Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian Akhlak

Kata akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai muslim kita
mengetahui bahwa akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam
kehidupan bermasyarakat. Seorang muslim senantiasa dianjurkan untuk memiliki akhlak
yangbaik dan menjauhi akhlak yang buruk. Sedemikian pentingnya akhlak dalam islam
disebutkanjuga dalam hadist bahwa Rasulluhllah SAW. diutus kepada kaumnya dans eluruh
umat didunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat
terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari perilaku akhlak yang terpuji.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik atau
hanya sewaktu-waktu saja.

Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh
motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk
berbuat.

Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari


akhlak. Dalam Encylopedia Brittanica akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai
arti sebagai studi sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar
salah dan sebagainya tentang prinsip umumdan dapat diterapkan terhadap sesuatu ,
selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

Disebutkan bahwa definisi akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan
seseorang dalam menjalankan ibadah . akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian
baik secara bahasa maupun secara istilah. Selain itu ada beberapa ulama yang juga
menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak
adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang mendorong melakukan seuatu tanpa perlu
mempertimbangkan terlebih dahulu.

Secara bahasa kata akhlak berasal dss ari bahasa arab “Al-Khulk” yang diartikan
sebagai perangai atau tabiat, budi pekerti dan sifat seseoran. Jadi akhlak seseorang diartikan
sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifatnya yang ada pada
dirinya. Dinamakan khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan seseorang.
Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dianamakan al-khaym.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti,
watak dan tabiat.

Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi berkata,


“ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia,
kualitas agamanyapun mulia. Agama diletakkan diatas landasan akhlak utama, yaitu
kesabaran, memeihara diri, keberanian dan keadilan.

Secara istilah kata akhlak khususnya dalam islam diartikan sebagai sikap atau
perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang
tersebut. Seseorang yang memiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak
yang baik juga sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cendeurng
memiliki akhlak yang tercela.

Secara sempit, pnegertian akhlak dapat diartikan dengan :

1. Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik

2. Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak

3. Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan

Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.

B. Tujuan Akhlak

Akhlak bertujuan untuk  menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan
sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang
harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik sesama manusia apalagi
kepada Allah sebagai pencipta.

Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-


perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat memegang dengan
perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai yang jahat, sehingga
terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat.
Yang hendak dikendalikan oleh akhlak ialah tindakan lahir manusia, tetapi karena
tindakan lahir itu tidak akan terjadi jika tidak didahului oleh gerak-gerik bathin, yaitu
tindakan hati, maka tindakan bathin dan gerak-gerik hati pun termasuk lapangan yang diatur
oleh akhlak manusia.

Jika setiap orang dapat menguasai tindakan bathinnya, maka dapatlah ia menjadi
orang yang berakhlak baik. Tegasnya baik-buruk itu tergantung kepada tindakan hatinya.
Dalam hadits Arba’in An Nawawi dituliskan bahwa Rasulullah SAW  bersabda yang artinya:

“Dan ketahuilah bahwasannya, didalam tubuh itu ada segumpal daging yang apabila baik,
maka baik pula amalnya, dan apabila buruk, maka buruk pula amalnya, dan ketahuilah bahwa
ia adalah hati”.

Hadits ini dengan jelas menerangkan, bahwa hati adalah bagian terpenting dari tubuh
manusia, sehingga apapun yang direncanakan oleh hati sejatinya akan sangat berpengaruh
pada perbuatan yang akan dilakukan oleh pemiliknya. Dalam hal ini dapatlah diibaratkan
bahwa jasad itu bagaikan pemerintahan dalam diri kita, sedangkan hati menjadi pusat
pemerintahan.

Seseorang yang mempunyai hati dan pendirian yang kuat, meskipun badannya tidak sekuat
hatinya, lebih diharapkan akan memperoleh hasil pekerjaannya daripada seseorang yang
berbadan kuat tetapi hatinya lemah.

C. Macam Macam Akhlak

 Akhlak terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah)

Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Berikut ini contoh akhlak terpuji :

1. Berbakti kepada kedua orang tua (‫)برّالوالدين‬


2. Menghormati tetanggga dan tamu ( ‫)اكرام الجار والضّيف‬
3. Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang serta menarik simpati orang lain   (‫كسب الموالدة‬
‫)واستمالة قلو ب النّاس‬
4. Memberikan sumbangan yang bersifat meringankan beban hidup orang-orang yang
berhak menerimanya      (‫)بذل الصّدقة لمن يستحقها‬
5. Membantu memudahkan urusan sesama manusia bagi yang berkemampuan       (‫تسير امر‬
‫)عسير على اخ عند ذى سلطان‬

 Akhlak tercela (al-akhlaaqul madzmuumah)

Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang
lain. Nerikut ini contoh-contoh akhlak tercela :

1. Berdusta (‫)الكذب‬
2. Mengumpat (‫)الغيبة‬
3. Mengadu domba (i‫)النّميمة‬
4. Iri hati/dengki (‫)الحسد‬
5. Congkak (‫)األصغر‬
6.

