Anda di halaman 1dari 29

MATERI : PENGERTIAN , CIRI-CIRI AKHLAK A.

Pengertian Akhlak yang menurut Kata Akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung yang berarti kejadian, yang juga erat segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti pencipta; demikian pula dengan akhluqun hubungannya dengan khaliq yang berarti yang diciptakan. B. Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Quran dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri. Sehubungan Islam berkisar pada: 1) Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang. 2) Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia member sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar. 3) Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah. 4) Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam, berasaskan darI Al-Quran dan Al-Hadits, diinterprestasikan oleh ulama mujtahid. 5) Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang

baik untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja. Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada cirri-ciri akhlak islamiyah yaitu: 1. Kebajikan yang mutlak Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri. 2. Kebaikan yang menyeluruh Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat. 3. Kemantapan Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya. 4. Kewajiban yang dipatuhi Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut skan siksaan Allah SWT. 5. Pengawasan yang menyeluruh Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. C. Akhlak Islami Dalam Kaitannya Dengan Status Pribadi Dengan demikian akhlak islami mengarah kepada status pribadi yang berada pada kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana semestinya berperilaku

pada posisi(kedudukan) dalam kelompok sosial tersebut, dengan adanya akhlak Islami dapat dihindari (pola hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan kholiqnya) keliruan bertindak. a) Pribadi sebagai Hamba Allah Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan kholiknya. Dalam masalah ketergantungan , hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah Rabul alamin, Allah Tuhan Maha Esa. Kalau kita ditolong oleh orang lain dalam hidup kita ini, maka sewajarnyalah kalau kita berterima kasih kepada orang yang telah member pertolongan itu. Sifat berterima kasih kepada orang yang telah berjasa kepada dirinya adalah sifat kemanusiaan, yang sesuai dengan bisikan hati nurani setiap orang.Dari tindakan moral inilah kemudian timbul adat-istiadat, sopan-santun dan tata susila. Karena itulah kiranya sangat wajar dan seharusnya, apabila setiap anak harus hormat dan berbudi baik kepada orang tuanya, seseorang harus berbudi baik kepada temannya. Seorang atasan harus berterima kasih dan berbudi kepada bawahannya, karena bawahannya telah memberikan bantuan kelancaran programnya. Bawahan harus berterima kasih dan berbudi baik kepada atasannya karena bimbingan dan kebijaksanaannya. Apa yang telah kita terima dari Allah SWT. Sungguh tak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Jadi kewajiban manusia kepada Allah pada garis besarnya ada 2( dua): 1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatupun. 2. Beribadah kepada-Nya. b) Pribadi sebagai Anak Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya tentang Tuhan. Dan kesimpulannya bahwa Tuhan telah member petunjuk kepada manusia bahwa memperTuhan benda adalah sangat keliru. Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak, bias jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak akan melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh dalam pendidikan akhlak, apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala apa yang mereka bicarakan, didukung para gurunya berdusta juga di dalam mengajar dan segala pembicaraannya, maka masyarakat (anak-anak) tidak dapat berujud. Dan apabila dunia anak

terancam demikian, masyarakat yang akan dating tidak dapat berwujud karena adanya tiaptiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan berwujud pada masyarakat yang merusak dan rendah martabatnya. Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/buruk namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si anak. c) Akhlak Pada Ayah dan Ibu Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala mengandung dan demikian pula kalau sudah dating waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar si bayi yang dilahirkannya sehat dan sempurna keadaannya sebagai manusia sempurna anggota badannya, seperti susunan jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan yang wajar baik jasmani maupun rohaninya. Cemas kalau-kalau jabang bayinya tidak normal baik jasmani dan rohaninya atau ada gangguan-ganguan yang tidak diinginkannya. Di samping itu derita jasmani si ibu menahan dikala melahirkan jabang bayinya tersebut. Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada anaknya, seakanakan segala yang ada pada si ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga perhatian, kasih saying semuanya ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata timang yang mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi, semoga kelak menjadi manusia yang ideal. Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Padahal sewaktu belum mengandung seakan belum mau mempunyai anak. Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin tidak ada yang keempat. Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang selanjutnya kasih saying ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua dan seterusnya. Dari mana datangnya cinta kasih saying kepada putranya, padahal tiada pamrih. Lain dengan cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas bias berbalik menjadi benci. Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang, walaupun si anak tiada membalas kasih dan cinta ibu. Memang itu kareana Hidayah, anugerah dari pada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang anak kepada Orang tua yakni:

1) Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seorang anak samapai menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya. 2) Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam harus berbicara sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia. 3) Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia Agama islam mengajarkan supaya seorang anak: a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari segala dosa orang tua kita. Doa yang sering di amalkan yakni: b. Menepati janji kedua ibu bapak Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya untuk menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah, beliau-beliau mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-segalang orang tua kita dengan temannya. d. Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua. d) Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jamaah Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang (masyarakat) yang bertaqwa. Di samping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan Allah SWT. Tata cara diatas akan diterangkan secara terperinci di bawah ini:

