KREATIF
Oleh : Rijal Assidiq Mulyana
A. Pendahuluan
Kreatif dan inovatif adalah dua hal yang keduanya akan senantiasa terkait dengan
kewirausahan. Kedua kemampuan ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh
karenanya pasti kedua kemampuan ini dimiliki setiap. Sebagaimana disebutkan oleh Timpe
(2000: 59) menjelaskan bahwa setiap individu kreatif dengan cara-cara dan derajat yang
berbeda. Dengan demikian, setiap orang memiliki dasar kreativitas dan inovasi pada dirinya.
Masalahnya adalah bagaimana cara potensi kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan
dan diimplementasikan dalam kegiatan riil dan apakah kemampuan tersebut disadarinya atau
tidak.
Satu contoh kasus proses kreativitas yang berjalan tanpa disadari yang sangat dekat
dengan aktivitas keseharian kita sebagai guru adalah proses kreasi dan inovasi dalam aktivitas
pembelajaran yang kita lakukan kepada peserta didik di kelas. Di setiap harinya kita
melakukan proses kreatif dengan selalu melakukan perubahan, tambahan ataupun modifikasi
dari gaya mengajar, teknik mengajar ataupun model pembelajaran ataupun hal lainnya. Jika
ditelaah dari sisi seberapa cepatkah proses kreatif kita sebagai guru dapat diadopsi dan
diimplementasikan. Dilihat dari sisi waktu maka, perubahan yang kita lakukan di tiap harinya
adalah sangat cepat. Nah, seringkali proses perubahan ini yang kita pahami sebagai kreatifitas
seringkali tidak disadari oleh guru.
Maka, dalam hal ini kreatif dan inovatif sebagai nilai-nilai dasar kewirausahaan mesti
dipahami secara luas, kewirausahaan tidak berarti karakter atau nilai yang terkait dengan
seorang pebisnis saja/wirausahaan. Namun segala hal yang baru kemudian orang lain
mempersepsikannya sebagai hal yang baru dapat diadaptasi dan dilaksanakan. Maka, nilai-
nilai tersebut adalah kewirausahaan dalam perspektif inovatif dan kreatif (Rogers, 1971: 11).
Contoh lain di lingkungan sekolah terkait dengan kewirausahaan ini misalnya dalam
Keputusan Mendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah
khususnya dimensi kompetensi kewirausahaan. Pada intinya menyebutkan bahwa tenaga
kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja mengelola satuan pendidikan dipersiapkan
melalui pendidikan yang akan memuat kompetensi kewirausahaan bagi kepala sekolah.
Pendidikan khusus yang bermuatan kewirausahaan bagi para calon/kepala sekolah diperlukan
1
agar nantinya mereka dapat lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya dan aset
yang dimiliki dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah yang dipimpinnya.
Sehingga tercipta tata kelola sekolah yang baik dan handal.
Makalah ini akan mengulas nilai-nilai dasar kewirausahaan yaitu kreatif dan inovatif,
sebagai nilai yang akan senantiasa beririsan dalam kewirausahaan. Tentunya kewirausahaan
yang coba kami bangun dalam perspektif umum yang dapat dipahami oleh setiap orang di
setiap bidang keahliannya.
B. Kajian Pustaka
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada individu
yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan
inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak
hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif dan
bertindak inovatif.
Menurut Kao dalam buku Modul Konsep Dasar Kewirausahaan yang diterbitkan
Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 4) secara umum posisi wirausahawan adalah
menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan yang
dibangunnya (venture).
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri yakni: 1) penuh percaya
diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggung
jawab; 2) memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan
aktif; 3) memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan
ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat
dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan.
Sedangkan Meredith (2002: 5-6), mengemukakan hal yang senada dengan pendapat
tersebut diatas mengenai nilai hakiki penting dari wirausaha sebagai berikut:
Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau
pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan
oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu
pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif,
kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci
keberhasilan dalam bisnis adaalh untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu
wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri.
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan
kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif.
Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-
tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis,
tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang
untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada
tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada
situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternatif yang mengangung
risiko dan alternatif yang konservatif . Pilihan terhadap risiko tergantung pada :
a. Daya tarik setiap alternatif.
4) Kepemimpinan
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara
tersebut cukup baik.
Proses mendasar dari kewirausahaan adalah adanya tantangan dalam berpikir kreatif
dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang diusahakan. Ide kreatif
dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi,
kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan
sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan
bermakna inilah yang disebut tahap kewirausahaan.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem
kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain. Sebagian besar pendorong
perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala
sekolah yang memiliki jiwa wirausaha. Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan dinamika kegiatan
di lembaganya. Sampai pada tataran tertentu keberhasilan seorang wirausaha tergantung pada
kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri.
Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika bermaksud mencapai
tujuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam kehidupannya. Kekuatan seorang
wirausaha datang dari dirinya sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun risiko
kegagalan selalu mengintip, wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung
jawab atas tindakannya. Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam belajar.
Beberapa wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah mengalami rintangan dan
kegagalan. Belajar dari pengalaman akan membantu wirausaha menyalurkan kegiatan untuk
mencapai hasil yang lebih produktif dan positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari
usaha yang tidak mengenal lelah.
2. Pengertian Kreativitas
Seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu
kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk ber-inovasi terhadap
usahanya. Naisbitt dan Aburdene dalam Reinventing the Corporation (Kemendiknas, 2010: 9)
menyatakan begitu perlunya suatu basis endidikan yang dapat menciptakan kreativitas dalam
suatu masyarakat informasi baru. Mereka menyebutnya dengan proses TLC (Teaching,
Learning, and creativity) yaitu suatu proses pembelajaran bagaimana berpikir (learning how
to think), pembelajaran bagaimana belajar (learning how to learn), dan pembelajaran
bagaimana menciptakan sesuatu (learning how to create).
Kreativitas yang merupakan pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting
dalam kehidupan individu dan organisasi. Semiawan (1997) menguraikan konsep Treffinger
bahwa ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu belajar menjadi lebih kreatif,
yaitu: 1) belajar kreatif membantu seseorang menjadi lebih berhasil guna dalam melakukan
pekerjaan; 2) belajar kreatif menciptakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang
tidak mampu diramalkan yang timbul di masa kini dan di masa depan; 3) belajar kreatif
menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan
dapat mengubah karir pribadi serta menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang; 4)
belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas,
belajar kreatif dapat menimbulkan ide, cara dan hasil yang baru, unik dan bermanfaat.
Menurut Maslow yang dikutip Dharma dan Akib (tanpa tahun: 9-10), dalam
perwujudan diri manusia kreativitas dan inovasi merupakan manifestasi dari individu yang
memiliki fungsi penuh. Di sini terlihat bahwa potensi kreativitas dan inovasi penting untuk
mengembangkan prestasi kerja, termasuk prestasi kerja kepala sekolah bersama warga
sekolah.
3. Kreativitas Seseorang
2) Kreativitas memerlukan pencapaian dari suatu perspektif yang baru. Paling tidak
baru untuk orang tersebut.
3) Perspektif yang baru ini dicapai dengan membawa bersama pengalaman yang
tidak berhubungan sebelumnya.
7) Orang yang kretaif bersikap spontan, fleksibel, dan terbuka terhadap pengalaman.
Sedangkan atribut orang yang kreatif menurut Roe sebagaimana dikutip oleh
Kemendiknas (2010: 11) adalah sebagai berikut:
3) Kesungguhan.
8) Percaya diri.
11) Gigih.
3) Fleksibel.
4) Keaslian.
7) Motivasi.
10) Selektif.
4. Pengertian Inovasi
Menurut Kotler (Kemendiknas, 2010: 12) Inovasi adalah sesuatu yang berkenan
dengan barang, jasa atau ide yang dirasakan baru oleh seseorang. Meskipun ide tersebut telah
lama ada tetapi ini dapat dikatakan suatu inovasi bagi orang yang baru melihat atau
merasakannya.
Sedangkan menurut Rogers (1983: 11) inovasi adalah gagasan, tindakan ataupun
objek yang dianggap baru oleh seseorang atau pengguna lain. Selama berkenaan dengan
perilaku manusia, tidak terlalu dipersoalkan apakah suatu ide itu tersebut secara obyektif baru
(seandainya diukur sejak pertama kali digunakan atau ditemukan) atau tidak. Pandangan
seseorang tentang kebaruan suatu ide menentukan reaksinya terhadap ide tersebut. Apabila
ide tersebut dipandang baru oleh seseorang maka itu inovasi.
Dalam skala unit misalnya, perusahaan dapat melakukan inovasi dalam dua bentuk:
5. Prinsip-prinsip Inovasi
Drucker sebagaimana dikutip oleh Kemendiknas (2010: 12) mengatakan bahwa dalam
melakukan inovasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Menganalisis peluang.
e. Kepemimpinan.
3) Kondisi
6. Peluang Inovasi
2) Keberhasilan/kegagalan.
3) Penolakan pengguna.
Inovasi dapat bersumber dari memperhatikan kebutuhan, keinginan dan daya beli
masyarakat. Misalnya, semua masyarakat mempunyai kebutuhan akan perumahan.
