Anda di halaman 1dari 10

AKHLAK KEPADA ORANG TUA

A. Sifat dan sikap terpuji Terhadap Orang Tua


Sebagai anak yang sholeh atau sholehah harus berbakti kepada orang tua ,kenapa
harus berbakti karena orang tua sudah berjuang sekuat tenaga untuk membesarkan dan
mendidik anaknya dengan kekuatan dhohir bathinnya. Walaupun kebaikan anak
kepada oran tua tidak sanggup untuk membalas semua kebaikannya.
Berbakti kepada orang tua bisa dimaknai melakukan ihsan kepadanya dengan
menunaikan sesuatu kewajiban anak yang bersifat moril atau spiritual,yang sesuai
dnegan ajaran Islam (Hasyim,1995). Segala perilaku yang dilakukan kepada orang tua
harus disertai ihsan yang meliputi ikhlas,dan kebagusan. Banyak hal yang bisa
dilakukan sebagai anak untuk berbakti kepada orang tua yaitu Ta’at terhadap nasihar
orang tua,membantu dan menolong,cinta kasih kepada orang tua,takrim dan
mempunyai sikap sopan santun.
1. Ta’at
Sudah seharusnya sebagai anak harus taat atas nasehat yang diberikan orang
tua kepada anak, pasti tujuan daripada nasehat itu untuk kebaikan anak itu sendiri.
Dari sini anaka seharusnya patuh dan mengikuti orang tua ,dengan batasan selama
orang tua tidak mengajak kepada sesuatu kemaksiatan atau hal yang dilarang oleh
Allah SWT. Andaikan orang tua mengajak kepada hal yang dilarang oleh Allah
,seorang anak harus menlaknya dengan kata-kata baik dan santun.
Allah Berfirman,dalam surat luqman ayat 15:
Artinya: dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

2. Membantu dan menolong


Salah satu jalan yang bisa ditempuh didalam keluarga agar tercipta
kerukunan antara anggota keluarga adalah dengan saling membantu. Prinsip saling
bahu membahu antar anggota keluarga untuk meringankan beban apalagi antara
anak kepada orang tua,ketika anak sudah sukses mempunyai materi berlebih
,sedangkan orang tua dalam kondisi yang ekonominya kurang, wajib bagi anak
untuk membantu kebutuhan orang tua.
Sudah seharusnya seorang anak membantu meringankan beban orang
tuanya,misalnya dari hal-hal yang kecil kalau masih belum mempunyai materi
berlebih bisa melakukan merampungkan pekerjaan rumah yang dilakukan
ibunya,menyapu halaman,mencuci pakaian,merapikan tempat tidur dan memasak
dll.
Jika anak sudah mandiri dan berpenghasilan cukup,maka ia berkewajiban
membantu orang tua secara materi walaupun tanpa diminta oleh orang tua. Akan
tetapi harus disadari sebesar apapun bantuan anak ke orang tua tidak akan mampu
membalas jasa orang tua.
Nabi SAW bersabda:
Artinya: Dari Abu Hurrairah R.A berkata,seorang anak tidak dapat
membalas budi kebaikan orang tuanya kecuali jika ia mendapatkan orang tunay
tertawa menjadi hamba sahaya,kemudian ia menebus dan memerdekakannya
(HR.Muslim).
Hadist tersebut memberikan gambaran bahwa sebegitu luhurnya
derajat,harkat dan martabat orang tua. Karenanya apapun yang sudah dilakukan
anak kepada orang tua atau bantuan-bantuan yang bersifat materi tidak mampu
mengganti jasa orang tua,semua itu hanyalah sebagai ungkapan terimaksih atau
syukur kepada orang tua. Jangan sampai anak berfikiran bahwa dengan
memberikan bantuan berarti dia telah melunasi jasa orang tua (Hasan,2008).
Selain itu juga anak bisa bershadekah kepada orang tuanya, makapahala
shodaqahnya akan sampai kepada mereka dan anak yang bersedekah akan
mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi sedikitpun pahala kedua orang
tua. Sesuai apa yang dijelaskan adalam Al Quran surat al baqarah ayat 83:
Artinya: dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
3. Sopan dan Santun
Wujud penghormatan kepada orang tua yang bisa dilakukan adalah dengan
mempunyai sikap sopan santun dengan bentuk sikap lemah lembut dan tidak
mengucapkan kata-kata kotor atau kasar. Seorang anak juga sepatutnya berpamitan
kepada orang tua ketika hendak meninggalkan rumah,mencium dan mengucapkan
salam. Ketika anak ada uzur atau halangan untuk pulang kerumah telat maka ia
memberikan kabar kepada orang tua. Itu merupakan bentuki-bentuk penghormatan
kepada orang tua,walaupun masih banyak hal akhlak yang baik bisa dilakukan.
Kewajiban berlaku sopan santun kepada orang tua ini dijelaskan secara jelsa
dalam Al Quran surat Al Isro’ ayat 23:
Artinya: dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama
apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar
daripada itu.akan tetapi masih bisa dilihat dalam kehidupan masyarakat banyak
anak yang tidak mampu menahan hawa nafsunya untuk menyakiti orang tuanya
dengan perkataan dan perbuatannya. Misalkan ketika orang tua sudah tua renta dan
anak menjadi seorang yang terpandang dan jabatannya tinggi dia tidak memuliakan
orang tuanya karena justru malu kalau orang tuanya ada dirumahnya. Ada juga yang
menaruh orang tuanya dipanti jompo yang seharusnya dirawat dengan penuh kasih
sayang oleh anaknya sendiri. Ada juga orang tua dijadikan baby sister dirumahnya
untuk merawat cucunya dikarenakan bapak/ibunya bekerja dikantoran,hal ini tidak
layak dilakukan oleh manusia yang beriman dan beragama Islam.
Ayat ini juga memeberikan sinyal bahwa anak harus berlaku baik dengan
berbicara dengan sangat lembut dan baik ,jangan sampai suara anak melebihi
kerasnya suara orang tua. Selain itu kata-kata yang baik merupakan
sedekah,sebagaimana yang disabdakan rosulullah SAW, kata-kata yang baik akan
membuka pintu-pintu langit dan diterima oleh Allah.
Allah Berfirman dalam surat al father ayat 10:
Artinya: Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-
Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana
jahat mereka akan hancur.