1) Tata cara berbahasa Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk selalu berbahasa dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara, sesuai tingkat usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. 2) Tata cara salam Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member salam, sebagaimana juga dengan islam. Salam telah menempati kedudukan sendiri dalam Islam. Lebih istimewa disbanding dengan agama di luar Islam. 3) Tata cara makan dan minum Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan kanan. Dimulai membasuh sebelum makan, membaca basmallah dan diakhiri mengucapkan Alhamdulillah. Sikap yang dimiliki oleh orang yang sedang makan dan minum adalah dengan duduk yang baik. Tanpa bersuara, tanpa bersandar sambil makan dan minum. Apabila sifatnya undangan bagi yang mengundang mempersilahkan dengan bahasa yang sopan. Dan bagi yang diundang dengan menyambut yang baik, mendoakan si pengundang, mendahulukan orang yang lebih tua, jangan mencaci hidangan yang ada di depannya, walaupun tak berselera. 4) Tata cara di majelis pertemuan Bagaimana adab kita berada di majles pertemuan? Jawabannya adalah pertama kali baru masuk member salam, kemudian baru dapat duduk yang telah disediakan, menyalami teman yang mendahului duduk, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain. Di samping itu juga jangan menggunakan bahasa yang dapat menyinggung perasaan teman duduk. Ketika ingin meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar membaca doa kifaratul majelis. 5) Tata cara minta ijin masuk Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik ijin masuknya, waktu maupun prosedurnya bagi setiap orang yang ingin memasuki kamar, rumah orang lain atau Negara. Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka paling awal yang dilakukan adalah member salam. Apabila tidak baik kembali. Di dalam mengetuk pintu dilakukan secara wajar, menyatakan nama diri. Tidak boleh berdiri tepat di tengah-tengah pintu ketika dibukakan. Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun harus dikendalikan dengan hati yang bersih.

6) Tata cara member ucapan selamat Tujuh rangkaian (munasabah) yang ada dalam islam ketika mengucapkan salam ucapan salam. Ketujuh rangkaian tersebut antara lain: 1. Dalam rangka acara pernikahan 2. Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya 3. Kembalinya seorang musafir (yang berpergaian) 4. Pulangnya seorang dari jihad 5. Sekembalinya dari haji 6. Pada hari raya idul fitri dan idul adha 7. Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan pangkat, mendapat hadiah apa saja yang membuat seseorang merasakan kebahagiaan. 7) Tata cara bekelar Di dalam ajaran Islam, berkelar atau becanda diperbolehkan. Namun hal itu bukan berarti bebas, sesuka hati, sehingga tak ingat norma social. Ada tiga syarat diperbolehkan bercanda yaitu: 1. Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadikan lupa kepada Allah 2. Tidak boleh berkelar sehingga menyakiti baik yang bersifat jasmaniah dan rohaniah seperti ucapan hinaan. 3. Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor. 8) Tata cara menjenguk orang sakit Seseorang yang hidup di masyarakat, mau mengunjungi orang sakit tetangganya (jamaah) adalah suatu tindakan terpuji. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, dalam kunjungan orang sakit yaitu: 1. Segera mungkin setelah ada orang sakit 2. Mengungkapkan dengan kata-kata yang meringankan beban batinnya orang yang sakit. 3. Ajarkan doa peringan perih pada bagian tubuh 4. 5. Mendoakan secara khusus bagi si sakit ketika masuk Duduk agak dekat dengan kepala si sakit

6. Mintalah ia mendoakan kita 7. Bila sudah gawat ajari si sakit dengan kalimat tauhid dan bacaan surat yasin.

9) Tata cara taziah Taziah dilakukan jamaah (masyarakat) dalam rangka meringankan beban lahir batin bagi keluarga yang ditimpa musibah. Mka sikap dan tindakan tersebut bermaksud untuk menentramkan hati mereka. Menurut ajaran islam, tata cara taziah atara lain: 1. Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh nabi Saw. 2. Memberi makan keluarga yang terkena musibah 3. Menunjukkan rasa belasungkawa 4. Member nasehat yang baik. e) Akhlak DaI/ Mubaligh Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, daI harus berusaha terus membersihkan jiwa. Segala apa yang mengganjal, menutup dan tersembunyi di hati nurani, DaI harus berusaha juga menerangi segala rahasia dirinya. Dan senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari Allah. Dengan demikian dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT. Para Dai memiliki ilham yang man merupakan martabat yang tinggi dalam dirinya yang selalu menghubungkan dengan Allah. Di dalam hati DaI ada bisikan-bisikan yang benar yang berada pada lisannya karena tergisik dari hati yang bersih. Menurut Jamludin Kafie, sebagai DaI, pelaksana dakwah harus memperhatikan prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu: 1. Sifat terbuka 2. Berani berkorban 3. Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat 4. Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan 5. Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemusiaan dan sikap-sikap toleransi, kebijaksanaan dan keadilan social 6. Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat 7. Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya 8. Optimis dan tidak putus asa. f) Akhlak Pemimpin Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara. Bahkan agama. Agama islam sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan dimintai pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan,

kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa akan dimintai pertanggung jawabnya oleh masyarakat dan lain sebagainya. Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para sahabatnya seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang. Oerangnya penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu membenarkan dan menepati pada rasul yang agung. Umar bin khotob sebagai pemimpin yang mempunyai pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang terpercaya terhadap rahasia-rahasianya. Utsman sebagai pengumpul firman Kitab Allah. Dia adalah seorang pemimpin yang meluruskan akida. Sedangkan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk mengalahkan orang-orang jahat. Dan Ali adalah seorang pemimpin yang mampu sebagai pewaris ilmu rasullah dan pemelihara janjinya. Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk menjadi pemimpin sejati. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan sikapnya dapat membahagiakan orang lain (umat manusia) dan menampakkan karismatiknya pada yang dipimpin, jadi dapat dikemukakan di sini, bahwa pemimpin berakhlak baik apabila memiliki kepribadian yang sesuai dengan tata aturan (ketentuan) agama, masyarakat, keluarga dan Negara/bangsa. g) Akhlak Mahmudah dan Mazmumah Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak mahmudah(fadilah) dan akhlak mazmumah(qabihah). Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah munjiyat untuk akhlak mahmudah dan muhlihat untuk yang mazmumah. Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal system pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifatsifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahalli adalah mengisi jiwa ( yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah). Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut tajalli, yakni tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat

mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin/ gambaran daripada sifat/kelakuan batin. D. Akhlak Tercela Terhadap Allah Adapun diantara sikap dan perilaku manusia yang termasuk bentuk dari akhlak tercela terhadap Allah SWT. yaitu: 1. Ria Sifat ria berhubungan erat dengan sifat sumah yang mana menurut imam Ghazali ria berasal dari kata ruya yang berarti memperlihatkan, atau secara jelasnya dapat difahami dengan ingin dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan atau pujian sedangkan sumah berasal dari kata sama yang berarti mendengar, memperdengarkan, atau juga menceritakan (amal kebaikan). Dengan demikian antara ria dan sumah, keduanya merupakan sifat tercela dan menghilangkan sifat ikhlas karena amal kebaikan yang dilakukan tidak semata-mata karena Allah SWT semata, tetapi karena ingin mendapat pujian atau kekhawatiran mendapat celaan dari orang lain Adapun sifat ria dan sumah akan membawa dampak buruk terhadap pelakunya, diantaranya yaitu:
a. Allah SWT tidak menerima sedikitpun amalan ibadah dari pelaku ria, bahkan mereka

akan menerima azab sebagai balasannya, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali Imran Ayat 188
b. Mendapat dosa besar karena ria termasuk perbuatan syirik sebagaimana hadits yang

diriwayatkan oleh imam Ahmad


c. Menghapus pahala amal baik dan tidak selamat dari bahaya kekafiran, karena ria

sangat dekat dengan kekafiran, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 264. 2. Nifak Nifak dari segi bahasa memiliki arti berpura-pura pada agamanya. Sedangkan dari segi istilah yaitu orang yang menyembunyikan kekafirannya namun menyatakan keimanannya.

Menurut Imam Ghozali dalam kitanbnya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa kata munafik adalah diambil dari kata Nafiqaul yarbu (liang binatang seperti tikus, kakinya lebih panjang dari tangannya, ekor dan telinganya lebih panjang kalau dibandingkan dengan tikus). Kemunafiksn itu ada dua macam: 1. Kemunafikan yang mengeluarkan dari agama dan mengantarkan orang kepada golongan orang-orang kafir serta membawa ke dalam golongan orang-orang yang diabadikan di dalam neraka. 2. Kemunafikan yang membimbing pemiliknya ke neraka pada batas waktu tertentu atau mengurangi dari derajat kemuliaan dan menurunkan dari tingkat sadiqin. E. Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri
1.

Ananiya Ananiyah yaitu sikap mementingkan diri sendiri. Dapat pula diartikan dengan egois

atau ingin menang sendiri karena kedua sikap itu memiliki kesamaan, yakni sikap individualistik.
2.

Putus Asa Putus asa adalah hilangnya suatu harapan, cita-cita, keinginan dan gairah hidup untuk

meraih masa depan yang gemilang. Putus asa selain merupakan sifat tercela yang harus dihindari dan dijauhi, juga termasuk sifat buruk yang dapat merugikan pelakunya.
3.

Tamak Menurut bahasa, tamak artinya serakah, rakus atau ambisius. Adapun menurut istilah,

tamak sikap perilaku tidak puas atas apa yang telah dimilikinya. Sikap tamak atau serakah merupakan sikap tercela yang harus dihindari dan dijauhi. F. Akhlak Madzmumah Terhadap Orang Lain
1. Hasad

Hasad menurut bahasa adalah Iri atau tidak suka. Adapun menurut istilah hasad ialah sifat iri atau tidak suka kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah, baik berupa prestasi maupun materi kekayaan. Sifat hasad muncul dari keinginan yang berlebihan terhadap apa yang diraih oleh orang lain, sedangkan jalan untuk memperoleh seperti yang didapat oleh orang lain tersebut telah tertutup. Tertutup jalannya karena tidak memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oarang lain yang sukses tersebut.

