4)
Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5)
Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena
itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2.
a)
1)
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
2)
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3)
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan
ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri
dan tidak menyenangkan orang lain
.
b)
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan
dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk
terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati
perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak
mampu lagi berusaha.
c) Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh
seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi
orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian
sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih
sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam
keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan
keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di
antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat
menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan
menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu
pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral
kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima
pada masa-masa selanjutnya.
d)
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. ETIKA
2. MORAL
3. AKHLAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak
yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan
Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang
hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah
merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran
akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran
kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika ?
2. Pengertian dari Moral ?
3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama etika
adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat.
2. Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan
kehendak atau pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa
subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang
bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma
yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka
cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka,
lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah
kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari
kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
- Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan
mengabaikan orang-orang fakir.
- Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini
bertentangan dengan kewibawaan.
- Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah
kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
- Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang
demikian itu berarti menghormatinya.
- Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan
penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
b) Bagi tamu:
- Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan
orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan
pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.
- Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada
waktunya.
- Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa
untuk tinggal lebih dari itu.
- Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang
terjadi pada tuan rumah.
3. Etika di jalan
a) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat
berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari
orang lain karena takabbur.
b) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
c) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya
seseorang bisa masuk surga.
d) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
5. Etika berbicara
a) Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan..
b) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di
fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
c) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
d) Menghindari perkataan jorok (keji).
6. Etika bertetangga
a) Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
b) Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak
membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh
2. MORAL
A. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan
posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian
etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep,
sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku
yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal
yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui
berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam
situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan
atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan
dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib,
rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya
sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu
perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
3. AKHLAK
A. Pengertian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar
(bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), atthobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), almaru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya
kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak.
Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang
tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian
adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421
H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan
terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
B. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang
lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusia.
4) Taawun
Taawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan
sesama manusia.
2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas
kejahatan.
4) Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk
menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai
dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak
patut.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia
yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan
sesama makhluk.
Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting
dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang
paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu
anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya. (HR.Bukhari dan
Muslim).
B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai
dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna
Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja
Grafmdo Persada, 2004
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur
dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera:
Jakarta.
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera.
Jakarta.
BAGAIMANA TI-M melihat isu penyelewengan kuasa dan rasuah dalam konteks
Malaysia.
TI-M memandang berat dan mengharapkan isu penyelewengan kuasa dan
rasuah ditangani bersama secara tuntas dan lebih sistematik lagi. Kami
merakamkan tahniah atas kerja kuat Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia
(SPRM). Menyentuh kes segelintir kakitangan imigresen baru-baru ini, beberapa
persoalan timbul antaranya berapa ramai kakitangan terbabit dan apakah
kakitangan atasan saja serta berapa lama penyelewengan kuasa dan rasuah
terjadi?
Dilaporkan mereka yang terbabit ialah pegawai muda dan lama. Tentu ini
memberi imej dan implikasi buruk bukan saja terhadap imigresen dan institusi
kakitangan beruniform, malah negara yang ingin membuat transformasi bebas
rasuah serta menerapkan imej kakitangan kerajaan yang berintegriti tinggi
setiap masa.
Tadbir urus yang baik adalah kunci utama kejayaan polisi dan inisiatif kerajaan.
Program Transformasi Kerajaan (GTP) berkaitan rasuah menunjukkan kemajuan
membanggakan, antara lain meluluskan Akta Perlindungan Pemberi Maklumat,
penyenaraian penganugerahan kontrak kerajaan melalui halaman procurement
(perolehan), pekeliling untuk menyelesaikan kes rasuah dalam masa 12 bulan,
melaksanakan kerjasama integriti pelaksana projek, menyenaraikan nama
individu terbabit rasuah menerusi laman web SPRM dan surat pekeliling
mengenai panduan surat sokongan daripada pihak bersangkutan. Dalam NKRA
menerusi enam terasnya, antara lain fokus berkaitan rasuah ialah semua
perolehan kerajaan menggunakan tender terbuka atau tender terhad bagi
memerangi rasuah.
Jika jenayah ini boleh dihapuskan, mengapa ia masih berterusan sehingga agensi
seperti SPRM dilihat gagal memenuhi tanggungjawab dan menjadi sasaran
kritikan masyarakat.
Rasuah boleh dihapuskan jika semua pihak terbabit, ia bukan tugas Perdana
Menteri seorang atau SPRM. Dengan sumber kepakaran dan kewangan terhad,
tentu agak mustahil SPRM menangani semua kes rasuah secara terperinci.
Semua pihak perlu memikul tanggungjawab murni ini dengan lebih gigih dan
iltizam berterusan sepanjang hayat. Pembabitan proaktif semua agensi kerajaan
dan institusi pendidikan serta institusi agama dan budaya, swasta dan badan
bukan kerajaan (NGO) khususnya belia dan wanita, selain media amat diperlukan
dalam memberi maklumat terperinci serta semasa supaya dapat meningkatkan
kesedaran dan keinsafan. Celik nurani sifar rasuah harus dirancang dan
dilaksanakan dengan lebih teratur tanpa bermusim. Usaha pencegahan dan
pendidikan perlu diselaras dan dipertingkatkan.
