Anda di halaman 1dari 188

IMPLEMENTASI HIDDEN CURRICULUM

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DI SMP NEGERI 14 TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh:
Prasetyo Arif Fauzi
NIM: 1110011000044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ABSTRAK
Prasetyo Arif Fauzi (NIM: 1110011000044). Implementasi Hidden
Curriculum dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 14
Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi hidden curriculum


dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Lebih spesifik lagi penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa iplementasi
hidden curriculum dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
terkandung dalam bentuk tauladan guru kepada siswa, kegiatan-kegiatan yang
dibiasakan, dan aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama.
SMP 14 Tangerang Selatan berkeinginan agar siswa memiliki tiga karakter utama,
yakni bersih, disiplin dan religious. Berdasarkan tujuan sekolah tersebut maka
guru PAI menyisipkan hidden curriculum yang berkaitan dengan tiga karakter
tersebut disaat pembelajaran berlangsung. Hidden curriculum yang dilaksanakan
sangat efektif, hal ini terlihat dari sebagian besar siswi SMP 14 Tangerang Selatan
yang selalu mengenakan jilbab di sekolah.

i
ABSTRACT

Prasetyo Arif Fauzi (NIM: 1110011000044). Implementation of Hidden


Curriculum in Islamic Education Learning at Secondary Schools 14 South
Tangerang. Thesis: Islamic Education Department. Tarbiya and Teaching
Science Faculty. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research aims to determine the implementation of the hidden curriculum


in learning Islamic education. The research was conducted in SMP 14 South
Tangerang.
The approach used in this study is a qualitative approach. More specifically,
this research uses the case study method. Data collection techniques in this study
is the observation, interviews, and documentation.
From the research that has been done can be seen that the hidden curriculum
in learning iplementasi PAI in SMP Negeri 14 South Tangerang contained in the
form of teacher role models to students, the activities were accustomed, and the
rules that apply in accordance with the collective agreement. SMP 14 South
Tangerang desirous that the student has three main characters, namely clean,
discipline and religious. Based on the purpose of the school, the teachers PAI
insert hidden curriculum associated with the three characters when learning takes
place. Hidden curriculum implemented very effectively, it is visible from most of
the junior high school student 14 South Tangerang who always wear a headscarf
at school.
KATA PENGANTAR

Bismiilahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi
Hidden Curriculum dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan”.
Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasul-Nya yang
agung baginda Nabi Muhammad SAW. Rasul terakhir yang membawa risalah,
penyejuk dan penerang hati umat sehingga selamat bahagia dunia dan akhirat serta
mendapatkan syafa’at pada yaumul qiyamah kelak.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran
dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Drs. H. Masan AF. M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada
umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah

ii
membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu karyawan Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan selama penyusunan skripsi ini.
8. Drs. H. Muslih, M.Pd. Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.
9. Endang Purnamasari, S.Ag. guru PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
yang telah membimbing, memberikan arahan dan informasi kepada penulis
saat melakukan penelitian di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.
10. Siswa siswi SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang mendukung penulis
mengumpulkan data-data untuk penelitian.
11. Orang tua tercinta (Ibu Munaroh dan Bapak Faizin) yang selalu mendo’akan,
memotivasi dan memberikan kasih sayang tak terhingga kepada penulis dalam
setiap keadaan.
12. Seluruh keluarga besar di Tangerang dan Belitang yang selalu mendo’akan,
dan memotivasi penulis.
13. Wahyu Irfan, Ilham Fauzi, Agil Tri Antono, Rifki Rohmah K., seluruh
keluarga, dan sahabat penulis yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi
kepada penulis.
14. Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 terutama teman-teman
Kelas B. Khususnya untuk Aminudur Yusuf Putra, Yuda Setiadi, Albert
Ferdinan, Intan Rahma Yuri, dan semua sahabat lainnya, terima kasih atas
semangat, saran-saran, motivasi, bantuan, dan kebersamaan selama menimba
ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan


ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak,

iii
ibu dan sahabat sekalian dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 08 Januari 2015

Penulis

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
F. Kegunaan Penelitian................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI


A. Kajian Teori Hidden Curriculum dan Pembelajaran PAI ... 9
1. Kurikulum ........................................................................ 9
a. Pengertian Kurikulum ..................................................... 9
b. Komponen-komponen Kurikulum ................................. 11
c. Peranan Kurikulum ......................................................... 13
d. Fungsi Kurikulum .......................................................... 14
2. Hidden Curriculum (Kerikulum Tersembunyi) ............. 16
a. Pengertian Hidden Curriculum ....................................... 16
b. Aspek Hidden Curriculum .............................................. 19
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ....................... 20
a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ....... 20

v
b. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ........................... 25
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................... 27
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ..................... 30
e. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................... 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 33
B. Setting Penelitian ..................................................................... 44
C. Metode Penelitian...................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 45
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................... 47
F. Analisis Data ............................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data ......................................................................... 51
B. Pembahasan ............................................................................. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Implikasi …………………………………………………….. 70
C. Saran ........................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 72


LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 75

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen-komponen Kurikulum ………………………………. 13
Gambar 4.1 “Having knowledge, having goodness,having faith” ……………. 59
Gambar 4.2 “Discipline is a key of success in study” ………………………… 59
Gambar 4.3 “Budayakan hidup bersih, tertib, aman, indah, dan nyaman” …... 60
Gambar 4.4 Tempat sampah di halaman sekolah …………………………….. 60
Gambar 4.5 Karya-karya siswa yang dipajang di sekitar mushola sekolah ….. 61
Gambar 4.6 Siswa sedang mengambil wudhu ………………………………… 65
Gambar 4.7 Siswi SMP Negeri 14 Tangerang mengenakan jilbab …………… 66
Gambar 4.8 Siswi tetap berjilbab pada pelajaran olahraga ……………………. 66

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan Tiga tahun terakhir . 39
Tabel 3.2 Data Ruang Kelas …….....………………………………………….. 39
Tabel 3.3 Ruang Belajar Lainnya .…………………………………………… 40
Tabel 3.4 Kegiatan Pengembangan Diri ………………………………………. 41
Tabel 3.5 Muatan Lokal SMP Negeri 14 Tangerang Selatan .………………. 43
Tabel 3.6 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ……………………………. 45
Tabel 3.7 Observasi Penelitian ………………………………………………… 46
Tabel 4.1 Kegiatan Pengembangan Diri Secara Terprogram ………………….. 54
Tabel 4.2 Kegiatan Pengembangan Diri Tidak Terprogram ………………….. 55

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru PAI & Hasil Wawancara Kepsek

Lampiran 3 RPP, Profil Sekolah, & Struktur Kurikulum

Lampiran 4 Hasil Observasi dan foto-foto

Lampiran 5 Data Guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dan Observasi

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Lembar Uji Referensi

Lampiran 10 Biodata Penulis

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan juga merupakan senjata utama untuk melawan kemiskinan dan
kebodohan. Kemiskinan dan kebodohan merupakan masalah sosial yang
masih dihadapi di negara kita. Melalui pendidikanlah pemerintah berupaya
untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan di negeri ini.
Di dalam ajaran Islam Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berilmu. Allah SWT berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al
Mujadalah: 11)
Berdasarkan ayat di atas pendidikan memiliki peranan penting di dalam
agama, yaitu guna melahirkan generasi yang beriman dan berilmu.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah menetapkan Standar
Nasional Pendidikan yang tertuang dalam peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan
pemerintah tersebut dijelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan meliputi:
1) Standar isi,
2) Standar kompeteni lulusan,

1
2

3) Standar proses,
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan,
5) Standar sarana dan prasarana,
6) Standar pengelolaan,
7) Standar pembiayaan, dan
8) Standar penilaian pendidikan.
Melalui Standar Nasional Pendidikan tersebut sekolah dapat bercermin
seberapa jauh setiap standar pendidikan yang sudah dapat dicapai.
Pemerintah melakukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Mengembangkan kurikulum adalah salah satu
caranya. Kurikulum di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan dan
pergantian. Saat ini pemerintah sedang memberlakukan kurikulum 2013
untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum tingkat satuan
pendidikan atau KTSP. Pergantian tersebut tentu saja bertujuan untuk
memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, walaupun kurikulum 2013 belum
tentu sempurna dan masih memiliki kekurangan.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-
tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan,
pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja.
Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan
kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-
alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pedidikan, juga diperlukan
cara-cara dan alat-alat penelitian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu
tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian merupakan komponen-
komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, interaksi
pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung
dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang
mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik,
dan religi.
3

Sebagi suatu rencana atau program yang tertulis, kurikulum merupakan


pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Oleh sebab itu, setiap guru seharusnya dapat melaksanakan kegiatan
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Inilah yang dinamakan kurikulum ideal,
yaitu kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai
acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar. Oleh karena
kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka kurikulum ini juga
dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum).
Selain kurikulum tertulis terdapat juga kurikulum tersembunyi atau
hidden curriculum, yaitu pengalaman belajar yang didapatkan siswa diluar
kurikulum yang diajarkan, seperti sikap sopan santun, kedisiplinan dan
sebagainya.
Keberadaan Hidden Curriculum memberikan pengaruh yang cukup besar
bagi siswa. Istilah hidden curriculum sendiri menunjuk kepada segala sesuatu
yang dapat berpengaruh dalam proses pengajaran dan pendidikan, yang
mungkin meningkatkan, mendorong atau bahkan melemahkan usaha
pencapaian tujuan pendidikan.1
Ketika guru selalu masuk kelas tepat waktu, kemungkinan besar semua
siswa akan masuk kelas tepat waktu juga, sebisa mungkin mereka akan
berusaha untuk tidak terlambat. Sikap guru yang selalu tepat waktu ini secara
tidak langsung mengajarkan siswa untuk bersikap disiplin dan menghargai
waktu. Maka hidden curriculum dalam konteks tersebut memberikan
pengaruh yang baik terhadap kepribadian siswa yaitu mengajarkan disiplin
dan menghargai waktu. Namun jika guru masuk kelas sering terlambat
bahkan jarang mengisi jam pelajarannya, hal ini akan memberikan dampak
negative bagi siswa. Siswa akan datang semaunya, bahkan mungkin siswa
akan membolos pada jam pelajaran guru tersebut. Pada konteks kedua ini
sikap negatif guru menjadi hidden curriculum yang memberikan pengaruh
negative kepada siswa.

1
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 25
4

Peristiwa di atas menunjukkan bahwa siswa cenderung meniru dan


melakukan apa yang mereka lihat dibandingkan mengamalkan teori yang
diajarkan guru mereka. Untuk itu perilaku guru harus benar-benar dijaga dan
sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Jika guru mengajarkan disiplin
maka dia harus menjadi tauladan yang disiplin, jika guru mengajarkan
tentang bertanggung jawab maka dia harus menjadi tauladan yang
bertanggung jawab. Nilai pendidikan yang diajarkan guru tidak akan berarti
jika si guru sendiri tidak mengamalkan nilai tersebut. Hal ini akan sangat fatal
dan berbahaya bagi pendidikan moral peserta didik, karena mereka tidak akan
percaya akan kebenaran nilai yang diajarkan sang guru, sebab si guru sendiri
tidak mengindahkan nilai tersebut. Ketauladanan seorang guru akan sangat
mempengaruhi nilai-nilai pendidikan yang akan diajarkan kepada anak
didiknya. Karenanya seorang guru tidak cukup hanya sebagai pengajar tetapi
guru juga harus menjadi tauladan yang baik bagi siswanya.
Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).
Rasulullah Saw. selalu mengamalkan terlebih dahulu syari’at yang
diberikan kepada beliau sebelum mengajarkannya kepada para sahabat beliau.
Karena hal tersebut akhirnya beliau sukses menyebarluaskan ajaran Islam
keseluruh penjuru dunia. Rasulullah bersifat penuh kasih sayang dan lemah
lembut selain itu beliau juga selalu menjaga kepercayaan yang diberikan
kepada beliau, sampai-sampai beliau diberi julukan al-amin. Karena sifat
beliau ini banyak para musuh yang tadinya membenci balik mencintai.
Rasulullah merupakan contoh atau tauladan terbaik bagi ummatNya.
Sebagaimana Rasulullah maka guru juga seharusnya menjadi tauladan yang
5

baik bagi anak didiknya. Jika seorang guru berhasil mengambil hati muridnya
maka akan lebih mudah untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada
anak didiknya.
Maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap
teman, pencurian, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, pemerkosaan, dan
perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini
belum teratasi secara tuntas. Perilaku pelajar kita juga masih diwarnai dengan
gemar menyontek, bullying di sekolah, dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan
cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan yang
sederhana, karena tindakan ini telah menjurus kepada tindakan criminal.
Perilaku orang dewasa juga tidak jauh berbeda, senang dengan konflik dan
kekerasan, korupsi merajalela dikalangan para pejabat yang dianggap dewan
terhormat, dan perceraian juga menjadi hal biasa.
Pendidikan diharapkan mampu menyelesaikan berbagai masalah di atas,
terutama pendidikan agama. Pendidikan agama biasanya berisi materi tentang
keimanan, ketakwaan, akhlak dan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian
pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental-spiritual yang
selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang
kehidupan.
Pendidikan agama juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
pendidikan moral atau akhlak.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”


Berdasarkan hadis Nabi Saw. di atas maka dapat diketahui bahwa salah satu
tujuan pendidikan agama adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berpedoman pada
kurikulum yang disusun secara sistematis. Di dalam kurikulum tersebut
terkandung tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian hasil belajar.
Berdasarkan kurikulum tersebutlah maka kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan. Namun selain kurikulum yang telah direncanakan tersebut ada
6

juga kurikulum yang tersembunyi atau kurikulum tidak tertulis. Kurikulum


tidak tertulis ini dapat memperkaya dan menambah pengetahuan peserta
didik. Para pendidik dapat memanfaatkan hidden curriculum untuk
mengintegrasikan pendidikan akhlak ke dalam kegiatan belajar mengajar
pada setiap mata pelajaran. Jika keberadaan hidden curriculum ini dapat
dimaksimalkan oleh para pendidik, maka tujuan pendidikan nasional akan
lebih mungkin untuk dicapai seutuhnya.
Di sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dapat terlihat bahwa
sekolah tersebut menerapkan hidden curriculum. Hal ini dapat dilihat melalui
tulisan-tulisan yang berisi pesan di sepanjang koridor kelas. Sekolah SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan merupakan sekolah umum, tetapi jika kita
masuk kedalamnya kita akan banyak menemui siswi yang berpakaian
muslimah, ini adalah pemandangan yang menarik jika kita lihat pada sekolah
umum yang tidak berbasis agama seperti MTs.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui dan
menggali lebih jauh mengenai hidden curriculum yang diterapkan di sekolah
SMP Negeri 14 Tangerang Selatan. Penulis berencana untuk melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Hidden Curriculum dalam
Pembelajaran Agama Islam di Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan”

B. Identifikasi Masalah
1. Masih ada guru yang tidak menyadari peranan hidden curriculum.
2. Guru belum bisa menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya.
3. Masih ada siswa yang melanggar tata tertib.
4. Hidden curriculum apa yang ada di sekolah SMPN 14 Tangerang Selatan.
5. Bagaimana hidden curriculum diimplementasikan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

C. Pembatasan Masalah
Untuk dapat memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan
skripsi ini, maka peneliti membatasi masalah penelitian. Pembatasan masalah
yang akan diteliti disini yaitu pada masalah implementasi hidden curriculum
7

pada pembelajaran PAI di sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dan


bagaimana pengaruh hidden curriculum bagi siswa di sekolah SMP Negeri 14
Tangerang Selatan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang
dirumuskan dan akan dikaji serta di teliti penulis dalam tulisan ini adalah
“Bagaimana implementasi dan hidden curriculum dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP 14 Tangerang Selatan, dan pengaruhnya
bagi siswa”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dalam perumusan masalah,
maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan penelitian ini adalah untuk
mengetahui implementasi hidden curriculum dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP 14 Tangerang Selatan dan pengaruhnya bagi siswa.

F. Kegunaan Penelitian
Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
sebagai kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap
upaya peningkatan mutu pendidikan. Besar harapan penulis agar banyak
pihak dapat merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Manfaat penelitian:
1. Bagi Penulis, sebagai pengetahuan bagi penulis untuk mengembangkan
dan meningkatkan kompetensi sebagai calon pendidik dan juga sebagai
tugas akhir penulis untuk syarat kelulusan pada studi penulis.
2. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan dalam pengembangan hidden
curriculum di sekolah.
3. Bagi Guru, memberikan informasi/pengetahuan tambahan tentang
hidden curriculum agar para pendidik dapat memanfaatkan peranan
8

hidden curriculum secara maksimal sehingga efektifitas mendidik dan


membentuk karakter lebih maksimal.
4. Bagi teman-teman mahasiswa semoga skripsi ini memberikan informasi
dan dapat bermanfaat sebagai rujukan untuk penelitian yang akan
datang.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori Hidden Curriculum dan Pembelajaran PAI


1. Kurikulum
a. Pengertian Kurikulm
Kurikulum sering diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang
harus dipelajari oleh siswa di sekolah. Lalu bagaimana dengan alat
dan metode belajar yang dipakai? Apakah kurikulum hanya sebatas
mata pelajaran yang harus dipelajari ataukah lebih dari itu? Untuk
lebih jelasnya berikut ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian
kurikulum dan pendapat para ahli mengenai kurikulum.
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Latin “curir”
yang berarti pelari dan “curere” yang berarti tempat berlari.1 Terdapat
pula dalam bahasa Prancis “courir” artinya “to run” artinya “berlari”. 2
Pada awal sejarahnya istilah kurikulum biasa digunakan pada dunia
olah raga yaitu jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari mulai
dari garis start sampai finish. Selanjutnya dalam dunia pendidikan,
jarak yang harus ditempuh tersebut diubah menjadi program sekolah
dan semua orang yang terlibat didalamnya. Program tersebut berisi
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Dengan
demikian, secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau di
selesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.3
Pengertian ini tergolong tradisional, tetapi paling tidak, orang bisa
mengenal dan mengetahui pengertian kurikulum yang pertama.
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan
pengalaman potencial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah,

1
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan,
(Jakarta: Kata Pena, 2014), h 3
2
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), Cet. ke-5, h. 9.
3
Zainal Arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 2011), Cet. 1, h. 3.

9
10

baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar


sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan.4 Dengan kata lain kurikulum tidak sebatas mata pelajaran
saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran,
perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar halaman
sekolah dan lain-lain.5
Pengertian kurikulum menurut beberapa pakar, sebagaimana
dikutip oleh Kunandar adalah:
1) Alice Miel menyatakan bahwa kurikulum adalah segala
pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang
diperoleh anak di sekolah. Kurikulum mencakup pengetahuan,
kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita,
norma-norma, pribadi guru, kepala sekolah, dan seluruh
pegawai sekolah.
2) J. Galen Saylor dan William M. Alexander mengartikan bahwa
kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk memengaruhi
anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah,
atau di luar sekolah, termasuk kurikulum. Kurikulum juga
meliputi kegiatan ekstrakulikuler.
3) Harold B. Albertycs mengartikan kurikulum sebagai semua
kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang berada
di bawah tanggung jawab sekolah.
4) William B. Ragan menyatakan bahwa kurikulum meliputi
seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala
pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi juga
meliputi seluruh kehidupan dalam kelas, termasuk di dalamnya
hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan
cara mengevaluasi.
5) B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores
mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang
secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar
mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan
masyarakatnya.
6) J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller mengartikan kurikulum
meliputi metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi
murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,

4
Ibid, h. 4.
5
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
(Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. ke-1, h. 6.
11

bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi, hal-hal


structural mengenai waktu, jumlah ruangan, serta
kemungkinan memilih mata pelajaran.6
Di Indonesia sendiri, pengertian kurikulum terdapat dalam pasal
1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.7
Berdasarkan beberapa definisi kurikulum di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana mengenai
isi, bahan pelajaran, cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar serta semua kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar baik yang terjadi di dalam kelas
ataupun diluar kelas untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu system keseluruhan memiliki
komponen-komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Glenys G. Unruh dan Adolf Unruh sebagaimana dikutip Zainal,
menyebutkan bahwa komponen-komponen pokok kurikulum adalah
tujuan, isi/materi dari apa yang dipelajari, proses/metode
pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.8
Tujuan kurikulum ditentukan oleh dua hal. Pertama,
perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua,
didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-
nilai filosofis, terutama falsafah negara.9

6
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 123-124.
7
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 2010), Cet. ke-4, h. 91-92.
8
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 2011), Cet. ke-1, h. 80.
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, PT.
Remaja Rosyda Karya, 2007) Cet. 9, h. 103.
12

Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh


pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan
pengembangan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan
yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan
formal (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) maupun non formal
(lembaga kursus, pesantren). Tujuan kulikuler adalah tujuan yang
ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, seperti
bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, Matematika, dan
sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin
dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran
khusus (instructional objective) adalah tujaun dari setiap sub pokok
bahasan.
Isi/materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan
pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Zainal Arifin mengelompokkan isi kurikulum
kedalam tiga bagian, yaitu: “(a) logika, yaitu pengetahuan tentang
benar-salah, berdasarkan prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu
pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral, dan (c) estetika,
yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni.”10
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya
kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta
didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar
sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks
inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi
pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-
sumber belajar.
Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya
memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan
evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit

10
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 2011), Cet. ke-1, h. 88
13

dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak


orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan.
Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya
menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubunannya
dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai sekumpulan
mata pelajaran atau semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam
maupun di luar sekolah. Berdasarkan definisi kurikulum yang
digunakan akan dapat diketahui aspek-aspek apa yang akan
dievaluasi. 11

Gambar 2. 1
Komponen-komponen Kurikulum
c. Peranan Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin,
terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu
“peranan konservatif, peranan kritis dan evaluative, dan peranan
kreatif”.12

11
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosyda
Karya, 2011), Cet. 1 h. 93.
12
Ibid., h. 17
14

Peranan konservatif yaitu peranan kurikulum untuk mewariskan,


mentrasmisikan, dan menfsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa
lampau yang tetap eksis dalam masyarakat. Kebudayaan Jadi
kurikulum berperan menyimpan dan mewariskan nilai-nilai budaya.
Peranan kritis dan evaluative, yaitu peranan kurikulum untuk
menilai dan memilih nilai-nilai sosial-budaya yang akan diwariskan
peserta didik berdasarkan criteria tertentu. Nilai-nilai sosial-budaya
yang ada dalam suatu masyarakat akan selalu berubah dan
berkembang. Perubahan dan perkembangan nilai-nilai tersebut belum
tentu relevan dengan karakteristik budaya bangsa kita. Nilai-nilai yang
tidak sesuai harus dibuang dan diganti dengan nilai-nilai budaya baru
yang positif dan bermanfaat. Di sinilah peranan kritis dan evaluative
kurikulum sangat diutamakan. Jangan sampai peserta didik kita
terkontaminasi oleh nilai-nilai asing yang bertentangan dengan
pasncasila.
Peranan kreatif yaitu peranan kurikulum untuk menciptakan dan
menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konsrtuktif sesuai
dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum harusnya dapat merangsang pola berpikir dan pola
bertindak peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga
bermanfaat bagi dirinya, keluarga, bangsa, dan negara.
d. Fungsi Kurikulum
Di samping memiliki peranan, kurikulum juga memiliki berbagai
fungsi. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary
Education (1978), sebagaimana dikutip oleh Iskandar dan Usman,
menyatakan bahwa fungsi kurikulum adalah:
1) Penyesuaian (the adjustive of adaptive function)
2) Pengintegrasian (the integrating function)
3) Diferensiasi/pembedaan (the differentiating function)
4) Persiapan (the propaedetic function )
5) Pemilihan (the selective function)
15

6) Diagnostic (the diagnostic function)13


Fungsi kurikulum yang pertama adalah fungsi penyesuaian.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki dasar, tujuan,
dan kebudayaan tertentu. Lingkungan tempat tinggal dalam
masyarakat kan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Lingkungan masyarakat yang dinamis harus diikuti dengan
kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Disini fungsi
kurikulum harus dapat mengantar siswa agar dapat menyesuaikan diri
dalam kehidupan sosial masyarakat.
Selanjutnya adalah fungsi integrasi. Fungsi integrasi dimaksudkan
bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara
utuh. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor harus berkembang
secara terintegrasi. Kurikulum bukan hanya diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan intelektual atau kecerdasan saja, akan
tetapi juga harus dapat membentuk sikap sesuai dengan system nilai
yang berlaku di masyarakat, serta dapat memberikan keterampilan
untuk dapat hidup di lingkungan masyarakatnya.
Kurikulum juga mempunyai fungsi perbedaan, yaitu membantu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan individual
dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan di sekolah harus menjadi
dasar pertimbangan dalam memberikan pelayanan. Karena siswa yang
beraneka ragam latar belakang sosial ekonominya. Semua itu
merupakan generasi yang harus mendapatkan perhatian pengayoman
dan didikan yang disesuaikan dengan potensi mereka masing-masing.
Fungsi penyiapan, fungsi kurikulum dalam kaitan ini adalah harus
mampu mempersiapkan anak didik agar dapat melanjutkan studi atau
meraih ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih mendalam
dengan jangkauan yang luas.