Nilai-nilai negatif akibat perbuatan hasad:


a. Mengandung sikap perilaku iri dan dengki b. Mengandung sikap perilaku suka mencari-cari kesalahan orang lain c. Mengandung sikap perilaku suka melempar kesalahan pada orang lain (berburuk

sangka)
2. Ghibah

Ghibah ialah menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan membicarakan aib atau kekurangan orang lain, tanpa diketahui oleh orang yang sedang dibicarakannya itu. Kebiasaan seperti itu, biasanya disebabkan oleh kebiasaan seseorang yang kurang memperhatikan dirinya sendiri karena merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh rasa benci terhadap oarang yang sedang dibicarakan. Nilai-nilai negatif akibat perbuatan ghibah:
a. Memutuskan ikatan silaturrahmi antara sesama saudara muslim b. Menimbulkan sikap balas dendam dari pihak yang digunjing c. Menimbulkan permusuhan dan persengketaan d. Mendapat kutukan dan murka dari Allah SWT e. Melanggar etika berbicara dalam pergaulan 3. Fitnah

Fitnah artinya perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang dimaksudkan untuk menjatuhkan, menjelekkan, menodai nama baik orang lain, atau merugikan kehormatannya. Mefitnah merupakan perbuiatan yang sangat tercela yang harus dihindari dari setiap muslim. Sebab perbuatan memfitnah sangat besar bahayanya dibandingkan dengan perbuatan membunuh sekalipun. Jika membunuh hanya merusak jasmani orang maka memfitnah dapat merusak mental, jiwa dan raga sekaligus. Nilai-nilai negatif akibat perbuatan fitnah:
a. Dijauhi banyak orang b. Jiwanya resah dan gelisah c. Mendapat dosa besar

MATERI : MANUSIA DAN TUJUAN MANUSIA A. Pengertian Manusia Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang berarti berpikir, berakalbudi atau makhluk yang mampumenguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. B. PenciptaanManusia Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari tanah liat sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam surat Ash Shaffat ayat 11 : Artinya; Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. Allah SWT menciptakan manusia melalui tahapan-tahapan, proses tersebut disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Mukminun ayat 12-14 dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulangbelulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik C. Tujuan Hidup Manusia Menurut Al-Ghazali (1954,J.1:53) tujuan hidup manusia yaitu tercapainya kebahagiaan. Sedangkan tujuan akhirnya ialah tercapainya kebahagiaan akhirat yang puncaknya yaitu dekat dengan Allah dengan cara bertemu dan melihat Allah yang di dalamnyaterdapatkenikmatan-kenikmatan yang menyeluruh yang tidak pernah diketahui oleh manusia ketika di dunia. Tujuan hidup manusia terbagi menjadi dua yaitu : a) Tujuan hidup vertical yaitu beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Adz Dzariyaat ayat 56 . Artinya: aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku

b) Tujuan hidup horizontal yaitu menjadi khalifah di muka bumi sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 30. Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

MATERI : Adab Memakai Pakaian Menurut Islam A. Adab Memakai Pakaian Menurut Islam Seseorang dikatakan berpakaian yang sesuai dalam Islam yaitu seseorang yang berpakaian sopan dan menutup aurat. Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai baik ketika beribadah atau di luar ibadah. Islam hanya menetapkan bahwa pakaian yang baik yaitu pakaian bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim. Dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian untuk lelaki dan wanita, diantaranya: a. Menutup aurat Aurat laki-laki menurut ahli hukum ialah dari pusat hingga ke lutut sedangkan aurat wanita adalah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, kedua telapak tangan dan telapak kaki. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda: "Paha itu adalah aurat." (H.R. Bukhari) b. Tidak menampakkan tubuh Pakaian yang tipis sehingga tampak bagian dalam tubuh, tidak memenuhi syarat menutup aurat meskipun sudah menyelubungi tubuh. Pakaian yang tipis bukan saja menampakkan warna kulit namun juga menampakkan bentuk tubuh. 1. Pakaian yang tidak ketat. Bertujuan untuk tidak menonjolkan atau melihatkan bentuk tubuh badan. 2. Tidak menimbulkan ria. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang melabuhkan pakaiannya karena perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat." 3. Pakaian laki-laki dan wanita berbeda. Maksudnya yaitu pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas dalam sabdanya: "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan." (H.R Bukhari dan Muslim). 4. Larangan pakai sutera. Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (H.R Muttafaq alaih).

5. Memanjangkan pakaian. Sebagai contoh seperti kerudung atau jilbab yang seharusnya dipakai sesuai syariah Islam yaitu menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: "Wahai Nabi, katakanlah (seruhlah) isteriisteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka memanjangkan pakaiannya menutupi seluruh tubuhnya (saat mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang." (Al-Ahzab:59) 6. Memilih warna yang sesuai. Yaitu warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (H.R An-Nasaie dan Al-Hakim) 7. Larangan memakai emas. Dalam etika berpakaian Islam, barang-barang perhiasan emas seperti kalung, cincin, anting dan sebagainya pada umumnya dikaitkan dengan wanita, namun pada zaman ini para lelaki juga cenderung berhias seperti halnya wanita, sehingga tidak sedikit laki-laki ada yang bertindik dan berkalung emas. Semua ini sangat bertentangan dengan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. Dalam Sabda-Nya: "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita." 8. Memakai sesuatu dimulai dari sebelah kanan. Apabila memakai baju, celana atau hal lainnya, mulailah dari sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai pakaian, berjalan kaki dan bersuci." (H.R Muslim). 9. Setelah membeli pakaian baru. Apabila memakai pakaian yang baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi: "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakaikannya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".