Namun keinginan dari individu masyarakat tersebut berbeda-beda sesuai dengan
selera dan keadaan ekonomi mereka. Selanjutnya permintaan akan perumahan
akan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Seorang yang butuh perumahan
mungkin menginginkan rumah yang besar dengan harga yang lebih mahal. Namun
karena kemampuan dayabelinya tidak memadai maka ia harus membeli rumah
yang kecil yang terjangkau oleh daya belinya. Seorang pemimpin perusahaan
dalam hal ini harus membuat perumahan dengan tipe-tipe yang sesuai dengan
keinginan dan daya beli mereka.
5) Persaingan.
Persaingan adalah sumber inovasi yang sangat besar andilnya dalam peluncuran
produk-produk baru. Dengan adanya persaingan perusahaan akan terdorong untuk
melakukan inovasi. Sebagai contoh, persaingan dalam produk pasta gigi dari
beberapa merek menyebabkan perusahaan meningkatkan penelitian dan
pengembangan akan produknya untuk menciptkan produk-produk baru dengan
spesifikasi dan keunggulannya masing-masing.
10
6) Perubahan demografi.
7) Perubahan selera
Konsumen dapat diasumsikan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru atau
berbeda dari apa yang biasa dilihatnya sehri-hari. Konsumen mempunyai
keinginan untuk tampil beda dengan yang lainnya sesuai dengan seleranya
masing-masing. Perubahan harus cermat memperhatikan selera para konsumen
dan perubahannya untuk segera melakukan inovasi bagi produknya.
8) Pengembangan IPTEK.
2) Ketidaksesuaian (incongruities).
5) Demografi (demographics).
Menurut Rogers (1983: 10) ada empat pokok difusi inovasi yaitu:
Menurut Rogers (1983: 17) difusi adalah tipe khusus komunikasi, yakni iformasi
yang dipertukarkan adalah ide-ide baru. Inti proses difusi adalah pertukaran
informasi. Yakni seseorang menginformasikan suatu ide baru kepada orang lain.
Pada dasarnya bentuk proses itu meliputi unsur-unsur (1) suatu inovasi, (2)
seseorang atau unit adopsi yang punya pengetahuan atau pengalaman dalam
penggunaan informasi itu, (3) orang lain yang belum mengetahui inovasi itu, (4)
saluran komunikasi yang menghubungkan kedua orang tersebut. Misalnya saluran
media, namun hasil penelitian menunjukkan saluran antar pribadi lebih efektif
dalam mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi ide baru.
a. Proses keputusan inovasi dimana seseorang menjalani proses mulai dari kenal
inovasi sampai pengadopsiannya ataupun penolakannya.
b. Keinovatifan seseorang atau unit adopsi yakni relatif lebih awal /akhir suatu
inovasi diadopsi-dibandingkan dengan anggota sistem sosial atau unt adopsi
lainnya.
c. Kecepatan adopsi suatu inovasi dalam suatu sistem sosial yang biasanya
diukur dengan jumlah anggota sistem yang engadopsi inovasi dalam jangka
waktu tertentu.
Sistem sosial didefinisikan sebagai seperangkat unit-unit yang bersitaut dan terikat
dalam kerjasama pemecahan masalah untuk mencapai tujuan bersama anggota
atau unit anggota sistem sosial bisa perseorangan, kelompok informal, organisasi
atau subsistem. Bisa jadi anggota tersebut adalah petani, pergurua tinggi ataupun
konsumen.
Pengguna (customer) yang mengadopsi suatu inovasi dari produk akan melalui proses
1) Awarness.
Pada tahap ini calon pengguna baru menaruh perhatian terhadap inovasi tetapi masih
memiliki sedikit informasi terhadap produk inovatif. Tugas
perusahaan/provider/inventor adalah menyebar luaskan informasi dari produk inovatif
pada segmen atau sasaran pasar (target market) yang telah direncanakan.
2) Interest.
Pada tahap ini calon pengguna terdorong untuk mencari informasi lebih lanjut
mengenai produk inovatif. Tugas perusahaan adalah mempermudah para calon
pengguna untuk memperoleh informasi yang disebarluaskan.
3) Evaluation.
4) Adoption.
Jika tahap ujicoba berhasil maka calon pengguna akan memutuskan untuk
menggunakan produk inovatif dengan penuh dan secara teratur. Tugas perusahaan
dalam tahapan ini adalah menjaga kepercayaan dari para pengguna degan tetap
menjaga mutu produk dan pelayanan. Dilain pihak perusahaan harus tetap
mengembangkan produk yang ada untuk memperoleh inovasi produk yang baru.
Banyak cara yang dapat dipilih dalam mensosialisasikan konsep kreativitas dan inovasi,
dari cara yang radikal sampai pada cara halus dan tersamar. Pada prinsipnya, apapun strategi
yang diterapkan memiliki tujuan yang sama agar perubahan dan pembaruan terjadi dalam
13
organisasi. West (2000) mengemukakan empat strategi memperkenalkan inovasi, yakni
strategi pengaruh minoritas, strategi partisapatif, strategi eklektik dan strategi pemaksaan
kekuasaan (Depdiknas, 2002). Tiga strategi yang erat kaitannya dengan pengembangan
kreativitas dan inovasi dalam konteks pendidikan diuraikan berikut ini.