13
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 2010), Cet. ke-4, h. 95.
16

Fungsi berikutnya adalah fungsi pemilihan, yaitu fungsi


kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa
untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum harus
bersifat fleksibel, artinya menyediakan berbagai pilihan program
pendidikan yang dapat dipelajari. Hal ini sangat penting, sebab siswa
memiliki perbedaan-perbedaan, dan kurikulum harus melayani setiap
perbedaan siswa.
Kurikulum juga memiliki fungsi diagnostic. Fungsi diagnostic
adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan
siswa. Melalui fungsi ini kurikulum berperan untuk menemukan
kesulitan-kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping
mengeksplorasi berbagai kekuatan-kekuatan sehingga melalui
pengenalan itu siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.14
2. Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)
a. Pengertian Hidden Curriculum
Dalam studi tentang kurikulum Zainal Arifin mengemukakan
beberapa konsep kurikulum, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum ideal (ideal curriculum), yaitu sesuatu yang berisi
sesuatu yang baik, yang diharapkan atau dicita-citakan,
sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum.
2) Kurikulum nyata (real curriculum), yaitu kegiatan-kegiatan
nyata yang dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang
menjadi kenyataan dari kurikulum yang direncanakan,
sebagaimana dibuat dalam buku kurikulum. Kurikulum actual
ini seyogyanya sama dengan kurikulum ideal, atau sekurang-
kurangnya mendekati kurikulum ideal, meskipun tak mungkin
sama dalam kenyataannya.
3) Kurikulum tersembuyi (hidden curriculum), yaitu segala
sesuatu yang memengaruhi peserta didik secara positif ketika
sedang mempelajari sesuatu. Pengaruh itu mungkin dari
pribadi guru, peserta didik itu sendiri, karyawan sekolah,
suasana pembelajaran dan sebagainya. Kurikulum tersembunyi

14
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I,
h. 16.
17

ini terjadi ketika berlangsungnya kurikulum ideal atau dalam


kurikulum nyata. 15
Dalam kaitanya dengan hidden curriculum, sering timbul
beberapa pertanyaan, yaitu: darimana datangnya hidden curriculum,
siswa, guru atau orang yang berkepentingan untuk mendapat
pelayanan sekolah? Apa yang kita kerjakan jika kita menemui hidden
curriculum? Haruskah kita mengabaikanya tanpa mengetahui atau
mempelajarinya? Pertanyaan ini perlu dimengerti dan dipahami oleh
setiap pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dan kurikulum.
Namun pertama-tama seyogyanya kita mengerti arti hidden
curriculum.
Secara etimologi, kata hidden curriculum merupakan gabungan
dari kata hidden dan curriculum. Kata hidden berasal dari bahasa
Inggris yaitu hide yang berarti tersembunyi atau terselubung.16
Sedangkan istilah kurikulum sendiri berarti sejumlah mata pelajaran
dan pengalaman belajar yang harus dilalui oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas pendidikannya. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa hidden curriculum adalah kurikulum tersembunyi.
Tersembunyi berarti tidak dapat dilihat tetapi tidak hilang.
Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang
dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya pengajaran dan
pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau
bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan.17 Dengan
kata lain, hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil
persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau
petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian
yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.

15
Zainal Arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda
Karya, 2011), Cet. 1, h. 7.
16
John M. Echols dan Hasan Syadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama), Cet. XXIII, h. 297.
17
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. II, h. 25.
18

Ada beberapa pengertian tentang hidden curriculum yang


diberikan oleh para ahli, berikut adalah pendapat berbagai pakar
sebagaimana telah dikutip oleh Subandijah, diantaranya yaitu:

1) Dreeben berpendapat bahwa hidden curriculum terfokus pada


“apa yang terjadi di sekolah” sebagai suatu fungsi struktur
sosial kelas dan latihan otoritas guru.
2) Kohlberg, berpendapat bahwa hidden curriculum sebagai hal
yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru
dalam mentransformasikan standar moral.
3) Hendry, berpendapat bahwa hidden curriculum lebih
kecenderungan hubungan antar siswa dengan guru, aturan
untuk mengatur hubungan tersebut dan peranan aturan ini
dalam mendidik untuk kepatuhan.
4) Goodman, Friedenberg, Reiner, dan Illich berpendapat bahwa
hidden curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan
norma sosial tertentu.18
Menurut Bellack dan Kliebard, sebagaimana dikutip oleh Wina
Sanjaya, hidden curriculum memiliki tiga dimensi, yaitu:
1) Hidden curriculum dapat menunjukkan suatu hubungan
sekolah, yang meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur
kelas, keseluruhan pola organisasi peserta didik sebagai
mikrokosmos sistem nilai sosial.
2) Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses
pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-
hal yang memiliki nilai tambah, sosialisasi, pemeliharaan
struktur kelas.
3) Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesengajaan
(intensionalitas) seperti halnya yang dihayati oleh para peneliti
yang berhubungan dengan hasil yang bersifat incidental.
Bahkan hal itu kadang-kadang tidak diharapkan dari
penyusunan kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi social
kurikulum.19
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa, hidden curriculum adalah tujuan pembelajaran
yang tidak dinyatakan secara tegas di dalam struktur kurikulum yang
ingin dicapai oleh pendidik atau sekolah.

18
Ibid., h. 26.
19
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I,
h. 26.
19

b. Aspek Hidden Curriculum


Subandijah mengutip pendapat Glatthorn yang mengatakan
bahwa “dalam hidden curriculum terdapat dua aspek, yaitu aspek yang
relative tetap dan aspek yang dapat berubah”.20
Yang dimaksud dengan aspek tetap dalam hidden curriculum
adalah hal-hal yang dikategorikan tidak akan mengalami perubahan
yang signifikan, termasuk dalam aspek ini adalah ideology,
keyakinan, dan nilai budaya masyarakat yang dapat memberi
pengaruh terhadap sekolah dalam arti nilai budaya masyarakat mana
yang perlu diwariskan dan yang tidak boleh diwariskan kepada
generasi selanjutnya.
Aspek yang dapat berubah meliputi variable orgsnisasi, system
sosial dan kebudayaan. 21
a) Variable organisasi
Yang dimaksud dengan variabel organisasi disini adalah
kebijakan penugasan guru dan pengelompokkan siswa untuk
proses pembelajaran. Variabel organisasi meliputi: bagaimana
guru mengelola kelas, bagaimana pekerjaan diberikan, bagaimana
kenaikan kelas dilakukan.
b) Variable sistem sosial
Variabel sistem sosial di sini yaitu suasana sekolah yang
tergambar dari pola-pola hubungan semua komponen sekolah.
Banyak faktor sistem sosial sekolah yang dapat membentuk sikap
dan perilaku siswa, yakni hubungan guru dengan administrasi,
keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru
dalam pengambilan keputusan, hubungan yang baik antar sesama
guru, hubungan antara guru dengan siswa, keterlibatan siswa
dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan kesempatan bagi
siswa untuk melakukan berbagai aktifitas.
20
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 27.
21
Ibid.
20

c) Variable budaya
Yang dimaksud dengan variable budaya adalah hal yang
meliputi system keyakinan dan nilai yang didukung oleh
masyarakat dan sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas hidden curriculum memiliki aspek
tetap yaitu kepercayaan dan nilai budaya masyarakat, selain aspek
tetap terdapat juga aspek tidak tetap yang terdiri dari variable
organisasi, sitem sosial dan budaya.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang
menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono yang dikutip oleh Basyirudin
Usman memberikan definisi, “pembelajaran adalah penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem
lingkungan tersebut terdiri dari komponen-komponen yang saling
mempengaruhi, antara lain: tujuan, guru, siswa, materi, jenis kegiatan
yang dilakukan, sarana dan prasarana belajar-mengajar yang
tersedia”.22
Sedangkan menurut Sa’dun Akbar, “Pembelajaran adalah upaya
fasilitasi yang dilakukan pendidik bagi peserta didik agar mereka
dapat belajar sendiri dengan mudah”.23 Agar peserta didik dapat
belajar dengan mudah, seorang pendidik perlu menempatkan unsur
pembelajaran secara tepat. Unsur pembelajaran itu adalah: pelajar-
peserta didik, pembelajar-guru, tujuan pembelajaran, penataan situasi

22
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
20.
23
Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 133.
21

pembelajaran-pengelolaan kelas, metode pembelajaran, penilaian


proses dan hasil belajar.
Menurut Muhammad Rahman dan Sofwan Amri,
“Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu
pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai suatu tujuan. Selaku suatu sistem pembelajaran
meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik,
guru, metode, situasi, dan evaluasi”.24
Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu sistem
instruksional yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistem
instruksional tersebut termuat di dalam perencanaan pembelajaran
yang meliputi komponen pokok, yaitu komponen tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode, media dan sumber
pembelajaran serta komponen evaluasi. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi sistem pembelajaran, yaitu guru, siswa, sarana dan
prasarana.
Selanjutnya mengenai pengertian pendidikan. Secara bahasa
pendidikan berasal dari kata didik yang artinya pemeliharaan, asuhan,
pimpinan atau bimbingan.25 Pendidikan di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kontemporer berarti proses pengubahan cara berfikir
atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan-
latihan.26
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu
paedagogie berasal dari kata pais yang artinya “anak” dan again yang
berarti “membimbing”. Dengan demikian maka paedagogie berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak.27

24
Muhammad Rahman dan Sofan Amri, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 31.
25
WJS. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet.
Ke-5, hal.250
26
Peter Salim, Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English, 1991), hal.353
27
Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 4.
22

Menurut Ahmad Tafsir, “pendidikan adalah pengembangan


pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang
dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan
oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh
orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati”.28
Menurut HM Alisuf Sabri, “pendidikan adalah usaha sadar orang
dewasa untuk membantu membimbing pertumbuhan dan
29
perkembangan anak kearah kedewasaan”.
Adapun dalam bahasa Arab setidaknya ada tiga kata yang
berhubungan dengan istilah pendidikan, yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim,
dan al-ta’dib.30
1) Al-Tarbiyah
Kata at-tarbiyah berasal dari kata rabba yarubbu yang berarti
memimpin, memperbaiki, menambah, memelihara, mengasuh,
dan mendidik.31
Salah satu ayat al-Qur’an yang menggunakan term rabba
terdapar dalam surat al-Isra ayat 24, yang berbunyi:

۴۲
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik
Aku waktu kecil". (QS. Al-Isra: 24)

Kata tarbiyah umumnya diartikan sebagai pendidikan.


Sedangkan menurut Syed M. Naquib Al-Attas, “tarbiyah secara
etimologi sebanding dengan kata ghadza atau ghadzwu yang
berarti mengasuh, menanggung, memberi makan,

28
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2000),
cet. Ke-3, hal.26
29
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan¸ (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 98.
30
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 6.
31
AW. Munawir, Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progresive, 1984), h. 462.
23

mengembangkan, memelihara, membesarkan, memproduksi


32
hasil-hasil yang sudah matang, dan menjinakkan”.
2) Al-Ta’lim
Kata al-ta’lim berasal dari kata allama yuallimu ta’liman,
yang berarti mengajar, memberitahu, mempelajari.33 Kata ta’lim
dalam pendidikan berarti kegiatan untuk mentransfer ilmu
pengetahuan atau informasi melalui pembelajaran.
Kata al-ta’lim lebih cenderung digunakan untuk kegiatan
pendidikan yang bersifat non-formal, seperti majelis ta’lim yang
saat ini berkembang.
3) Al-Ta’dib
At-ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban, yang
berarti mendidik atau memperbaiki yang berarti beradab dan
sopan santun.34 Syed Naquib al-Attas mengartikan kata ta’dib
dalam arti pendidikan sebagai pengenalan dan pengakuan yang
ditanamkan kepada manusia secara berangsur-angsur sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan keagungan
Tuhan.35
Menurut Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan
Islam I, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan bahwa,
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan
kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku
pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula.
Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah
kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut
alam kemarin. Sehingga pendidikan adalah usaha
kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi derajat manusia.36

32
Syed M. Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1997), h.66.
33
AW. Munawir, op. cit., h. 966.
34
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2009), h. 11.
35
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 11.
36
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 1, h. 9
24

Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional tentang istilah pendidikan
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan
mengenai pengertian pendidikan yaitu usaha yang dilakukan
dengan sadar untuk untuk mengembangkan potensi yang ada pada
diri seseorang untuk memiliki kekuatan dan kecerdasan dalam
aspek jasmani, akal, dan rohani.
Selanjutnya adalah mengenai pendidikan Agama Islam.
Dalam kurikulum PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.37
Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid,
dkk “pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup”.38

37
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 130.
38
Ibid.
25

Tayar Yusuf mengartikan “pendidikan agama Islam sebagai


usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kepada generasi muda
agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT”. 39
Pengertian di atas mempunyai persamaan yang cukup besar.
Meskipun ada redaksi yang berbeda, namun keduanya
mempunyai persamaan makna. Pengertian di atas juga
menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya
membentuk kognitif seseorang, tetapi membentuk kepribadian
manusia agar sesuai dengan ajaran-ajaran dalam Islam. Sehingga
manusia tersebut tidak hanya selamat dan bahagia di kehidupan
dunia, tetapi juga di akhirat.
Dari berbagai pengertian diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Islam sebagai pandangan hidup.
b. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Adapun yang menjadikan dasar pendidikan Islam adalah al-
Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan Hadits memiliki kebenaran yang
mutlak. Setiap muslim wajib melaksanakan perintah Allah SWT yang
terdapat dalam al-Qur’an dan hadits Nabi. Dengan demikian
berpegang teguh kepada al-Qur’an dan hadits Nabi akan menjamin
terhindar dari kesesatan.
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara malaikat Jibril
sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh ummat
manusia. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang sangat
luas untuk dipelajari.

39
Ibid.
26

Ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah surah al-


Alaq ayat 1-5 yang berisi perintah untuk membaca dan berpikir
tentang ciptaan Allah di muka bumi.

)۳(

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.


Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
2) Al-Hadits
Dasar kedua setelah al-Qur’an adalah hadits atau sunnah
Rasulullah Saw. Setiap perbuatan yang dikerjakan Rasulullah
Saw dalam kehidupan sehari-hari merupakan sumber utama dari
pendidikan Islam. Allah SWT. telah menjadikan Rasulullah Saw.
sebagai sebaik-baiknya manusia dengan akhlak yang sangat luhur.
Dengan keluhuran akhlak Rasulullah maka Allah menjadikan
40
Muhammad Saw. sebagai teladan bagi umatnya. Hal ini
ditegaskan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.” (Q.S. Al-Ahzab ayat 21)
Dari penjelasan di atas, telah jelas bahwa yang menjadi dasar bagi
pendidikan dalam Islam adalah Al-Qur’an dan hadis. Tidak hanya
menjadi dasar Al-Qur’an dan hadis juga merupakan acuan dalam
pendidikan dalam Islam.

40
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007)
hal. 4
27

Selain al-Qur’an dan al-Hadits pendidikan Islam di Indonesia juga


didasari oleh peraturan dan undang-undang yang berlaku. Di dalam
Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa
“setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Kemudian
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab VI Pasal 30 ayat 1 menyebutkan bahwa “Pendidikan
keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.
Secara legal dan formal perangkat perundang-undangan tersebut
sudah cukup untuk membangun dan membesarkan pendidikan Islam
di Indonesia. Di dalam pancasila sendiri yaitu pada semboyan yang
pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Semboyan tersebut
menggambarkan sisi religious negara kita. Walaupun Indonesia bukan
merupakan negara yang berdasarkan agama, namun Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari aspek agama. Oleh sebab itu pendidikan
keagamaan termasuk pendidikan Islam didalamnya merupakan hal
yang legal dan dilindungi di Indonesia.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku
siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.41 Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara
sederhana adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa,
misalnya kemampuan penambahan wawasan dan penambahan
informasi agar pengetahuan siswa lebih baik.
Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah
pengembangan sikap siswa baik pengembangan sikap dalam arti
sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit adalah sikap siswa

41
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008),
Cet. 4, h. 28.
28

terhadap proses pembelajaran; sedangkan dalam arti luas adalah


pengembangan sikap sesuai dengan norma-norma masyarakat.
Pengembangan keterampilan, adalah pengembangan kemampuan
motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar
adalah keterampilan menggunakan otot, misalnya keterampilan
menggunakan alat tertentu; sedangkan keterampilan motorik halus
adalah keterampilan menggunakan potensi otak misalnya
keterampilan memecahkan suatu persoalan.
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.42
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam. Menurut Muhaimin dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
2) Dimensi Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual)
serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan
peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam.
4) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi
oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam
dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati
ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi,
sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt
serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.43

42
Ibid., 135.
43
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3,
h. 78.
29

Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses


pendidikan agama Islam yang dilalui oleh peserta didik di sekolah
dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman
siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya
proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam
arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat
dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi
kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap
ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut
diharapkan dapat tumbuh motivasi diri siswa dan tergerak untuk
mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang
telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan
terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak
mulia.
Setiap pembelajaran yang dilakukan di setiap tingkatan sekolah
memiliki tujuan sendiri, berikut ini adalah tujuan dari pendidikan
agama Islam di SMP/MTs:
1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2) Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.
Berdasarkan penjabaran mengenai tujuan pendidikan agama Islam
di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan
30

agama Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan


bertaqwa kepada Allah SWT serta membentuk akhlak mulia.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam memiliki ruang lingkup yang sangat
luas. Pendidikan agama Islam tidak hanya mengatur bagaimana
seharusnya seseorang beribadah kepada Tuhan-nya (habluminallah)
tetapi juga mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang bergaul
dengan orang lain (habluminannas). Ruang lingkup pendidikan agama
Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Al Qur’an dan Hadits
2) Aqidah
3) Akhlak
4) Fiqih
5) Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan,
keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia
dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
e. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran danpelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang sevara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan
31

sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan


ajaran agama Islam.
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir-yata), sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 44
Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan agama Islam memiliki
banyak sekali fungsi. Tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT.
pendidikan agama Islam juga berfungsi sebagai pedoman hidup bagi
setiap manusia untuk menjalankan kehidupan yang harmonis antar
sesama.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti antara lain:
Penelitian yang berjudul Hidden Curriculum dengan judul “Pengaruh
Hidden Curriculum Terhadap Akhlak Siswa di MTS Al-Ikhwaniyah Pondok
Aren Tangerang Selatan” oleh Arpan Hartono. Penelitian yang dilakukan
Arpan merupakan penelitian kuantitatif. Dari penelitian yang Arpan lakukan,
penelitian tersebut memiliki kesimpulan bahwa Hidden Curriculum memiliki
pengaruh terhadap akhlak siswa.
Penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Pendidikan Agama
Islam Berbasis Karakter di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta” oleh Ulfa
Adilla. Penelitian yang dilakukan Ulfa menyimpulkan bahwa Implementasi
44
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 134-135.
32

Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang meliputi religious, jujur,


bertanggung jawab, toleransi, disiplin, peduli lingkungan, gemar membaca di
MTs Pembangunan UIN Jakarta cukup baik karena aspek nilai-nilai karakter
yang dituju tercapai dan diimplementasi.
Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui
Kegiatan ROHIS di SMA Negeri 86 Jakarta” oleh Sulhan. Penelitian yang
dilakukan oleh sulhan menyimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti
kegiatan ROHIS memiliki karakter yang baik, seperti mempunyai ketaatan
yang tinggi terhadap agama dan Tuhannya, menaati peraturan sekolah,
bertanggung jawab, sopan dan santun, serta mudah dibimbing dan diarahkan
oleh bapak dan ibu guru di sekolah.
Setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas direncanakan
dan dituangkan di dalam RPP. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tersebut tertulis SKKD serta indikator yang ingin dicapai. Dari setiap rpp yang
akan dilaksanakan, guru dapat memasukkan hidden curriculum atau kurikulum
tersembunyi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Contoh dari hidden
curriculum tersebut misalnya adalah pembiasaan melakukan kegiatan
membaca al-Qur’an di setiap awal kegiatan belajar mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang
terletak di depan Kelurahan Pondok Kacang Barat di kawasan perumahan
Regensi. Lebih tepatnya terletak di Jl. AMD 15/16 Pondok Kacang Barat,
Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten.
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada awal bulan November dan akan
berakhir pada awal bulan Desember.
1. Deskripsi Sekolah
PROFIL SEKOLAH
Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SMP NEGERI 14 KOTA
TANGERANG SELATAN
2) Alamat Sekolah : Jl. AMD 15/16 Pondok Kacang
Barat,
Kecamatan Pondok Aren, Kota
Tangerang Selatan,
Propinsi Banten. (021.7333917)
3) Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Muslih, M.Pd
4) Status Sekolah : Negeri
5) Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 20 1 280311 023
6) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 20613509
7) Jenjang Akreditasi : A
8) Tahun Didirikan : 2006
9) Tahun Beroperasi : 2006
10) Nomor SK Pendirian : 421/Kep.134-Huk/2006
11) Kepemilikan Tanah : Milik Pemerintah
a. Status Tanah : (Tanah hibah - Ex.Fasum PT. Jaya
Real property)
b. Luas Tanah : 7.378 m2

33
34

12) Status Bangunan


a. Surat Ijin Bangunan : Pemerintah
b. Luas Seluruh Bangunan : + 1.152 m2
13) No Rekening Rutin Sekolah : 0916-01-031284-53-3
Nama Bank : BRI Unit Ciledug
Atas nama : SMP NEGERI 14

SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan Kecamatan Pondok Aren. SMP


Negeri 14 terletak di depan Kelurahan Pondok Kacang Barat di kawasan
perumahan Regensi, dan berdekatan dengan sekolah-sekolah swasta bertaraf
Internasional dengan kehidupan sosial ekonomi yang mendukung serta
situasi politik dan keamanan yang kondusif, dari segi keadaan ekonomi
warga masyarakat Kecamatan Pondok Aren jika dirata-ratakan
dikategorikan kelas menengah. Kondisi geografis dan ekonomi yang
demikian merupakan tantangan bagi warga sekolah untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
Dukungan Pemerintah, baik pusat maupun Daerah, terhadap
penyelenggaraan Pendidikan di SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan
cukup baik. Pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi cukup banyak
membantu penyelenggaraan pendidikan. Jenis bantuan yang telah diterima
adalah bantuan beasiswa BKM, dan Block Grant Sekolah serta bantuan
peralatan TIK. Begitu juga dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan
yang ingin menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. Dengan kondisi
tersebut di atas SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan dituntut menjadi
sekolah yang mampu memberikan standar pelayanan dan pengelolaan yang
prima dan didukung oleh sarana prasarana yang memadai serta sumberdaya
manusia yang berkualitas dan profesional.
SMPN 14 Kota Tangerang Selatan dinilai mempunyai kinerja yang baik
jika lembaga tersebut menghasilkan lulusan yang ditargetkan berupa barang
atau jasa yang bermutu secara efektif, efisen dan berkelanjutan. Untuk
mencapai kinerja seperti ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi dan
35

perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat dibagi ke


dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi kinerja suatu sekolah. Sekolah diharapkan dapat mengetahui
kapasitas kemampuannya saat ini, dan menentukan strategi untuk
meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.
Pada prinsipnya hal-hal yang dimaksud ke dalam faktor internal yang
mempengaruhi kinerja sekolah adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kekuatan dan kelemahan. Sedangkan hal-hal yang termasuk dalam faktor
eksternal adalah yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dapat
mempengaruhi kinerja sekolah tersebut. Dengan menganalisis kekuatan dan
kelemahan yang ada, serta peluang dan ancaman yang harus dihadapi, maka
SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan menentukan strategi agar mampu
mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya secara optimal.
Dalam rangka memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang telah
ditetapkan Pemerintah SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan masih
memerlukan upaya-upaya pembenahan yang baik dan terencana terprogram
serta terpadu.
Adapun kondisi pendidikan yang ada dan berlangsung di SMP Negeri
14 Kota Tangerang Selatan antara lain :
a. Minat masyarakat untuk menyekolahkan putranya di SMP Negeri 14
Kota Tangerang Selatan masih sangat tinggi, terbukti setiap tahun
jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung. Untuk itu
diperlukan sistem penerimaan siswa baru yang baik, transparan,
obyektif, serta tidak diskriminatif dan harus akuntabel.
b. Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan cukup
memadai (pendidik 100 % S1), namun masih diperlukan peningkatan
kompetensinya.
c. Sarana prasarana masih terbatas terutama ruang kelas, ruang kepala
sekolah, ruang TU, multimedia, ruang labolatorium, serta belum
tersedia ruang kesenian,ruang ketrampilan, ruang UKS dan ruang
BP.
36

d. Sistem administrasi yang baik, hal ini dapat memberikan informasi


dan pelayanan pendidikan yang prima.
e. Pengembangan pengelolaan pendidikan masih terus mengalami
peningkatan secara bertahap.
f. Partisipasi masyarakat masih terbatas dan perlu ditingkatkan.
g. Hasil lulusan belum baik terbukti rata-rata UN mencapai 5.68,
namun demikian perlu ditingkatkan untuk mencapai yang lebih baik
lagi.
h. Prestasi akademik dan non akademik sudah cukup baik namun masih
perlu ditingkatkan pembinaannya dengan lebih baik dan terarah.
i. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah menerapkan
pendidikan karakter namun perlu perbaikan-perbaikan dan
penyempurnaan.
j. Kurikulum 2013 akan mulai diterapkan ditahun pelajaran 2014 –
2015 ini
k. Kemampuan sumber daya manusia baik tenaga pendidik maupun
tenaga kependidikan dalam bidang IT, masih perlu adanya upaya-
upaya pembinaan dan pelatihan untuk memenuhi tuntutan IPTEK.
2. Tujuan Pendidikan, Visi, Misi, Dan Tujuan Sekolah
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Disiplin, Jujur, hidup bersih,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Visi
Visi SMP Ngeri 14 Tangerang Selatan adalah:
37

“ Terwujudnya Lulusan SMP yang Beriman, Bertakwa, Disiplin,


Jujur, Hidup Bersih dan Unggul dalam Prestasi serta Berwawasan
Lingkungan“
Indikator :
1) Unggul dalam aktifitas keagamaan.
2) Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Akhir.
3) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
4) Unggul dalam kerja sama ilmiah remaja
5) Unggul dalam lomba kreativitas
6) Unggul dalam lomba kesenian
7) Unggul dalam lomba olahraga
8) Unggul dalam kejujuran
9) Unggul dalam disiplin
10) Unggul dalam menjaga kebersihan, dan berwawasan
lingkungan.
11) Unggul dalam kepedulian sosial.
c. Misi
1) Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas dan juga budaya
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak baik di
lingkungan dalam dan luar sekolah.
2) Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu,
bertoleransi, bekerja sama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja
keras, kreatif, dan mandiri.
3) Menciptakan lingkungan sekolah yang asri, aman, rapi, bersih, dan
nyaman.
4) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang,
menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.
5) Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan
manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan
peserta didik.
38

6) Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta


tanah air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis.
d. Tujuan Sekolah
Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum
pendidikan dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan
ini adalah sebagai berikut ini.
1) Semua kelas melaksanakan pendekatan “pembelajaran aktif” pada
semua mata pelajaran.
2) Mengembangkan berbagai kegiatan dalam proses belajar di kelas
berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa.
3) Mengembangkan budaya sekolah yang kondusif untuk mencapai
tujuan pendidikan dasar.
4) Menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial yang menjadi bagian
dari pendidikan budaya dan karakter bangsa.
5) Menjalin kerja sama lembaga pendidikan dengan media dalam
memublikasikan program sekolah.
6) Memanfaatkan dan memelihara fasilitas untuk sebesar-besarnya
dalam proses pembelajaran.
3. Struktur Organisasi SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Struktur organisasi sekolah dibuat dalam rangka pengaturan aktifitas
sekolah agar semua kegiatan dan proses kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini yang menjadi dasar bagi SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan untuk mengatur dan mengkoordinir seluruh
elemen dan staf sekolah agar sesuai dengan job description yang ada
dibuatlah struktur organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
lampiran.
4. Guru dan Tenaga Kependidikan SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan mendidik dengan hati, yang
tidak hanya pandai mengajar, melainkan juga mampu membimbing,
melatih, mengarahkan dengan penuh perhatian dan kasih-sayang. Guru
SMP Negeri 14 Tangerang Selatan terus belajar meningkatkan
39

kemampuan dirinya melalui training, workshop, seminar, dan Iain-Iain,


yang diadakan di dalam maupun di luar sekolah, baik tingkat nasional
maupun internasional.
Guru PAI SMP Negeri 14 Tangerang Selatan merupakan seorang
guru PAI terbaik tingkat propinsi Banten. Kualifikasi akademik pendidik
dan tenaga kependidikan cukup memadai (pendidik 100 % S1). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.
5. Deskripsi Siswa/I SMPN 14 Tangerang Selatan
Jumlah siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dalam tiga tahun
terakhir
Tabel 3.1
Data siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Tiga tahun terakhir

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah


Tahun
Jumla Romb Jumla Romb Jumla Romb Jumla Romb
Pelajaran
h el h el h el h el

2012/2013 320 8 314 8 288 8 922 24

2013/2014 344 8 320 8 305 8 969 24

2014/2015 370 9 345 8 300 8 1015 25

6. Sarana Dan Prasarana SMP Negeri 14 Tangerang Selatan


SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dibangun di lahan seluas 7.378
2
m milik pemerintah. Fasilitas sekolah merupakan salah satu peran yang
penting dalam menentukan kesuksesan suatu pembelajaran.
a. Ruang kelas
Tabel 3.2
Data ruang kelas

Ruang Jumlah
40

a. Ruang kelas asli 12


b. Ruang lainnya yang di gunakan sebagai
mengunakan ruang kelas
(b)
Yaitu :
1. R. Guru 1
2. R. Kepsek & TU 1
3. R. Lab. Komputer 1 :
4. R. Lab. Bahasa 1
c. Ruang Lab. IPA /Ruang 1
Perpustakaan
Jumlah Ruang Seluruh 17

b. Ruang belajar lainnya


Tabel 3.3
Ruang belajar lainnya

Uk. Uk
Jenis ruang Jml Jenis ruang Jml
(m2) (m2)

1 9x7 4. Lab.Bahasa 1 9x7


1. Perpustakaan
1 15x8 5. Rg.Keterampilan - -
2. Lab. IPA

3. Lab. 1 9x7 6. Multi Media - -


Komputer

c. Lapangan
1) Lapangan olahraga.
(tersedia lahan tanah untuk lapangan olahraga, namun belum
diadakan pengerasan)
2) Lahan kosong yang tersedia/belum terbangun seluas + 6.226
m2.
a) Potensi lingkungan sekolah
Letak SMP Negeri 14 berada dalam lingkungan yang
sangat strategis, kondusif dan aman. Sehingga nyaman
untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
b) Potensi masyarakat sekitar
41

Masyarakat sekitar Sekolah sangat antuas dan peduli


terhadap dunia pendidikan, hal tersebut terbukti dalam
keikutsertaan di berbagai kegiatan sekolah.
7. Pengembangan Diri di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan
konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.
Tabel 3.4
Kegiatan pengembangan diri

Kegiatan Pelaksanaan

Layanan dan kegiatan  Individual


pendukung konseling  Kelompok: tatap muka guru BK
masuk ke kelas
Layanan BK
 Layanan Orientasi
 Layanan Informasi
 Layanan Penempatan dan Penyuluhan
 Layanan Penguasaan Konten
 Layanan Konseling Perorangan
 Layanan Bimbingan Kelompok
 Layanan Konseling Kelompok
 Layanan Konsultasi
 Layanan Mediasi
 Layanan Advokasi
Ekstrakurikuler  Rohis
 Kepramukaan (wajib)
 Volly
 Futsal
 Silat
 Seni musik
 Seni Tari
 Englis Club
 Science Club
 Paskibra
42

Kegiatan Pelaksanaan

 Jurnalistik

Eksrakurikuler wajib, yaitu Pramuka merupakan kegiatan


ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali
peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut
Kegiatan ekstrakurikuler umumnya dilaksanakan setiap hari sabtu.
Mulai dari jam 08:00 pagi sampai jam 12:00 siang. Untuk ekstrakurikuler
rohis dilaksanakan pada hari senin sampai jum’at sesuai jadwal yang
dibuat. SMP Negeri 14 Tangerang Selatan mewajibkan ekstrakulikuler
rohis dan pramuka bagi setiap siswa. Kebijakan ini dibuat karena SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan memiliki program pendidikan karakter
utama yakni religious, discipline dan bersih.
8. Muatan Lokal
Muatan Lokal yang dipilih ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi
dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan
tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah
pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya
sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan
antara lain inovasi, kreatif, berpikir kritis, eksplorasi, komunikasi,
kemandirian, dan memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang dimaksud
antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan terhadap
lingkungan, dan kerja sama.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut
diintegrasikan di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya
nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan
harus mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) untuk setiap muatan lokal yang diselenggarakan.
43

Muatan Lokal yang diselenggarakan di SMP ini adalah sebagai berikut.


Tabel 3.5
Muatan Lokal SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Alokasi Waktu
No. Jenis Muatan Lokal
VII VIII IX
1. Seni Budaya 2 2 2
2. Prakarya 2 2 -
3. BTQ 2 2 -
4. English Conversation - - 2
5. Budi Pekerti 1 1 1
44

B. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP SMP Negeri 14 TAngerang
Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang di jadikan obyek
penelitian yang berorientasi pada temuan atau gejala yang bersifat alami.
Penelitian ini menggambarkan proses implementasi hidden curriculum
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Peneliti akan mengamati
aktivitas yang dilakukan guru pada saat kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung.
C. Metodologi Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono metode
penelitian kualitatif adalah;
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivism,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1
Pola-pola yang biasa digunakan dalam metode deskriptif biasanya
adalah survey, case-study, causal comparative, correlation, dan
developmental.2 Dalam penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih
diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Menurut Samiaji Sarosa
dalam bukunya menjelaskan bahwa;
Studi kasus merupakan satu metodologi penelitian yang mengunakan
bukti empiris (bukan hasil eksperimen laboratorium) untuk
membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu
kondisi atau tidak. Studi kasus didefinisikan sebagai pendekatan
penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam
konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber.3

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet.
17, h. 9.
2
Ine I. mirman Yousda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1993), h. 21.
3
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 115
45

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk


mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian
ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus untuk mencari tahu
tentang bagaimana implementasi hidden curriculum yang ada di SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum mencakup
observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Peneliti menggunakan lebih
dari satu teknik pengumpulan data untuk validasi temuan. Sumber data yang
berbeda-beda ini kemudian dibandingkan dengan teknik lain dalam suatu
proses yang disebut triangulasi.4
Untuk lebih jelas peneliti merangkumnya dalam bentuk tabel sebagai
berikut.
Tabel 3.6
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
No Sumber data Metode Instrumen
1. fenomena, Observasi Pedoman observasi
aktifitas sosial,
peristiwa
berupa kata-kata
dan tindakan
2. Informan Interview Pedoman wawancara dan tape
recorder
3. Dokumen Dokumentasi Pedoman Dokumentasi dan
Arsip Sekolah

1. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode

4
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 17.
46

observasi yang akan digunakan adalah observasi langsung dengan cara


pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk kepentingan tersebut.5
Dalam observasi ini, teknik yang akan digunakan adalah
participant observation dimana peneliti mengamati kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru PAI. Observasi partisipasi yang
dilakukan peneliti adalah partisipasi pasif (passive participation):
means the research is present at the scene of action but does not
interact or participate.6 Jadi, dalam hal ini peneliti datang di tempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut.
Tabel 3.7
Observasi Penelitian
No Panduan Observasi Rincian Observasi
Siapa atau apa yang Implementasi hidden curriculum
1
diobservasi ? dalam pembelajaran PAI
di SMP Negeri 14 Tangerang
2 Dimana lokasinya ?
Selatan
Kapan Observasi Observasi dilakukan pada saat
3
dilakukan ? proses kegiatan belajar mengajar

2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang ke dua adalah wawancara.
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara sendiri terbagi dua yaitu: wawancara tidak
terpimpin atau wawancara yang tidak terarah dan wawancara
terpimpin, yaitu Tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data

5
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 66.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
cet. 17, h.227
47

yang relevan saja.7 Wawancara dilakukan dengan beberapa orang yang


terkait dengan masalah dalam penelitian ini.
Dalam melakukan wawancara peneliti membawa instrument
sebagai pedoman untuk wawancara. Di dalam instrument tersebut
peneliti telah merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan objek penelitian. Lebih spesifik, instrument ini peneliti
lampirkan pada lembar lampiran.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini
adalah sumber yang cukup bermanfaat, merupakan sumber yang stabil
dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat
dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.8
Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip guru mata
pelajaran PAI mengenai pembelajaran di SMPN 14 Tangerang Selatan,
diantaranya adalah silabus, RPP, program tahunan, program semester
dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan.

Data yang diperoleh di lapangan melalui observasi, wawancara, dan


studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai pertanyaan penelitian,
kemudian dilakukan penyesuaian data. Data dari ketiga metode tersebut
tidak bisa dipisahkan, karena satu sama lain saling melengkapi.
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.
Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.
Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat
tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan
dengan triangulasi. Lexy J. Moleong mengemukakan bahwa “Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

7
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), h. 56.
8
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan ..., h. 67.
48

terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya”.9
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi
dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat
dicapai dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara
b) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti bagian HRD,
R&D, kepala madrasah, koordinator mata pelajaran, guru, dan juga
staf jika penelitiannya disebuah madrasah/sekolah.
c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
d) Membandingkan hasil temuan dengan teori.10
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi
sewaktu mengumpulkan data tentang kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan tirangulasi, peneliti dapat me-
recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode, atau teori.
F. Analisis Data
Analisis data ialah kegiatan mengategorikan data untuk mendapatkan
pola hubungan, tema, menaksirkan apa yang bermakna, serta
11
menyampaikan kepada orang lain yang berminat.
Sugiyono mengutip pendapat Miles and Huberman yang
mengemukakan bahwa, “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 330.
10
Ibid., h. 331
11
Husaini Usman dan PurnomoSetiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008) cet. 1, h. 84
49

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,


sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu, data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.12
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan
analisis data. Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan
pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan
teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta
(participant observation), wawancara mendalam dan dokumentasi.13
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan
sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan,
mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo
dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang
tidak relevan.
3. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi
tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif
disajikan dalam bentuk teksnaratif. Penyajiannya juga dapat
berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and
Verification)
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan
kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna
data yang telah disajikan.

12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
cet. 17, h. 246
13
Ibid., h. 225
50

Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas


analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif
merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
terkait.
Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam
bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan,
pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian
diambil intisarinya saja.
Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses
tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data, dengan menelaah
seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan
dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui
metode observasi, wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yakni, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini
adalah deskripsi data yang peneliti peroleh melalui teknik-teknik tersebut.
Yang pertama adalah data dari hasil observasi. Observasi ini peneliti
lakukan pada minggu pertama penelitian, yaitu mulai tanggal 10 November
2014 sampai 14 November 2014.

Melalui observasi peneliti memperoleh data


sebagai berikut:

 Sikap warga sekolah di SMP 14


Tangerang Selatan sangat ramah.
 Lingkungan sekolah sangat bersih.
Tempat sampah relative banyak dan
mudah ditemui di sekitar halaman sekolah
Data
dan kelas.
Hasil  Sekolah SMPN 14 Tangsel memiliki
Observasi tulisan-tulisan yang berisi pesan
pendidikan di sepanjang lorong kelas.
 Setiap hari selalu ada aktivitas di
Mushola.
 Di Mushola banyak terpampang poster-
poster tentang sejarah ilmuan-ilmuan
Islam dan karya-karya mereka.

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah dengan wawancara. Melalui


wawancara dengan ketiga narasumber tersebut, peneliti memperoleh informasi
sebagai berikut:

51
52

 SMP Negeri 14 Tangerang Selatan


memiliki banyak visi dan misi. Salah
satunya adalah menginginkan agar para
siswa/i memiliki tiga karakter utama.
 Karakter tersebut adalah karakter
religious, disiplin, dan bersih.
Data Hasil  Untuk menyukseskan tujuan tersebut
Wawancara maka pendidikan karakter diintegrasikan
ke dalam semua mata pelajaran.
 Guru PAI selalu menyisipkan pesan-
pesan moral dan pendidikan di setiap
pembelajaran yang dilakukan dengan
harapan agar siswa dapat memaknai dan
menjiwai setiap pelajaran yang diberikan.

Pengumpulan data yang ketiga menggunakan teknik dokumentasi. Data


yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut:

 Struktur dan muatan kurikulum SMP


Negeri 14 Tangerang Selatan
 Pengembangan diri tidak terprogram:
 Rutin: berdoa, piket kelas, ibadah,
bakti sosial, dan sebagainya.
Data
 Spontan: memberi dan menjawab
Dokumentasi salam, membuang sampah pada
tempatnya, dan sebagainya.
 Keteladanan: performa guru,
menaati tata tertib, berpakaian rapi.
Dan sebagainya.
53

B. Pembahasan
1. Kurikulum di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang
sangat berperan dalam pembentukan karakter atau akhlak. Membentuk
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia adalah tujuan dari pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan dari
pendidikan Islam tersebut maka dirumuskanlah kurikulum PAI dengan
sebaik-baiknya.
SMP Negeri 14 Tangerang Selatan merupakan sekolah umum atau
bukan sekolah yang berbasis agama. Kurikulum yang berlaku di sekolah
SMP Negeri 14 Tangerang Selatan adalah kurikulum 2013 untuk kelas VII
dan VIII, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas
IX.
Muatan Kurikulum SMP meliputi sejumlah mata pelajaran, yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik
dan materi muatan lokal. Mata pelajaran wajib yang diselenggarakan di
SMPN 14 Tangsel terdiri atas sepuluh (10) mata pelajaran. Disini penulis
hanya mengutip mata pelajaran Pendidikan Agama. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat di lampiran.
Muatan Kurikulum Pendidikan Agama adalah sebagai berikut:
a. Tujuan:
Pendidikan agama yang diselenggarakan di SMPN 14 meliputi
agama Islam. Pendidikan agama Kristen dilaksanakan pada hari
Jumat. Untuk agama selain islam dan Kristen, kegiatan
pembelajarannya dilaksanakandi tempat ibadatnya masing–masing.
Nilai-nilai yang ditanamkan adalah jujur, disiplin, mencintai
kebersihan, kerapihan, religius, cinta damai, peduli sosial, toleran,
kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, percaya diri,
bertanggung jawab, saling berbagi.
b. Ruang Lingkup:
1) Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid,
mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”-
Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad
dan waqaf.
54

2) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-


aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai
kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna.
3) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah
dan tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti
ananiah, hasad, ghadab dan namimah.
4) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid
dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat.
5) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para
sahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya
Islam di nusantara.1
Selain mata pelajaran wajib terdapat juga muatan lokal (Mulok) dan
program pengembangan diri. Muatan Lokal yang dipilih dan ditetapkan
berdasarkan ciri khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan
lahan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran
muatan lokal adalah pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman
nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Mulok tersebut terdiri dari
Seni Budaya, Prakarya, BTQ, English Conversation, dan Budi Pekerti

Program pengembangan diri yang tertulis dalam struktur kurikulum


SMP Negeri 14 Tangerang Selatan terdiri dari dua bentuk kegiatan.
Pertama adalah pengembangan diri yang terprogram. Kegiatan
pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan
khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal melalui
penyelenggaraan kegiatan sebagai berikut ini.
Tabel 4.1
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram
Kegiatan Pelaksanaan
Layanan dan kegiatan  Individual
pendukung konseling  Kelompok: tatap muka guru BK
Layanan BK masuk ke kelas
 Layanan Orientasi

1
Dokumentasi Struktur dan Muatan Kurikulum SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, h. 20
55

Kegiatan Pelaksanaan
 Layanan Informasi
 Layanan Penempatan dan
Penyuluhan
 Layanan Penguasaan Konten
 Layanan Konseling Perorangan
 Layanan Bimbingan Kelompok
 Layanan Konseling Kelompok
 Layanan Konsultasi
 Layanan Mediasi
 Layanan Advokasi
Ekstrakurikuler  Rohis
 Kepramukaan (wajib)
 Volly
 Futsal
 Silat
 Seni musik
 Seni Tari
 Englis Club
 Science Club
 Paskibra
 Jurnalistik

Kedua adalah kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram.


Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2
Kegiatan pengembangan diri tidak terprogram

Kegiatan Contoh

Rutin,  Piket kelas


yaitu kegiatan  Upacara bendera
56

Kegiatan Contoh

yang  Pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri


dilakukan  Ibadah
terjadual  Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran di
kelas
 Bakti sosial
Spontan,  Memberi dan menjawab salam
adalah  Pembentukan prilaku
kegiatan tidak  Membudayakan antri
terjadwal  Meminta maaf
dalam kejadian  Berterima kasih
khusus  Mengunjungi orang yang sakit
 Membuang sampah pada tempatnya
 Menolong orang yang sedang dalam kesusahan
 Melerai pertengkaran
Keteladanan,  Performa guru
adalah  Rajin membaca
kegiatan dalam  Rajin berkunjung dan melaksanakan aktivitas
bentuk yang berkaitan dengan pembelajaran di
perilaku Perpustakaan
sehari-hari  Mengambil sampah yang berserakan
 Cara berbicara yang sopan
 Mengucapkan terima kasih
 Meminta maaf
 Menghargai pendapat orang lain
 Memberikan kesempatan terhadap pendapat yang
berbeda
 Mendahulukan kesempatan kepada orang tua
 Penugasan peserta didik secara bergilir
57

Kegiatan Contoh

 Menaati tata tertib (disiplin, taat waktu, taat pada


peraturan)
 Memberi salam ketika bertemu
 Bersalaman
 Berpakaian rapi dan bersih
 Menepati janji
 Memberikan penghargaan kepada orang yang
berprestasi
 Berperilaku santun
 Memberikan penghargaan
 Pengendalian diri yang baik
 Memuji pada orang yang jujur
 Mengakui kebenaran orang lain
 Mengakui kesalahan diri sendiri
 Berani mengambil keputusan
 Berani berkata benar
 Melindungi kaum yang lemah
 Membantu kaum yang fakir
 Sabar mendengarkan orang lain
 Mengunjungi teman yang sakit
 Membela kehormatan bangsa
 Mengembalikan barang yang bukan miliknya
 Antri
 Mendamaikan
 Santun
 Mengakui kebenaran
 Memperbaiki kesalahan
 Berani mengambil keputusan
58

Kegiatan Contoh

 Berani berkata benar


 Melindungi
 Membantu fakir
 Sabar
 Membela bangsa
 Mengembalikan yang bukan hak

2. Hidden Curriculum di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan


Hidden curriculum merupakan bagiaan dari kurikulum, karena
keberadaanya yang memberikan pengaruh pada pengalaman belajar
peserta didik. Hidden curriculum yang dapat peneliti temukan diantaranya
berbentuk tulisan-tulisan yang berisikan pesan mendidik di sepanjang
lorong sekolah, infrastruktur sekolah berupa tempat-tempat sampah yang
tersedia di depan kelas dan di halaman sekolah, bunyi bel masuk dengan
irama lagu nasional, sikap dan cara berpakaian guru, dan pembiasaan.2
Setiap bentuk hidden curriculum tersebut memiliki pengaruh
tersendiri dalam memberikan pengalaman belajar siswa. Tentunya
pengaruh yang diciptakan disini diharapkan memberikan efek positif bagi
siswa. Tulisan-tulisan yang berisi pesan pendidikan diharapkan mampu
memotivasi siswa untuk menjadi pribadi yang baik. Infrastruktur yang
disediakan diharapkan mampu memfasilitasi siswa. Irama lagu nasional
pada bel sekolah diharapkan mampu membangkitkan semangat nasionalis
siswa. Sikap dan cara berpakaian guru yang sopan dan baik diharapkan
dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa. Dan pembiasaan-
pembiasaan di sekolah diharapkan dapat melahirkan budaya baru yang
baik, sehingga pembiasaan tersebut tertanam kedalam kepribadian setiap
siswa.

2
Hasil Observasi di Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
59

Berikut ini adalah hidden curriculum yang berhasil peneliti temukan


dan dokumentasikan dengan foto.

Gambar 4. 1
“Having knowledge, having goodness,
having faith”
Gambar tersebut bertuliskan “having knowledge, having goodness, having
faith”. Ini merupakan pesan moral yang dapat mempengaruhi siswa.
Secara tidak langsung tulisan pada gambar tersebut mengingatkan siswa
untuk menjadi seseorang yang berilmu, beramal soleh, dan beriman.

Gambar 4.2
“Discipline is a key of success in study”
Gambar di atas “Discipline is a key of success in study”. Pesan yang ingin
disampaikan gambar tersebut adalah untuk menjadi seseorang yang sukses
maka kita harus disiplin. Karena disiplin adalah kunci kesuksesan. Secara
tidak langsung tulisan pada gambar tersebut sudah memberikan pendidikan
karakter disiplin kepada siswa.
60

Gambar 4.3
“Budayakan hidup bersih, tertib, sehat,
aman, indah, dan nyaman”
Gambar tersebut berisikan pesan “budayakan hidup bersih, tertib, sehat,
aman, indah, dan nyaman”. Tujuan dari pesan tersebut adalah agar siswa
membiasakan diri untuk hidup bersih, tertib, sehat, aman, indah, dan
nyaman. Jika sudah timbul kebiasaan untuk hidup seperti itu maka akan
lahir budaya yang peduli terhadap lingkungan. Secara tidak langsung
tulisan pada gambar tersebut sudah memberikan pendidikan karakter
peduli lingkungan kepada siswa.

Gambar 4.4
Tempat sampah di halaman sekolah
Kebersihan merupakan salah satu karakter yang ingin dibentuk oleh
sekolah. Dengan memfasilitasi siswa, diharapkan akan timbul kebiasaan
61

membuang sampah pada tempatnya. Sehingga kebiasaan tersebut tertanam


menjadi karakter dalam pribadi para siswa.

Gambar 4.5
Karya-karya siswa yang dipajang di sekitar mushola sekolah
Guru memasang poster buatan siswa. Ini addalah wujud apresiasi guru
terhadap hasil kerja siswa. Terdapat kurikulum tersembunyi pada apa yang
dilakukan guru tersebut, yaitu tentang menghargai orang lain. Hal seperti
ini secara tidak langsung akan mengajarkan siswa untuk menghargai karya
orang lain.
3. Implementasi Hidden Curriculum dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
penulis lakukan di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, penulis melihat
pelaksanaan hidden curriculum pada saat pembelajaran PAI pada dasarnya
sudah direncanakan, tetapi tidak dinyatakan secara tegas di dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Hidden curriculum disisipkan pada saat
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pembatasan masalah, penulis hanya akan memaparkan
hidden curriculum yang berkaitan dengan pendidikan karakter/akhlak.
Dalam pembelajaran PAI yang berlangsung di SMP Negeri 14 Tangerag
Selatan tercatat beberapa bentuk hidden curriculum yang berisikan nilai-
nilai karakter.
a. Hidden curriculum yang diimplementasikan dalam bentuk tauladan
guru.
1) Kedisiplinan guru.
62

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku patuh dan


taat kepada tata tertib dan peraturan yang ada. Guru selalu datang
lebih awal ke sekolah, sebelum bel masuk berbunyi. Datang tepat
waktu merupakan contoh perilaku disiplin terhadap waktu. Perilaku
seperti ini merupakan bentuk dari hidden curriculum. Secara tidak
langsung pembelajaran tentang disiplin telah diajarkan kepada
siswa dimana guru memberikan contoh nyata atau langsung yakni
dengan datang lebih awal agar tidak terlambat.
2) Sikap dan cara berbicara guru
Guru selalu menggunakan kata-kata yang sopan dan tutur
bahasa yang baik saat berbicara dengan siswa. Sikap guru juga
selalu lembut dan tidak pernah bertindak kasar kepada siswa.
Ketika ada siswa yang menemukan kesulitan dalam belajar guru
dengan sabar mendatangi siswa dan menanyakan apa kesulitan
yang dihadapinya. Guru memanggil anak-anak didiknya dengan
panggilan “sayang” atau “nak”.3 Karena cara guru memanggil
dengan panggilan “sayang” dan ”nak”, ada beberapa siswa yang
ikut memanggil teman-temannya dengan pangilan seperti itu pula.
Selain dengan panggilan yang penuh kasih sayang, guru juga
tidak pernah memarahi anak-anak didik. Guru tidak senang
menghukum siswa yang telah lalai dalam tugas dengan kalimat
cacian atau marah-marah. Guru biasanya mengemas hukuman
dengan tugas yang mendidik bukan dengan kalimat-kalimat makian
yang menjatuhkan harga diri siswa. Jika tugas yang diberikan tidak
juga dikerjakan oleh siswa maka guru memberikan hukuman
berupa sedekah atau infaq.4
Saat penulis sedang mewawancara guru, tiba-tiba ada dua
orang anak didik beliau yang datang. Mereka berdua adalah siswa
yang belum menyelesaikan tugas yang diberikan, padahal tugas

3
Hasil Wawancara dengan Ibu Endang (Guru PAI)
4
Ibid
63

tersebut sudah lewat satu minggu dari deadline waktu yang sudah
diberikan. Guru masih memberikan keringanan waktu bagi kedua
siswa tersebut namun dengan konsekuensi nilai mereka berkurang.
Kedua siswa tersebut mengadukan kesulitan mereka kepada guru
mereka. Lalu guru tersebut memberikan solusi kepada mereka.
Setelah mereka mendapatkan solusi dari guru mereka, kemudian
mereka pergi. Pada saat itu peneliti hanya diam dan mengamati.
Melihat interaksi antara guru dengan dua siswanya, peneliti
dapat melihat kelembutan hati guru tersebut. Beliau masih
memberikan kesempatan bagi siswanya yang belum menyelesaikan
tugas, dan beliau tidak memerintahkan mereka untuk
menyelesaikannya dengan nada tinggi. Padahal waktu itu adalah
dua hari sebelum deadline waktu kesempatan kedua habis.
Apabila tenggang waktu kedua yang diberikan telah habis
namun siswa belum menyelesaikan tugas mereka, guru tidak
memarahi siswanya. Guru menghukum siswanya dengan
memberikan tugas lain. Pada saat ditanya mengenai cara memberi
hukuman guru menjawab:
Ini terlambat bikin ini (menunjuk tugas siswa) udah 2
minggu belum selesai. Bu Endang tunggu sampe besok 1
hari lagi perpanjangan, kalo kamu tidak bikin juga sampai
hari sabtu, maka sudah Bu Endang tidak menerima tugas,
kamu ganti dengan al Quran tajwid, mau tau ini harganya
berapa? Sembilan puluh ribu, padahal kalo kamu membuat
tugas paling menghabiskan tiga piluh atau lima puluh ribu
lah paling mahal, nah itu adalah pengorbanan kamu karena
kamu lalai, terus Bu Endang tanya kamu ikhlas ga? Ini
pahalanya selama ada yang membaca kamu akan dapet
pahalanya juga.
Gitu ka pendidikan akhlak Bu Endang, Bu Endang lebih
seneng banyak memuji ketimbang kita menghakimi, terus
juga seperti sholat, kan ada yang ga solat, jadi Bu Endang
caranya begini, nah karena musola ini milik kita bersama,
jadi Bu Endang ingin, kamu kan diem-diem ga dapet
pahala, temen kamu solat, bagaimana kalo kamu
membersihkan musola, nyapu, ngepel, disekitar ini nih, ini
64

kan milik kita bersama, kamu dapet pahalanya juga karena


kamu sudah beramal soleh, mereka mau. Ketimbang begini,
udah kamu sana ngepel kamu kan ga solat, lain bahasa tuh,
redaksinya lain. beda ya, padahal tujuannya sama kita ingin
meminta bantuan. Biasanya Bu Endang manggil pake mic,
ya siapa yang sekarang tidak solat, Bu Endang minta
keikhlasannya yuk bersihin mushola kita karena ini milik
bersama, pahalanya untuk kamu walaupun Bu Endang dapet
juga tapi Bu Endang ingin kamu juga dapet pahala,
langsung mereka. Padahal berbeda sedikit gaya bicara tetapi
mereka kan dengan senang mengerjakannya.
Karena cara memberikan hukuman seperti ini, Guru
pendidikan agama Islam dikenal siswa sebagai guru yang tidak
pernah marah. Sikap guru yang seperti ini merupakan tauladan
yang baik bagi siswa. Siswa dapat belajar mengenai sifat sabar
dan pemaaf dari Guru PAI mereka.
3) Peranan guru dalam menjaga kebersihan
Bersih adalah keadaan yang bebas dari kotoran. Ketika melihat
tempat belajar dalam keadaan kotor, guru menginstruksikan
petugas yang piket untuk membersihkan kotoran tersebut.
Meskipun begitu, guru tidak hanya diam, guru juga ikut terlibat
dalam membersihkan tempat belajar tersebut.
Selain menjaga kebersihan tempat belajar, guru juga
membiasakan siswa untuk mengambil wudhu sebelum memulai
pelajaran. Wudhu adalah ritual yang bertujuan untuk
membersihkan diri dari kotoran dan najis yang menempel di tubuh.
Hikmah dari berwudhu adalah tubuh menjadi suci. Dengan
kesucian tubuh ini diharapkan akan menciptakan kesucian hati
pula. Sehingga apabila tubuh dan hati telah bersih, siswa akan siap
untuk menerima ilmu-ilmu yang akan dipelajari pada hari itu.
65

Gambar 4.6
Siswa sedang mengambil wudhu

b. Hidden curriculum yang diimplementasikan dalam bentuk aturan


dan kebiasaan di kelas.
Guru memiliki aturan yang dibuat khusus bagi setiap siswa
yang ingin mengikuti pelajaran Beliau. Alasan guru membuat
peraturan tersebut adalah untuk melatih dan membiasakan siswa.
1) Peraturan pertama adalah setiap siswa/i yang ingin belajar
harus menggunakan pakaian yang sopan dan menutup aurat.
Bagi murid putri diwajibkan berjilbab (berkerudung).
Implikasi dari peraturan ini adalah siswi putri akan memakai
jilbab hanya jika ada mata pelajaran PAI. Namun ternyata jika
kita masuk ke sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan kita
akan melihat hampir semua siswi menggunakan jilbab, dapat
dikatakan 95 % siswi telah berjilbab. Bahkan mereka berjilbab
pada pelajaran olahraga. Sebuah pemandangan yang tidak
biasa ketika kita melihat sebagian siswi berjilbab pada sekolah
umum. Keadaan ini membuktikan bahwa siswa telah memiliki
kesadaran untuk menutup aurat mereka. Hal ini juga
memberikan gambaran nyata bahwa hidden curriculum bisa
sangat berpengaruh dan berperan dalam membentuk etika dan
kepribadian siswa.
66

Gambar 4.7
Siswi SMP Negeri 14 Tangerang mengenakan jilbab

Gambar 4.8
Siswi tetap berjilbab pada pelajaran olahraga
2) Peraturan kedua adalah setiap siswa yang ingin ikut belajar
harus sudah melaksanakan shalat dhuha minimal dua raka’at.
Implikasi dari peraturan tersebut adalah pertama, siswa akan
berwudhu sebelum melaksanakan shalat. Berwudhu atau
bersuci adalah amalan yang biasa dilaksanakan oleh Nabi Saw.
Nabi Muhammad Saw. selalu menjaga diri Beliau untuk selalu
dalam keadaan suci dan bersih. Kedua, jika diri dalam keadaan
bersih maka insya Allah belajar akan lebih nyaman sehingga
ilmu mudah masuk ke dalam pikiran dan hati. Ketiga, siswa
akan terbiasa melakukan shalat dhuha, sehingga akan timbul
kebiasaan mengamalkan shalat sunnah dhuha sehari-hari.
67

Setelah melaksanakan shalat dhuha guru selalu memulai


pelajaran dengan membaca doa dan tilawah Al-Qur’an. Guru ingin
agar anak-anak dekat dengan Al-Qur’an dengan harapan setiap
siswa dapat mencintai Al-Qur’an sebagai kitab suci mereka. Guru
juga berkeyakinan bahwa siswa akan memiliki akhlak yang baik
jika mereka senang membaca Al-Qur’an dan mengerti makna yang
terkandung didalamnya. Pemahaman tentang agama akan menjadi
tameng bagi dirinya dari kenakalan-kenakalan remaja seperti
pergaulan bebas, konsumsi obat-obatan terlarang, pornografi dan
lain sebagainya. Pencegahan dari dalam diri sendiri akan lebih
efektif dari pada pencegahan dari luar. Karena dengan kesadaran
dan keimanannya, dia akan menjaga dirinya dari perbuatan-
perbuatan melanggar hukum sekalipun tidak ada orang lain yang
melihat dirinya melakukan pelanggaran tersebut.
Melalui aturan-aturan tersebut diharapkan juga akan terbentuk
karakter religious, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
Selain peraturan-peraturan seperti disebutkan di atas, guru
juga membiasakan siswa untuk datang ke masjid/mushola. Cara
yang dilakukan guru adalah dengan melangsungkan kegiatan
belajar dan mengajar di dalam masjid/mushola sekolah.
Setiap kegiatan belajar mengajar biasanya dilakukan di
dalam kelas. Kegiatan KBM agama Islam di SMP 14 Tangerang
Selatan yang dilaksanakan guru PAI kelas IX berbeda dengan
guru yang lainnya. Guru lebih sering melaksanakan kegiatan
belajar di masjid/mushola sekolah. Alasannya adalah, pertama,
agar siswa tidak jenuh belajar di kelas. Kedua, guru ingin
mengajarkan siswa untuk menghidupkan Masjid. Fungsi
68

masjid/mushala bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga


dapat dijadikan tempat belajar, musyawarah dan sebagainya.
Walaupun kegiatan KBM dilakukan di dalam masjid,
kegiatan belajar yang dilakukan tetap memanfaatkan fasilitas
yang maksimal. Guru tetap memanfaatkan alat/teknologi yang
ada untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Menurut penulis cara guru untuk mendekatkan siswa
dengan masjid sangat efektif. Dengan melakukan kegiatan
belajar di masjid, siswa akan terbiasa untuk datang ke masjid.
Dengan begitu akan timbul suatu ikatan antara diri siswa dengan
masjid.
4. Faktor Penghambat Guru dalam Memaksimalkan Efektifitas
Hidden Curriculum di Sekolah
Berdasarkan wawancara dengan guru PAI di SMPN 14 Tangerang
Selatan, penulis menemukan hambatan-hambatan yang ditemui guru
dalam memaksimalkan hidden curriculum. Faktor penghambat tersebut
adalah:
a) Keterbatasan waktu dan tempat
Hidden curriculum dapat membentuk kepribadian siswa.
Namun untuk membentuk sebuah kepribadian dibutuhkan waktu
yang tidak sebentar, prosesnya pun tidak instan. Perlu ada
penanaman nilai-nilai kebenaran ke dalam jiwa anak didik, ini
dapat dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan yang berulang-
ulang. Melihat prosesnya yang tidak mudah, maka dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memaksimalkan efektifitas dari
hidden curriculum yang dilaksanakan di sekolah.
Selain keterbatasan waktu, guru juga memiliki keterbatasan
tempat. Guru hanya bisa memantau siswa saat guru sedang
dekat dengan siswa, jadi tidak selamanya guru mampu untuk
memantau penuh seluruh kegiatan siswa.
69

b) Kurangnya dukungan orang tua


Saat di dalam sekolah guru memiliki kekuatan untuk
mengawasi dan mengontrol siswa, namun saat di luar sekolah
peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi dan
membimbing anak-anak mereka. Jika orang tua tidak turut serta
dalam membimbing dan mendidik anak mereka, maka
efektifitas pembelajaran di sekolah pun akan berkurang.
c) Lingkungan yang tidak mendukung
Anak-anak sangat rentan terhadap virus-virus dari luar,
terutama dari lingkungan bermain mereka. Mereka akan terbawa
oleh kebiasaan-kebiasaan teman mereka. Jika teman mereka
suka kebut-kebutan, biasanya mereka akan mengikuti kebiasaan
teman-teman mereka tersebut. Selain pengaruh dari teman
bermain, media informasi seperti internet juga dapat
memberikan efek negative bagi anak. Melalui internet semua
jenis informasi bisa didapatkan. Pornografi dengan sangat
mudah dapat diakses melalui internet. Lingkungan seperti ini
sangat menghambat pendidikan karakter anak. Jika tidak ada
control dan pengawasan yang baik, maka pendidikan karakter
yang dilaksanakan di sekolah mungkin akan tidak efektif.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah penulis uraikan
pada bab-bab sebelumnya mengenai implementasi hidden curriculum pada
pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pelaksanaan hidden curriculum pada saat pembelajaran PAI di SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan pada dasarnya sudah direncanakan. SMP 14
Tangerang selatan berkeinginan agar siswa memiliki tiga karakter utama,
yakni bersih, disiplin dan religious. Berdasarkan tujuan sekolah tersebut
maka guru PAI menyisipkan hidden curriculum pada saat pembelajaran
berlangsung. Hidden curriculum diimplementasikan dalam bentuk
tauladan guru kepada siswa, kegiatan-kegiatan yang dibiasakan, dan
aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama.
Hidden curriculum yang dilaksanakan cukup efektif dan memberikan
pengaruh yang positif bagi siswa, siswi SMP 14 Tangsel mulai memiliki
kesadaran untuk menggunakan jilbab setiap sekolah, hal ini terlihat dari
sebagian besar siswi SMP 14 Tangerang Selatan yang selalu mengenakan
jilbab di sekolah. Kesadaran membuang sampah pada tempatnya bisa
terlihat dari lingkungan sekolah yang selalu bersih. Tetapi sayangnya
masih ada siswa yang suka keluar kelas dan pergi ke kantin sekolah saat
jam pelajaran berlangsung karena guru yang mengajar tidak hadir.

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas hidden curriculum memiliki pengaruh
yang cukup besar pada pembentukan karakter siswa. Implikasi dari
kesimpulan tersebut adalah perbaikan dan pengembangan hidden
curriculum secara terencana dan sistematis melalui peranan seluruh warga
sekolah dalam membentuk lingkungan belajar yang berkarakter.

70
71

C. Saran
Melihat besarnya pengaruh hidden curriculm bagi pendidikan karakter
siswa, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Hidden Curriculum dapat dipandang sebagai tujuan pendidikan
yang tidak tertulis (tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu
dipertimbangkan oleh setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih
bermakna.
2. Hidden curriculum yang telah diterapkan dalam pembelajaran PAI
di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan lebih dikembangkan dan
ditingkatkan lagi melalui peranan seluruh warga sekolah dalam
membentuk lingkungan belajar yang mendidik dan membangun
karakter.
3. Kompetensi guru perlu ditingkatkan lagi melalui berbagai training
yang diselenggarakan di sekolah ataupun di luar sekolah agar
kompetensi yang dimiliki oleh guru PAI terus bertambah dan
berkembang mengikuti majunya dunia pendidikan. Sehingga dalam
proses pembelajaran guru PAI mampu mengaktualisasikan situasi
pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.
71

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:


AMZAH, 2007.

Akbar, Sa’dun. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2013.

Al-Attas, Syed M. Naquib. Konsep Pendidikan dalam Islam. Bandung: Mizan,


1997.

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung, PT


Remaja Rosyda Karya, 2011.

Echols, John M., dan Hasan Syadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama), Cet. XXIII, h. 297.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosyda Karya, 2010.

Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.

Kurniasih, Imas., dan Berlin Sani. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan. Jakarta: Kata Pena, 2014.

Majid , Abdul., dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis


Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2009.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2004.

Munawir, AW. Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta:


Pustaka Progresive, 1984.

Nasution, S. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.

Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

71
72

Nata, Abudin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2009.

Purwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


1976.

Rahman, Muhammad., dan Sofan Amri. Strategi dan Desain Pengembangan


Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013.

Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Salim, Peter ., dan Yeni Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English, 1991.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group,


2008.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,


2008.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012.

Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1996.

Sudirman. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung, PT. Remaja Rosyda Karya, 2007.

Tafsir, Ahmad Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya,
2000.

Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 66.

Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat


Pers, 2002

Usman, Husaini., dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.


Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
73

Wiryokusumo, Iskandar., dan Usman Mulyadi. Dasar-dasar Pengembangan


Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Yousda, Ine I. mirman., dan Zainal Arifin. Penelitian dan Statistik Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2009.
LAMPIRAN 1
Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

No Variabel Pertanyaan
1 Pendidikan Akhlak Sekolah bapak bukanlah sekolah yang
berbasis Islam, bagaimana bapak
menerapkan pendidikan akhlak di sekolah
ini?

Sekarang ini pemerintah sedang


mengutamakan pendidikan karakter yang
diintegrasikan ke dalam semua mata
pelajaran, menurut bapak adakah kaitan
atau persamaan antara pendidikan
karakter dengan pendidikan akhlak?

Pada sekolah umum, pendidikan akhlak


akan di dapatkan pada mata pelajaran
PAI, menurut bapak apakah keadaan ini
cukup efektif dan efisien untuk
pendidikan akhlak?

2 Hidden Curriculum Di sekolah bapak terdapat tulisan-tulisan


yang memiliki makna baik, di sepanjang
koridor kelas, siapakah yang
menyarankan hal tersebut?

Apakah tujuan Bapak memasang tulisan-


tulisan tersebut di sekolah ini?
Apakah tujuan itu sudah tercapai?

Apakah keberadaan hal tersebut


memberikan pengaruh yang positif bagi
siswa?

Adakah budaya atau kebiasaan unik yang


diberikan kepada siswa yang dapat
mempengaruhi akhlak mereka?

Apakah guru-guru selalu memberikan


motivasi kepada siswa agar semangat dalam
belajar?
Apakah guru-guru selalu memberikan
tauladan yang baik kepada murid-muridnya?
Jika ada guru atau warga sekolah lainnya
selain siswa melakukan pelanggaran,
bagaimana bapak menyikapi orang tersebut?
Pedoman Wawancara Guru PAI

No Variable Pertanyaan
1 Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak apa saja yang sudah dan
akan ibu ajarkan kepada siswa?
Bagaimana cara Ibu memberikan
pendidikan akhlak pada siswa di SMP
Negeri 14 Tangerang Selatan?

Kendala apa yang ibu temui?

Apakah alokasi waktu yang ada sudah


cukup bagi ibu untuk melaksanakan
pendidikan tersebut?
Metode mengajar apa yang biasa ibu
lakukan pada materi pendidikan akhlak?
Bagaimana cara ibu untuk memaksimalkan
efektifitas pendidikan akhlak bagi siswa?
Apakah ibu mengarahkan anak untuk
mengamalkan akhlak yang baik? bagaimana
caranya jika iya?
Adakah pembiasaan-pembiasaan yang ibu
lakukan agar diamalkan siswa sehari-hari?
2 Sikap Guru Bagaimana cara ibu memberikan award
(hadiah) bagi siswa yang berakhlak baik?
Bagaimana cara ibu memberikan hukuman
bagi anak yang nakal atau berakhlak buruk?
Bagaimana cara ibu menyikapi anak yang
non muslim di dalam kelas, saat ibu
mengajar?
Guru adalah teladan bagi siswanya, sikap
seperti apa yang biasa ibu lakukan dan ibu
contohkan sehingga siswa meniru sikap
tersebut?
LAMIRAN 2
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PAI SMP NEGERI 14
TANGERANG SELATAN

Nama : Endang Purnamasari, S.Ag


Jabatan : Guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Hari/tanggal : 13-11-2014
Tempat : Mushola SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
Waktu : 14.00-16.00

1. Apakah pengertian hidden curriculum?


Jawab: Hidden kan yang tersembungi dari kurikulum, tapi Ibu Endang yang
paling ini ya, Bu Endang mencoba yang hidden curriculum itu bagaimana
pembelajaran itu ada nilai ruhiyahnya. Jadi tidak semata-mata kognitif saja, tapi
anak-anak itu merasakan manfaatnya sehingga timbul semangat dia untuk
mencintai agama Islam. Kan ada guru yang hanya menyampaikan materi saja,
tetapi kalau Ibu Endang, Ibu ingin agar siswa bisa dekat dengan agama.
2. Pendidikan karakter/akhlak apa saja yang sudah dan akan ibu ajarkan kepada
siswa?
Jawab: Smp 14 terkenal dengan disiplin, bersih, dan religious itu 3 karakter
yang ingin di bentuk. Dari akhlak, biasanya Ibu Endang menyelipkan akhlak
misalnya seperti sopan santun, misalnya izin keluar masuk, kalo mau keluar
pake kartu izin keluar, biasanya disini kalo ketemu guru siapapun selalu
salaman, itukan sopan santun ya masuknya, jadi seperti itu.
Jadi agama disini Bu Ending pengennya begitu, terus juga pembentukan
karakter/akhlak diantaranya mereka kalo sebelum belajar agama Bu Endang
mewajibkan kita tilawah dahulu, jadi wajib memegang juz „ama kalau ngga al-
Qur‟an, jadi membiasakan membaca al-Qur‟an, dan itu dilakukan oleh semua
guru agama disini.
Kalau Bu Endang secara pribadi membiasakan sholat duha, jadi Bu Endang
kontrol, Ibu tanyain absen satu-satu, kalo kelas 8 biasanya Ibu Endang suruh 2
rakaat, kalo kelas 9 terserah mereka, mereka mampu berapa, minimal 2 rakaat,
ada yang 2 ada yang 4 ada yang 12, dan kalo ada yang belum solat, biasanya Bu
Endang suruh ambil wudhu, pokoknya ga boleh belajar kalo kamu belum solat
duha. Walaupun itu solat sunnah tapi Ibu Endang ingin membentuk karakter
kamu untuk suka terhadap solat.
3. Bagaimana cara Ibu memberikan pendidikan akhlak pada siswa di SMP Negeri
14 Tangerang Selatan?
Jawab: Kalau berdasarkan kurikulum kelas 9 itu ada qanaah dan tasamuh dan
takamur, klo kelas 8 itu ada hemat dan disiplin di sem 1 ini. Jadi kalau Bu
Endang untuk mendidik mereka itu biasanya untuk qanaah, qanaah itu biasanya
ya paling untuk ukurannya Ibu belom bikin ya Ka, tapi Ibu selalu memberikan
pesan kepada mereka untuk menerima apapun yang Allah berikan untuk kita,
jadi Bu Endang ketika di kelas 9 ini selalu mengingatkan mereka, karenakan
strata ekonomi disini kebanyakan, mayoritas menengah kebawah, walaupun ada
yang atas tapi prosentasenya kecil, nah supaya apa? Ketika nanti mereka bergaul
itu tidak menjadi masalah. Kalau pendidikan akhlaknya berdasarkan kurikulum
itu.
Kalau kerja sama kita bisa mengukur itu di tugas-tugas yang sifatnya bekerja
sama atau kelompok, scientific kurikulum 2013 itu banyak diporsir untuk
kerjasama, hampir setiap bab Bu Endang pasti menyelipkan kerja sama, kemarin
misalnya menyembelih ayam, menyembelih ayam itu kan praktenya harus kerja
sama, baik perempuan atau laki-laki memiliki tugas masing-masing, jadi ada
yang memegang ayam, sebagai penyembelih, photographer, ada yang meliput
video dan ada juga yang membuat power point, kemudian Ibu Endang tanya
kalo yang ini kamu membantunya sejauh mana sampai menjadi power point?
Jadi seperti itu, trus ayamnya kamu harus masak, masak dirumah siapa, kamu
harus bantuin, nanti di video-in jadi Bu Endang liat.
Kalo prakteknya di sekolah nah masaknya dirumah, nanti kan kalo ada yang
ngga bisa Ibu Ending kasih tau cara menyembelihnya, sebelumnya Ibu Endang
kasih tahu lebih dahulu lewat video. Kemudian saat bikin maping, Bu Endang
bertanya siapa yang tidak bekerja, siapa yang tidak mau membantu, ini siapa aja
yang ngerjain, trus siapa aja yang bikin ininya, saya bikin bunganya dan lain-
lain, nanti itu nilainya, jadi itu contoh dari tasamuh atau bekerja sama, trus Bu
Endang juga kalo diskusi-diskusi itu sifatnya berkelompok jadi ngga satu kelas,
jadi kelompok kecil. Nanti presentasi 1 orang dan yang lainnya memperhatikan.
Misalnya bab tentang at Tiin, kan ada 8 ayat berarti Bu Endang bagi 8 orang,
satu orang mempresentasikan 1 ayat, nah nanti satu orang itu Ibu Endang tunjuk
untuk mengamati satu orang temanya, nah ini nanti menjadi penilaian antar
teman. Dia harus mengamati temannya, mau ngga temannya memperhaatikan
temanya yang sedang persentasi dari awal sampai akhir nanti ada penilaiannya.
Bu Endang lebih suka cara seperti ini karena lebih efektif dalam skup kecil,
karena jika terlalu banyak tidak semua orang bisa persentasi, tetapi jika seperti
ini kan dia wajib persentasi jadi ada tanggung jawab, sumber belajar juga dari
temanya, nanti ketika bersama-sama baru Bu Endang tanya apa yang ngga
ngerti, kita bahas coba dari ayat satu kenapa begini, sebelumnya kan mereka
sudah dapat dari teman-temanya. Kita bahas ayat arti sama makna maksudnya
apa sampaikan, sebelumnya Bu Endang suruh mereka email/bbm/wa materi
yang akan disampaikan ke Bu Endang dulu, Bu Endang nilai, nanti mereka
sampaikan ke temennya.
Jadi kan misalnya besok kita mau belajar ini, tugasnya mulai hari ini, jadi siang
ini mereka kerjakan, jika mereka mengumpulkan tugas sehari sebelum persentasi
ada nilai waktu, Ibu kasih nilai 100, lewat dari itu 75 tinggal ditambah materi,
jadi itu nilai tugas, baru persentasi. Dari diskusi kelompok ini Ibu bisa nilai
kerjasama dan toleransi mereka melalui penilaian antar teman. Kalo mereka
memperhatikan dari awal sampai akhir ibu nilai 4, trus kalo kadang-kadang
memperhatikan kadang-kadang tidak itu 3, yg memperhatikanya Cuma separo
ya 2, kalo memperhatikannya Cuma satu orang ya satu.
Terus jujur, cara melatih jujur Ibu Endang biasanya nanya solat berapa rokaat
tadi? Klo ada temannya yang bilang Bu bohong Bu dia solatnya cuma 2 rokaat
Bu, Bu Endang bilang engga!!! Ibu melatih kamu jujur. Kamu solat berapa
rakaat?
Terus tugas, misalnya tadi nyontek apa ngga ketika ulangan? Itu Bu Endang
selalu tanyain. Jadi Bu Endang sudah sampaikan kepada mereka bahwa Bu
Endang mendidik kamu jujur. Jadi kamu bisa menjadi orang yang sukses kalo
kamu dari sekarang jujur. Itu salah satu latihannya, jadi cara Bu Endang seperti
itu kalau PAI.
4. Kendala apa yang ibu temui?
Jawab: Yang namanya anak ya kadang tetep ada tidak jujurnya, kadang Bu
Endang suka dapet laporan misalnya dari kantin suka tekor, padahal pada
pelajaran agama sudah diajarkan, namanya anak ya ka, ketika ada kesempatan,
misalnya lagi ramai berjubel-jubel akhirnya dia tidak bayar. Itu kendalanya,
kadang kita tidak bisa memantau penuh perilaku mereka.
Terus kendala yang lainnya lagi, misalnya dikasih tugas, kita melatih tanggung
jawab tetapi masih ada saja yang tidak mengerjakannya tepat waktu dengan
alasan bermacam-macam, karena tidak ada dukungan dari orang tua.
Jika tugas tidak mereka kumpulkan biasanya Ibu Endang memberikan tenggang
waktu 1 minggu, tetapi nilainya 75, apabila mereka tidak mengumpulkan tugas
lagi maka Bu Endang memberikan hadiah. Karena kamu sudah lalai dan tidak
mengerjakan tugas kamu, maka kamu harus berkorban untuk memberikan
hadiah, jadi Ibu tidak menggunakan istilah hukuman. Biasanya Ibu Endang
begitu. Kaya misalnya ini, ini al-Qur‟an, ini bukan buat Bu Endang, Bu Endang
akan infakan lagi nanti, misalnya di rohis ada lomba-lomba ada kegiatan ini
hadiahnya.
Ini terlambat bikin ini (menunjuk tugas siswa) udah 2 minggu Bu Endang
tunggu sampe besok 1 hari lagi perpanjangan, kalo kamu tidak bikin juga sampai
hari sabtu, maka sudah Bu Endang tidak menerima tugas, kamu ganti dengan al
Quran tajwid, mau tau ini harganya berapa? 90.000 padahal kamu kalo membuat
tugas paling menghabiskan 30 atau lima puluh ribu lah paling mahal, nah itu
adalah pengorbanan kamu karena kamu lalai, terus Ibu Endang tanya kamu
ikhlas ga? Ini pahalanya selama ada yang membaca kamu akan dapet pahalanya
juga. gitu ka, jd pendidikan akhlak Bu Endang. Bu Endang lebih seneng banyak
memuji ketimbang kita menghakimi, terus juga seperti solat, kan ada yang ga
solat, jadi Bu Endang caranya begini, nah karena musola ini milik kita bersama,
jadi Bu Endang ingin agar kamu mendapatkan pahala, kamu kan diem-diem ga
dapet pahala, temen kamu solat, bagaimana kalo kamu membersihkan musola,
nyapu, ngepel, disekitar ini nih, ini kan milik kita bersama, kamu dapet
pahalanya juga karena kamu sudah beramal soleh, mereka mau. Ketimbang
begini, udah kamu sana ngepel kamu kan ga solat, lain bahasa tuh, redaksinya
lain. beda ya, padahal tujuannya sama kita ingin meminta bantuan. Biasanya Bu
Endang manggil pake mic, ya siapa yang sekarang tidak solat, Bu endang minta
keikhlasannya yuk bersihin mushola kita, karena ini milik bersama, pahalanya
untuk kamu walaupun Bu Endang dapet juga tapi Bu Endang ingin kamu juga
dapet pahala, langsung mereka. Padahal berbeda sedikit gaya bicara tetapi
mereka kan dengan seneng mengerjakannya.
Manusia itu kan senengnya dipuji, diangkat, jadi Bu Endang begitu, makanya
Bu Endang disini dikenal sebagai orang yang tidak pernah marah. Nah jadi
diantaranya seperti itulah cara Bu Endang mendidik akhlak.
Selain itu yang menjadi kendala adalah virus-virus diluar seperti internet,
biasanya Bu Endang mendidik mereka untuk menjaga diri mereka terutama
perempuan, biasanya Bu Endang bisa lewat lagu-lagu, lewat rohis, kita punya
rohis ka di sekolah ini, wajib rohisnya. Bagaimana mereka tidak terjerumus
kedalam pergaulan bebas 1, trus mengerem mereka liat-liat film-film yang
belum boleh, gambar-gambar di internet yang belum boleh, pacaran, nah Bu
Endang kemas tuh di lagu. Biasanya Bu Endang kalo ngajar itu nyanyi dulu ka,
selalu. Biasanya lagu-lagu religi. Misalnya lagu Uje yang bidadari surgaku, nah
Bu Endang terangin tuh maksudnya apa. Itu pendidikan akhlak juga Ka, di
selipin, supaya apa? Supaya remaja-remaja kita itu mau menjaga dirinya supaya
tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas.
Makanya penelitian-penelitian mengemukakan bahwa 2 dari 3 anak perempuan
sudah tidak gadis lagi, nah disitu biasanya Bu Endang suka memasukkan di sela-
sela itu peendidikan akhlak, emang ekstra tetapi Bu Endang yakin suatu ketika
kata-kata Bu Endang bisa di dengar lah sama mereka, paling tidak bisa
mengerem diri mereka, di tambah lagi di rohis, jadi Bu Endang jelasin
pentingnya keperawanan itu sejauh mana, menghindari pergaulan bebas
bagaimana. Terus nanti di rohis biasanya Bu Endang ngasih, jadi ekskul ngaji,
karena disini wajib,
Sebenarnya kalo masalah waktu itu masih kurang ya Ka, tetapi kita berusaha
mengatasinya dengan menggembleng anak-anak membaca al-Qur‟an, al-Qur‟an
kita dekatkan, di rohis juga begitu. Bu Endang punya tujuan kita mengajak
mereka bersahabat dengan Qur‟an, paling tidak membaca. Terus solat, kita
kepung mereka, Bu Endang bilang lagi sebaiknya kamu solat duha tidak hanya
pada pelajaran agama, istirahat luangkan waktu, Alhamdulillah ada beberapa
anak yang mau, nah untuk mensiasati ini Bu Endang bersama kepala sekolah
mewajibkan anak-anak untuk ikut rohis atau rohani islam.
Pada pelajaran ini kan tidak semua materi tentang akhlak, tetapi ibu berusaha
ada selipan pesan sponsor yaitu akhlak, bisa melalui lagu seperti jangan
menyerah, insyaAllah dll.
5. Bagaimana cara ibu memaksimalkan efektifitas pendidikan karakter/akhlak bagi
siswa.
Jawab: Supaya efektif Bu Endang selalu tanyakan terus, misalnya kejujuran Ibu
selalu tanya, solat berapa rakaat tadi, kalo ngerjain tugas Bu Endang selalu tanya
siapa yang ga ikutan, jadi pendidikan akhlaknya disitu, secara khusus tidak ada
tetapi lewat cara-cara seperti itu, dan biasanya Bu Endang kalo ngajar itu muter
ka, kan ada anak-anak yang suka ngantuk, tidur-tiduran nah Bu Endang biasanya
tidak pernah marah tetapi Bu Endang deketin. Kenapa? Sakit atau apa,
Alhamdulillah mereka mau. Kalo ngerjain tugas juga kenapa kelompok itu ribut
bener, pasti Bu Endang datengin, kamu kesulitannya apa? Bisa Bu Endang
bantu? Akhirnya mereka mau ngerjain
Kalo kita marahin doang kan akhirnya mereka malah ga mau ngerjain, tapi kalo
kita deketin, kita rangkul mereka maka mereka akan mau, seperti itu ka.
6. Apakah ibu mengarahkan anak untuk mengamalkan akhlak yang baik?
bagaimana caranya jika iya?
Jawab: Ibu selalu mengingatkan mereka pesan-pesan sponsor yang tadi, selain
itu Ibu juga menerima curhatan-curhatan mereka di luar jam pelajaran. Via sms,
kadang bbman wa Bu Endang terima. Ada murid Ibu yang curhat bu saya sudah
tidak perawan trus bagaimana Bu saya harus menghadapi hidup ini? Akhirnya
Bu Endang nasihatin ya sudah yang sudah terjadi sudah, sekarang kamu harus
menatap masa depan dan jangan kamu ulang lagi caranya seperti in, ini dan ini.
Ada juga yang datang Bu saya mau curhat, oke kapan kamu mau sendiri atau
ditemani via sms. Biasanya Bu Endang selalu menerima. Ini juga upaya untuk
mendampingi remaja. Dan biasanya guru-guru BK disini kalo sudah kewalahan
dilemparnya ke Bu Endang. Ada sih ka murid Bu Endang yang sudah ngga
boleh sekolah karena ibunya ga punya uang, akhirnya sampe pernah dia cerita
dia mau di beli kegadisannya, dikasih rumah, gimana bu? Jangan. Itu beresiko
terlalu jauh nanti sampai kamu seumur hidup, tidak semua suami bisa menerima.
Bapaknya broken, tadinya orang kaya, bapaknya nikah lagi secara sirih dengan
gadis yang umurnya selisih dua tahun dengan dia, ibunya ditinggalkan begitu
saja ga di nafkahi, dia diserahkan ke ibunya. Dia bilang gitu. Ada juga pak haji
yang mau menikahi dia tetapi dia istri yang kesekian, jadi seperti itu ka
dilematis.
Disini juga lingkungannya Ka, pernah Bu Endang waktu itu menghadapi murid
kelas 7 ranking 2, kelas 8 udah mulai kendor dan kelas 9 kebetulan Bu Endang
wali kelasnya. 2 minggu ngga masuk kenapa ya? Kena narkoba, tapi Bu Endang
sudah terlambat dan sudah tidak bisa di bantu lagi yasudah Bu Endang lepas
akhirnya. Bu Endang sudah ke ortunya tetapi karena sudah parah Padahal
tadinya dia anak baik-baik. makanya Alhamdulillah karena adanya rohis
mulailah terwarnai disini. Alhamdulillah walaupun alumni ka bu Endang masih
punya yang mau ngaji disini dan mau ikut membenahi rohis disini. Bu Endang
melakukan ini dalam rangka pembinaan akhlak dengan membekali mereka
pembekalan agama walaupun mereka sudah tidak sekolah disini. Mereka juga bu
endang siapkan untuk mengelola disini. Alhamdulillah orang tua mereka itu
terima kasihnya luar biasa pada Bu Endang. Membina alumni merupakan cara
Bu Endang untuk membina akhlak yang berkesinambungan. Jadi walaupun
sudah alumni Ibu Endang tetap memperbolehkan mereka untuk tetap ikut Rohis
di sekolah ini.
7. Adakah pembiasaan-pembiasaan yang ibu lakukan agar diamalkan siswa sehari-
hari?
Jawab: Sholat duha, alqur‟an, Bu Endang mewajibkan pakai jilbab. Ketika ibu
Endang kesini satu kelas paling banyak yang pakai jilbab 3, tetapi sekarang kaka
bisa lihat sendiri, kebalikannya paling satu kelas yang ngga pakai jilbab ada 3.
Bu Endang berkeyakinan kalau jilbab atau busana muslimah itu memiliki efek
ketika seseorang memakainya, jadi ketika dia mau berbuat yang ngga-ngga pasti
ada lah remnya. Mau macam-macam malu. Laki-laki juga begitu, ibu
mewajibkan setiap anak membaca alQur‟an. Ibu masukkan pesan-pesan sponsor,
kita harus bangga jika di dalam tas kita, kita membawa al-Qur‟an paling tidak
juz „ama. Alhamdulillah suah ada beberapa anak yang mengamalkan hal itu.
8. Bagaimana cara ibu memberikan award (hadiah) bagi siswa yang berakhlak
baik?
Jawab: Biasanya Bu Endang memberikan award dengan aplause (tepuk tangan),
jika ada pertanyaan Ibu kembalikan dulu kepada siswa, ayo siapa yang mau
jawab, siapa yang mau bantu teman yang sedang kesulitan? Nah nanti jika ada
yang menjawab mau salah mau bener ibu hargai dengan memberikan tepuk
tangan. Kalau ada anak yang tidak mau memberikan tepuk tangan Ibu akan
bilang, nak masa kamu disuruh bersodaqoh tepuk tangan aja ga mau. Tepuk
tangan kan ga pakai baiaya, kamu membuat orang senang, itu sodaqoh. Jadi
begitu cara Ibu memberikan award. Sehingga mereka termotivasi dan besok
mereka tidak takut untuk menjawab. Bu takut salah, kenapa mesti takut? Belajar
itu mesti ada salahnya. Ngerjain ini bu takut salah, ga papa. Kalo kamu bener
nanti kamu mengajar, kalau kamu salah itu wajar karena kamu sedang belajar.
Jadi ibu endang tidak pernah memarahi dan setiap keberanian mereka selalu ibu
hargai. Nah itu award yang tidak pakai biaya ya Ka.
9. Bagaimana cara ibu memberikan hukuman bagi anak yang nakal atau berakhlak
buruk?
Jawab: Dalam memberikan hukuman, Bu Endang melakukannya dengan cara
persuasif. Ibu tidak memarahi anak, Ibu tanya lebih dahulu kenapa kamu
melakukan ini? Karena setiap anak itu kan lain-lain ka. Mereka ada yang
membawa masalah dari rumah atau dari pergaulannya. Pernah ada sekelompok
siswa yang tertangkap merokok, tetapi pas ditanya kamu merokok juga? Dia
jawab ngga bu saya cuma ikutan nongkrong aja bu. Nah Ibu nasihati, besok-
besok kalau mencari teman carilah yang baik biar kamu ga kena getahnya. Ibu
endang mengajak mereka hijrah dari hal yang buruk untuk taubat dan tidak
melakukannya lagi. Cara ini lebih baik menurut Ibu daripada dengan
menghakimi atau memarahi.
10. Bagaimana cara ibu menyikapi anak yang non muslim di dalam kelas, saat ibu
mengajar?
Jawab: Bu Endang welcome aja, yang anak non muslim malah seneng ikut
pelajaran bu Endang. Tetapi biasanya Ibu bilang ke mereka, kalau pelajaran ini
sebaiknya kamu bawa kitab kamu dan kamu baca kitab kamu agar pemahaman
kamu terhadap agama kamu lebih baik lagi. Lakum diinukum waliyadiin. Ibu
tidak memaksa mereka untuk belajar agama Islam. Seandainya mereka tidak
suka dengan cara Bu Endang, Ibu persilahkan mereka untuk ke perpustakaan,
tapi keseringan sih mereka disini ka, paling kadang-kadang mereka izin keluar
untuk mengerjakan tugas. Kalau disini Ibu tidak suka menyinggung agama lain
karena fokus Ibu Endang yang seagama aja susah Ibu tanganin, ngapain
ngurusin agama orang, jadi prinsip Ibu Endang begitu. Kadang mereka suka ikut
menyanyi kalau lagunya umum, mereka seneng dengan gaya mengajar Ibu
Endang.
11. Guru adalah teladan bagi siswanya, sikap seperti apa yang biasa ibu lakukan dan
ibu contohkan sehingga siswa meniru sikap tersebut?
Biasanya seperti tadi, cara ibu Endang mencontohkan ketika Ibu menyuruh solat
duha ya Ibu Endang solat duha, di depan mereka, bahwa Ibu Endang juga solat,
tidak hanya memerintahkan. Ketika ibu Endang menyuruh untuk nyapu dan
ngepel, Bu Endang juga ikut, jadi Bu Endang tidak hanya bicara. Seperti
sekarang kan banjir, Bu Endang dateng pagi-pagi membersihkan ini, Bu Endang
nyapu dan mereka melihat. Ibu menjadi contoh. Bu Endang juga tanamkan agar
kita tidak malu untuk memegang sapu atau alat kebersihan lainnya. Karena
menjaga kebersihan itu mulia. Ibu selalu bilang seperti itu, Rasulullah saja
menjahit baju sendiri dan menyapu tidak malu. Kemudian busana muslimah,
jika siswa main kerumah Ibu selalu menggunakan jilbab. Bu Endang selalu
membawa Qur‟an. Kadang-kadang mereka lihat bu Endang baca Qur‟an sendiri.
Karena Ibu juga punya target one day one juz. Kalau berbicara Ibu juga selalu
sopan santun. Ibu tidak pernah memaki anak, setiap memanggil anak Ibu
biasanya dengan panggilan “nak” atau “sayang”. Nah anak-anak sering tuh
ngikutin, sini nak, sini nak manggil temannya. Ibu Endang tidak pernah kasar
memanggil anak. Kita harus lembut kepada anak, supaya mereka juga akan
bersikap lembut kepada orang lain. Jadi kita dulu yang mencontohkan. Jadi
seperti itu ka, cara Ibu Endang meneladani.

Interviewee Interviewer

Endang Purnamasari, S.Ag. Prasetyo A. F.


HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 14
TANGERANG SELATAN

Nama : Drs. H. Muslih, M.Pd.


Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/tanggal : 17-11-2014
Tempat : Ruang Kepsek
Waktu : 13.00-13.15

1. Sekolah bapak bukanlah sekolah yang berbasis Islam, bagaimana bapak


menerapkan pendidikan akhlak di sekolah ini?
Jawab: Ada dua yang diterapkan yang pertama mulai pembelajaran, yaitu
pembelajaran rohis dan pembelajaran bidi pekerti. Rohis wajib diikuti oleh
seluruh siswa yang beragama Islam, sedangkan budi pekerti diikuti oleh
seluruhnya. Diharapkan dari rohis dan budi pekerti ini maka anak-anak
mempunyai akhlak yang baik. selanjutnya masih ada tambahan yaitu BTQ
(baca tulis al-Qur‟an) itu adalah tambahan pelajaran agama yang mudah-
mudahan dalam pelajaran BTQ bukan hanya sekedar baca tulis tapi juga ada
tafsir disitu, ada hafalan surat pendek dan seterusnya sehingga setiap anak
memahami agama lebih baik, dengan pemahaman agama yang lebih baik
diharapkan akhlaknya juga menjadi lebih baik.
2. Sekarang ini pemerintah sedang mengutamakan pendidikan karakter yang
diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, menurut bapak adakah
kaitan atau persamaan antara pendidikan karakter dengan pendidikan
akhlak?
Jawab: Secara umum saya menyamakan akhlak dengan karakter walaupun
pungkin agak sedikit berbeda tapi di sekolah kita ada memang karakter
tertentu yang diutamakan yaitu, kedisiplinan, kejujuran dan kebersihan. Jadi
18 karakter yang harus diajarkan kepada anak, tiga ini mendapatkan
prioritas lebih dibandingkan karakter yang lain. Karena diharapkan dengan
tiga karakter ini anak bisa meraih sukses dimasa yang akan datang.
3. Pada sekolah umum, pendidikan akhlak akan di dapatkan pada mata
pelajaran PAI, menurut bapak apakah keadaan ini cukup efektif dan efisien
untuk pendidikan akhlak?
Jawab: Kebetulan kalau di SMP 14 insya Allah efektif karena PAI-nya tadi
bukan hanya dua jam, tetapi enam jam. Enam jam itu yang pertama PAI
sendiri, yang kedua BTQ, yang ketiga ada rohis. Total seluruhnya sekarang
jadi enam jam. Insya Allah dengan pelajaran yang sudah dimodifikasi tadi
pendidikan akhlak itu bisa efektif diajarkan kepada anak-anak.
4. Adakah kebijakan sekolah SMPN 14 untuk memaksimalkan pendidikan
akhlak pada peserta didik?
Jawab: Kita memaksimalkan pendidikan agama yang didalamnya termuat
pendidikan akhlak, kalau di sekolah lain dua jam pelajaran, kita enam jam
pelajaran. Jadi insya Allah ddengan enam jam itu walaupun tidak tertulis
ada pelajaran akhlak disitu tapi minimal memberikan pemahaman agama
lebih luas sehingga akhlak sudah tercakup didalamnya.
5. Di sekolah bapak terdapat tulisan-tulisan yang memiliki makna baik, di
sepanjang koridor kelas, siapakah yang menyarankan hal tersebut?
Jawab: Saya yang minta hal tersebut.
6. Apakah tujuan Bapak memasang tulisan-tulisan tersebut di sekolah ini?
Jawab: Tujuannya untuk memotivasi siswa
7. Apakah tujuan itu sudah tercapai?
Jawab: Sebagian sudah tercapai, contoh kebersihan, terus kunjungan ke
perpustakaan, sudah lumayan baik walaupun masih perlu ditingkatkan.
8. Apakah keberadaan hal tersebut memberikan pengaruh yang positif bagi
siswa?
Jawab: Iya, jelas memberikan pengaruh yang positif.
9. Adakah budaya atau kebiasaan unik yang diberikan kepada siswa yang
dapat mempengaruhi akhlak mereka?
Jawab: Ada tadi tiga hal, disiplin, jujur, dan bersih
10. Apakah guru-guru selalu memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam
belajar?
Jawab: Guru sangat memberikan motivasi kepada siswa, bahkan ada lomba
untuk mengunjungi perpustakaan. Setiap siswa yang mengunjungi
perpustakaan itu dicatat, nanti kalau kelas yang paling banya mengunjungi
perpustakaan akan mendapatkan hadiah.
11. Apakah guru-guru selalu memberikan tauladan yang baik kepada murid-muridnya?
Jawab: Iya, guru-guru selalu memberikan tauladan kepada siswa dengan
sikap yang baik.
12. Jika ada guru atau warga sekolah lainnya selain siswa melakukan pelanggaran,
bagaimana bapak menyikapi orang tersebut?
Jawab: Ada aturannya, ada buku tata tertibnya, jadi akan saya sikapi sesuai
tata tertib yang berlaku.

Interviewee Interviewer

Drs. H. Muslih, M.Pd. Prasetyo A. F.


LAMPIRAN 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS IX SEMESTER I
SMPN 14 KOTA TANGERANG SELATAN
TH. PELAJARAN 2014-2015

Mata Pelajaran : PAI


Pertemuan : 5
Alokasi waktu : 2 X 40 menit ( 2 X pertemuan )
Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar : 4.1. Menjelaskan pengertian Qanaah dan Tasamuh
4.2. Menampilkan contoh perilaku qanaah dan
tasamuh
4.3 Membiasakan perilaku qanaah tasamuh dalam
kehidupan sehari-hari

Indikator : 4.1.1 Menjelaskan pengertian Qanaah dan Tasamuh


4.1.2 Membaca dan mengartikan dalil naqli Qanaah
dan Tasamuh
4.1.3 Menjelaskan Manfaat perilaku Qanaah dan
Tasamuh dalam Kehidupan sehari-hari

4.2.1 Menyebutkan contoh-contoh perilaku Qanaah


dalam kehidupan sehari-hari

4.2.2 Menunjukkan sikap senang berperilaku Qanaah


dan Tasamuh dalam kehidupan sehari-hari

4.3.1 Membiasakan diri berperilaku Qana’ah dan


Tasamuh dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran :
Setelah peserta didik mempelajari tentang perilaku Qanaah dan Tasamuh
diharapkan memiliki motivasi untuk berperilaku Qanaah dan Tasamuh dalam
kehidupan sehari-hari
Karakter yang dibiasakan : Qanaah dan Tasamuh
Materi Pembelajaran : Qanaahdan Tasamuh ( Terlampir )
Metode Pembelajaran : Penugasan :
1. Peserta didik mengamati film tentang seorang motivator dunia yang
berperilaku Qanaah dan Tasamuh
2. Peserta didik diminta membuat ringkasan tentang Perilaku Qanaah dan
Tasamuh
Diskusi : Guru dan peserta didik mendiskusikan film tentang perilaku Qanaah
dan Tasamuh
Langkah-langkah Pembelajaran :
A. Kegiatan Pendahuluan :
 Appersepsi : Peserta didik membaca bersama QS At Tin dan Al Insyirah
 Guru menyampaikan materi pembelajaran beserta kompetensi yang akan
dicapai peserta didik

B. Kegiatan Inti :
1. Eksplorasi
 Peserta didik diminta membaca hasil ringkasannya tentang Qanaah dan
Tasamuh
 Peserta mengamati tayangan film tentang seorang motivator cacat yang
sukses
dalam hidupnya karena berperilaku Qanaah dan Tasamuh
2. Elaborasi
 Peserta didik dan guru mendiskusikan tentang pengertian Qanaah dan
Tasamuh
serta dalil Naqlinya
 Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya dari
tayangan film
 Setelah menyaksikan film yang baru ditayangkan, peserta didik diminta
mencatat 2 contoh perilaku Qanaah dan Tasamuhnya John dan manfaat
yang diraih John karena mau berperilaku qanaah dan Tasamuh
3. Konfirmasi :
 Setiap kelompok mempresentasikan hasil 2 contoh perilaku Qanaah dan
Tasamuhnya John dan manfaat yang diraih John karena mau
berperilaku
Qanaah dan Tasamuh dalam kehidupannya
 Kelompok lain dan guru melengkapi jawaban kelompok yang
mempresentasikan
C. Penutup
 Guru dan peserta didik menyimpulkan materi hari itu
 Peserta didik diminta membuat mindmapping tentang pengertian,
dalil naqli dan manfaat Qaanaah / Tasamuh dan cara John
menerapkan perilaku Qanaah dan Tasamuh dalam kehidupannya
Alat dan Sumber Belajar :
1. Alquran
2. LCD
3. Power Point
4. Film tentang John motivator cacat yang sukses karena berperilaku
Qanaah dan tasamuh
Penilaian :
1. Tes Perbuatan : a. Keaktifan peserta didik mengungkapkan pendapatnya
tentang film
b. Keberanian peserta didik bertanya tentang hal yang
belum dipahaminya
2. Tes Tertulis : Hasil Ringkasan materi
3. Tes Sikap : Kerja sama dalam berdiskusi

DAFTAR KEAKTIFAN BERTANYA DAN MENJAWAB

NO NAMA SISWA 1 2 3 4 5 Jumlah KET


1
2

DAFTAR PENILAIAN
RINGKASAN MATERI

NO NAMA 1 2 3 4 5 6 Jumlah NA KET


SISWA
1 1. At Tin
2 2.Kiamat
3 3.Qanaah dan
Tasamuh

Mengetahui, Tangerang, 2 Juli 2014


Kepala SMPN 14 Guru PAI

Drs.H.Muslih,M.Pd Endang Purnamasari,S.Ag


NIP. 19660820 199802 1001 NIP.19691002 200701 2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional merupakan pencerahan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Berbagai paradigma baru menyangkut Guru, proses pembelajaran dan elemen-
elemen penting dalam pendidikan dimuat dalam undang-undang tersebut.
Dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 itu dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan yang kompleks tersebut, Pemerintah menetapkan
Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan
Pemerintah ini dijelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan meliputi :
1) standar isi,
2) standar kompetensi lulusan,
3) standar proses,
4) standar pendidik dan tenaga kependidikan,
5) standar sarana dan prasarana,
6) standar pengelolaan,
7) standar pembiayaan, dan
8) standar penilaian pendidikan.

Melalui standar Nasional Pendidikan, sekolah dapat Bercermin seberapa jauh


setiap standar pendidikan yang sudah dapat dicapai,
SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan Kecamatan Pondok Aren. SMP
Negeri 14 terletak di depan Kelurahan Pondok Kacang Barat di kawasan
perumahan Regensi, dan berdekatan dengan sekolah-sekolah swasta bertaraf
Internasional dengan kehidupan sosial ekonomi yang mendukung serta situasi
politik dan keamanan yang kondusif, dari segi keadaan ekonomi warga
masyarakat Kecamatan Pondok Aren jika dirata-ratakan dikategorikan kelas
menengah. Kondisi geografis dan ekonomi yang demikian merupakan
tantangan bagi warga sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dukungan Pemerintah, baik pusat maupun Daerah, terhadap
penyelenggaraan Pendidikan di SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan
cukup baik. Pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi cukup banyak
membantu penyelenggaraan pendidikan. Jenis bantuan yang telah diterima
adalah bantuan beasiswa BKM, dan Block Grant Sekolah serta bantuan
peralatan TIK. Begitu juga dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang
ingin menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. Dengan kondisi tersebut
di atas SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan dituntut menjadi sekolah yang
mampu memberikan standar pelayanan dan pengelolaan yang prima dan
didukung oleh sarana prasarana yang memadai serta sumberdaya manusia
yang berkualitas dan profesional.
SMPN 14 Kota Tangerang Selatan dinilai mempunyai kinerja yang baik
jika lembaga tersebut menghasilkan lulusan yang ditargetkan berupa barang
atau jasa yang bermutu secara efektif, efisen dan berkelanjutan. Untuk
mencapai kinerja seperti ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi dan
perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi kinerja suatu sekolah. Sekolah diharapkan dapat mengetahui
kapasitas kemampuannya saat ini, dan menentukan strategi untuk
meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.
Pada prinsipnya hal-hal yang dimaksud ke dalam faktor internal yang
mempengaruhi kinerja sekolah adalah hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan
dan kelemahan. Sedangkan hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal
adalah yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dapat
mempengaruhi kinerja sekolah tersebut. Dengan menganalisis kekuatan dan
kelemahan yang ada, serta peluang dan ancaman yang harus dihadapi, maka
SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan menentukan strategi agar mampu
mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya secara optimal.
Dalam rangka memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang telah
ditetapkan Pemerintah SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan masih
memerlukan upaya-upaya pembenahan yang baik dan terencana terprogram
serta terpadu. Adapun kondisi pendidikan yang ada dan berlangsung di SMP
Negeri 14 Kota Tangerang Selatan antara lain :
1. Minat masyarakat untuk menyekolahkan putranya di SMP Negeri 14 Kota
Tangerang Selatan masih sangat tinggi, terbukti setiap tahun jumlah
pendaftar selalu melebihi daya tampung. Untuk itu diperlukan sistem
penerimaan siswa baru yang baik, transparan, obyektif, serta tidak
diskriminatif dan harus akuntabel.
2. Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan cukup memadai
(pendidik 100 % S1), namun masih diperlukan peningkatan
kompetensinya.
3. Sarana prasarana masih terbatas terutama ruang kelas, ruang kepala
sekolah, ruang TU, multimedia, ruang labolatorium, serta belum tersedia
ruang kesenian,ruang ketrampilan, ruang UKS dan ruang BP.
4. Sistem administrasi yang baik, hal ini dapat memberikan informasi dan
pelayanan pendidikan yang prima.
5. Pengembangan pengelolaan pendidikan masih terus mengalami
peningkatan secara bertahap.
6. Partisipasi masyarakat masih terbatas dan perlu ditingkatkan.
7. Hasil lulusan belum baik terbukti rata-rata UN mencapai 5.68, namun
demikian perlu ditingkatkan untuk mencapai yang lebih baik lagi.
8. Prestasi akademik dan non akademik sudah cukup baik namun masih perlu
ditingkatkan pembinaannya dengan lebih baik dan terarah.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah menerapkan
pendidikan karakter namun perlu perbaikan-perbaikan dan
penyempurnaan.
10. Kurikulum 2013 akan mulai diterapkan ditahun pelajaran 2014 – 2015 ini
11. Kemampuan sumber daya manusia baik tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan dalam bidang IT, masih perlu adanya upaya-upaya
pembinaan dan pelatihan untuk memenuhi tuntutan IPTEK.

Dalam sistem Pendidikan di SMPN 14 Kota Tangerang Selatan, acuan


untuk melihat hal-hal yang menjadi kondisi internal didasarkan pada delapan
Standar Nasaional Pendidikan yang sekaligus merupakan acuan dalam
melakukan evaluasi diri. Sedangkan kondisi eksternal didasarkan pada kondisi
yang ada di luar lembaga yang berupa peluang dan tantangan, termasuk
tuntutan pemangku kepentingan yang terkait dengan pendidikan di SMPN 14
Kota Tangerang Selatan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan kerangka dasar Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar
(KD) untuk kurikulum 2006, namun untuk kurikulum 2013 Departemen
Pendidikan Nasional menetapkan Kerangka dasa Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). Dimana kurikulum
2006 digunakan untuk peserta didik kelas IX dan kurikulum 2013 digunakan
untuk peserta didik kelas VII dan VIII.
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangannya harus berdasarkan
satuan pendidikan, potensi daerah, atau karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat dan peserta didik.
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan
wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan
pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang
kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan Pasal 35
mengenai standar nasional pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah harus segera dilaksanakan. Bentuk nyata
desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah diberikannya kewenangan
kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan
pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam
penyusunan maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya. KTSP ini
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan
kegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud di
antaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan
lingkungan, serta tanggung jawab. Nilai-nilai melingkupi dan terintegrasi
dalam seluruh kegiatan pendidikan sebagai budaya sekolah.

1.2 Landasan Penyusunan KTSP


a. Landasan Filosofis
Sekolah sebagai pusat pengembangan budaya tidak terlepas dari
nilai-nilai budaya yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia
memiliki nilai-nilai budaya yang bersumber dari Pancasila, sebagai
falsafah hidup berbangsa dan bernegara, yang mencakup religius,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini
dijadikan dasar filosofis dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Sekolah sebagai bagian dari masyarakat tidak terlepas dari lokus,
kewaktuan, kondisi sosial dan budaya. Kekuatan dan kelemahan dari hal-
hal ini akan menjadi pertimbangan dalam penentuan Struktur Kurikulum
sekolah ini.

b. Landasan Yuridis
Secara yuridis KTSP ini dikembangkan berdasarkan:
1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan
5. PeraturanPemerintah 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
6. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
7. Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
8. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
9. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan nomor 24
Tahun 2006 tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan, “Satuan pendidikan dapat mengadopsi atau
mengadaptasi model Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan Dasar dan
Menengah yang disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional bersama unit terkait”.
11. Peraturan Pemerintah danPeraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
12. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2007 standar Penilaian Pendidikan
13. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
14. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
15. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
16. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
17. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum SMP/MTs
18. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum

1.3 Tujuan Penyusunan KTSP


Tujuan penyusunan KTSP sbagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan
1. Sebagai pedoman bagi sekolah dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, Penilaian, Kesiswaan, Pengembangan diri, dan
administrasi secara Komputerisasi.
2. Sebagai implementasi pemenuhan Standar Pengelolaan dan Standar
Proses sebagaimana yang diatur dalam Permendiknas nomor 19
tahun 2007 dan Permendiknas nomor 41 tahun 2007
3. Sebagai bahan informasi bagi stikholder sekolah tentang substansi
kegiatan akademik di SMPN 14 Kota Tangerang Selatan.
4. Siswa mencapai standar kompetensi lulusan dengan nilai lulusan
rata-rata 7,50 untuk semua mata pelajaran.
5. Sekolah menghasilkan lulusan minimal yang berbekal keterampilan
komputer, bahasa inggris, dan Pendidikan agama Islam.
6. Sekolah mengembangkan tim olimpiade matematika, fisika, untuk
menjuarai lomba tingkat gugus, kota, provinsi dan nasional.
7. Sekolah mengembangkan cabang olahraga Futsal, Volly,
pencaksilat, untuk menjuarai tingkat gugus, kota, provinsi, dan
tingkat nasional.
8. Sekolah mengembangkan cabang seni musik, tari, untuk menjuarai
kejuaraan tingkat gugus, kota, provinsi, dan tingkat nasional.
9. Sekolah mengembangkan bahan dan sumber pembelajaran untuk
memberikan layanan yang optimal bagi masyarakat.
10. Sekolah melaksanakan pengembangan manajemen, pengelolaan
SDM, pembelajaran, sarana prasarana, kurikulum.
11. Sekolah memiliki lingkungan yang asri, kondusif, untuk mendukung
proses belajar mengajar.

1.4 Program Strategis


1. Mewujudkan Standar Kompetensi Lulusan yang bermutu.
2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3. Mewujudkan proses belajar mengajar yang berkualitas.
4. Menyiapkan tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk mengelola sekolah.
5. Pengembangan sarana dan prasarana, serta media pembelajaran.
6. Mengembangkan pembiayaan untuk memenuhi Standar Biaya
Sekolah.
7. Mewujudkan sistem pendidikan yang valid.
8. Pengembangan lingkungan dan budaya sekolah yang kondusif untuk
mendukung sekolah.

1.5 Strategi Pelaksanaan /Pencapaian


1. Terwujudnya standar kompetensi lulusan yang baik.
(1) Menyusun standar SKL yang berlaku di sekolah melalui
pertemuan dewan guru dan komite sekolah
(2) Memperluas dan memperdalam cakupan SKL sesuai standar
Nasional.
(3) Melaksanakan pembinaan seni dan olah raga untuk bisa
menjuarai berbagai lomba tingkat gugus, kota, provinsi dan
nasional.
(4) Melaksanakan pembinaan olimpiade matematika, fisika dan
kelompok ilmiah remaja untuk bisa maju ke tingkat nasional.
(5) Melaksanakan pengembangan kemampuan bahasa Inggris dan
ICT sesuai standar pendidikan.
(6) Melaksanakan kegiatan untuk pemahaman dan penghayatan jiwa
kewirausahaan.
(7) Memberikan penghargaan terhadap karya seni yang berhasil
menjuarai level, gugus, kota, provinsi dan nasional.

2. Terwujudnya pengembangan Kurikulum tingkat satuan pendidikan


yang berstandar nasional.
(1) Mewujudkan pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang berstandar nasional
(2) Mewujudkan pengembangan kurikulum berbahasa Inggris Sains
bagi siswa.
(3) Mewujudkan pengembangan kalender pendidikan.
(4) Mewujudkan pengembangan silabus untuk semua mata pelajaran
(5) Menyusun standar kompetensi lulusan berstandar nasional.
(6) Menyusun kompetensi dasar dan indikator-indikator sesuai
kompetensi Lulusan.
(7) Menyusun RPP.
(8) Menetapkan mata pelajaran matematika dan sains sebagai wujud
dari pengembangan kurikulum nasional.
(9) Mendokumentasikan seperangkat kurikulum nasional
3. Terwujudnya proses belajar mengajar yang berstandar nasional.
(1) Melaksanakan persiapan pembelajaran.
(2) Pemenuhan persyaratan pembelajaran yang maksimal.
(3) Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
(4) Peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan.
(5) Peningkatan pelaksanaan penilaian pembelajaran berstandar
nasional.
(6) Melaksanakan penilaian otentik
(7) Peningkatan pelaksanaan pengawasan pembelajaran berstandar
nasional
(8) Melaksanakan peningkatan kematangan emosional dan spiritual
siswa
(9) Melaksanakan kegiatan bimbingan dan karir, program remidial,
pengayaan.
(10) Menumbuhkembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan
eksperimentasi untuk menemukan a joy of discovery.

4. Tersedianya tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki


kompetensi dan kualifikasi untuk mengelola sekolah yang bermutu.
(1) Peningkatan bahasa Inggris guru-guru dan karyawan
(2) Peningkatan kemapuan komputer dan internet bagi semua warga
sekolah.
(3) Peningkatan kemampuan guru dalam bidang studinya sesuai latar
belakang.
(4) Memberikan kesempatan bagi guru dan pegawai untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikannya.
(5) Mengembangkan sertifikasi profesi sebagai guru.
(6) Mendorong kesanggupan kerja yang lebih tinggi.

5. Terpenuhinya fasilitas pendidikan


(1) Menyusun program dalam upaya pengembangan fasilitas
(2) Mewujudkan fasilitas pokok .
(3) Mewujudkan fasilitas pendukung.
(4) Melengkapi buku-buku sumber pembelajaran untuk semua mata
pelajaran baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris
(5) Menyiapkan koneksi internet di seluruh area sekolah
(6) Menyediakan pusat sumber belajar
(7) Menyediakan dan melengkapi fasilitas perpustakaan sekolah.

6. Terwujudnya Manajemen sekolah yang baik.


(1) Menyusun program-program dalam upaya pengembangan
manajemen sekolah.
(2) Mengimplementasikan model manajemen berbasis sekolah
secara penuh berdasarkan transparansi, fleksibelitas,
akuntabilitas, partisipasi dengan jaminan peningkatan mutu.
(3) Mengimplementasikan model manajemen sekolah.
(4) Menjalin kerjasama dengan sekolah sederajat.
(5) Memperjelas struktur keorganisasian, tugas pokok dan fungsi
setiap komponen.

7. Tercapainya pembiayaan untuk memenuhi standar biaya sekolah.


(1) Menyusun program-program dalam upaya pengembangan
pembiayaan sekolah
(2) Mengupayakan sumber pendanaan yang lebih banyak untuk
penyelenggaraan pendidikan.
(3) Mengoptimalkan potensi yang menghasilkan keuntungan
ekonomi.
(4) Mengupayakan temu alumni untuk menggalang dukungan input
dan proses.
(5) Pendekatan yang lebih intensif ke pemerintah tingkat I dan
pemerintah Kota.
8. Terwujudnya sistem penilaian pendidikan yang valid.
(1) Melaksanakan penilaian berbasis tuntas.
(2) Melaksanakan penilaian autentik.
(3) Menetapkan berbagai standar nilai.
(4) Menetapkan model penilaian pembelajaran.
(5) Melaksanakan Ujian Akhir Sekolah.
(6) Mewujudkan dokumen penilaian di sekolah.

9. Pengembangan lingkungan dan budaya sekolah


(1) Pengembangan budaya bersih
(2) Penciptaan lingkungan sehat, asri, indah, rindang, sejuk, dll
(tamanisasi)
(3) Pemenuhan sistem sanitasi/drainasi
(4) Penciptaan budaya tata krama “in action”
(5) Peningkatan kerjasama dengan lembaga lain relevan bidang 6K
(6) Pengembangan lomba-lomba kebersihan, kesehatan.
1.6 Prinsip Pengembangan KTSP
Pengembangan KTSP ini berpedoman pada prinsip-prinsip berikut ini.
a. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
kepentingan peserta didik, dan tuntutan lingkungan, serta budaya dan
karakter bangsa. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Yaitu berupa kegiatan Rohis,
ekstrakulikuler seni tari tradisional, dan seni musik yang
mengedepankan tradisonal yang ada di lingkungan SMPN 14 Kota
Tangerang Selatan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan,
serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi. Yaitu berupa Rohis dan Rokris yang ada di linkungan
SMPN 14 Kota Tangerang Selatan.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan


seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh
karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Yaitu berupa ekstrakurikuler science
club yang ada di SMPN 14 Kota Tangerang Selatan.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan. Yaitu berupa mata pelajaran Seni
Budaya Yang ada di lingkungan SMPN 14 Koa Tangerang Selatan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto
Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN, VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

2.1 Tujuan Pendidikan


Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Disiplin, Jujur, hidup bersih, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2.2 Visi
Visi SMP Ngeri 14 Tangerang Selatan adalah:
“ Terwujudnya Lulusan SMP yang Beriman, Bertakwa, Disiplin, Jujur,
Hidup Bersih dan Unggul dalam Prestasi serta Berwawasan Lingkungan“
Indikator :
1. Unggul dalam aktifitas keagamaan.
2. Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Akhir.
3. Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
4. Unggul dalam kerja sama ilmiah remaja
5. Unggul dalam lomba kreativitas
6. Unggul dalam lomba kesenian
7. Unggul dalam lomba olahraga
8. Unggul dalam kejujuran
9. Unggul dalam disiplin
10. Unggul dalam menjaga kebersihan, dan berwawasan lingkungan.
11. Unggul dalam kepedulian sosial.
2.3 Misi
1. Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas dan juga budaya bangsa
sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak baik di lingkungan
dalam dan luar sekolah.
2. Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi,
bekerja sama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan
mandiri.
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang asri, aman, rapi, bersih, dan
nyaman.
4. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan,
komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.
5. Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan
manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan peserta
didik.
6. Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah
air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis.

2.4 Tujuan Sekolah


Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan
dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai
berikut ini.
a. Semua kelas melaksanakan pendekatan “pembelajaran aktif” pada semua
mata pelajaran.
b. Mengembangkan berbagai kegiatan dalam proses belajar di kelas
berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa.
c. Mengembangkan budaya sekolah yang kondusif untuk mencapai tujuan
pendidikan dasar.
d. Menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial yang menjadi bagian dari
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
e. Menjalin kerja sama lembaga pendidikan dengan media dalam
memublikasikan program sekolah.
f. Memanfaatkan dan memelihara fasilitas untuk sebesar-besarnya dalam
proses pembelajaran.
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

3.1 Struktur Kurikulum


Struktur dan muatan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam Standar Isi meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut ini.
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut memiliki cakupan dan kegiatan
masing-masing seperti diungkapkan di dalam PP 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) Pasal 7 sebagai berikut ini.
Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran
Agama dan Kelompok mata pelajaran agama Kegiatan keagamaan,
Akhlak Mulia dan akhlak mulia dimaksudkan pembelajaran
untuk membentuk peserta didik kewarganegaraan dan
menjadi manusia yang beriman pembinaan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang kepribadian/akhlak mulia,
Maha Esa serta berakhlak mulia. pembelajaran ilmu
Akhlak mulia mencakup etika, pengetahuan dan teknologi,
budi pekerti, atau moral sebagai estetika, jasmani, olahraga
perwujudan dari pendidikan dan kesehatan, dan
agama. pengembangan
diri/ekstrakurikuler
Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran
Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran Kegiatan keagamaan,
dan Kepribadian kewarganegaraan dan kepribadian pembinaan
dimaksudkan untuk peningkatan kepribadian/akhlak mulia,
kesadaran dan wawasan peserta pembelajaran
didik akan status, hak, dan kewarganegaraan, bahasa,
kewajibannya dalam kehidupan seni dan budaya, dan
bermasyarakat, berbangsa, dan pendidikan jasmani, dan
bernegara, serta peningkatan pengembangan
kualitas dirinya sebagai manusia. diri/ekstrakurikuler
Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara,
penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta
perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Ilmu Kelompok mata pelajaran ilmu Kegiatan pembelajaran
Pengetahuan dan pengetahuan dan teknologi pada bahasa, matematika, ilmu
Teknologi SMP dimaksudkan untuk pengetahuan alam, ilmu
memperoleh kompetensi dasar pengetahuan sosial,
ilmu pengetahuan dan teknologi keterampilan/kejuruan,
serta membudayakan berpikir dan/atau teknologi
ilmiah secara kritis, kreatif dan informasi dan komunikasi,
Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran
mandiri. serta muatan lokal yang
relevan.

Estetika Kelompok mata pelajaran estetika Kegiatan bahasa, seni dan


dimaksudkan untuk meningkatkan budaya, keterampilan, dan
sensitivitas, kemampuan meng- muatan lokal yang relevan,
ekspresikan dan kemampuan dan pengembangan
meng-apresiasi keindahan dan diri/ekstrakurikuler
harmoni. Kemampuan
mengapresiasi dan
mengekspresikan keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan
ekspresi, baik dalam kehidupan
indi-vidual sehingga mampu
menikmati dan mensyukuri hidup,
maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan kebersamaan yang
harmonis.
Jasmani, Olah Kelompok mata pelajaran Kegiatan pendidikan
Raga, dan jasmani, olahraga dan kesehatan jasmani, olahraga,
Kesehatan. pada SMP dimaksudkan untuk pendidikan kesehatan, ilmu
meningkatkan potensi fisik serta pengetahuan alam, dan
membudayakan sportivitas dan muatan lokal yang relevan,
kesadaran hidup sehat. dan pengembangan
Budaya hidup sehat termasuk diri/ekstrakurikuler
kesadaran, sikap, dan perilaku
Kelompok
Cakupan Melalui
Mata Pelajaran
hidup sehat yang bersifat
individual ataupun yang bersifat
kolektif kemasyarakatan seperti
keterbebasan dari perilaku seksual
bebas, kecanduan narkoba,
HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.

Struktur kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran termasuk


pengembangan diri sebagai berikut ini.
Kelas dan Alokasi
Komponen Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 3 3 2
3. Bahasa Indonesia 6 6 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 5 5 4
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 3 3 2
Kesehatan
9. Teknologi Informasi dan Komunikasi - - 2
B. Muatan Lokal
1. Seni Budaya 3 3 2
2. Prakarya 2 2 -
Kelas dan Alokasi
Komponen Waktu
VII VIII IX
3. BTQ 2 2 -
4. TIK - - 2
5. English Conversation - - 2
6. Budi Pekerti 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2* 2* 2*
1. Bimbingan Konseling
2. Kegiatan Ekstrakurikuler:
a. Rohis
b. Pramuka
c. Futsal
d. Volly
e. Pencak Silat
f. Seni music
g. Tari
h. English Club
i. Science Club
j. Paskibra

Jumlah 42 42 33

2*) Ekuivalen 2 Jam pembelajaran

3.2 Muatan Kurikulum


Muatan Kurikulum SMP meliputi sejumlah mata pelajaran yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik dan
materi muatan lokal.
a. Mata Pelajaran Wajib
Mata pelajaran wajib yang diselenggarakan di SMPN 14 Tangsel terdiri
atas mata pelajaran sebagai berikut ini.
1) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Tujuan :
Pendidikan agama yang diselenggarakan di SMPN 14 meliputi
agama Islam. Pendidikan agama Kristen dilaksanakan pada hari
Jumat. Untuk agama selain islam dan Kristen, kegiatan
pembelajarannya dilaksanakandi tempat ibadatnya masing – masing.
Nilai-nilai yang ditanamkan adalah jujur, disiplin, mencintai
kebersihan, kerapihan, religius, cinta damai, peduli sosial, toleran,
kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, percaya diri,
bertanggung jawab, saling berbagi.
Ruang Lingkup :

1. Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid,


mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”-
Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan
waqaf
2. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek
rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman
pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna
3. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah
dan tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti
ananiah, hasad, ghadab dan namimah
4. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid
dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat
5. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para
sahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya
Islam di nusantara

2) Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan :
Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang kesadaran
hidup berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman rasa
persatuan dan kesatuan. Nilai-nilai yang ditanamkan adalah jujur,
disiplin, mencintai kebersihan, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, senang
membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, religius, toleran, kerja
keras kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, percaya diri,
respek, bertanggung jawab, saling berbagi.
Ruang lingkup:
a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
b) Norma, hukum, dan peraturan yang meliputi: tertib dalam
kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di
masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan
nasional, hukum dan peradilan internasional.
c) Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan
internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.
d) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga
diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.
e) Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
f) Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat,
demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam
masyarakat demokrasi.
g) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan
internasional dan organisasi internasional, serta mengevaluasi
globalisasi.

3) Bahasa Indonesia
Tujuan :
Membina keterampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana
pemahaman terhadap IPTEK. Nilai-nilai yang ditanamkan adalah
jujur, disiplin, cinta kebersihan, religius, toleran, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, peduli sosial,
peduli lingkungan, kritis, terbuka, kemanusiaan, optimis.
Ruang lingkup :
a) Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan,
penyampaian berita radio/TV, dialog interaktif,
pidato,khotbah/ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra
berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan,
dan synopsis novel.
b) Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam
kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan
pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita
pendek, novel remaja, puisi, dan drama.
c) Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami
berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra
berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi
puisi, novel dari berbagai angkatan.
d) Menulis
Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat
pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman,
teks berita, slogan, poster, iklan baris resensi, karangan, karya
ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya
sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama, dan cerpen.
4) Bahasa Inggris
Tujuan :
Membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara lisan
dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK dalam
menyongsong era globalisasi. Nilai-nilai yang ditanamkan adalah
jujur, disiplin, cinta kebersihan, religius, toleran, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, peduli sosial,
peduli lingkungan, kritis, terbuka, kemanusiaan, optimis.
Ruang lingkup:
a) Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau
menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam
empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat
literasi functional;
b) Kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks
fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure,
descriptive, recount, narrative, dan report. Gradasi bahan ajar
tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkah-
langkah retorika;
c) Kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik
(menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis),
kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak
bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi),
kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam
proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap
berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan
piranti pembentuk wacana).

5) Matematika
Tujuan :
Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar Matematika
dalam rangka penguasaan IPTEK. Nilai-nilai yang ditanamkan
adalah jujur, disiplin, mencintai kebersihan, kerapihan, teliti, kreatif,
pantang meyerah, rasa ingin tahu.
Ruang lingkup:
a) Bilangan
Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-
sifatnya ( komulatif, asosiatif, distributive ), barisan bilangan
sederhana (barisan aritmatika dan sifat-sifatnya ), serta
penggunaannya dalam pemecahan masalah.
b) Aljabar
Memahami konsep aljabar meliputi : bentuk aljabar dan unsure-
unsurnya, persamaan dan pertidaksamaan linear serta
penyelesaiannya, himpunan dan operasinya, realisasi fungsi dan
grafiknya, system persamaan linear dan penyelesaiannya, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
c) Geometri dan Pengukuran
Memahami bangun-bangun geometri, unsure-unsur dan sifat-
sifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi : hubungan antar
garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga
(termasuk melukis segi tiga) dan segi empat, teorema Pythagoras,
lingkaran (garis singgung sekutu lingkaran luar dan lingkaran
dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prima, limas dan
jarring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung,
kerucut, bola serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
d) Statistika dan Peluang
Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data
(dengan table, gambar, diagram, grafik), rentangan data rata-rata
hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam
pemecahan masalah.

6) Ilmu Pengetahuan Alam


Tujuan :
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
untuk menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK.
Nilai-nilai yang ditanamkan adalah jujur, disiplin, mencintai
kebersihan, peduli kesehatan, nilai intelektual, religius, empati,
mandiri, toleran, hati-hati, bersahabat atau komunikatif, peduli
sosial, tanggung jawab, peduli lingkungan, nilai susila, kerja keras,
rasa ingin tahu, senang membaca, estetika, nilai ekonomis, kreatif,
teliti, menghargai prestasi, pantang menyerah, terbuka, cinta damai,
obyektif, hemat, percaya diri, cinta tanah air.
Ruang lingkup:
a) Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Memahami system organ pada manusia dan kelangsungan
makhluk hidup. Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi
keragamannya berdasarkan cirri, cara-cara pelestariannya, serta
saling ketergantungan antara mahluk hidup di dalam ekosistem.
b) Materi dan Sifatnya
Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan
wujud zat, perubahan, dan kegunaannya. Melakukan pengamatan
dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai
prosudur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam
table dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan
mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan
bukti yang diperoleh.

c) Energi dan Perubahannya


Memahami konsep gaya, usaha, energy, getaran, gelombang,
optic, lstrik, magnet dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
d) Bumi dan Alam Semesta
Memahami system tata surya dan proses yang terjadi di
dalamnya.

7) Ilmu Pengetahuan Sosial


Tujuan:
Memberikan pengetahuan sosiokultural masyarakat yang majemuk,
mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat serta memiliki
keterampilan hidup secara mandiri. Nilai-nilai yang ditanamkan
adalah jujur, disiplin, mencintai kebersihan, religius, toleran, kerja
keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, senang membaca, peduli sosial, peduli
lingkungan.
Ruang lingkup:
a) Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses
pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.
b) Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan
kepribadian manusia.
c) Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas,
dan globe untuk mendapatkan informasi keuangan.
d) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di geosper dan
dampaknya terhadap kehidupan.
e) Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintah sejak pra-Aksara, Hindu Budha, sampai masa
Kolonial Eropa.
f) Mengidentifikasikan upaya penanggulangan permasalahan
kependudukan dan lingkunagan hidup dalam pembangunan
berkelanjutan.
g) Memahami proses kebangkitan nasional, usaha persiapan
kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
h) Mendeskripsikan perubahan social budaya dan tipe-tipe perilaku
masyarakat dalam menyikapi perubahan, serta mengidentifikasi
berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan social
dalam masyarakat, dan upaya pemecahannya.
i) Mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan
dengan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudra,
keterkaitan unsure-unsur geografi dan penduduk, serta cirri-ciri
Negara maju dan berkekbang.
j) Mendeskripsikan perkembangan lembaga internasional, kerja
sama internasional dan peran Indonesia dalam kerja sama dan
perdagangan internasional, serta dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia.
k) Mendeskripsikan manusia sebagai mahluk sosial dan ekonomi
serta mengidentifikasi tinda kan ekonomi berdasarkan motif dan
prinsip ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya.
l) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa
kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa untuk
mencapai kemandirian dan kesejahtraan.

8) Seni Budaya
Tujuan:
Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi, dan kecintaan pada seni
budaya nasional. Nilai-nilai yang ditanamkan adalah jujur, disiplin,
mencintai kebersihan, religious, kreatif, kerja keras, mandiri, rasa
ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau
berkomunikasi, percaya diri, sportifitas.
Ruang lingkup:
a) Seni Rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-
mencetak, dan sebagainya.
b) Seni Musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,
memainkan alat musik, apresiasi karya musik.
c) Seni Tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh
dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
d) Seni Teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan
olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni
tari, dan seni peran.

9) Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan


Tujuan:
Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan
keterampilan dalam bidang olah raga, menanamkan rasa sportifitas,
tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada peserta didik. Nilai-
nilai yang ditanamkan adalah jujur, disiplin, mencintai kebersihan,
sportifitas, kerapihan, menghargai prestasi, kerja keras, cinta damai,
kerja sama, bertanggung jawab.
Ruang lingkup:
a) Permainan dan olah raga, meliputi: olah raga tradisional,
permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor
nonlokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu
tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
b) Aktivitas pengembangan, meliputi: mekanika sikap tubuh,
komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta
aktivitas lainnya.
c) Aktivitas senam, meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan
tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta
aktivitas lainnya.
d) Aktivitas ritmik, meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan
senam aerobic
e) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
seperti perawatan tubuh, serta lingkungan, mengenal berbagai
penyakit dan cara pencegahannya seta menjauhi narkoba.

10) Teknologi Informasi dan Komunikasi


Tujuan:
Memberikan keterampilan dalam bidang teknologi informatika dan
komunikasi yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Nilai-
nilai yang ditanamkan adalah jujur, disiplin, mencintai kebersihan,
nilai intelektual, religius, mandiri, hati-hati, bersahabat atau
komunikatif, tanggung jawab, nilai susila, kerja keras, senang
membaca, kreatif, menghargai prestasi.
Ruang lingkup:
a) Perangkat keras dan lunak yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan
informasi;
b) Penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari
satu perangkat ke perangkat lainnya.
c) Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan
prospeknya di masa datang.
Pada kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang terkandung dalam Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMP/MTs pada Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013.
Kompetensi Inti (KI) dirancang seiring dengan meningkatnya usia
peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi
vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat
dijaga. Kompetensi Inti untuk semua mata pelajaran sama. Rumusan
kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap
spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

b. Muatan Lokal
Muatan Lokal yang dipilih ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi
dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan
tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah
pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya
sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang
dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berpikir kritis, eksplorasi,
komunikasi, kemandirian, dan memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya
yang dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan
terhadap lingkungan, dan kerja sama.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut
diintegrasikan di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya
nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan
harus mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) untuk setiap muatan lokal yang diselenggarakan.
Muatan Lokal yang diselenggarakan di SMP ini adalah sebagai
berikut.
Alokasi Waktu
No. Jenis Muatan Lokal
VII VIII IX
1. Seni Budaya 2 2 2
2. Prakarya 2 2 -
3. BTQ 2 2 -
4. English Conversation - - 2
5. Budi Pekerti 1 1 1

c. Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan
konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.
Pengembangan diri terdiri atas 2 (dua) bentuk kegiatan, yaitu
terprogram dan tidak terprogram.
1. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan
dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan
atau klasikal melalui penyelenggaraan kegiatan sebagai berikut ini.
Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Pelaksanaan
Layanan dan kegiatan  Individual
pendukung konseling  Kelompok: tatap muka guru BK
Layanan BK masuk ke kelas
 Layanan Orientasi
 Layanan Informasi
 Layanan Penempatan dan Penyuluhan
 Layanan Penguasaan Konten
 Layanan Konseling Perorangan
 Layanan Bimbingan Kelompok
 Layanan Konseling Kelompok
 Layanan Konsultasi
 Layanan Mediasi
 Layanan Advokasi
Ekstrakurikuler  Rohis
 Kepramukaan (wajib)
 Volly
 Futsal
 Silat
 Seni musik
 Seni Tari
 Englis Club
 Science Club
 Paskibra
 Jurnalistik

Pada Pasal 53 ayat (2) butir a PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP
sebagaimana telah diubah dengan PP nomor 32 Tahun 2013 bahwa
kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional
kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja
tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan serta dievaluasi
pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan.
Eksrakurikuler wajib, yaitu Pramuka merupakan kegiatan
ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali
peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut
2. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat
dilaksanakan sebagai berikut.

Kegiatan Contoh

Rutin,  Piket kelas


yaitu kegiatan yang  Upacara bendera
dilakukan terjadual  Pemeliharaan kebersihan dan
kesehatan diri
 Ibadah
 Berdoa sebelum dan sesudah
pembelajaran di kelas
 Bakti sosial
Spontan,  Memberi dan menjawab salam
adalah kegiatan  Pembentukan prilaku
tidak terjadwal  Membudayakan antri
dalam kejadian  Meminta maaf
khusus  Berterima kasih
 Mengunjungi orang yang sakit
 Membuang sampah pada tempatnya
 Menolong orang yang sedang dalam
kesusahan
 Melerai pertengkaran

Keteladanan,  Performa guru


adalah kegiatan
Kegiatan Contoh

dalam bentuk  Rajin membaca


perilaku sehari-hari  Rajin berkunjung dan melaksanakan
aktivitas yang berkaitan dengan
pembelajaran di Perpustakaan
 Mengambil sampah yang berserakan
 Cara berbicara yang sopan
 Mengucapkan terima kasih
 Meminta maaf
 Menghargai pendapat orang lain
 Memberikan kesempatan terhadap
pendapat yang berbeda
 Mendahulukan kesempatan kepada
orang tua
 Penugasan peserta didik secara
bergilir
 Menaati tata tertib (disiplin, taat
waktu, taat pada peraturan)
 Memberi salam ketika bertemu
 Bersalaman
 Berpakaian rapi dan bersih
 Menepati janji
 Memberikan penghargaan kepada
orang yang berprestasi
 Berperilaku santun
 Memberikan penghargaan
 Pengendalian diri yang baik
 Memuji pada orang yang jujur
 Mengakui kebenaran orang lain
Kegiatan Contoh

 Mengakui kesalahan diri sendiri


 Berani mengambil keputusan
 Berani berkata benar
 Melindungi kaum yang lemah
 Membantu kaum yang fakir
 Sabar mendengarkan orang lain
 Mengunjungi teman yang sakit
 Membela kehormatan bangsa
 Mengembalikan barang yang bukan
miliknya
 Antri
 Mendamaikan
 Santun
 Mengakui kebenaran
 Memperbaiki kesalahan
 Berani mengambil keputusan
 Berani berkata benar
 Melindungi
 Membantu fakir
 Sabar
 Membela bangsa
 Mengembalikan yang bukan hak

Jenis Pengembangan Diri yang ditetapkan SMPN 14 adalah sebagai


berikut ini.
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
A. Bimbingan Konseling  Menghargai dan  Pembentukan
(BK) menghayati ajaran karakter atau
agama yang kepribadian
dianutnya  Pemberian motivasi
 Kemandirian  Bimbingan karier
 Disiplin
 Kejujuran
 Kebersihan
 Peduli Lingkungan
 Kerapihan
 Percaya diri
 Kerja sama
 Demokratis
 Peduli sosial
 Komunikatif
 Jujur

B. Pengembangan diri  Menghargai dan  Latihan terprogram


tidak terprogram menghayati ajaran  Keteladanan
agama yang dianut  Pembentukan
 Disiplin karakter atau
 Jujur kepribadian
 Tanggung Jawab  Pemebrian motivasi
 Kebersamaan
 Menjaga Kebersihan
 Religius
 Memberi dan
menjawab salam
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Budaya antri
 Meminta maaf, dan
memberi maaf
 Berterima ksih
 Peduli lingkungan
 Menolong orang
 Melerai
pertengkaran
 Keteladanan
 Rajin membaca
 Memungut sampah,
membuang pada
tempatnya
 Menghargai
pendapat
 Mendahulukan
Kepentingan orang
lain
 Baepakaian rapi
menepati janji
 Mengendalikan
emosi
 Memberikan
penghargaan
 Pengendalian diri
yang baik
 Memuji pada orang
yang jujur
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Mengakui
kebenaran orang
lain
 Mengakui kesalahan
diri sendiri
 Berani mengambil
keputusan
 Berani berkata
benar
 Melindungi kaum
yang lemah
 Membantu kaum
yang fakir
 Sabar
mendengarkan
orang lain
 Mengunjungi teman
yang sakit
 Membela
kehormatan bangsa
 Mengembalikan
barang yang bukan
miliknya
 Antri
 Mendamaikan
 Santun
 Mengakui
kebenaran
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Memperbaiki
kesalahan
 Berani mengambil
keputusan
 Berani berkata
benar
 Melindungi
 Membantu fakir
 Sabar
 Membela bangsa
 Mengembalikan
yang bukan hak
C. Kegiatan  Menghargai dan  Beribadah rutin
Ekstrakurikuler: menghayati ajaran  Peringatan hari
1. Rohis agama yang besar agama
dianutnya  Kegiatan keagamaan
 Jujur  Bakti sosial
 Disiplin
 Kebersihan
 Peduli lingkungan
 Kerapihan
 Religius
 Rasa kebangsaan
 Cinta tanah air
 Peduli sosial dan
lingkungan
 Cinta damai
 Kerja keras
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
2. Kepramukaan (wajib)  Menghargai dan  Latihan terprogram
menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
 Jujur
 Disiplin
 Mencintai
kebersihan
 Peduli lingkungan
 Kerapihan
 Demokrasi
 Kerja sama
 Rasa kebangsaan
 Toleransi
 Peduli sosial dan
lingkungan
 Cinta damai
 Kerja keras
3. Paskibra  Menghargai dan  Latihan terprogram
menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
 Jujur
 Disiplin
 Mencintai
kebersihan
 Peduli Lingkungan
 Kerapihan
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Rasa ingin tahu
 Kerja keras
 Komunikasi
 Gotong Royong
 Kerja sama
4. Futsal  Menghargai dan  Melalui latihan
menghayati ajaran rutin
agama yang  Perlombaan olah
dianutnya raga
 Sportifitas
 Jujur
 Mencintai
kebersihan
 Peduli lingkungan
 Kerapihan
 Disiplin
 Menghargai prestasi
 Kerja keras
 Cinta damai
 Kerjasama
5. Silat  Menghargai dan  Melalui latihan
menghayati ajaran rutin
agama yang  Perlombaan
dianutnya olahraga
 Sportifitas
 Jujur
 Disiplin
 Kebersihan
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Peduli lingkungan
 Kerapihan
 Menghargai prestasi
 Kerja keras
 Cinta damai
 Mencintai
kebersihan
 Kerjasama
6. Seni budaya/Sanggar  Menghargai dan  Latihan rutin
seni menghayati ajaran  Mengikuti vokal
agama yang grup
dianutnya  Berkompetisi
 Disiplin internal dan
 Jujur eksternal
 Mencintai  Pagelaran seni
kebersihan
 Peduli lingkungan
 Peduli budaya
 Peduli sosial
 Cinta tanah air
 Semangat
kebangsaan
7. English Club  Menghargai dan  Kegiatan rutin
menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
 Jujur
 Disiplin
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Kebersihan
 Peduli lingkungan
 Kerapihan
 Komunikatif
 Kerja keras
 Senang membaca
 Menghargai prestasi
 Tanggung jawab
 Rasa ingin tahu
8. Science Club  Menghargai dan  Melalui latihan
menghayati ajaran rutin
agama yang
dianutnya
 Tanggung jawab
 Disiplin
 Jujur
 Keberanian
 Kebersihan
 Mencintai
lingkungan
 Kerapihan
 Tekun
 Sportivitas
 Kreatifitas
 Disiplin
 Mandiri
 Demokratis
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
 Cinta damai
 Cinta tanah air
 Peduli lingkungan
 Peduli sosial
 Keteladanan
 Sabar
 Toleransi
 Kerja keras
9. Jurnalistik
 Pantang menyerah
 Kerja sama
 Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
 Jujur
 Disiplin
 Kebersihan
 Peduli lingkungan
 Kerapihan
 Komunikatif
 Kerja keras
 Senang membaca
 Menghargai prestasi
 Tanggung jawab
 Rasa ingin tahu

d. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Pada prinsipnya, pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke
dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Guru dan
sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam KTSP, silabus dan
RPP yang sudah ada. Indikator nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
ada dua jenis yaitu (1) indikator sekolah dan kelas, dan (2) indikator
untuk mata pelajaran.
Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh
kepala sekolah, guru dan personalia sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga
dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah
sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku
afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu.
Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan
karakter bangsa bersifat progresif, artinya, perilaku tersebut berkembang
semakin komplek antara satu jenjang kelas dengan jenjang kelas di
atasnya, bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru memiliki
kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus
dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks.
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa
menggunakan pendekatan proses belajar aktif dan berpusat pada anak,
dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Di kelas dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan
guru dengan cara integrasi. Di sekolah dikembangkan dengan upaya
pengkondisian atau perencanaan sejak awal tahun pelajaran, dan
dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari
sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik memiliki
kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa. Di masyarakat dikembangkan melalui
kegiatan ekstra kurikuler dengan melakukan kunjungan ke tempat-
tempat yang menumbuhkan rasa cinta tanah air dan melakukan
pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan
kesetiakawanan sosial.
Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan
mengacu pada indikator pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter,
melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu
tindakan di sekolah, model anecdotal record (catatan yang dibuat guru
ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang
dikembangkan), maupun memberikan tugas yang berisikan suatu
persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan
sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan yang
dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai
memperlihatkan adanya tanda- tanda awal perilaku yang
dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan
dalam indikator dan mulai konsisten)
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator
secara konsisten)
e. Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar ditentukan mengacu pada ketentuan standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku di satuan pendidikan.
Pengaturan beban belajar di SMPN 14 ini dengan sistem paket
yang didasarkan pada struktur dan muatan kurikulum dengan alokasi
waktu sebagai berikut ini.
 Beban belajar tetap adalah 33 jam pelajaran per minggu untuk kelas
IX dan beban belajar 38 untu kelas VII dan VIII
 Alokasi waktu 40 menit untuk setiap mata pelajaran
Jumlah
Satu jam Mingg
Jumlah Waktu jam per
pembelajara u
Jampel pembelajara tahun (@
Kelas n tatap efektif
/ n per tahun 40 menit)
muka per
minggu (jampel) (@ 35
(menit) tahun
menit)

IX 40 33 36 1188 47520
VII dan VIII 35 42 36 1512 52920

Selain tatap muka, beban belajar yang harus diikuti peserta didik
adalah penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur yang
waktunya maksimal lima puluh persen (50%) dari jumlah jam tatap
muka. Penugasan terstruktur di antaranya pekerjaan rumah (PR),
penyusunan program/perencanaan kegiatan, laporan pelaksanaan
kegiatan.
Penugasan mandiri tidak terstruktur terdiri dari tugas-tugas
individu atau kelompok yang disesuaikan dengan potensi, minat, dan
bakat peserta didik.

f. Penilaian
NILAI PADA LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Lingkup Penilaian
Penilaian yang harus dilakukan mencangkup semua mata pelajaran dalam
struktur kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan termasuk muatan
lokal dan kegiatan pengembangan diri. Selain itu penilaian itu juga
dilakukan untuk akhlak dan kepribadian peserta didik.
B. Ketentuan Umum tentang Sumber dan Penghitungan Nilai Mata
Pelajaran pada Laporan Hasil Belajar Peserta Didik

1. Sumber nilai Laporan hasil belajar peserta didik

Nilai laporan hasil belajar peserta didik merupakan kumulasi dari


pencapaian belajar peserta didik yang di ukur melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester , dan ulangan akhir semester/ulangan kenaikan
kelas dengan berbagai macam teknik dan instrumen penilaian yang
relevan. Pencapaian relevan yang dimaksud meliputi penguasaan peserta
didik dalam semua Standar Kompetensi (SK) untuk kelas IX dan KI
untuk kelas VII dan VIII pada masing-masing mata pelajaran. Dengan
kata lain. Penilaian dilakukan untuk setiap Kompetensi Dasar (KD) pada
semua SK/KI pada masing masing pelajaran melalui berbagai bentuk
penilaian. Peniliaan Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan.

2. Penghitungan nilai laporan hasil belajar peserta didik

Nilai laporan belajar peserta didik merupakan rata-rata nilai ulangan


harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester/ulangan
kenaikan kelas. Pada dasarnya bobot masing-masing nilai ditetapkan
oleh sekolah. Namun demikian, bobot ulangan harian disarankan sama
atau lebih dari jumlah bobot nilai ulangan tengah semester dan akhir
semester. Berikut disajikan pembobotan dan penghitungan nilai laporan
hasil belajar peserta didik.
Pembobotan dan penghitungan nilai
a. Untuk kelas 9 kurikulum 2006
Setiap Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir
Semester diberi bobot 2 : 1 : 1
Nilai ulangan harian 1,2,dan 3 = 80, 75, 85 sehingga nilai rata-rata UH =
80
Ulangan tengah semester = 55
Ulangan akhir semester = 65
Nilai laporan hasil belajar peserta didik
= (2x80 + 55 + 65) : 4
= 280 : 4
= 70

Semua nilai mata pelajaran dinyatakan dengan nilai skala 0 – 100.


Peserta didik yang sebelum mencapai KKM harus diberi pemblajaran
dan penilaian remedial sehingga mencapai ketuntasan. Bila dalam waktu
yang tersedia (hingga akhir semester) yang bersangkutan juga belum
mencapai KKM, pencapaian/nilai tertinggi yang ia peroleh yang
dimasukan kedalam laporan hasil belajar peserta didik.
b. Untuk kelas 7 dan 8 kurikulum 2013
Terdiri dari nilai pengetahuan, nilai keterampilan dan nilai sikap. Nilai
pengetahuan terdiri dari nilai ulangan harian, nilai ulangan tengah
semester dan nilai akhir semester. Nilai pengetahuan terdiri dari nilai
praktek, nilai proyek dan nilai portofolio. Sedangkan nilai sikap terdiri
dari nilai observai, penilainan diri, teman sejawat dan jurnal.
Nilai Pengetahuan :
Setiap Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir
semester diberi bobot 2 : 1 : 1
Nilai Ulangan Harian 1,2, dan 3 = 80, 75, 85 sehingga nilai rata-rata
UH = 80.
Ulangan Tengah Semester = 55
Ulangan Akhir Semester = 65
Nilai Pengetahuan peserta didik = ( 2 x 80 + 55 + 65 ) : 4
= 280 : 4
= 70
Nilai konversinya = 70 :100 x 4
= 2,8
=B
Nilai Keterampilan :
Setiap Praktek, Proyek, dan Portofolio diberi bobot 2 : 1 : 1
Nilai praktek = 80
Nilai Proyek = 55
Nilai Portofolio = 65
Nilai Keterampilan peserta didik = ( 2 x 80 + 55 + 65 ) : 4
= 280 : 4
= 70
Nilai konversi = 70 : 100 x 4
= 2,8
=B
Nilai Sikap :
Setiap nilai Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman Sejawat
penilaiannya dengan menggunakan modus
Observasi =B
Penilaian Diri = SB
Penilaian Teman Sejawa = SB
Nilai Sikap peserta didik = SB

Nilai dalam Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi peserta didik

Predikat KI 3 & Interval pengetahuan & Predikat KI 1 & Interval


KI 4 keterampilan KI 2 sikap
3,50 < x ≤
A 3,83 < x ≤ 4,00 SB (Sangat Baik) 4,00
A- 3,50 < x ≤ 3,83
3,50 < x ≤
B+ 3,17 < x ≤ 3,50 B (Baik) 4,00
B 2,83 < x ≤ 3,17
B- 2,50 < x ≤ 2,83
1,50 < x ≤
C+ 2,17 < x ≤ 2,50 C (Cukup) 2,50
C 1,83 < x ≤ 2,17
C- 1,50 < x ≤ 1,83
1,00 < x ≤
D+ 1,17 < x ≤ 1,50 K (Kurang) 1,50
D 1,00 ≤ x ≤ 1,17

C. Bagian-bagian dan Panduan Pengisian Laporan hasil belajar peserta


didik

Laporan hasil belajar peserta didik memiliki beberapa bagian utama yang
harus diisi, yaitu identitas, nilai mata pelajaran, kegiatan pengembangan
diri, akhlak dan kepribadian, ketidak hadiran, tanda tangan, keputusan
kenaikan kelas/keputusan, pindah sekolah, catatan prestasi dan catatan
khusus. Berikut adalah model format laporan hasil belajar peserta didik
semester 1 dan semester 2.
1. Nilai mata pelajaran

Bagian nilai mata pelajaran terdiri atas 4 (empat) kolom, yaitu kolom
mata pelajaran, KKM, nilai angka dan huruf, serta deskripsi kemajuan
belajar.

a. Kolom mata pelajaran

Kolom ini diisi dengan nama-nama mata pelajaran sesuai dengan


struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (sekolah) yang
bersangkutan. Untuk muatan lokal, bila peserta didik menempuh
muatan lokal baik wajib maupun pilihan, keduanya ditulis.

b. Kolom KKM

Kolom ini diisi dengan KKM dari masing-masing mata pelajaran.


KKM dinyatakan dengan angka dengan rentangan 0 – 100. Bila
satuan pendidikan yang bersangkutan menetapkan bahwa KKM
mata pelajaran bahasa Inggris 72, maka pada kolom KKM mata
pelajaran bahasa Inggris ditulis 72.
KKM pada kurikulum 2013, apabila KKM pelajaran bahasa inggris
72 maka mendapatkan nilai konversi sebagai berikut : 72 : 100 x 4
= 2,88 ( B ).

c. Kolom nilai angka dan huruf

Kolom ini diisi dengan nilai yang dicapai peserta didik yang
bersangkutan dalam bentuk satu nilai untuk masing-masing mata
pelajaran yang diikutinya. Bila seseorang peserta didik
memperoleh nilai 75 pada mata pelajaran matematika, pada kolom
nilai angka matematika ditulis 75, dan pada nilai huruf ditulis tujuh
puluh lima.
Nilai huruf dapat ditulis dalam dua baris. Nilai angka dan huruf
sebaiknya ditulis dengan menggunakan tinta hitam, berapapun
nilainya.
Namun untuk kelas VII dan VIII yang menggunakan kurikulum
2013 nilai menggunakan nilai konversi kompetensi pengetahuan,
keterampilan untuk semua mata pelajaran yang berupa predikat A,
A-, B+, B, B-, C+, C, C-, D+, D dan untuk nilai sikap berupa
predikat SB, B, C, K.

d. Kolom deskripsi kemajuan belajar

Kolom ini diisi dengan deskripsi mangenai beberpa jauh peserta


didik mencapai semua standar kompetensi untuk kelas IX/
Kompetensi Inti untuk kelas VII dan VIII setiap mata pelajaran
yang ditempuhnya pada semester yang bersangkutan.
Deskripsi pencapaian standar kompetensi dapat menggunakan kata
belum tercapai (untuk yang pencapaiannya di bawah KKM),
tercapai (untuk pencapaiannya sama dengan KKM), dan
terlampaui (untuk pencapaian diatas KKM): misalnya, suatu mata
pelajaran memiliki empat SK. Apabila pencapaian seorang peserta
didik untuk SK 1 dan 2 melampaui KKM, untuk SK 3 sama
dengan KKM, dan untuk SK 4 dibawah KKM, maka pada kolom
Deskripsi kemajuan belajar dapat ditulis SK 1 dan SK 2
terlampaui, SK 3 tercapai, dan SK 4 belum tercapai.
Sedangkan untuk kelas VII dan VIII yang menggunakan kurikulum
2013 menggunakan catatan deskripsi pengetahuan, keterampilan
dan sikap spiritual dan sikap soaial tiap mata pelajaran diperoleh
dari guru mata pelajaran, begitu juga deskripsi sikap untuk antar
mapel.

2. Kegiatan pengembangan diri

Bagian kegiatan pengembangan diri memiliki tiga kolom, yaitu kolom


jenis, nilai dan keterangan.

a. Kolom jenis

Kolom ini diisi dengan nama kegiatan pengembangan diri yang


diikuti oleh peserta didik, misalnya pramuka, Paskibra, Tari,
jurnalistik, silat, dsb. apabila peserta didik mengikuti lebih dari
satu jenis kegiatan pengembangan diri, maksimal 3 kegiatan
pengembangan diri dengan pencapaian terbaik dimasukkan.

b. Kolom nilai

Kolom ini diisi dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik yang
dinyatakan secara kualitatif dengan nilai A (sangat baik), B (baik),
C (cukup), D (kurang), atau E (sangat kurang)

c. Kolom keterangan

Kolom ini diisi dengan deskripsi mengenai pengetahuan, sikap


dan/atau keterampilan tertinggi yang dicapai/terkembangkan dalam
diri peserta didik dan menggambarkan nilai peserta didik yang
dinyatakan dengan A, B, C, D, atau E. deskripsi menggunakan
ungkapan positif, bersifat memotifasi. Misalnya, seorang peserta
didik mengikuti kegiatan pidato dalam bahasa inggris, dan yang
bersangkutan mampu berpidato dalam topik-topik yang ia kenal
dengan bahasa yang akurat, lancar dan penuh percaya diri. Pada
kolom keterangan dapat ditulis mampu berpidato dalam topik-
topik yang ia kenal dengan bahasa yang akurat, lancar dan
penuh percaya diri.
3. Akhlak dan kepribadian

Nilai akhlak dan kepribadian dinyatakan secara kualitatif dengan


kategori (ungkapan) sangat baik, baik, kurang baik sesuai kondisi
peserta didik yang bersangkutan.
Penilaian akhlak yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan akhlak dan
prilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh
guru Agama dengan memanfaatkan informasi dan pendidik mata
pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.

Penilaian kepribadian adalah bagian dari penilaian kelompok mata


pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan
kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dan pendidikan
mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Kepribadian
merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga
masyarakat dan warga negara yang baik sesuai dengan norma-norma
dan nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat dan berbangsa.

4. Ketidakhadiran

Ketidakhadiran dibagi kedalam tiga kategori, yaitu sakit, izin, dan


tanpa keterangan. Masing masing kategori diisi dengan angka sesuai
dengan jumlah ketidakhadirannya dalam satuan hari, misalnya “4”
pada kategori izin apabila yang bersangkutan tidak hadir sejumlah 4
(empat) hari dengan izin. Apbila peserta didik memiliki ketidakhadiran
pada salah satu, dua atau semua kategori, kolom/ruang yang relevan
diisi dengan “_“.

5. Tanda tangan

Laporan hasil belajar peserta didik ditandatangani oleh wali kelas dan
diketahui oleh orang tua/wali peserta didik. Wali kelas menuliskan
nama lengkap, NIP jika memiliki, dan membubuhkan tanda tangan dan
orangtua/wali peserta didik menuliskan nama lengkap dan
membubuhkan tanda tangan pada ruang masing-masing

6. Keputusan kenaikan kelas/kelulusan

Berdasarkan pencapaian peserta didik dan ketentuan yang berlaku


mengenai kenaikan kelas, pada akhir semester 2 peserta didik
ditetapkan naik kelas atau tinggal kelas. Apabila naik kelas, maka pada
ruang naik ke kelas ( ) diisi isian yang
relevan, mislnya naik ke kelas VIII (delapan). Sebaliknya, bila tinggal
kelas, maka pada ruang tinggal kelas ( ) diisi dengan
isian yang relevan pula, mislnya tinggal di kelas VII (tujuh).
Selanjutnya untuk tempat dan tinggal diisi dengan nama
Kabupaten/Kota dimana sekolah berada dan tanggal diberikannya
laporan hasil peserta didik kepada orang tua/wali peserta didik,
misalnya Kota Tangerang Selatan, 23 Juni 2012
Berikut ini adalah contoh kriteria yang digunakan untuk menentukan
kenaikan kelas peserta didik.

1. Kenaikan kelas dilaksanakan satuan pendidikan pada setiap akhir


tahun.
2. Peserta didik dinyatakan naik kelas, apabila yang bersangkutan
telah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
3. Peserta didik diharuskan mengulang dikelas yang sama apabila
a) Jika peserta didik tidak menuntaskan Kompetensi Inti dan
kompetensi dasar lebih dari dua mata pelajaran sampai pada
batas akhir tahun pelajaran, dan
b) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kekuatan
fisik, emosi atau mentas sehingga tidak mungkin berhasil
dibantu menggunakan kompetensi yang ditargetkan. Satuan
pendidikan dapat menentukan ketidaknaikan kelas dari tiga
mata pelajaran tidak tuntas sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan.
4. Ketika mengulang dikelas yang sama, nilai peserta didik untuk
semua indikator, kompetensi dasar, dan Kompetensi Inti yang
ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama
dengan yang dicapai pada tahun sebelumnya.
5. Satuan pendidikan dimungkinkan untuk menambah kriteria yang
digunakan sesuai dengan KTSP yang telah disusun.
6. Peserta didik kelas IX, kriteria kelulusan disesuaikan dengan
kriteria yang berlaku pada tahun pelajaran yang berjalan
7. Pindah sekolah
Pada bagian ini terdiri atas dua bagian, yaitu pindah keluar dan
masuk. Pada bagian pindah keluar, diisi keterangan tanggal keluar,
kelas yang ditinggalkan, dan alasan pindah sekolah yang
ditandatangani oleh kepala sekolah dah orang tua/wali peserta
didik.
Pada bagian pindah masuk, diisi keterangan tentang data peserta
didik disekolah yang baru dan ditandatangani oleh kepala sekolah.
8. Catatan prestasi
Berisi catatan prestasi peserta didik selama rentang waktu tertentu
dalam setiap semester seperti menjuarai lomba-lomba tertentu atau
kegiatan-kegiatan lainnya yang sifatnya kompetitif dalam kegiatan
kulikuler dan pengembangan diri. Dalam uraiannya dituliskan
tentang nama lomba/kegiatan, peringkat,yang diperoleh dan
tanggal pelaksanaan. Dalam kolom catatan khusus diisi dengan
uraian tentang kegiatan dan/atau prestasi selain kegiatan kulikuler
dan pengembangan diri. Mislnya menjadi duta seni mengikuti
program pertukaran pelajar ,dsb.

g. Ketuntasan Belajar
Dalam penetapan ketuntasan belajar, sekolah menetapkan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kompleksitas,
daya dukung, dan tingkat kemampuan awal peserta didik (intake) dalam
penyelenggaraan pembelajaran.
Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mencapai ketuntasan ideal.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik dan hasil analisis yang
berbeda. Oleh karena itu, maka ditetapkan KKM sebagai berikut ini.
Penetapan KKM
Kriteria Ketuntasan
Komponen Belajar
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2,88 3,00 75
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2,80 2,88 76
Kriteria Ketuntasan
Komponen Belajar
VII VIII IX
3. Bahasa Indonesia 2,88 2,92 75
4. Bahasa Inggris 2,88 2,88 75
5. Matematika 2,66 2,88 72
6. Ilmu Pengetahuan Alam 2,80 2,88 75
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 2,84 2,88 75
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2,84 3,00 77
Kesehatan
9. Teknologi Informasi dan
- - 75
Komunikasi
B. Muatan Lokal
1. BTQ 2,88 3,00 -
2. Seni Budaya 2,80 2,88 75
3. Prakarya 2,88 2,88 -
3. English Conversation - - 75
4. Budi Pekerti - - 75

Satuan pendidikan ini menggunakan prinsip mastery learning


(ketuntasan belajar), ada perlakuan khusus untuk peserta didik yang
belum maupun sudah mencapai ketuntasan. Peserta didik yang belum
mencapai KKM harus mengikuti kegiatan remedial, sedangkan peserta
didik yang sudah mencapai KKM mengikuti kegiatan pengayaan.

1. Program Remedial (Perbaikan)


a. Remedial wajib diikuti oleh peserta didik yang belum mencapai
KKM dalam setiap kompetensi dasar dan/atau indikator.
b. Kegiatan remedial dilaksanakan di dalam/di luar jam pembelajaran.
c. Kegiatan remedial meliputi remedial pembelajaran dan remedial
penilaian.
d. Penilaian dalam program remedial dapat berupa tes maupun
nontes.
e. Kesempatan mengikuti kegiatan remedial. Bagi peserta didik yang
belum tuntas untuk membantu peserta didik mencapai atau
menguasai kompetensi dasar dengan KKM yang ditetapkan
f. Nilai remedial diberikan kepada peserta didik untuk mendapatkan
nilai minimal sama dengan KKM.

2. Program Pengayaan
a. Pengayaan boleh diikuti oleh peserta didik yang telah mencapai
KKM dalam setiap kompetensi dasar.
b. Kegiatan pengayaan dilaksanakan di dalam/di luar jam
pembelajaran.
c. Penilaian dalam program pengayaan dapat berupa tes maupun
nontes.
d. Nilai pengayaan yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya dapat
digunakan.

h. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan


1. Kenaikan Kelas
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a) Telah menyelesaikan semua program pembelajaran untuk satu
tahun pelajaran;
b) Mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, minimal sama
dengan KKM
c) Nilai Sikap untuk seluruh mata pelajaran minimal baik
d) Tidak terdapat nilai kurang dari KKM maksimal dua mata
pelajaran untuk kurikulum 2006 dan untuk kurikulum 2013 nilai
dibawah KKM maksimal dua mata pelajaran pada pengetahuan
dan keterampilan
e) Ketidakhadiran siswa tanpa keterangan 15% dari jumlah hari
efektif
f) NIlai raport memenuhi kriteria:
(1) Tuntas KKM pada semua mata pelajaran semester 1 dan 2
(2) Nilai sikap tidak boleh bernilai C
g) Bagi siswa yang tidak atau belum memenuhi kriteria
kenaikkannya diputuskan melalui rapat dewan pendidik.
2. Kelulusan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 72 ayat (1) menyebutkan bahwa peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah
apabila:
a) telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b) memiliki nilai kepribadian minimal baik
c) memiliki nilai minimal baik untuk kelompok mata pelajaran
selain kelompok mata pelajaran IPTEK;
d) lulus ujian sekolah; dan
e) lulus ujian nasional.

3.3 Pendidikan kecakapan hidup


1. Muatan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup
Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup (Life
Skills) hendaknya memuat upaya untuk mengembangkan kemampuan
minimal sebagai berikut:
a. Kemampuan membaca dan menulis secara fungsional baik dalam
bahasa Indonesia maupun salah satu bahasa asing (Inggris,
AlQuran.): dalam ekstrakulikuler Rohis , English club, dan muatan
lokal BTQ.
b. Kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah yang diproses
melalui pembelajaran berfikir ilmiah, eksploratif, 'discovery' dan
'inventory': dalam mata pelajaran matematika, IPA dan
ekstrakulikuler science club.
c. Kemampuan menghitung dengan atau tanpa bantuan teknologi,
untuk mendukung kedua kemampuan tersebut di atas: dalam
ekstrakurikuler science club.
d. Kemampuan memanfaatkan teknologi dalam aneka ragam lapangan
kehidupan seperti teknologi pertanian: menanam tanaman hias
maupun rindang di lingkungan sekolah, kerajinan: membatik,
kesehatan: kebersihan lingkungan sekolah, komunikasi-informasi:
telepon, internet, sarana prasarana Perpustakaan, Jurnalistik,
perdagangan: kantin sekolah, kesenian: seni music dan seni tari
tradisional, pertunjukan: pentas seni, Paskibra, Pramuka, olah raga:
futsal, volley, dan silat, dsb.
e. Kemampuan mengolah sumber daya alam, sosial, budaya dan
lingkungan : menanam labu dan memanfaatkan lahan di lingkungan
sekolah khususnya maupun di lingkungan rumah untuk dapat hidup
mandiri.
f. Kemampuan bekerja dalam tim yang merupakan tuntutan ekonomi
saat ini baik dalam sektor informal maupun formal.
g. Kemampuan untuk terus menerus menjadi manusia belajar sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
h. Kemampuan untuk mengintegrasikan dengan sosio-religius bangsa
berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

3.4 Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global


1. Pengertian
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan
yang memanfaatkan keunggulan lokal dan global dalam aspek ekonomi,
seni budaya, SDM, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi,
ekologi, dan lain-lain ke dalam kurikulum sekolah yang akhirnya
bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik yang dapat
dimanfaatkan untuk persaingan global.
Keunggulan lokal adalah siswa dapat membuat kerjinan tangan
berupa membuat keramik dari tanah liat, membatik, melukis, menari,
berbahasa Inggris, menggunakan internet yang diajarkan di SMPN 14
Kota Tangerang Selatan.
Keunggulan yang dimiliki di SMPN 14 Kota Tangerang Selatan,
mampu mendorong persaingan secara kompetitif pada tingkat nasional
maupun global. Dengan memberdayakan keunggulan lokal dan global
dapat menjawab permasalahan yang ada, antara lain :
a. Keunggulan lokal dan global apa yang dapat dikembangkan
b. Adakah manfaatnya bagi masyarakat
c. Bagaimana cara mengembangkannya
d. Bagaimana cara pembelajarannya yang efektif dan efesien
e. Infrastruktur apa yang diperlukan
f. Berapa lama pembelajaran keunggulan lokal dan global dilaksanakan

2. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global adalah agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah dimana
dia tinggal, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan
keunggulan lokal daerah tersebut, selanjutnya siswa mampu mengolah
sumber daya, terlibat dalam pelayanan / jasa atau kegiatan lain yang
berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh pendapatan
dan melestarikan budaya / tradisi / sumber daya yang menjadi ungulan
daerah serta mampu bersaing secara nasional maupun global.
Supaya keunggulan yang dimiliki daerah dapat dipahami siswa dan
keunggulan daerah dapat mensejahterakan masyarakatnya diharapkan
keunggulan daerah dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat pada
umumnya.
Sehingga masyarakat dapat menjaga kelestarian potensi daerahnya
dan dapat memanfaatkan potensi daerahnya sendiri dengan semaksimal
mungkin, sehingga bermanfaat bagi hidupnya, dan bagi masyarakat pada
umumnya.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal
dan global
a. Lingkup situasi dan kondisi daerah adalah bercocok tanam tanaman
hias , komplek perumahan, daerah perdagangan supermarket dan
ruko..
b. Lingkup keunggulan lokal dan global, adalah masarakat
membudidayakan tanaman hias dipasarkan sepanjang jalan regensi,
melakukan kegiatan niaga, bekerja disupermarket, menawarkan jasa,
sehingga mampu menghasilkan nilai tambah bagi daerah dan dapat
meningkatkan tarap hidup / kesejahteraan maupun Pendapatan Asli
daerah (PAD) dan mampu bersaing secara global. Maka dipandang
perlu Penyelenggaraan Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global dikembangkan di SMPN 14 Tangerang Selatan.
3.5. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Distribusi Nilai-Nilai Utama ke Dalam Mata Pelajaran


Mata Nilai Utama
Pelajaran
1. Pendidikan Religius, jujur, santun, disiplin, menjaga kebersihan, bertanggung
Agama jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar
akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli.
2. PKn Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, disiplin,
menjaga kebersihan menghargai keberagaman, sadar akan hak dan
kewajiban diri serta orang lain
3. Bahasa Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung
Indonesia jawab, ingin tahu, santun, nasionalis, disiplin, jujur, menjaga
kebersihan.
4. Matematika Berpikir logis, kritis, jujur, disiplin, cinta kebersihan, kerja keras,
ingin tahu, mandiri, percaya diri
5. IPS Nasionalis, menghargai keberagaman, Berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur,
disiplin, menjaga kebersihan, kerja keras
6. IPA ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya
hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin,
mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
7. Bahasa Menghargai keberagaman, jujur, disiplin, menjaga kebersihan,
Inggris santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial
8. Seni Budaya Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya
orang lain, ingin tahu, jujur, disiplin, menjaga kebersihan,
demokratis
9. Penjasorkes Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, hidup besih,
percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain
10.TIK/ Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung
Keterampila jawab, jujur, disiplin, menjaga keberisihan dan menghargai karya
n orang lain
11. Muatan Menghargai keberagaman, jujur, disiplin, menjaga kebersihan,
Lokal menghargai karya orang lain, nasionalis, peduli

Anda mungkin juga menyukai