10. Berdoa ketika melepaskan pakaian, "Segala puji bagi Allah yang mengkaruniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia." Sebagai seorang Islam, sewajarnya memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan agamanya karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang Muslim. B. Adab Berhias Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut: a. Laki-laki dilarang memakai cincin emas. Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a b. Jangan bertato dan mengikir gigi. Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang mentato sebagian besar tubuhnya, muka dan tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di lingkungan masyarakat kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini, mereka merasa mempunyai kelebihan dari orang lain. Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi. Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. c. Jangan menyambung rambut. Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat sebagai berikut: Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah boleh saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya. (H.R Bukhari) d. Jangan berlebihan dalam berhias. Berlebihan ialah melewati batas yang wajar dalam hal yang halal. Berhias secara berlebihan cenderung pada kesombongan dan bermegah-megahan yang sangat tercela dalam Islam. Setiap muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias. Menghias wajah dengan riasan terlampau banyak serta menggunakan

perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok termasuk hal yang berlebihan. Perbuatan yang demikian itu tidak lain bertujuan untuk menarik perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah untuk menarik perhatian suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila yang dimaksud itu semua orang (selain suami) maka hal itu termasuk perbuatan yang dilarang dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap sombong, berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang oleh Allah SWT.

MATERI : MAQAMAT DAN HAL A. Pengertian Maqamat Dan Hal ALMaqaamat (kedudukan) adalah istilah para sufi yang menunjukkan arti, nilai etika yang akan diperjuangkan dan diwujudkan oleh seorang salik (seorang perambah kebenaran spiritual dalam praktik ibadah).1 Al-haal atau Al-ahwaal atau hal (keadaan) menurut kaum sufi adalah makna , nilai atau rasa yang hadir dalam hati secara otomatis (dengan sendirinya), tanpa unsur kesengajaan, upaya, latihan dan pemaksaan. B. Maqamat Dan Ahwal Dimata Para Tokoh-Tokoh Tasawuf Al-Kalabadzi menyebutkan adanya 10 maqam (stasiun) yang (harus) dilalui oleh para pejalan spiritual sebagai berikut: al-taubah (tobat) al-zuhd (zuhud), al-shabr (sabar) alfaqr (kemiskinan), al-tawadhu (kerendahan hati) al-taqwa (takwa), al-tawakkal (tawakal) al-ridha (rela), al-mahabbah (cinta) dan al-marifah (pengetahuan tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu). C. Maqam-Maqam Dalam Tasawuf 1. Taubat Kebanyakan sufi menjadikan taubat sebagai perhentian awal di jalan menuju Allah.Pada tingkat terendah,taubat menyangkut dosa yang di lakukan jasad atau anggotaanggota badan. Sedangkan pada tingkat menengah,di samping menyangkut dosa yang dilakukan jasad ,taubat menyangkut pula pangkal dosa-dosa,seperti dengki,sombong dan riya. Pada tingkat yang lebih tinggi,taubat menyangkut usaha menjauhkan bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. 2. Zuhud Dilihat dari maksudnya zuhud terbagi menjadi tiga tingkatan.Pertama (terendah), menjauhkan dunia ini agar terhindar dari hukuman akhira. Kedua, menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di akhirat. Ketiga (tertinggi), mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena berharap,tetapi karena cinta Kepada Allah belaka. 3. Faqr(Fakir) Faqr dapat berarti sebagian kekurangan harta dalam menjalani kehidupan di dunia. Sikap faqr penting dimiliki oleh orang yang berjalan di jalan Allah,karena kekayaan atau

kebanyakan harta memungkinkan manusia lebih dekat pada kejahatan, dan sekurangkurangnya membuat jiwa tertambat pada selain Allah 4. Sabar Kesabaran jiwa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek.Misalnya, untuk manahan nafsu makan serta seks yang berlebihan 5. Syukur Syukur diperlukan karena semua yang kita lakukan dan kita miliki di dunia adalah berkat karunia Allah. Allah-lah yang telah memberi nikmat kepada kita, baik berupa pendengaran, penglihatan, kesehatan, keamanan,maupun nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung jumlahnya 6. Rela(Rida) Rida menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah SWT. Orang yang rela mampu menerima hikmah dan kebaikkan dibalik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya. 7. Tawakal Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan dirinya hanya kepada Allah. D. Hal-Hal Yang Dijumpai Dalam Perjalanan Sufi 1. Waspadalah dan Mawas Diri (Muhasabah dan Muraqabah) Waspada dan Mawas Diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena itu, ada sufi yang mengupasnya secara bersama. Waspada dan Mawas Diri merupakan dua sisi dari tugas yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu dan amarah. Waspada(Musahabah) dapat diartikan bahwa Allah mengetahui segala pikiran,perbuatan, dan rahasia dalam hati, yang membuat seeseorang menjadi hormat,takut, dan tunduk kepada Allah. Adapun Mawas Diri(Muraqabah) adalah meneliti dengan cermat apakah perbuatan sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang dari yang dikehendakiNya. 2. Cinta (hubb) Dalam pandangan tasawuf mahabbah(cinta) merupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal, sama separti tobat yang merupakan dasar bagi kemiliaan maqam. Karena mahabbah pada dasarnya adalah anugerah yang menjadi dasar pijakan bagi segenap hal, kaum sufi menyebutnya sebagai anugerah-anugerah(mawahib). Mahabbah adalah kecenderungan hati untuk memperhatikan keindahan atau kecantikan.

