Anda di halaman 1dari 2

Hubungan iman dan taqwa

Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut
istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

Taqwa dari segi bahasa berasal dari kata “wiqayah” yang diartikan “memelihara”. Maksud dari
pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara
diri daripada sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala
perintah-perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.

Iman yang benar kepada Allah, RasulNya, kitabNya, MalaikatNya,


Takdir, dan hari akhir akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat
untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga
sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan
seseorang kepada derajat taqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan
akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan iman dengan
ketaqwaan adalah bahwa ketaqwaan merupakan buah daripada iman yang benar yang
ditandai oleh mulianya akhlak seseorang.

4Keterkaitan Iman dan Taqwa

Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman
sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat
disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka
sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah
maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan.

Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan
bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan
pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan
memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan
seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman
memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat
melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan
perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena
berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu
digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya
keberadaan iman terkesan lebih energik.

Anda mungkin juga menyukai