D. Ruang Lingkup Akhlak

 Akhlak Pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan
sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi.

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah
sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia
mempunyai perbuatan.

 Akhlak Berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua
terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan
anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak,
setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung
jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki
akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang.

Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri,
kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang
anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia
lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati.

Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau,


mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam
masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat.

Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan
ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu,
mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu.

Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau
selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya
disetiap keperluan.

 Akhlak Bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang
tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti
ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.

Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial


kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak
dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi
berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini
merupakan apa yang disebut masyarakat.
Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu
sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma-
norma kesusilaan yang berlaku.

 Akhlak Bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama
denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama
mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah
salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

 Akhlak Beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah
ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal
dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

E. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak

Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya, dan pendidikan
pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer, yaitu aliran Nativisme, aliran
Empirisme, dan aliran konvergensi :

 Aliran Nativisme

Bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang
menentukan hasil perkembangannya.

Menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang
adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat,
akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada
yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

 Aliran Empirisme
Bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
faktor luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak baik, maka baiklah anak itu.

Demikian juga sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan
oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Menurut aliran ini, manusia-manusia dapat dididik
menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak
lingkungan atau pendidikannya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal
dengan nama optimisme pedagogis.

 Aliran Konvergensier

Bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawan si anak,
dan faktor luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada
dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. Aliran yang ketiga ini,
tampak sesuai dengan ajaran Islam. hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:

َ‫صا َر َواَْأل ْفِئ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬ َ ‫َوهللاُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ْن بُطُوْ ِن ُأ َّمهَاتِ ُك ْم الَتَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْيًأ و‬
َ ‫َّج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَْأل ْب‬

”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
(Depag RI, 1989 : 413)

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu
penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara
mengisinya dengan ajara dan pendidikan.

Kesesuaian teori konvergensi tersebut di atas, juga sejalan dengan dengan Hadits Nabi
saw. yang berbunyi:

ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬


)‫ (رواه البخارى‬.‫ط َر ِة فََأبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه َأوْ يُنَصِّ َرانِ ِه َأوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه‬

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka ayah dan ibunyalah yang akan menjadikan
dia seorang yahudi atu nasrani“.(Sahih Bukhari, Jilid 3, 1995 : 177).

Ayat dan hadits tesebut di atas, selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga
menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Itulah sebabnya kedua orang tua, khususnya ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni
tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan (Abudin Nata, 2006:169).

Dengan merujuk kepada aliran konvergensi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa
ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak manusia, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Menurut Shailun A. Nashir (1992:42) faktor intern yang mempengaruhi akhlak terdiri atas
instink, akal dan nafsu.

Sedangkan menurut Rahmat Djatnika (1992:72) faktor dari dalam diri manusia itu
adalah instink dan akalnya, adat, kepercayaan, keinginan-keinginan, hawa nafsu (passion)
dan hati nurani atau wijdan. Selain itu, faktor intern yang dapat mempengaruhi akhlak juga
terdapat dalam diri individu yang bersangkutan, seperti malas, tidak mau bekerja, adanya
cacat fisik, cacat psikis dan lainnya.

F. Faktor-Faktor Berasal Dari Luar Dirinya

Adapun faktor yang berasal dari luar dirinya secara langsung atau tidak langsung, disadari
atau tidak, semua yang sampai kepadanya merupakan unsur-unsur yang membentuk akhlak.
Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Keturunan
2. Lingungan
3. Rumah Tangga
4. Sekolah
5. Pergaulan kawan / Persahabatan
6. Penguasa, Pemimpin
7.

G. Akhlakul Karimah dalam Kaitannya dengan Fungsi Hidup

Akhlakul yang baik (al-akhlaqu al-mahmudah) sangat penting dalam kehidupan


sehari-hari, karena dengan akhlak tersebut bisa menyeimbangkan antara antara akhlak yang
baik dengan akhlak yang buruk pada perbuatan manusia, maka ukuran dan karakternya selalu
dinamis, sulit dipecahkan.
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak mulia ini sangat
ditekankan karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus
membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak
utama yang ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat (Abudin Nata, 2000:169-170).