Berkenaan dengan mahabbah, Suhrawadi pernah mengatakan Sesungguhnya, mahabbah(cinta) adalah suatu mata rantai keselarasan yang mengikat Sang Pencipta kepada kekasihnya; suatu ketertarikan kepad kekasih, yang menarijk Sang Pencipta kepadanya, dan melenyapkan sesuatu dari wujudnya, sehingga pertama-tama ia menguasai seluruh sifat dalam didinya, kemudian menangkap zatnya dalam genggaman Qudrah(Allah). 3. Berharap dan Takut (Raja dan Khauf) Menurut kalangan kaum sufi, raja dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi. Raja dapat berarti berharap atau optimisme, yaitu peresaan senang hati menaati sesuatu yang diinginkan dan disenangi. Orang yang harapan dan penantiannya mendorongnya untuk berbuat ketaatan dan mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapan benar. Sebaliknya, jika harapannya hanya angan-angan, sementara ia sendiri tenggelam dalam lembah kemaksiatan, harapannya sia-sia. Raja menuntut tiga perkara, yaitu: Cinta kepada apa yang diharapkannya. Takut bila harapannya hilang. Berusaha untuk mencapainya

4. Rindu Selama masih ada cinta, syauq tetap diperlukan. Dalam lubuk jiwa seorang sufi, rasa rindu hidup dengan subur, yakni rindu untuk segera bertemu dengan Tuhan. 5. Intim (Uns) Dalam pandangan kaum sufi, sifat uns (intim) adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi.

MATERI : AL-FANA, AL-BAQA DAN AL-ITTIHAD A. Pengertian Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu.Fana berbeda dengan alfasad(rusak). Fana artinya tidak tampak sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. B. Tokoh Yang Mengembangkan Fana, Baqa dan Ittihad a) Abu Yazid Bustami Abu Yazid al-Bustami (wafat 874 M) adalah seorang ahli sufi yang terkenal diPersia sekitar abad ketiga hijriyah. Ia disebut-sebut sebagai sufi yang pertama kali memperkenalkan faham fana dan baqa.Nama kecilnya adalah Thaifur. Sebelum ia mendalami tasawuf ia mempelajari ilmu fiqh terutama mazhab Hanafi. Ia memperingatkan manusia agar tidak terpedaya dengan seseorang sebelum melihat sebagaimana ia melakukan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan, menjaga ketentuan-ketentuan dan melaksanakan syariat-Nya. Selengkapnya perkataan beliau adalah : Kalau kamu melihat seseorang mempunyai keramat yang besar-besar, walaupun dia sanggup terbang di udara maka janganlah kamu tertipu, sebelum kamu lihat bagaimana dia mengikuti perintah syariat dan menjauhi batas-batas yang dilarang syariat. Setelah ia mendalami tasawuf, ia memunculkan faham baqa dan fana, dimana apabila ia telah fana dan mencapai baqa maka keluarlah kata-kata yang ganjil yang jika tidak hati-hati memahami akan menimbulkan kesan seolah-olah Abu Yazid mengaku dirinya sebagai Tuhan. Ia sering dipandang pula sebagai sufi yang mabuk lantaran ia terlalu jauh mengucapkan kalimat ketuhanan dalam dirinya. b) Riwayat Hidup Bustami Al-Bustami atau dalam beberapa tulisan disebut juga Bistomi, Bustomi dan Bastomi sering juga disebut Bayazid.Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Taifur ibn Surusyam.Ia lahir diwilayah Qum di Persia Barat Laut tahun 188-261 H/804-875 M. Ia adalah putra seorang ayah yang menganut keyakinan Zoroastria. Ayahnya Isa ibn Surusyam adalah pemuka masyarakat di Biston dan ibunya dikenal sebgai zahid (orang yang meninggalkan keduniaan) dan kakaknya Surusyam sebelum memeluk Islam adalah penganut agama Majusi.

Al-Bustami tidak meninggalkan karangan atau tulisan tetapi ia terkenal lantaran ucapan-ucapannya. Terkadang ungkapannya dipandang sebagai al-syathahat atau ungkapan ketuhanan misalnya ungkapannya : Pengikut al-Bustami kemuidian mengembangkan ajaran tasawufdengan membentuk suatu aliran tarikat bernama Taifuriyah yang diambil dari nisbah alBustami yakni Taifur.Pengaruh terikat ini masih dapat dilihat dibeberapa dunia Islam seperti Zaousfana, Maghrib (meliputi Maroko, al-Jazair, Tunisia), Chittagong dan Bangladesh. Makam alBustami terletak ditengah kota Biston dan dijadikan objek ziarah oleh masyarakat. Sebagian masyarakat mempercayai sebagai wali atau orang yang memiliki kekaramatan.Sultan Moghul, Muhammad Khudabanda memberi kubahpada makamnya pada tahun 713 H / 1313 M atas saran penasehat agama sultan bernama Syaikh Syafaruddin. C. Fana Dan Baqa dan Ittihad Dalam Pandangan Al-Quran Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman Allah surat Al-kahfi ayat 10 yang berbunyi: Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.( Q. S. Al-Kahfi, 18: 110). Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin melihat Allah. Musa berkata: Ya Tuhan, bagai mana supaya aku sampai kepada-Mu? Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah dirimu) baru kamu kemari (bersatu).

Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006). hal. 231

MATERI : INSAN KAMIL A. Pengertian Insan Kamil Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: Insan dan kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna. B. Konsep Etika Menurut Islam Adapun konsep etika menurut pandangan islam adalah sebagai berikut : 1) Akhlak Sebagai Kewajiban Fitriah Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebajikan (albirr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur, takut pada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf. 2) Sumber Akhlak Islam Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. 3) Ruang Lingkup Akhlak Islam Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia (al-akhlaq almahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/ qabihah). Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar dan kuat, berkewajiban untuk berakhlak baik kepada Allah Swt. Dengan cara menjaga kemauan dengan meluruskan ubudiyah dengan dasar tauhid : a) Menaati perintah Allah atau bertakwa, b) Ikhlas dalam semua amal, c) Cinta kepada Allah, d) Takut kepada Allah, e) Berdoa dan penuh harapan (raja) kepada Allah Swt.berdzikir, f) Bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati, bersyukur dan, g) Bertaubat serta istighfar bila berbuat kesalahan, rido atas semua ketetapan Allah h) Berbaik sangka pada setiap ketentuan Allah. C. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap Rasulullah Saw., sebab Rasullah yang paling berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara bentuk akhlak kepada Rasulullah adalah cinta kepada Rasul dan memuliakannya : a) Taat kepadanya , serta mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. b) Berakhlak kepada dirinya sendiri, manusia yang telah diciptakan dalam sibghah Allah Swt. dan dalam potensi fitriahnya berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin, memeliharakerapihan, tenang,menambah pengetahuan sebagai modal amal, membina disiplin diri. c) Akhlak terhadap keluarga dapat dilakukan, misalnya dengan berbakti kepada kedua orang tua dan bertutur kata yang baik dalam keluarga. d) Ahlak terhadap tetangga dapat dilakukan, kita menjaga silaturahmi yang baik terhadap sesama karena kebersamaan terhadap tetangga itu sangat penting. e) Akhlak kepada Lingkungan Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, yakni binatang, tumbuhan, dan benda mati. Akhlak yang dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan di bumi, yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan- Nya. Dalam al-Quran Surat al-Anam (6): 38 dijelaskan bahwa binatang melata dan burung-burung adalah seperti manusia yang Menurut Qurtubi tidak boleh dianiaya (Shihab, 1998: 270). Baik di masa perang apalagi ketika damai akhlak Islam menganjurkan agar tidak ada pengrusakan binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa, tetapi sesuai dengan sunnatullah dari tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr (59): 5). D. Ciri-Ciri Insan Kamil Menurut Murthadho Muttari manusia sempurna (Insan Kamil) yakni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.

Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan.

Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakkan agama islam.
2.

Cerdas serta pandai.

Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan (banyak memiliki informasi). 3. Ruhani yang berkualitas tinggi.

Kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah, atau kalbu yang taqwa kepada Allah. Sifat sifatnya manusia yang sempurna terdiri dari : Keimanan, Ketaqwaan, Keadaba, Keilmuan, Kemahiran, Ketertiban, Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran, Persaudaraan, Persepakatan dalam hidup, Perpaduan dalam umah. Untuk cara-cara mencapainya ialah dengan : Ilmu taubat dengan syarat syaratnya menghindari dari yang menyebabkan nafsu dengan mengawalnya dengan mendisiplinkan pergaulan dan harta serta

mengambilkan yang halal dan membelanjakan dalam perkara halal, kemudian disertai dengan berhemat. Berjaga jaga supaya amalan tidak binasa oleh niat-niat yang merobohkannya seperti ria digantikan dengan ikhlas. Keadaan tergesa-gesa digantikan dengan sabar. Tidak cermat digantikan dengan sifat cermat menyelamatkan diri daripada kelesuan. Adapun beberapa ciri ciri atau kriteria Insan Kamil yang dapat kita lihat pada diri Rasulullah SAW yakni 4 sifat yakni : Sifat amanah (dapat dipercaya) Amanah / dapat dipercaya maksudnya ialah dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanya walaupun hanya sesuatu yang kita anggap kurang berharga. Di zaman seperti sekarang ini sangat sulit menemukan sifat manusia yang seperti itu, sebab bila kita lihat sekarang ini hidup di dunia sangat sulit maka untuk bisa memenuhi hasrat dan kebutuhannya manusia pun menghalalkan segala cara. Walaupun ada, sifat amanah ini dimiliki hanya orang orang yang mengerti tentang kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang, maksudnya ia telah menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan kehidupan yang kekal dan abadi hanya di alam akhirat dengan dasar itulah orang orang yang memiliki sifat amanah dapat menerapkannya di kehidupannya sehari hari. Sifat fathanah (cerdas) Seseorang yang memiliki kepintaran di dalam bidang fomal atau di sekolah belum tentu dia dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya, sebab bila kita lihat kenyataan di masyarakat bahwa banyak sarjana yang telah menyelesaikan studinya hanya menjadi pengangguran yang tak dapat mengembangkan semua pengetahuan yang didapatnya itu