Strategi Partisipatif, ini cocok dikembangkan apabila kebutuhan akan inovasi dirasakan
oleh personil kelembagaan dan tersedia cukup waktu dan sumber daya untuk menggalakkan
partisipasi khususnya bagi kelompok yang dianggap tidak terlibat langsung dalam proses
inovasi. Sebagai ilustrasi pada konteks persekolahan, strategi partisipasi melibatkan tiga
unsur, yakni 1) kepala sekolah, guru dan warga sekolah, 2) mensosialisasikan informasi
kepada mereka, dan 3) melibatkan kepala sekolah, guru dan warga sekolah termasuk komite
sekolah, orang tua siswa, pengusaha, penguasa dan masyarakat selaku pemangku kepentingan
dalam pembuatan keputusan. Strategi partisipasi dapat diterapkan apabila basis untuk tim
sudah ada di sekolah tersebut.
Strategi Ekletik, menurut Daft (1992) merupakan gabungan dari beberapa metode
dalam mengimplementasikan inovasi. Pendekatan ini melibatkan tujuh teknik mengubah
implementasi, yakni 1) diagnosis kebutuhan akan perubahan; 2) memenuhi ide-ide yang
sesuai kebutuhan; 3) mendapatkan dukungan manajemen puncak; 4) merancang perubahan
untuk implementasi bertahap; 5) mengembangkan rencana untuk mengatasi resistansi
terhadap perubahan; 6) membentuk tim perubahan; dan 7) merangkul dan membina personil
yang kaya ide.
Strategi Pemaksaan Kekuasaan, ini lazim digunakan untuk perubahan paradigma yang
radikal dan tidak mungkin dilakukan dengan cara lain. Pemaksaan kekuasaan dilakukan jika
kelompok organisasi memiliki kemampuan berpikir yang timpang antara kelompok pimpinan
dengan kelompok yang dikenai inovasi. Di samping itu, pemaksaan kekuasaan diterapkan
apabila tidak ada waktu yang cukup untuk menjalankan konsultasi, komunikasi atau
partisipasi dalam menerapkan inovasi. Perlu diingat bahwa strategi pemaksaan hanya efektif
digunakan oleh aktor yang memiliki kekuasaan dan pengaruh cukup besar dalam organisasi
untuk mendesak implementasi inovasi. Konsekuensi penggunaan strategi pemaksaan
kekuasaan adalah adanya kecenderungan memunculkan sikap permusuhan yang cukup besar
di antara anggota organisasi. Pemaksaan kekuasaan merupakan satu-satunya cara untuk
mewujudkan perubahan yang tidak popular. Contoh, perampingan kelembagaan akan sangat
mungkin menimbulkan resistansi besar-besaran, bahkan proses konsultasi, komunikasi dan
14
partisipasi tidak akan efektif. Program perubahan kultur juga seringkali menuntut pemaksaan
kekuasaan untuk mengatasi resistansi terhadap perubahan dalam diri orang yang sudah begitu
lama menggeluti “kultur lama.”
C. Kesimpulan
Kreatifitas dan inovasi akan senantiasa menjadi nilai yang senantiasa beririsan bagi
seorang yang memiliki karakter kewirausahaan. Oleh karenanya Kewirausahaan mesti
dipahami sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya
untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses. Inti kewirausahaan adalah
kemampuan seseorang menciptakan ide, tindakan ataupun objek yang pihak lain
mempersepsikannya sebagai sesuatu yang baru, unik, berbeda atau bermakna (bernilai)
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang, ruang dan uang.
Dari seberapa cepatkah suatu inovasi mampu diadopsi setidaknya ada 4 hal yang mesti
dipertimbangkan seorang wirausaha/inovator yaitu: (1) inovasi itu sendiri (2) yang mampu
dikomunikasikan melalu saluran-saluran tertentu (3) adanya selang waktu yang dibutuhkan
(4) dikalanan atau anggota sisitem sosial tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. 1992. Organization Theory and Design, Singapore: West Publishing
Company.
Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan
Tingkat Pertama: Jakarta.
Dharma, Surya dan Akib, Haedar. Kewirausahaan Sekolah Berbasis Kreativitas dan Inovasi.
Tidak dipublikasikan.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal
dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Konsep Dasar Kewirausahaan,
Jakarta.
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan Anak Berbakat, Jakarta: PT. Gramedia
widisarana Indonesia.
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Salemba Empat.
Timpe, Dale A. 2000. Creativity, alih bahasa Sofyan Cikmat, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.