Allah Swt. menggambarkan dalam al-Quran tentang janji-Nya terhadap orang yang
senantiasa berakhlak baik, di antaranya Q.S. an-Nahl:97

)97:‫ (النحل‬  َ‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر َأوْ ُأ ْنثَى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم َأجْ َرهُ ْم بَِأحْ َس ِن َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.

Orang yang selalu melaksanakan akhlak mulia, mereka akan senantiasa memperoleh
kehidupan yang baik, mendapatkan pahala berlipat ganda di akhirat dan akan dimasukkan ke
dalam sorga. Dengan demikian, orang yang berakhlak mulia akan mendapatkan
keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.

Kenyataan sosial membuktikan bahwa orang yang berakhlak baik akan disukai oleh
masyarakat, kesulitan dan penderitaannya akan dibantu untuk dipecahkan, walau mereka
tidak mengharapkannya. Peluang, kepercayaan dan kesempatan datang silih berganti
kepadanya.

Kenyataan juga menunjukkan bahwa orang yang banyak menyumbang, bersedekah,


berzakat, tidak akan menjadi miskin, tetapi malah bertambah hartanya. Akhlak karimah
merupakan suatu pengamalan yang bersifat ibadah di mana seseorang dalam perilakunya
dituntut untuk berbuat baik terhadap Allah swt. dan berbuat baik terhadap manusia, juga
terhadap dirinya sendiri, juga terhadap makhluk Allah yang lainnya.

H. Cara Untuk Menumbuhkan Akhlak Terpuji :


Dalam mewujudkan akhlak yang mulia sebagaimana sifat-sifat terpuji yang telah
dijelaskan diatas, menurut Buya Hamka ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan antara
lain:

1. Membersihkan hati serta mensucikan hubungan dengan Allah SWT


2. Memperhatikan seluruh perintah dan larangan agama
3. Belajar melawan kehendak diri dan menaklukkannya kepada kehendak Allah
4. Menegakkan persaudaraan di dalam islam Menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri
tauladan dalam setiap bertingkah laku.

I. Akhlak, Moral, Dan Etika

Akhlak

Sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang dan diperankan oleh
seseorang tanpa disengaja atau melakukan pertimbangan terlebih dahulu.

Moral

Suatu hal yang berkenaan dengan baik dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang
dimiliki seseorang atau sekelompok orang.

Etika

Suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan akal pikiran
manusia. (Daud Ali, 2008) Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik
dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.
Berbeda dengan etika dan moral.

J. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak berbeda dengan etika dan moral.
Kalau akhlak lebih bersifat transcendental karena berasal dan bersumber dari Allah, maka
etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan nisbi karena merupakan pemahaman dan
pemaknaan manusia melalui elaborasi ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.

Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika dan moral senantiasa bersifat dinamis,
berobah-obah sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Etika
sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan. Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan
kepada tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk
terciptanya keselarasan hidup manusia.

Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara untuk menciptakan keharmonisan
dalam hubungan antara sesama manusia (habl minannas) dan hubungan vertikal dengan
khaliq (habl minallah).

K. Golongan Akhlak

Akhlak sendiri dibedakan mnjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau akhlakul
karimah dan akhlak tercela disebut akhlakul mazmumah.

 Akhlak terpuji

Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oelh seorang muslim adalah
kesopanan, sabar, jujur, dermawan, rendah hati, tutur kata yang lembut, santun, gigih, rela
berkorban, adil, bijaksana, tawakal, dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki akhlak
terpuji biasnaya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa
bahwa dirinya diawasi oleh Allah Swt.

 Akhlak tercela

Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan
mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela
diantaranya adalah dusta, iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad,
aniaya, ghibah, riya dan sebagainya. Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah Swt. dan
tidak jarang orang yang memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat.

L. Keutamaan Akhlak Dalam Islam

Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat islam umat
muslim kita tahu bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam.
Beberapa keutamaan memiliki akhlak yang terpuji antara lain,
• Berat timbangannya di akhirat

Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadist bahwa ia akan memiliki
timbangan yang berat kelak di hari akhir atau kiamat dimana

Semua amal manusia akan ditimbang, sebagaimana Rasul SAW. bersabda :

“Tidak ada sesuatu yang diletakankan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bias mncapai derajat
orang yang berpusa dan shalat. [H.R Tirmidzi]”

• Dicintai Rasulullah SAW

Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan aklhlak manusia di dunia dan
tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia yang memiliki akhlak yang baik. Dari Jabir
r.a, Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di
hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya dan yang paling aku benci dari kalian dan
yang paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam
berbicara dan sombong”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

• Memiliki kedudukan yang tinggi

Dalam suatu hadist disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang
mulia memiliki kedudukan yang tinggi di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda :

“Tidak ada kemeralatan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan)
yang lebih bermanfaat dan kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari
ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak
ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baikmenjaga
diri (memelihara harga dan kehormatan diri) dan tidak ada ibadah yang lebih
mengesankandari tafakur (berpikir) serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu
dan sabar” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

• Dijamin rumah di surga

Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan memiliki
akhlak mulia sangatlah besar. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Rasul SAW menjamin
seseorang sebuah rumah di surga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah
r.a, Rasulullah SAW bersabda :

“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar,
dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya
bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya”. [HR. Abu Daud]

M. Dalil tentang akhlak


1. ‫ي َوَأ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأحْ َسنُ ُك ْم َأ ْخاَل قًا‬
َّ َ‫ِإ َّن ِم ْن َأ ِحبِّ ُك ْم ِإل‬

“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat
duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR.
Tirmidzi)

ِ ُ‫تَ ْقوى هَّللا ِ َو ُحسْنُ ْال ُخل‬


2. ‫ق‬

“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah)

3. ‫ق‬ َ ‫ت ُأِلتَ ِّم َم‬


ِ ‫صالِ َح اَأْل ْخاَل‬ ُ ‫ِإنَّ َما بُ ِع ْث‬

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
Bukhari)

4. ٢١﴿ ‫﴾لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل اللَّـ ِه ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َمن َكانَ يَرْ جُو اللَّـهَ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر اللَّـهَ َكثِيرًا‬

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang
mengharap pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang
banyak.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21
ْ ُ‫﴾ِإنَّ َما ن‬
5. ٩﴿ ‫ط ِع ُم ُك ْم لِ َوجْ ِه اللَّـ ِه اَل نُ ِري ُد ِمن ُك ْم َجزَ ا ًء َواَل ُش ُكورًا‬

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan


Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”
(QS. Al-Insan[76]: 9)

Seorang Muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah.
Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian,
atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi
untuk menjadi bekal pulang ke negeri akhirat nanti.

Standar normatif dalam ajaran islam adalah Al-Qur’an dan Hadist, karena itu akhlak
yang baik adalah akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al- Qur’an dan contoh Rasulullah.
Berikut ini adalah kumpulan ayat Al Qur'an yang menjelaskan segala hal tentang akhlak
manusia.

1. Santun dan tidak pemarah (Ali-'Imran: 134, Asy-Syura: 37)

َ‫اس ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


ِ َّ‫ضرَّا ِء َو ْال َكا ِظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali-'Imran: 134)

َ‫ضبُوا هُ ْم يَ ْغفِرُون‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ يَجْ تَنِبُونَ َكبَاِئ َر اِإْل ْث ِم َو ْالفَ َوا ِح‬
ِ ‫ش َوِإ َذا َما َغ‬

"Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan
apabila mereka marah mereka memberi maaf." (QS. Asy-Syura: 37)

2. Tidak berlebihan dan mubadzir (Al-Isra': 26, 27)

‫ ْيطَانُ لِ َربِّ ِه‬i ‫الش‬ ِ َ‫ ِإ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُوا ِإ ْخ َوانَ ال َّشي‬,)26( ‫ت َذا ْالقُرْ بَ ٰى َحقَّهُ َو ْال ِم ْس ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ِل َواَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذيرًا‬
َّ َ‫ان‬ii‫اطي ِن ۖ َو َك‬ ِ ‫َوآ‬
)27( ‫َكفُورًا‬

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros.(26), Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(27)" (QS. Al-Isra': 26, 27)
3. Rendah hati dan tidak sombong (Al-Isra': 37)

َ َ‫ض َولَ ْن تَ ْبلُ َغ ْال ِجب‬


‫ال طُواًل‬ َ ْ‫ق اَأْلر‬
َ ‫ك لَ ْن ت َْخ ِر‬ ِ ْ‫ش فِي اَأْلر‬
َ َّ‫ض َم َرحًا ۖ ِإن‬ ِ ‫َواَل تَ ْم‬

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung." (QS. Al-Isra': 37)

4. Tidak berkata dan berbuat tanpa ilmu (Al-Isra': 36)

‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأو ٰلَِئكَ َكانَ َع ْنهُ َم ْسُئواًل‬


َ َ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم ۚ ِإ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya." (QS. Al-Isra': 36)

5. Amanah dan menepati janji (An-Nisa: 58, Al-Isra': 34)

َ‫ان‬ii‫ ْد ِل ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َك‬i‫وا بِ ْال َع‬ii‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُم‬ ِ ‫ا‬iiَ‫َؤ ُّدوا اَأْل َمان‬iiُ‫ْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن ت‬iَ‫ِإ َّن هَّللا َ ي‬
ِ َّ‫ا َوِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬iiَ‫ت ِإلَ ٰى َأ ْهلِه‬
‫صيرًا‬
ِ َ‫َس ِميعًا ب‬