menunjukkan bahwa ia bukanlah seseorang yang cerdas. Cerdas ialah sifat yang dapat membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat dan dalam menjalani kehidupannya untuk menuju yang lebih, tapi sifat cerdas ini tidaklah dimiliki setiap orang. Walaupun ada hanya sedikit orang yang memiliki kecerdasan, biasanya orang memiliki kecerdasan ini adalah orang telah mengalami banyak pengalaman hidup yang dapat berguna di dalam menjalani kehidupan Sifat siddiq (jujur) Jujur adalah sebuah kata yang sangat sederhana sekali dan sering kita jumpai, tapi sayangnya penerapannya sangat sulit sekali di dalam bermasyarakat. Entah dikarenakan apa dan kenapa kita sebagai manusia sangat sulit sekali untuk berlaku jujur baik jujur dalam perkataan dan perbuatan. Sifat jujur sering sekali kita temui di dalam kehidupan sehari hari tapi tidak ada sifat jujur yang murni maksudnya ialah, sifat jujur tersebut mempunyai tujuan lain seperti mangharapkan sesuatu dari seseorang barulah kita bisa bersikap jujur. Sifat Tabligh (menyampaikan) Maksudnya tabligh disini ialah menyampaikan apa yang seharusnya di dengar oleh orang lain dan berguna baginya. Tentunnya sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan. E. Proses Pembentukan Insan Kamil Proses Pembentukan Kepribadian Dapat dipahami bahwa insan kamil merupakan manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti kata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, guru, teman sejawat, anak famili dan lainlainnya. Kepribadian Muslim. Kepribadian muslim daat dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya. Kepribadian ummah merupakan kepribadian yang satu, tidak terpisah melainkan terintegrasi dalam satu pola kepribadian yang sama. Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Individu Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan.

a) Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Wiladah) Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimula disaat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Sabda Rasulullah SAW : Pilihlah tempat yang sesuai untuk benih (mani) mu karena keturunan. Kemudian dilanjutkan dengan sikap prilaku orang tua yang islam. b) Education by Another (Tarbiyah Maaghoirih). Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah tangga, guru di sekolah dan pemimpin di dalam masyarakat dan para ulama). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya. Firman Allah SWT yang artinya : (Dan Allah mengeluatkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati) ( Q.S. An-Nahl : 78 ). Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya. c) Self Education (Tarbiyah Al-Nafs) Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya melalui penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Menurut Muzayyin, Self Education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan dorongan tersebut adalah hidayah. Firman Allah SWT yang artinya : (Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk) (QS. Thoha:50) F. Peranan Etika menurut islam dalam Pembentukan Insan Kamil Penerapan etika menurut pandangan islam dalam pembentukan insan kamil dalam kehidupan sehari hari bukanlah perkara mudah, karena dari segi arti saja etika menuruk panadangan islam adalah ahlak yang baik dan insan kamil yaitu manusia yang sempurna. Sedangkan manusia sendiri, seperti yang telah kita ketahui tak ada yang terlahir dengan sempurna. Manusia adalah tempat segala kesalahan dan kekhilafan berasal. Namun kesempurnaan yang dimaksudkan di sini bukanlah kesempurnaan dalam arti tak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Tak ada manusia yang tak pernah melakukan kesalahan, itu kodrat. Tanggung jawab dari dalam diri insan itu sendiri. Kesadaran ini bukan saja merangkumi aspek kecintaan terhadap negara, bangsa dan agama malah menyeluruh meliputi keinsafan dan kesedaran tentang tanggungjawab setiap manusia sesama manusia dan kepada

Penciptanya. Oleh hal yang demikian itu, pembelajaran dan pendidikan sepanjang hayat harus terwujud dalam setiap diri manusia. Di zaman sekarang ini sangat sulit bagi kita untuk dapat meihat atau menemukan seseorang yang menerapkan insan kamil di dalam kehidupannya, seperti yang kita tahu insan kamil merupakan perwujudan dari sifat sifat dan perbuatan nabi Muhammad SAW yang sangat sempurna yang tidak semua orang dapat melakukannya. Sungguh telah banyak orang yang terpesona dengan keindahan akhlak beliau dan berdecak kagum dengan kepribadian beliau sepanjang sejarah umat manusia. Kekaguman itu mereka ungkapkan ke dalam puisi-puisi, pembacaan-pembacaan maulud dan manaqib Rasulullah Saw. Merekalah yang benar-benar memahami arti sebuah kebesaran dan keindahan. Entahlah kita, apakah termasuk dari orang yang enggan karena malu, atau karena hati yang keras, sehingga tidak mengenal arti keindahan dan kebesaran pribadi beliau, serta menganggap bahwa memuji dan menyanjung beliau sebagai pengkultusan individu.

Anda mungkin juga menyukai