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid Yaitu
laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang
mengatakan semua Perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah. Sedangkan Maksudnya dari
dinaikkan kepadanya ialah bahwa Perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima
dan diberi-Nya pahala. Lisan adalah satu alat komunikasi yang sangat berbahaya kalau tidak
berhati-hati akan menjerumuskan kepada kemaksiatan dan bisa menyakitkan orang lain lebih
khusus lagi menyakiti orang tua,oleh karenanya harus betul-betul berhati-hati dengan lisan ini
gunakan lisan ini untuk kebaikan dan jangan sampai menyakiti siapapun.

B. Birrul Walidain Setelah Orang Tua Wafat


Bentuk Birrul walidaian tidak hanya ketika orang tua hidup akan tetepai juga dilakukan ketika orang
tua sudah wafat. Didalam sebuah hadist dijelaskan tentang berbakti pada orang tua ketika sudah wafat
yaitu hadist riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah yang artinya:

Malik bin Rabi’ah Assa’di berkata:

Ketika kami duduk bersama Rasullullah Saw,lalu dating seorang laki-laki dari bani salamah,lantas
berkata:”Wahai Rasullah adakah sesuatu yang bisa aku gunakan untuk berbakti kepada orang tuakw yang
sudah meninggal?” Rasul menjawab:”Ya ada Pertama Mendoakan kepada orang Tua. kedua meminta
ampunan dosa orang tua, ketiga, melaksanakan akad perjanjian orang tua ketika setelah beliau meninggal.
Keempat, menghubungi sanak kerabat yang tidak tersambung kecuali dengan kekerabatan mereka. Kelima,
menghormati teman dari orang tua.

Sedangkan dalam kitab tanbihul Ghafilin,al Faqih ditannya tentang dua orang tua yang mati dalam keadaan
mkurka terhadap anaknya:” dapatkah diperoleh Ridho mereka setelah meninggal? : jawab beliau: “ Dapt
yaitu dengan tiga perkara pertama,anakharus menjadi orang yang sholih, Kedua, harus menyambung
kerabat dengan kenalan orang tua, ketiga, harus beristigfar dan berdoa serta bersedekah untuk kedua orang
tua.

Sebagai anak yang Sholih setidaknya ketika orang tuanya sudah wafat harus melakukan hal sebagai
berikut:
1. Mendoakan dan memintakan ampun dosa kedua orang tua yang sudah wafat
2. Melaksanakan akad perjanjian kedua orang tua setelah keduanya wafat
3. Menyambung silaturahmi dengan kerabat orang Tua
4. Menghoramti Teman kedua orang tua

C. KEUTAMAAN BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA


1. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?,
Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya :
Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada
kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam
Shahih keduanya).
2. Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka itulah
orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami
ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar
yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16) .
Diriwayatkan juga dalam hadist oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya
bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata
: Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada
pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Apakah Ibumu
masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Kalau bibimu
masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Berbuat
baiklah padanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth :
Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaami’ul Ushul (1/
406).
3. Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut
kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758,
ringkasan).
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua,
Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian berkata
: "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta
nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih
memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah
dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan
oleh Nasa’i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul
Jaami No. 1248)
4. Merupakan Sebab keridhoan Allah
Sebagaiman hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua dan
kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".
5. Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Diantaranya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah
meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa
yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia
menyambung silaturrahim".