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS.
An-Nisa: 58)

‫َواَل تَ ْق َربُوا َما َل ْاليَتِ ِيم ِإاَّل بِالَّتِي ِه َي َأحْ َسنُ َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ َأ ُش َّدهُ ۚ َوَأوْ فُوا بِ ْال َع ْه ِد ۖ ِإ َّن ْال َع ْه َد َكانَ َم ْسُئواًل‬

"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isra': 34)

6. Memperbaiki hubungan sesama manusia (An-Nisa: 114, Al-Hujurat: 10)

َ‫ت هَّللا ِ فَ َسوْ ف‬ َ ِ‫اس ۚ َو َم ْن يَ ْف َعلْ ٰ َذل‬


َ ْ‫ك ا ْبتِغَا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬ ٍ ‫ُوف َأوْ ِإصْ اَل‬
ِ َّ‫ح بَ ْينَ الن‬ ٍ ‫ص َدقَ ٍة َأوْ َم ْعر‬
َ ِ‫ير ِم ْن نَجْ َواهُ ْم ِإاَّل َم ْن َأ َم َر ب‬
ٍ ِ‫اَل خَ ْي َر فِي َكث‬
ِ ‫نُْؤ تِي ِه َأجْ رًا ع‬
‫َظي ًما‬
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (QS. An-Nisa:
114)

َ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

7. Jujur dan tidak berdusta (At-Taubah: 119, Ghaafir: 28)

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar." (QS. (At-Taubah: 119)

‫ك َكا ِذبًا‬ُ َّ‫ت ِم ْن َّربِّ ُك ْم ؕ َواِ ْن ي‬ ْ ‫ ٓا َء ُك ْم‬i‫ ْد َج‬iَ‫وْ َل َربِّ َي هّٰللا ُ َوق‬iiُ‫ال َر ُج ٌل ُّمْؤ ِم ٌن ۖ ِّم ْن ٰا ِل فِرْ عَوْ نَ يَ ْكتُ ُم ِا ْي َمانَهٗۤ اَتَ ْقتُلُوْ نَ َر ُجاًل اَ ْن يَّق‬
ِ ‫بِالبَيِّ ٰن‬ َ َ‫َوق‬
ٌ‫ف َك َّذاب‬ ‫هّٰللا‬
ٌ ‫ْر‬ِ ‫ص ْب ُك ْم بَعْضُ الَّ ِذيْ يَ ِع ُد ُك ْم ۚ ِا َّن َ اَل يَ ْه ِديْ َم ْن هُ َو ُمس‬ ِ ُّ‫صا ِدقًا ي‬ َ ‫ك‬ ُ َّ‫فَ َعلَ ْي ِه َك ِذبُهٗ ؕ َواِ ْن ي‬

"Dan seseorang yang beriman di antara keluarga Fir'aun yang menyembunyikan imannya
berkata, "Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, 'Tuhanku adalah
Allah', padahal sungguh, dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung
(dosa) dustanya itu; dan jika dia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang
diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang yang melampaui batas dan pendusta." (QS. Ghafir: 28)

8. Bersikap baik terhadap istri & tidak menzhaliminya (An-Nisa: 4, 19, 20)

‫ص ُدقَاتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۚ فَِإ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوهُ هَنِيًئا َم ِريًئا‬
َ ‫َوآتُوا النِّ َسا َء‬

"Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin
itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 4)

ِ َ‫ْأتِينَ بِف‬iَ‫ْض َما آتَ ْيتُ ُموه َُّن ِإاَّل َأ ْن ي‬


ۚ ‫ ٍة‬iَ‫ ٍة ُمبَيِّن‬i‫اح َش‬ ِ ‫ضلُوه َُّن لِت َْذهَبُوا بِبَع‬
ُ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَ ِحلُّ َل ُك ْم َأ ْن ت َِرثُوا النِّ َسا َء كَرْ هًا ۖ َواَل تَ ْع‬
ٍ ْ‫َال زَ و‬
‫ج‬ ْ ‫ َوِإ ْن َأ َر ْدتُ ُم‬,)19( ‫رًا َكثِيرًا‬i‫ُوف ۚ فَِإ ْن َك ِر ْهتُ ُموه َُّن فَ َع َس ٰى َأ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيًئا َويَجْ َع َل هَّللا ُ فِي ِه َخ ْي‬
َ ‫تِ ْبد‬i‫اس‬ ِ ‫َوعَا ِشرُوه َُّن بِ ْال َم ْعر‬
)20( ‫ج َوآتَ ْيتُ ْم ِإحْ دَاه َُّن قِ ْنطَارًا فَاَل تَْأ ُخ ُذوا ِم ْنهُ َش ْيًئا ۚ َأتَْأ ُخ ُذونَهُ بُ ْهتَانًا َوِإ ْث ًما ُمبِينًا‬
ٍ ْ‫َم َكانَ زَ و‬

"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian
dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan
keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.(19), Dan jika kamu ingin
mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang
di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya
barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang
dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata.(20)" (QS. An-Nisaa: 19-20)

9. Lemah lembut dengan orang lain & berkata baik (Al-Baqarah: 83, Ali-'Imran: 159,
Al-Hijr: 88)

‫نًا‬i‫حُس‬
ْ ‫اس‬ ِ َّ‫وا لِلن‬iُ‫ا ِكي ِن َوقُول‬i‫ا َم ٰى َو ْال َم َس‬iَ‫رْ بَ ٰى َو ْاليَت‬iُ‫انًا َو ِذي ْالق‬i‫ ُدونَ ِإاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َس‬iُ‫ َراِئي َل اَل تَ ْعب‬i‫ق بَنِي ِإ ْس‬
َ ‫ا‬iَ‫وَِإ ْذ َأخ َْذنَا ِميث‬
َ‫ْرضُون‬ِ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم ت ََولَّ ْيتُ ْم ِإاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم ُمع‬
َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬

"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.(QS. Al-Baqarah: 83)

ۖ ‫ر‬iِ i‫اورْ هُ ْم فِي اَأْل ْم‬ ِ i‫تَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬i‫اس‬ ْ ‫اعْفُ َع ْنهُ ْم َو‬iiَ‫ك ۖ ف‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْالقَ ْل‬
َ ِ‫ب اَل ْنفَضُّوا ِم ْن َحوْ ل‬
َ‫فَِإ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ۚ ِإ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِين‬

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali-'Imran: 159)

َ‫َاحكَ ِل ْل ُمْؤ ِمنِين‬ ْ ‫اَل تَ ُم َّد َّن َع ْينَ ْيكَ ِإلَ ٰى َما َمتَّ ْعنَا بِ ِه َأ ْز َواجًا ِم ْنهُ ْم َواَل تَحْ ز َْن َعلَ ْي ِه ْم َو‬
َ ‫اخفِضْ َجن‬

"Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang


telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-
orang yang beriman." (QS. Al-Hijr: 88)

10. Bekerjasama dalam kebaikan & tidak bekerjasama dalam keburukan (Al-Ma'idah:
2)

ْ َ‫ي َواَل ْالقَاَل ِئ َد َواَل آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ ف‬
‫اًل ِم ْن َربِّ ِه ْم‬i‫ض‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ِحلُّوا َش َعاِئ َر هَّللا ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
ِّ‫ا َونُوا َعلَى ْالبِر‬ii‫دُوا ۘ َوتَ َع‬iَ‫ َر ِام َأ ْن تَ ْعت‬i‫ ِج ِد ْال َح‬i‫ ُّدو ُك ْم ع َِن ْال َم ْس‬i‫ص‬َ ‫وْ ٍم َأ ْن‬iiَ‫نَآنُ ق‬i‫َو ِرضْ َوانًا ۚ َوِإ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَادُوا ۚ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َش‬
ِ ‫َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya." (QS. Al-Ma'idah: 2)

11. Adil dan tidak zhalim sekalipun dengan orang kafir (Al-Ma'idah: 8)

‫وا‬iiُ‫ َو ٰى ۖ َواتَّق‬i‫ َربُ لِلتَّ ْق‬i‫ْط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو َأ ْق‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِس‬
َ‫هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah: 8)

12. Tidak pelit / bakhil (Al-Isra': 29)

ْ ‫َواَل تَجْ َعلْ يَدَكَ َم ْغلُولَةً ِإلَ ٰى ُعنُقِكَ َواَل تَ ْبس‬


ِ ‫ُطهَا ُك َّل ْالبَس‬
‫ْط فَتَ ْق ُع َد َملُو ًما َمحْ سُورًا‬

"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra': 29)

13. Tidak membicarakan aib orang lain / ghibah, Tidak mencari-cari kesalahan
manusia / tajassus, Menjauhi buruk sangka & berbaik sangka pada orang lain (Al-
Hujurat: 12)

‫ َل‬i‫ ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك‬i‫ا ۚ َأيُ ِحبُّ َأ َح‬i‫ْض‬


ً ‫ ُك ْم بَع‬i‫ْض‬ ُ ‫ْض الظَّنِّ ِإ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَع‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬
‫لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka


(purba-sangka/kecurigaan), sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)

14. Tidak iri dan dengki / hasad (An-Nisa': 32, Al-Hasyr: 9)

‫َألُوا هَّللا َ ِم ْن‬i‫اس‬


ْ ‫ ْبنَ ۚ َو‬i‫يبٌ ِم َّما ا ْكت ََس‬i‫َص‬ ِ ‫ا ِء ن‬i‫بُوا ۖ َولِلنِّ َس‬i‫يبٌ ِم َّما ا ْكت ََس‬i‫َص‬
ِ ‫ ا ِل ن‬i‫ِّج‬ َ ‫ض َل هَّللا ُ بِ ِه بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم َعلَ ٰى بَع‬
َ ‫ْض ۚ لِلر‬ َّ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما ف‬
‫فَضْ لِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ًما‬

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu
lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada
apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa': 32)

‫ْؤ ثِرُونَ َعلَ ٰى‬iُ‫وا َوي‬iiُ‫ ةً ِم َّما ُأوت‬i‫ُور ِه ْم َحا َج‬ ِ ‫د‬i‫ص‬ ُ ‫ا َج َر ِإلَ ْي ِه ْم َواَل يَجِ ُدونَ فِي‬iَ‫انَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم يُ ِحبُّونَ َم ْن ه‬ii‫ َّدا َر َواِإْل ي َم‬i‫َوالَّ ِذينَ تَبَ َّو ُءوا ال‬
َ‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ِه فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
َ ‫اصةٌ ۚ َو َم ْن يُو‬
َ ‫ص‬َ َ‫َأ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم خ‬
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr: 9)

15. Tidak mencela orang lain sekalipun hanya dengan isyarat (Al-Hujurat: 11)

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَ ْس َخرْ قَوْ ٌم ِم ْن قَوْ ٍم َع َس ٰى َأ ْن يَ ُكونُوا خَ ْيرًا ِم ْنهُ ْم َواَل نِ َسا ٌء ِم ْن نِ َسا ٍء َع َس ٰى َأ ْن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِم ْنه َُّن ۖ َواَل ت َْل ِم ُزوا‬
َ‫ق بَ ْع َد اِإْل ي َما ِن ۚ َو َم ْن لَ ْم يَتُبْ فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬
ُ ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬ ِ ‫َأ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوا بِاَأْل ْلقَا‬
َ ‫ب ۖ بِْئ‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan


kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah
iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Hujurat: 11)

16. Sabar dari musibah & ridho dengan takdir Allah (Al-Baqarah: 155, 156)

َ ‫ الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ‬,)155( َ‫ابِ ِرين‬i‫الص‬


‫ابَ ْتهُ ْم‬i‫ص‬ ِ ُ‫ َوا ِل َواَأْل ْنف‬i‫ص ِمنَ اَأْل ْم‬
ِ ‫ َرا‬i‫س َوالثَّ َم‬
َّ ‫ ِر‬i‫ت ۗ َوبَ ِّش‬ ِ i‫ف َو ْال ُج‬
ٍ ‫وع َونَ ْق‬i ِ ْ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِمنَ ْالخَ و‬
)156( َ‫صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا هَّلِل ِ َوِإنَّا ِإلَ ْي ِه َرا ِجعُون‬
ِ ‫ُم‬

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.(155), (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.(156)". (QS. Al-Baqarah: 155, 156)

17. Mencegah kelicikan & penipuan dalam bisnis / jual beli (Al-Muthaffifiin: 1,3, Al-
An'am: 152)

َ‫َو ْي ٌل لِ ْل ُمطَفِّفِين‬

"Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!" (QS. Al-
Muthaffifiin: 1)
َ‫َوِإ َذا َكالُوهُ ْم َأوْ َوزَ نُوهُ ْم ي ُْخ ِسرُون‬

"dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS.
Al-Muthaffifiin: 3)

‫ َعهَا ۖ وَِإ َذا قُ ْلتُ ْم‬i‫ا ِإاَّل ُو ْس‬i‫َواَل تَ ْق َربُوا َما َل ْاليَتِ ِيم ِإاَّل بِالَّتِي ِه َي َأحْ َسنُ َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ َأ ُش َّدهُ ۖ َوَأوْ فُوا ْال َك ْي َل َو ْال ِمي َزانَ بِ ْالقِ ْس ِط ۖ اَل نُ َكلِّفُ نَ ْف ًس‬
َ‫فَا ْع ِدلُوا َولَوْ َكانَ َذا قُرْ بَ ٰى ۖ َوبِ َع ْه ِد هَّللا ِ َأوْ فُوا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

"Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,
hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila
kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat."
(qs. Al-An'am: 152)

18. Berbuat baik terhadap tetangga & tidak menyakitinya (An-Nisa': 36)

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ i‫رْ بَ ٰى َو ْال َج‬iiُ‫ار ِذي ْالق‬
ِ i‫ين َو ْال َج‬ ِ ‫ا ِك‬i‫ا َم ٰى َو ْال َم َس‬iiَ‫رْ بَ ٰى َو ْاليَت‬iiُ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا ۖ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالق‬
‫ت َأ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َوالصَّا ِح‬

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri," (QS. An-Nisa': 36)

19. Membantu faqir miskin dan yang membutuhkan (Al-Baqarah: 177, At-Taubah: 60)

‫ِّين َوآتَى‬iَ ‫ب َوالنَّبِي‬ ِ ‫ا‬iَ‫ ِة َو ْال ِكت‬i‫وْ ِم اآْل خِ ِر َو ْال َماَل ِئ َك‬iiَ‫ب َو ٰلَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّر َأ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫لَي‬
َ‫ون‬iiُ‫اةَ َو ْال ُموف‬ii‫اَل ةَ َوآتَى ال َّز َك‬i‫الص‬ َّ ‫ا َم‬iiَ‫ب َوَأق‬ ِ ‫ا‬iiَ‫يل َوالسَّاِئلِينَ َوفِي الرِّ ق‬ ِ ِ‫ْال َما َل َعلَ ٰى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسب‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّقُون‬َ ‫ص َدقُوا ۖ َوُأو ٰلَِئ‬َ َ‫ك الَّ ِذين‬ َ ‫س ۗ ُأو ٰلَِئ‬ ‫ْأ‬
ِ َ‫ضرَّا ِء َو ِحينَ ْالب‬ َّ ‫بِ َع ْه ِد ِه ْم ِإ َذا عَاهَدُوا ۖ َوالصَّابِ ِرينَ فِي ْالبَْأ َسا ِء َوال‬

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 177)

ۖ ‫يل‬ِ ِ‫ب‬i‫الس‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬


َّ ‫بِي ِل هَّللا ِ َوا ْب ِن‬i‫ار ِمينَ َوفِي َس‬iَ ِ ‫ا‬iَ‫وبُهُ ْم َوفِي الرِّ ق‬iُ‫ ِة قُل‬iَ‫ا َو ْال ُمَؤ لَّف‬iَ‫ا ِملِينَ َعلَ ْيه‬i‫ا ِكي ِن َو ْال َع‬i‫ َرا ِء َو ْال َم َس‬iَ‫ات لِ ْلفُق‬ َّ ‫ِإنَّ َما‬
ُ َ‫ َدق‬i‫الص‬
‫ضةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ‫فَ ِري‬

"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 60)

20. Memuliakan anak yatim, membantu & memberikan haknya (An-Nisa': 10, 36)

‫ال ْاليَتَا َم ٰى ظُ ْل ًما ِإنَّ َما يَْأ ُكلُونَ فِي بُطُونِ ِه ْم نَارًا ۖ َو َسيَصْ لَوْ نَ َس ِعيرًا‬
َ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ َأ ْم َو‬

"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka)." (QS. An-Nisa': 10)

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ i‫رْ بَ ٰى َو ْال َج‬iiُ‫ار ِذي ْالق‬
ِ i‫ين َو ْال َج‬ ِ ‫ا ِك‬i‫ا َم ٰى َو ْال َم َس‬iiَ‫رْ بَ ٰى َو ْاليَت‬iiُ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا ۖ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالق‬
‫ت َأ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َوالصَّا ِح‬

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri," (QS. An-Nisa': 36)

21. Memaafkan & memaklumi orang lain (Ali-'Imran: 134, Asy-Syura: 40)

َ‫اس ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


ِ َّ‫ضرَّا ِء َو ْال َكا ِظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali-'Imran: 134)

َ‫َو َج َزا ُء َسيَِّئ ٍة َسيَِّئةٌ ِم ْثلُهَا ۖ فَ َم ْن َعفَا َوَأصْ لَ َح فََأجْ ُرهُ َعلَى هَّللا ِ ۚ ِإنَّهُ اَل ي ُِحبُّ الظَّالِ ِمين‬
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan
dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim." (QS. Asy-Syura: 40)

22. Berbakti kepada kedua orang tua & berbuat baik kepada kerabat (Al-Isra': 23, An-
Nahl: 90)

ْ‫ك ْال ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َما َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما ُأفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل‬
َ ‫ض ٰى َربُّكَ َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
َ َ‫َوق‬
‫لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra': 23)

َ‫ِإ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإْل حْ َسا ِن َوِإيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai