Akhlak Islamiyah
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang
muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak
secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap
selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran
bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti
ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah
SWT.
Adapun indikator akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an yaitu :
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-muthlaq), yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak merupakan kebaikan yang murnidalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat
apa saja.
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (as-shalahiyyah al-ammah), yaitu kebaikan yang terkandung
di dalamnya kebaikan untuk seluruh umat manusia.
3. Implementasinya bersifat wajib (al-ilzam al-mustajab), yaitu merupakan hukum tingkah laku
yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.
4. Pengawasan bersifat menyeluruh (al-raqabah al-muthitah), yaitu melibatkan pengawasan
Allah Swt. Dan manusia lainnya, karena sumbernya dari Allah Swt.
ث ِم ْنهُ َم=ا ِر َج= ااًل َكثِ=يرًا َونِ َس=ا ًء َواتَّقُ=وا هَّللا َ الَّ ِذي
َّ َق ِم ْنهَ=ا َزوْ َجهَ=ا َوب
َ =َس َوا ِح َد ٍة َو َخل ٍ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف
تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS. An-Nisa’ 4:1).
2. Hendaknya jangan sampai hubungan silaturahim terputus hanya karena salah seorang dari kerabat
itu berkuasa atau memegang jabatan lalu sombong (QS. Muhammad 47:22).
3. Hendaknya memberikan hak kepada kerabat, sesuai dengan kemampuannya, apalagi jika Allah
melapangkan rezeki kepadanya.
ُت َذا ْالقُرْ بَى َحقَّه
ِ فَآ
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya,…” (QS. Ar-Rum 30:38).
4. Hendaknya tetap berbuat adil dan berbuat kebajikan kepada keluarga atau kerabat (QS. An-Nahl
16:90, An-Nisa’ 4:36).
5. Hendaknya bersikap dan berakhlak yang baik dan berkata yang baik kepada kerabat.
ض َر ْالقِ ْس َمةَ أُولُو ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكينُ فَارْ ُزقُوهُ ْم ِم ْنهُ َوقُولُوا لَهُ ْم قَوْ اًل َم ْعرُوفًا
َ َوإِ َذا َح
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah
mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS.
An-Nisa 4:8).
6. Hendaknya berakhlak atau berbakti kepada kerabat yang tua seperti bersikap kepada ibu atau
bapaknya sendiri (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Hendaklah berakhlak atau menyayangi kerabat yang muda seperti menyayangi anak-anaknya
sendiri. Kakak laki-laki dapat menjadi wali nikah bagi adik-adiknya, jika ayahnya telah tiada.
8. Tetap menjalin hubungan silaturahim dengan kerabat, meskipun mereka kafir seperti berbuat baik
kepada ayah dan ibu yang kafir. Akan tetapi tetap ingat syariat Allah yang lainnya.
10. Hendaknya tidak menjadikan kerabat sebagai wali, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran
atas keimanan.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-
saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.” (QS. At-Taubah 9:23).
11. Benar-benar berbara’ terhadap kerabat yang mereka itu benar-benar menentang Allah dan Rasul-
Nya.
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah danhari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-
orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau keluarga mereka.” (QS. Al-
Mujadalah 58:22)
BAB III
3.1 Kesimpulan
1) Akhlak islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rosul Nya
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana terbentuknya akhlak yaitu Al-Wiratsiyyah,
An-Nafsiyyah, Syari’ah Ijtima’iyyah, Al-Qiyam
3) Ciri-ciri akhlak islamiyah ialah kebajikan yang mutlak, kebaikan yang menyeluruh,
kewajiban yang dipatuhi, pengawasan yang menyeluruh
4) Akhlak terhadap Allah SWT sebagai bentuk penghambaan diri dan sepantasnya kita
berterima kasih atas segala yang diberikan oleh Allah
5) Akhlak terhadap Rasulullah yaitu dengan menghidupkan sunah, menjadi pengikut yang
taat dan selalu bershalawat
6) Akhlak terhadap orangtua yaitu berbuat baik kepada orangtua, berbakti dan selalu
mendoakan kedua orangtua serta tidak pernah menelantarkan keduanya
3.2 Saran
1) Harapannya sebagai orang muslim kita harus menerapkan akhlak islami dalam kehidupan
2) Akhlak merupakan suatu hal yang penting untuk pembentukan karakter yang baik, untuk
itu perlu menjadi perhatian lebih dan selalu berlatih untuk menjadi pribadi yang lebih
baik
3) Banyaklah membaca buku atau sumber lainnya tentang akhlak islamiyah agar menjadi
alarm pengingat diri
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Sahilun A. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1980,
hal 98-99
Amin, Ahmad, Etika (ilmu ahlak),(ter.) Farid Ma’ruf,dari judul asli al- Akhlaq, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1983),cet.III.
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010)
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Syarah Aqidah Ahlus sunnah wal Jama’ah (Bogor: Pustaka
Imam Syafi’i, 2013)
Kasmuri, Selamat, dkk. Akhlak Tasawuf. Upaya \Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan
Ilahi. Cet. I ( Jakarta : Kalam Mulia, 2012)
Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karak-ter Mulia (Jakarta : Rajawali press, 2014)