D. Cerita Hikmah Salafussholih tentang berbakti pada Orang Tua.


1. Bayazid Al Bustomi
Abu Yazid adalah anak semata wayang dari seorang janda ,ia menjadi dambaan hati dan
nafas kehidupan sang ibu. Semua harapan ditumpukan kepada anaknya abu yazid dan abu yadid
termasuk pemuda yang sangat cerdas di tempat ngajinya beliau dan sangat menghormati orang
tuanya.
Suatu waktu Abu Yazid ketika mengaji mempelajari Al QuraN dan gurunya menjelaskan
tentang ayat dari surah Al Lukman ayat 14 yang berbunyi:
Artinya: dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.

Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisannya dan
berkata kepada gurunya: ”Izinkan saya pulang , ada yang perlu hamba katakan kepada ibuku”
Sang guru memberi izin. Lalu Abu Yazid pulang ke rumahnya. Ibunya menyambutnya dengan
kata-kata:
”Thaifur, mengapa engkau pulang?. Apakah engkau mendapat hadiah atau ada sesuatu kejadian
yang istimewa?”
”Tidak”, jawab Abu Yazid: ”Ketika pengajian ku sampai pada ayat di mana Allah
memerintahkan agar aku berbakti kepada Nya dan kepada ibu. Tetapi aku tidak dapat mengurus
dua buah rumah dalam waktu yang serentak ibu Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Mintalah
daku ini kepada Allah sehingga aku menjadi milik mu seorang atau serahkanlah aku kepada
Allah semata –mata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata”.
”Anakku”. Jawab ibunya: ”Aku serahkan engkau kepada Allah dan ku bebaskan engkau dari
semua kewajipan mu terhadap aku. Pergilah engkau dan jadilah engkau seorang hamba Allah”.
Di Hari kemudian , Abu Yzzid berkata:
”Kewajipan yang pada kamu ibu di antara yang lain-lainya ternyata merupakan kewajipan yang
paling utama. Ia itu kewajiban untuk berbakti kepada ibu ku.. Di dalam berbakti kepada ibuku
itulah ku peroleh segala sesuatu yang ku cari, yakni segala sesuatu yang hanya boleh difahami
melalui tindakan displin diri dan pengabdian kepada Allah”.

Ada juga kisah yang lain tentang berbaktinya sang abu yazid kepada Ibunya:
Pada suatu malam ibu meminta air kepada ku. Maka aku pun pergi mengambilnya, ternyata
di dalam tempayan kami tidak ada air. Ku lihat dalam kendi, tetapi kendi itu pun kosong juga.
Oleh kerana itu pergilah aku ke sungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku
pulang, , ternyata ibuku tertidur”.
”Malam itu udara terasa sejuk. Kendi itu tetap dalam rangkulan ku. Ketika ibu ku terjaga, ia
meminum air yang ku bawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah oleh ku
betapa kendi itu telah membuat tanganku kaku:
”Mengapa engkau tetap memegang kendi itu”, ibu bertanya.
”Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena”, Jawab ku.
Kemudian ibu berkata kepada ku: ”Biarkan sahaja pintu itu setengah terbuka”.
Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan
agar aku tidak melalaikan pesanan ibuku. Hingga akhirnya fajar melewati pintu, begitulah yang
sering kulakukakan berkali-kali”.
Setelah si ibu menyerahkan anaknya kepada Allah, Abu Yazid meninggalkan Bustham,
merantau dari satu negeri ke satu negeri selama 30 puluh tahun, dan melaluinya disiplin diri
dengan terus berpuasa di siang hari dan betariqat sepanjang malam. Ia belajar di bawah
bimbingan 113 guru kerohanian dan telah memeperolehi manafaat dari setiap pelajaran yang
mereka berikan dan menjadikan Tokoh Islam yang sangat terkenal dalam sejarah.
2. Uwais al Qarni
Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak,
tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti
kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan
memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat
mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati
padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak
perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira
untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais
membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu
itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang
sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari
anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan
tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga
dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang
orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk
menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah
besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi
keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya
Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran.
Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho
dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun
memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya
tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di
tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama
Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan
“Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua
pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di
zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan
meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu
banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan
kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai