Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bil arkaan)
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Sebagaimana disabdakan Nabi SAW : Al-Iimaanu Bidh`un Wa Sittuuna Syu`batan.
Yang artinya : Iman itu ada enam puluh sekian cabang. Bukankah sering kita baca atau
dengar sabda Rasullah SAW yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah
sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari
iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat
membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.
Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi , Wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Yaitu dengan menjalankan perintahperintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Jadi, Seorang muslim yang bertaqwa pasti
selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dengan
segenap kesanggupannya.
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indikator ketaqwaan, yaitu ;
A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
B. Mengeluarkan harta yang dianugerakan untuknya kepada kerabat, anak yatim, orang
orang miskin, orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang meminta
minta dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan
mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C. Mendirikan solat, menjalankan puasa wajib, menunaikan zakat, dan haji. Atau dengan
kata lain, memelihara ibadah formal.
D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
E. Memiliki kesabaran sempurna (tiga macam) dalam kondisi apapun. Atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan pantang menyerah.
Hubungan antara Iman Dan Taqwa
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman
sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat
disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi, maka
sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah
maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan
taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan keduaduanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud
bila tidak diawali dengan keimanan. Dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai
apapun
bila
tidak
sampai
kederjat
ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan
seseorang, maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara
iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan
untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan
yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa
melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran
ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam
Al-Qur'an dengan amal shaleh (Amanu Wa 'Amilu Ash-Shalihat) supaya keberadaan iman
terkesan
lebih
energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya
khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya
khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk
menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan.
Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini
secara kontinyu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan
demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah SWT
supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan AlQur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar
bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102,
al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini
mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai
taqwa. Berdasarkan hal ini, maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator
yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan
kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi
hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.
Wujud Peningkatan Iman dan Taqwa dan tanda-tandanya
Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya. Oleh
karena itu, lapangan iman sangatlah luas.
Iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang
dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan
segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan
perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang
muslim yang bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh
dalam mengarungi kehidupan dunia
Tanda-tanda orang beriman sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran adalah sebagai
berikut :
1.
Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha tidak lepas dari syaraf
memorinya (al-anfal : 2)
2.
Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran :
120)
4.
Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3)
5.
Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3)
6.
Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Almukminun: 3, 5)
7.
Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
8.
Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
9.
Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)
Adapun ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada Allah SWT adalah sebagai berikut :
1.
Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya
2.
Tampak wibawanya karena semua aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran
3.
Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rejeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya
4.
Senantiasa bersih dan berhias secara islami walaupun miskin
5.
Selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya
6.
Murah hati dan murah tangan
7.
Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat
8.
Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah
9.
Disiplin dalam tugasnya
10. Tinggi dedikasinya
11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya
kemaslahatan / kemanfaatan masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain
13. Kalau ditegur orang maka akan segera introspeksi diri. Kalau ternyata teguran tersebut
benar maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah SWT serta minta maaf kepada
orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau makian anda
benar saya bermohon semoga Allah SWT mengampuniku. Akan tetapi Kalau teguran anda
ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.
Cara Meningkatkan Kadar Iman & Taqwa
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Quran dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Quran memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing
orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Quran mampu
menggetarkan hati seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Quran
mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari
ketenangan. Sebagaimana firman Allah SWT Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian. (QS, al-Israa 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asmaul Husna, Sifat-sifat Allah Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha
Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari
apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa,
maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat kelak, sehingga
iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang berikan Allah SWT untuk bisa
bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar,
maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia
dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah SAW, maka akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk
mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah
SWT.
Seorang sahabat RA mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, Wahai Rasul Allah, kapan
tibanya hari akhirat?. Rasulullah saw balik bertanya : Apakah yang telah engkau
persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?. Si sahabat menjawab , Wahai Rasulullah, aku
telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup.
Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah. Rasulullah saw
menjawab, Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai.
(HR Muslim). Dengan begitu, Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan
menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih
mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah
dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam
ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti
Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi
ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat
Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabiin dan tabiit tabiin)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar
keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud. Sementara manusia di zaman ini diibaratkan
kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar RA pernah
memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang
diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya
seorang tabiin meng-khatamkan Quran dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang
seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib
sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa
mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan
hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (marifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini
diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang
sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi
hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Quran. Salah satu keajaiban Al Quran adalah struktur
matematis Al Quran. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu
lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal hari disebut sebanyak 365 kali, sebanyak
jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali,
sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran
disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saaah (jam)
disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata
itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih
banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan
bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang
membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin
tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan
manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah
kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta
alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita
dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk
melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati.
Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak,
kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Quran, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan
sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang
kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk
berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
Sebab-sebab turunnya kadar iman :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh
jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan
bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha
Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia
sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai, tidak diberi tempat dipikirannya.
Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut
dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi
sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan, padahal ia tahu hal itu telah
diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri..
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan
larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari
zina pandangan mata yang dianggap dosa kecil, kemudian berkembang menjadi zina tubuh.
Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk
menyepelekan dosa-dosa besar. Oleh karena itu, basmilah dosa-dosa kecil selagi belum
tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat
dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam
diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar
keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh
merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah,
Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan
barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan
beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat
rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (Muhasabah) merupakan cara untuk
memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa
saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah, maka ia menjadi sarang
syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya
melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanamtanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan,
seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu
ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh
dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim
mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi)
dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan
mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan
duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita, maka hanya
tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia
selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan
mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat
penting kita miliki di zaman kini. Dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak
lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan
membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang
pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh.
Sebaliknya, berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk
menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Cara Mengaktualisasikan Diri Dengan Konsep Iman Dan Taqwa Di Dalam Kehidupan
Sehari-Hari
Tanpa iman, ibadah yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak
akan sampai kepada Allah SWT, Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT
untuk hamba-Nya haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan amal
ibadahnya. Misalnya; disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga
menjalankan ibadah sunnah. Misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut adalah penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.
F. Menjaga amanah dan menepati janji.
G. Menjaga sholat wajib.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian .
Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan oleh sebagian
anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya menerapkan iman dan
taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan
taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab
munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal siapa Allah SWT.
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun
syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati
menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan syubhat dan jeratan syahwat yangmerasuki hati
dan sekujur tubuhnya.
C. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang ditinggalkan juga semakin
besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting dan semakin prinsip maka
meninggalkannya pun akan mengakibatkan penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin
besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya
kehilangan iman secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali.
Perlu diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua. Pertama, ada
yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang ditinggalkan adalah berupa
kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak
akan mendatangkan hukuman dan siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan
kewajiban karena udzur syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab
yang terindera), atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk
orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan yang
tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal
mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha
kesimpulan
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru agama islam bisa
lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan adanya agama islam
permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan perkembangan iptek ini dapat
diatasi atau diselesaikan. Dengan cara tetap menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut
dalam kehidupan kita, dengan begiu kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada
diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan
upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan modernitas.
Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan
(Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era
modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang
diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek
sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek
sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah
sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni
manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama
sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
SARAN
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari iman
dan taqwa. Dengan iman dan taqwa, kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari halhal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik. Semoga...
Articles
Kumpulan artikel dan makalah
Beranda
Product
DEFLY NEVERENDING
NOFACE
KILL'EM ALL
RUSSIA CLOTHING
ROCKSDENIM
Follower
o
Google +
other
o
Serba-Serbi
Letak Geografis
[Kontak]
Search...
ilmu
pengetahuan
saja.
Akibatnya...
bertujuan
untuk
yang
telah
diinternalisasikan
dalam
dirinya.
Dengan
TEMPAT IMAN
Didalam pengertian diatas sudah jelas iman mencakup tiga aspek
yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan tiga aspek tersebut perlu
pembinaan pendidikan yang harus dilakukan. Tiga aspek yang disebut
yaitu
mengikrarkan
dengan
lisan,
meyakini
keimanan
dengan
lebih
hati
dahulu
dan
harus
5[5][5] Ibid,.hlm78.
6[6] Aceng Zakaria. Pokok-Pokok Ilmu Tauhid. (2005. Ibn Azka Press.Garut).
hal 1
7[7] Ibid.
8[8] Ahmad Tafsir. Metodologi PAI. (1996. PT. Rosdakarya: Bandung). Hal
125.
dan
kebahagiaan
dalam
kehidupan
manusia,
Kebutuhan
pendidikan
keimanan
dianggap
perlu.
Untuk
merealisasikan
nafkah
bagi
anak-anaknya
yang
cukup
halal
baik
cara
aturan-aturan
kesehatan
para
anak
didik,
seperti
Al-Anfal:60).
Akal
Akal berasal dari bahasa Arab aqala yaitu mengikat atau menahan.
Secara umum akal yaitu sebagai potensi yang disiapkan untuk menerima
ilmu pengetahuan.9[9]
Didalam Al-Quran kata aqala mengandung pengertian yaitu:
a. Nazara; nalar atau melihat secara abstrak
b. Tadabbara; merenung
c. Tafakkara; tafakur atau berpikir
d. Faqiha-tafaqquh; mengerti
e. Tazakkara ; mengingat, memperoleh pengertian, mendapatkan pelajaran,
memperhatikan dan mempelajari.
f. Fahima; memahami10[10].
Menurut Al-ghazali yang dikutif oleh Zainuddin dalam bukunya seluk
beluk pendidikan dari Al-Ghazali pengertian akal ada empat tahapan
sesuai dengan tahap perkembangan akal pikiran manusia yaitu:
a. Akal yaitu suatu sifat yang membedakan manusia dari segala binatang.
b. Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia
tamyiz.
c. Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
dengan berlangsung berbagai keadaan.
d. Hakikat akal adalah puncak kekuatan ghaizah (semangat) untuk
mengetahui akibat dari segala persoalan dan mencegah hawa nafsu, yang
mengajak
pada
kesenangan
seketika
dan
mengendalikan
syahwat
tersebut.
Pendidikan akal merupakan cakupan pencapaian kebenaran ilmiah
yaitu kebenaran diperoleh melalui penelaahan terhadap sumber-sumber
yang valid. Dalam ayat berikut ini bahwa manusia agar memperhatikan
apa yang sebenarnya terjadi dalam realitas kehidupan ini merupakan
kegiatan pendidikan dari akal.
9[9] Achmad Mubarok. Al-Irsyad an Nafiy Konseling Agama Teori dan
Kasus. (2000. Bina Rena Pariwara:jakarta) hal 32.
10[10] Ibid,.hal 32-33.
Maka
apakah
mereka
tidak
memperhatikan
unta
bagaimana
dia
Rohani (Qalb)
Secara bahasa qalb
Terjemahan:
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan
syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.
(QS. Al-Hajj:32).12[12]
Di dalam ayat tersebut taqwa merupakan sifat qalb dan jelaslah
bahwa iman dan taqwa terletak diqalb atau dihati, namun iman dan taqwa
perlu adanya dukungan dari 2 aspek lainnya yaitu akal dan jasmaniah
sehingga tiga aspek ini saling keterkaitan dan berhubungan satu sama
lainnya berikut ini penulis gambarkan keterkaitan antara ketiganya:
11[11] Ibid,.hal 29
12[12] Qs. Al-Hajj: ayat 32. Al-Quran dan Terjemahan.
Penulis gambarkan terkaitan dan hubungan tiga aspek tersebut yang tak
bisa dipisahkan sehingga tahu bagaimana untuk menanamkan iman dan
taqwa di dalam pengajaran.
Jika demikian bagaimana menjadikan seseorang beriman dan taqwa?
Yaitu bagaimana menanamkan iman didalam hatinya qalb (hati),memberi
pengetahuan tentang iman sehingga seseorang bisa berpikir dengan
akalnya, aspek ketiga yaitu jasmaniah aspek ini proses pengaplikasian
keimanan dan ketaqwaan di dalam kehidupannya sehingga terbentuklah
ketaqwaan karena ketaqwaan dan keimanan dua hal yang saling mengisi,
apabila keimanan tidak ada ketaqwaan maka tidak bisa dikatakan iman
dan apabila ketaqwaan tidak ada keimanan maka tidak bisa dikatakan
taqwa dan begitu sebaliknya.
C.
dan
mengembangkan
merupakan
proses
religionalitas
penghayatan
atau
peserta
didik.
menanaman
Keberagamaan
keimanan
yang
a.
b.
c.
keagamaan
yang
lain.
Pendidikan
agama
islam
yaitu
ia
bermaksud
menjadi
orang
menuju
kejalan
akhirat
dan
(berjihad
untuk
memperbaiki
kehidupan
dan
(petunjuk), tersingkaplah segala hakikat dari akidah (apa yang diyakini) ini
dengan nur Illahi.
17
[17]
ajaran
Islam,
menghayati
dan
mengamalkannya
harus
Artikel Populer
FILSAFAT MANUSIA
A. Siapakah Manusia Manusia secara bahasa disebut juga insan
yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang
berart...
Mengenai Saya
Ade Yuliyanti
Lihat profil lengkapku
Translate
Diberdayakan oleh
Terjemahan
Facebook
Ade Yuliyanti
Terima kasih sudah mampir semoga bermanfaat, mohon maaf apabila ada
kekurang, kritik dan saran akan membantu saya dalam memotivasi saya
untuk terus berkarya.
by. Adeyuliyanti.blogspot
adeyuliyanti@blogspot.com. Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.