Bagaimana dengan tanggapan masyarakat hanya ikan bilis jadi sasaran, bukan
jerung.
Mengikut SPRM, agensi tidak mengenal warna kulit dan perbezaan politik,
bertindak berdasarkan aduan dan bukti. Kita harap apa dikata dikotakan. Kita
menyambut baik jika lebih banyak jerung di bawa ke pengadilan. Suatu ketika,
beberapa ketua jabatan dan jerung sederhana besar direman kerana rasuah.
Walaupun tidak ada perbandingan bilangan bilis dan jerung, persepsi awam
inginkan banyak lagi jerung dihadapkan ke mahkamah.
Ada orang berkata, hanya penerima rasuah yang dikenakan hukuman, manakala
pemberi rasuah bebas dan ia memberikan gambaran memberi rasuah tidak
salah, apa yang salah ialah menerima rasuah.
Dalam hadis riwayat al-Tarmizi, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Allah
mengutuk pemberi dan penerima rasuah serta pengantara dalam urusan rasuah.
Pemberi rasuah dan penerima adalah penghuni neraka. Gejala ini amalan buruk
dan menggambarkan betapa longgar nilai moral masyarakat serta
memperlihatkan amalan tadbir urus yang tidak cekap. Bagi memberi perhatian
saksama kepada pemberi dan penerima rasuah, kita perlu memastikan keduadua pihak dibawa untuk pengadilan, hukuman setimpal (lebih berat kepada
pemberi), hebahan umum dibuat secara saksama kepada pemberi dan penerima
rasuah, pemulihan bersama kepada pemberi dan penerima rasuah secara teratur
dan sistematik, pemantauan saksama juga kepada bekas penerima dan pemberi
rasuah. Apakah hukumannya sama bagi pemberi dan penerima rasuah?
Apa saja usaha mencegah salah laku penjawat awam serta menghukum untuk
menginsaf kakitangan lain dialu-alukan. Amalan menukarkan tempat bertugas
wajar agar bukan saja mencegah salah laku kakitangan itu, malah meningkatkan
CUEPACS memandang serius apa yang berlaku di pintu masuk negara kerana
penjawat awam daripada peringkat bawahan hingga pegawai ialah pemegang
amanat penting. Mereka perlu pastikan pihak yang masuk tidak mengganggu
keselamatan negara. Mereka terdedah kepada pelbagai faktor dan CUEPACS juga
terkejut dengan pendedahan ini. Walaupun Jabatan Imigresen menjadi fokus,
banyak lagi agensi terkena tempias. Apabila berlaku kes seperti ini, kita harap
persepsi awam janganlah fokus negatif kepada semua agensi kerajaan, memang
betul kata orang kerana seekor kerbau bawa lumpur, semua terpalit. Tanggapan
itu tidak begitu tepat kerana bukan semua tidak bertanggungjawab. Kita harap
mereka di kawasan terdedah dan berisiko sentiasa menjaga integriti dan
tanggungjawab. Saya minta mereka menanam semangat cintakan negara dan
jangan ambil mudah soal keselamatan.
Ada yang mahu penjawat awam disyaki rasuah dipecat berbanding dipindahkan
ke jabatan lain.
Apa saja kesalahan mesti disiasat, dipanggil menghadap dan jabatan perlu
mainkan peranan. Bagi kes jenayah, mereka diserahkan kepada polis atau SPRM,
melalui proses perundangan dan kalau perlu dibuang kerja, mereka kena terima.
Tindakan pindah ke tempat lain memang wajar sebagai langkah awal dan
gantikan mereka dengan pasukan baru supaya kesilapan tidak berulang. Selepas
siasatan, baru tindakan seterusnya dikenakan. Apabila babitkan rasuah, kena
bawa ke pengadilan. Jika bersalah, mereka akan dikenakan tindakan tegas,
gantung kerja, buang kerja atau apa saja tindakan sesuai. Mungkin yang
ditukarkan tidak terbabit, cuma untuk membersihkan imej, kalau tidak bersalah
mereka boleh teruskan kerja. Kalau kekalkan saki-baki, mungkin mereka masih
ada hubungan dengan mana-mana pihak dan boleh timbulkan masalah kepada
pasukan baru dan senang kawal serta pulihkan keadaan. Mungkin ada alasan
mereka tidak tahu kegiatan salah laku, jawapan itu tidak boleh diterima kerana
mereka bukan baru sehari dua bekerja di situ. Banyak saluran boleh diguna
untuk dedahkan maklumat seperti ketika mesyuarat atau pihak atasan, yang
penting jangan subahat.
Tindakan ISA terlalu agresif kerana perkara itu masih dalam siasatan. Ini lebih
kepada salah guna kuasa dan kedudukan, tidak begitu serius berbanding
ancaman keselamatan lain. Mungkin ada pertimbangan lain. Jika terbukti salah,
mereka boleh dibuang kerja, itupun cukup berkesan kerana pesalah hilang
semua hak sebagai penjawat awam termasuk pencen. Rekod buruk juga susah
nak minta kerja.
Kenapa rasuah kakitangan awam masih berterusan. Apakah kerana gaji kecil.
Akhir sekali, perlukah tapisan lebih ketat dibuat sebelum kerajaan membuat
pengambilan baru kakitangan awam bagi menghalang penjawat awam daripada
terbabit rasuah.